Minggu, 10 Oktober 2021

 YESUS KRISTUS 

Arti Yesus Anak Domba Allah


Ketika Yesus disebut sebagai Anak Domba Allah dalam Yohanes 1:29 dan 1:36, hal ini adalah merujuk pada Yesus sebagai korban yang terutama dan sempurna untuk dosa. Untuk memahami siapakah Kristus dan apa yang Dia lakukan, kita harus memulai dengan Perjanjian Lama yang mengandung nubuat-nubuat mengenai kedatangan Kristus sebagai “korban penebus salah” (Yesaya 53:10). Bahkan sebetulnya seluruh sistim korban persembahan yang ditetapkan Allah dalam Perjanjian Lama mempersiapkan pentas untuk kedatangan Yesus Kristus, yang adalah korban yang sempurna yang Allah persiapkan sebagai penebusan untuk dosa-dosa umatNya (Roma 8:3, Ibrani 10). Mempersembahkan domba memainkan peranan yang amat penting dalam kehidupan agama orang-orang Yahudi dan sistim persembahan mereka. Ketika Yohanes Pembaptis merujuk pada Yesus sebagai “Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia.” (Yohanes 1:29), orang-orang Yahudi yang mendengarnya mungkin langsung memikirkan salah satu dari beberapa korban persembahan yang penting. Menjelang Hari Raya Paskah, pikiran yang pertama mungkin adalah korban persembahan Anak Domba Paskah. Hari Raya Paskah adalah salah satu hari raya utama orang Yahudi dan suatu perayaan untuk memperingati saat Allah melepaskan orang-orang Israel dari perbudakan di Mesir. Kenyataannya, penyembelihan anak domba Paskah dan menaruh darah di ambang pintu rumah agar supaya malaikat maut melewati mereka “yang ditutupi oleh darah” (Keluaran 12:11-13) adalah merupakan gambaran yang indah mengenai karya penebusan Kristus di atas salib.

Persembahan lain yang melibatkan domba adalah persembahan sehari-hari di Bait Suci di Yerusalem. Setiap pagi dan petang seekor domba dipersembahkan di Bait Allah bagi dosa-dosa orang banyak (Keluaran 29:38-42). Persembahan sehari-hari ini, sama seperti semua lainnya, sekedar menunjuk kepada persembahan Kristus yang sempurna di atas salib. Kenyataannya saat kematian Yesus di atas salib bertepatan dengan saat korban petang dilakukan di Bait Suci. Orang-orang Yahudi pada waktu itu akan kenal baik dengan nabi-nabi Perjanjian Lama, yaitu Yeremia dan Yesaya, yang nubuatnya sudah lebih dahulu memberitahukan datangnya seseorang yang akan dituntun “seperti seekor domba ke pembantaian” (Yeremia 11:19, Yesaya 53:7) dan yang penderitaan dan pengorbananNya akan menebus Israel. Sudah barang tentu orang yang dinubuatkan oleh para nabi Perjanjian Lama ini tidak lain adalah Yesus Kristus, “sang Anak Domba Allah.”


    Sekalipun konsep mengenai sistim korban persembahan mungkin asing bagi kita pada zaman sekarang, konsep penebusan atau penggantian adalah sesuatu yang dapat kita pahami dengan mudah. Kita tahu bahwa upah dosa adalah kematian (Roma 6:23) dan bahwa dosa kita memisahkan kita dari Allah. Kita juga tahu bahwa Alkitab mengajarkan bahwa kita semua adalah orang berdosa dan tidak seorangpun yang benar di hadapan Allah (Roma 3:23). Karena dosa kita, kita terpisah dari Allah dan kita bersalah di hadapanNya; oleh karena itu, satu-satunya harapan kita adalah kalau Dia bersedia menyediakan jalan untuk kita diperdamaikan dengan diriNya dan itulah yang dilakukanNya dalam mengutus AnakNya Yesus Kristus untuk mati di salib. Kristus mati untuk menebus dosa dan untuk membayar hukuman dosa dari semua yang percaya kepadaNya. Melalui kematianNya di atas salib sebagai korban yang sempurna untuk dosa dan kebangkitanNya tiga hari kemudian maka kita sekarang dapat memiliki hidup kekal jikalau kita percaya kepadaNya. Fakta bahwa Allah sendiri yang telah menyediakan korban yang menebus atau membayar dosa kita adalah bagian dari kabar baik yang mulia dari Injil yang begitu jelas dinyatakan dalam 1 Petrus 1:18-21, “Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat. Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan, tetapi karena kamu baru menyatakan diri-Nya pada zaman akhir. Oleh Dialah kamu percaya kepada Allah, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati dan yang telah memuliakan-Nya, sehingga imanmu dan pengharapanmu tertuju kepada Allah.”[1]