Tampilkan postingan dengan label Alkitab. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Alkitab. Tampilkan semua postingan

Rabu, 10 Juli 2019

TUJUH PANDANGAN ALKITAB TENTANG LINGGUNGAN HIDUP

7 PANDANGAN ALKITAB TENTANG LINGGUNGAN HIDUP

          Ev. Matius Sobolim, M. Th

A. LATAR BELAKANG
Melihat lingkungan hidup artinya membicarakan tentang tempat tinggal kita. Tanpa disadari lingkungan kita semakin hari menunjukan bahwa semakin rusak. Kita melihat dan merasakan sendiri bagaimana perubahan lingkungan telah terjadi dan berdampak langsung pada kehidupan kita. Kerusakan bumi dan lingkungan hidup tidak tanpa alasan, kita merasakan sendiri bumi menjadi semakin panas, banjir, serta adanya pencemaran udara, air, dan tanah. Adanya kerusakan itu akan menimbulkan dampak negatif yang nyata bagi kehidupan manusia.

Dengan adanya lingkungan hidup yang tercemar lalu rusak, maka hal ini menjadi ketidakadilan bagi ekologi. Dalam sejarah agama kristen yang terpenting adalah untuk mendekatkan diri dengan Tuhan dan menjalankan amanatnya sesuai dengan hukum kasih dalam Alkitab.

Penyebab dari lingkungan hidup menjadi rusak adalah mungkin dikarenakan cara pandang dan sikap manusia yang telah salah terhadap alam. Karena memang benar pemahaman dan cara pandang orang terkait lingkungan hidup akan mempengaruhi sikap mereka dan bagaimana mereka akan memperlakukan alam. Pemikiran bahwa manusia yang paling memiliki kepentingan yang dianggap akan paling menentukan tatanan ekosistem.

Alam dapat dilihat sebagai objek, alat, dan sarana untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan manusia. Alam hanya dapat bernilai sejauh menunjang kepentingan manusia. Adanya pemikiran seperti itu akan berakibat sikap yang tidak bersahabat dengan alam dan tidak menghargai adanya lingkungan hidup untuk kepentingan banyak orang. Pada artikel ini akan membahas tentang pandangan alkitab tentang lingkungan hidup.

B. PANDANGAN ALKITAB TENTANG LINGKUNGAN HIDUP

Alkitab  merupakan sumber nilai dan menjadi moral kristiani yang menjadi pijakan dalam memandang dan mengapresiasi lingkungan dan alam. Alkitab berisi tentang ajakan untuk manusia memberikan penghargaan tertinggi terhadap ciptaan Allah yang lainnya, termasuk alam dan lingkungan hidup demi mencerminkan karakter Kristen sejati. Berikut adalah beberapa pandangan alkitab tentang lingkungan hidup.

Semua ciptaan adalah suatu hal yang berharga dan mencerminkan keagungan Allah (Mazmur 104). Kebesaran Tuhan yang Mahaagung bagi karya ciptaan-Nya (dalam artian lingkungan hidup) tampak dalam Mazmur 104. Perikop ini menggambarkan ketakjuban pemazmur yang telah menyaksikan bagaimana Tuhan yang tidak hanya mencipta, tapi juga menumbuhkembangkannya dan terus memelihara ciptaan-Nya. Ayat 13, 16, 18, dan 17 misalnya, menggambarkan pohon-pohon diberi makan oleh Tuhan, semua ciptaan menantikan makanan dari Tuhan. Yang menarik adalah bukan hanya manusia yang menanti kasih dan berkat Allah, tapi seluruh ciptaan (unsur lingkungan hidup).

Di samping itu, penonjolan kedudukan dan kekuasaan manusia atas ciptaan lainnya di sini tidak tampak. Itu berarti bahwa baik manusia maupun ciptaan lainnya tunduk pada kemahakuasaan Allah. Dalam ayat 30, secara khusus dikatakan: “Apabila Engkau mengirim roh-Mu, mereka tercipta, dan Engkau membaharui muka bumi.” Kata “roh” sering kali dikaitkan dengan unsur kehidupan, atau hidup itu sendiri. Ini berarti seluruh makhluk ciptaan di alam semesta ini diberikan unsur kehidupan oleh Tuhan. Ayat ini jelas menunjukkan bahwa bukan hanya manusia yang diberi kehidupan, tapi juga ciptaan lainnya. Betapa berharganya seluruh ciptaan di hadapan Tuhan. Roh Allah terus berkarya dan memberikan kehidupan.

Secara singkat dapat disimpulkan bahwa sebagai Pencipta, Allah sesuai rencana-Nya yang agung telah menciptakan segala sesuatu sesuai dengan maksud dan fungsinya masing-masing dalam hubungan harmonis yang terintegrasi dan saling memengaruhi antara yang satu dengan yang lainnya. Jadi, sikap eksploitatif terhadap alam merupakan bentuk penodaan dan perusakan terhadap karya Allah yang agung itu. Hal ini mengajarkan tentang manfaat berdoa bagi orang kristen untuk menjadikan tujuan hidup orang kristen.

Semua ciptaan (kosmos) diselamatkan melalui Kristus (Kolose 1:15-23)
Dimensi kosmologis yang terkait erat dengan hal keutamaan Kristus, khususnya karya pendamaian, penebusan, dan penyelamatan-Nya atas semua ciptaan. Dalam ayat 23 dikatakan bahwa Injil diberitakan kepada seluruh alam. Melalui Kristus dunia diciptakan, dan melalui Kristus pula Allah berinisiatif melakukan pendamaian dengan ciptaan-Nya. Sekarang alam berada di bawah kuasa-Nya dan dengan demikian kosmos mengalami pendamaian.

Bagian ini juga menekankan arti universal tentang peristiwa Kristus melalui penampilan dimensi-dimensi kosmosnya dan melalui pembicaraan tentang keselamatan bagi seluruh dunia, termasuk semua ciptaan. Kristus membawa pendamaian dan keharmonisan bagi semua ciptaan melalui kematian dan kebangkitan-Nya. Penebusan Kristus juga dipahami sebagai penebusan kosmos yang mencakup seluruh alam dan ciptaan. Penyelamatan juga mencakup pendamaian atau pemulihan hubungan yang telah rusak antara manusia dan ciptaan lainnya.
Demikianlah dapat disimpulkan bahwa baik manusia maupun segala ciptaan atau makhluk yang lain merupakan suatu kesatuan kosmik yang memiliki nilai yang berakar dan bermuara di dalam Kristus.

Dunia adalah ciptaan Allah
Dunia adalah milik Allah
Bumi diopang dan diselenggarakan oleh Allah
Dunia dibawah kovenan dengan AllahManusia adalah penjaga lingkungan Demikian penjelasan mengenai pandangan Alkitab tentang lingkungan hidup untuk kita pahami bersama. Alkitab berpegang kepala Allah sang pencipta, dan manusia sebagai pemelihara bumi.

Maka dari itu tugas kita untuk menjaga dan, bukannya malah merusak, tugas kita untuk memelihara bukan untuk menggotorinya. Suatu ironi ketika manusia menggotori lingkungan, maka manusia telah menggotori makanan dan minumannya sendiri. Sehingga kita tidak hanya berdosa pada lingkungan tetapi berdosa juga dengan diri sendiri. Jika anda bukan penjaga bumi, maka artinya anda tidak menjaga saudara anda. Bumi adalah miliki saudara anda dan apabila tidak menjaga dengan baik, maka bumi tidak akan menjaga saudara anda dengan baik.

http/www:Sobolimmatius@gmail.com

APAKAH TAURAT, ZABUR DAN INJIL?

APAKAH TAURAT, ZABUR DAN INJIL?

Ev. Matius Soboliem, M. Th

Secara umum diketahui bahwa saudara-saudara dari umat Muslim mengenal tiga kitab suci Kristiani dari 104 pewahyuan. Kendati umat Muslim sering mendapat pengajaran bahwa ketiga kitab sebelum Al-Quran itu telah dirubah, sebagian besar umat Muslim sangatlah menghargai ketiga kitab suci tersebut. Ketiga kitab suci tersebut adalah Taurat, Zabur dan Injil.

Artikel ini tidak membahas kepercayaan umat Muslim tentang pembatalan akan ketiga kitab tersebut, ataupun juga keyakinan bahwa adanya penyimpangan dalam penulisan yang dilakukan oleh umat Yahudi dan Kristen untuk ketiga kitab suci tersebut.

Tujuan dari artikel ini adalah untuk menguji berbagai pendapat dari kalangan Muslim akan ketiga kitab tersebut. Bagaimana pengertian mereka tentang ketiga kitab tersebut?

Perlu dinyatakan disini tentang keyakinan penulis bahwa Taurat, Zabur dan Injil yang naskahnya masih ada di tengah-tengah umat Yahudi dan Kristen (Alkitab), adalah sama dengan kitab-kitab terdahulu yang diturunkan oleh Allah Yang Mahakuasa.

Umat Muslim percaya bahwa ketiga kitab suci terdahulu telah dilebur Nabi Muhammad dalam hubungannya dengan umat Yahudi dan Kristen yang hidup pada masanya. Istri pertama Nabi, Siti Khodijah diketahui beragama Kristen sebelum menjadi Muslim, sepupunya yang bernama Waraka (Warqa) diketahui juga sebagai seorang pelajar Alkitab yang serius dan bahkan ada kemungkinan juga menjadi seorang penterjemah. Jadi sangatlah menarik jika kita dapat mengetahui apa yang dikatakan Quran mengenai ketiga kitab suci ini, dan juga kita dapat mengetahui akan pemikiran umat Yahudi dan Kristen yang hidup pada masa itu. Dalam melakukan hal ini kita juga akan melakukan perbandingan dengan Kitab Injil.

Pengertian Umat Muslim tentang Tiga Kitab Suci Umat Muslim pada umumnya mengenal akan Taurat, Zabur dan Injil, pengertian mereka akan ketiga kitab ini sangat sederhana. Semuanya berpikir bahwa hal ini merupakan pewahyuan yang diberikan melalui Hazrat Musa, Daud dan Isa (yang berati damai besertanya). Tapi di bawah ini kita akan melihat beberapa pendapat lain.

Pendapat yang mengatakan bahwa Taurat setara dengan Pentateukh: Tiga bagian dari Alkitab telah dikutip oleh Alquran menjadi bagian dari wahyu yang diterimanya yaitu Pentateukh(Kitab Kejadian sampai dengan Ulangan) atau kitab Musa (Taurat); Mazmur Daud (Zabur) dan Injil Isa (Glasse, The Concise Encyclopedodia of Islam, hal. 72).

Pendapat yang mengatakan bahwa Taurat setara dengan Perjanjian Lama: Pendapat lain mengatakan bahwa Taurat lebih kurang merupakan pewahyuan yang diberikan kepada umat Yahudi.

Agama yang berhubungan dengan Ibrahim (Abraham) dan semua agama yang berhubungan dengan Yahudi dan Kristen harus menanggung konsekuensinya. Qur'an meninggikan yang satu dan mengabaikan yang lain contoh : Di antara mereka (umat dan kitabnya) ada kelompok yang berlaku benar, tapi kebanyakan dari mereka berkelakuan sangat buruk (ayat 66).

Mereka diminta untuk hidup sesuai dengan Torah (Taurat) dan Evangel(Injil), tapi seperti para pendahulu organisasi agama tradisi lainnya, kaum Yahudi dan Keristen saling bertengkar satu sama lain bahwa masing-masinglah yang mempunyai kunci ke jalan keselamatan dalam eksklusivitas mereka :'Umat Yahudi berkata bahwa umat Kristen tak mempunyai dasar atas keyakinan mereka sedang umat Kristen mengatakan yang sebaliknya, padahal mereka semuanya membaca kitab tersebut.' (II,120). (FazlurRahman, Islam halaman 27).

Dari kutipan di atas dari Fazlur Rahman diketahui bahwa Kitab yang menjadi dasar umat Yahudi dan Kristen adalah Taurat 
dan Injil, yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Pemikiran ini berasal dari kesaksian Al-Quran sendiri. Kepercayaan yang sama juga ditunjukkan oleh A.J Arberry, Muslim dari Inggris yang menyatakan kata pengantarnya dalam penterjemahan Al-Quran:

Dalam beberapa bagian dikatakan bahwa Al-Quran telah diturunkan untuk "mengkonfirmasikan yang sebelumnya", yang berarti Kitab Taurat dan Injil; yang merupakan kitab Yahudi dan Kristen, kecuali beberapa kesalahan yang dianggap sebagai kebenaran .(Arberry, The Koran Interpreted, halaman xi).

Pendapat yang mengatakan bahwa Taurat setara dengan Kitab yang hilang: Abdullah Jusuf Ali kelihatannya menyetarakan Taurat dengan Perjanjian Lama ."Secara langsung dapat dikatakan bahwa ini setara dengan Kitab Yahudi." (Ali,The Holy Qur'an:Text, Translation and Commentary halaman 282). Karena kepercayaannya akan penyimpangan dari Alkitab, ada beberapa kualifikasi berikut:

Tapi Kitab tersebut telah hilang sebelum Islam disiarkan. Bagian yang hilang adalah "Hukum" dimana kehilangan terjadi oleh penyalinan secara massal yang dilakukan secara tradisional di masa kaum Yahudi dan Rasul hidup, di mana saya mencoba untuk menelusurinya dalam buku ini. (Ali,Ibid halaaman 285).

"Penyalinan massal secara tradisional" yang dimaksud Ali adalah merujuk pada Talmud (Ali,Ibid halaaman 285) (lihat bagian Interval Between Christ and Muhammad).

Jadi menurut pendapat Ali, Taurattak lagi berlaku. Pendapat yang mengatakan bahwa Injil setara dengan Kitab yang hilang:

Sesuai dengan Injil, beberapa pendapat penyimpangan adalah benar. Pendapat penyimpangan ini pada dasarnya merujuk pada variasi tema yang sama. Namun karena hal ini, dianggap bahwa terjadi penyimpangan dalam Injil. Dengan pandangan ini muncul pendapat bahwa Injil tak lagi ada. Hal ini menyebabkan pengakuan akan adanya Perjanjian Baru sangat kecil:

Injil (dari bahasa Yunani Evangel=kabar baik=Gospel) dikatakan dalam Quran bukanlah Perjanjian Baru yang diakui sebagai kanon dalam gereja, melainkan yang diajarkan adalah yang diyakini Islam sebagai yang diajarkan Kristus. Bagian-bagian yang menyimpanglah yang selamat dan yang sekarang diakui Gereja sebagai kanon (contoh Gospel of Childhood, Gospel of Nativity, Gospel of St Barnabas- dikenal di Indonesia sebagai Injil Barnabas). (Ali Ibid, halaman 287).

Pendapat yang mengatakan bahwa Injil setara dengan Empat Kitab pertama dari Perjanjian Baru: Mengacu pada pendapat Cyril Glasee, ahli Muslim dari Barat, ia menggunakan 3 nama berbeda untuk Injil yaitu: Injil Yesus, Injil dan Perjanjian Baru:

Tiga bagian dari Alkitab diterima sebagai Al-Qur'an sebagai wahyu yaitu: Pentateukh, Kitab Musa (Taurat); Mazmur Daud (Zabur) dan Injil...

Tapi Zabur dan Injil tidak mendapat tempat dalam norma Islam, dan isinya kemungkinan besar tak diketahui atau diabaikan oleh saudara-saudara dari Muslim. Dan Injil sangat sukar sekali diterima dalam Al-Qur'an; hal ini disebabkan Injil bertentangan dengan doktrin pemahaman Islam, dan sebagaian besar karena wujud alamiah Kristus...

Umat Muslim percaya bahwa Kitab Perjanjian Baru yang digunakan oleh umat Kristen tak benar, dan telah mengalami penyesatan. (Glasse, Ibid, halaman 72)

Karena adanya perbedaan tema inilah Injil dianggap telah mengalami penyimpangan, ada kalangan Muslim yang menolak Perjanjian Baru sebagai Injil.

Pendapat yang mengatakan bahwa Injil setara dengan Perjanjian Baru:
Hughes membuat pernyataan yang menarik pada tahun 1885:

Injil digunakan dalam Al-Qur'an, dan secara tradisi oleh pengikut Nabi pada mulanya, yaitu tentang pewahyuan yang diberikan Allah pada Nabi Isa. Tapi di kemudian hari Injil diasosiasikan sebagai Perjanjian Baru (Hughes, Dictionary of Islam, halaman 211).

Bagi sebagian umat Muslim sangatlah sulit menerima fakta bahwa Hazrat Isa tidak berbicara atau menulis Injil. Adanya pengarang yang berbeda dari Perjanjian Baru merupakan konsep baru bagi mereka.

Pendapat yang mengatakan Mazmur setara dengan Hazrat Daud Mazmur atau Zabur bukan merupakan isu yang besar. Kecuali pendapat dari Cyril Glasse di atas.

Pendapat yang mengatakan bahwa Taurat, Zabur dan Injil setara dengan Alkitab:
Puncak dari semua ini adalah pendapat dari Abdul Rahman Azzam, pemimpin Muslim yang dihormati dan pendiri dari Liga Arab, dan merupakan salah seorang yang mempengaruhi Malcolm X menjadi Islam Ortodoks:

Imam Ibnu Al Qayyim berkata: Allah yang dimuliakan telah mengirim para nabiNya dan memberikan pewahyuan melalui buku untuk menunjukkan keadilan di bumi dan di surga."(Azzam, The Eternal Message of Muhammad hal. 102)

Ketika mengomentari kutipan ini, Azzam berkata," Melalui semua buku pewahyuan dilakukan oleh Allah yaitu: Alkitab, Al-Quran."(Azzam Ibid, hal. 102). Azzam telah menyetarakan ketiga kitab (Taurat, Zabur dan Injil) ini dengan Alkitab yang kita kenal sekarang.

Kamis, 04 Juli 2019

SEPULUH AYAT ALKITAB TENTANG FIRMAN ALLAH

SEPULUH AYAT ALKITAB TENTANG
      FIRMAN TUHAN

          Ev. Matius Sobolim, M. Th


Firman Tuhan sangatlah penting bagi kehidupan orang Kristen. Melalui Firman Tuhan, kita dapat mengetahui kehendak Tuhan dan dapat mendengar janjiNya atas hidup kita. Berikut adalah ayat-ayat Alkitab tentang Firman Tuhan.

 Ibrani 4:12

Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.

For the word of God is alive and active. Sharper than any double-edged sword, it penetrates even to dividing soul and spirit, joints and marrow; it judges the thoughts and attitudes of
the heart.

 2 Timotius 3:16-17

Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.

All Scripture is God-breathed and is useful for teaching, rebuking, correcting and training in righteousness, so that the servant of God may be thoroughly equipped for every good work.

 Mazmur 119:105

Sabda-Mu adalah pelita bagi langkahku, cahaya untuk menerangi jalanku.

Your word is a lamp for my feet, a light on my path.

 Yakobus 1:22

Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri.

Do not merely listen to the word, and so deceive yourselves. Do what it says.

 Yesaya 40:8

Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya.

The grass withers and the flowers fall, but the word of our God endures forever.

Matius 7:24

Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.

Therefore everyone who hears these words of mine and puts them into practice is like a wise man who built his house on the rock.

 Matius 24:35

Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu.

Heaven and earth will pass away, but my words will never pass away.

 Matius 4:4

Tetapi Yesus menjawab: “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.”

Jesus answered, “It is written: ‘Man shall not live on bread alone, but on every word that comes from the mouth of God.’”

 Yohanes 1:1

Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.

In the beginning was the Word, and the Word was with God, and the Word was God.

 Mazmur 33:4

Sebab firman TUHAN itu benar, segala sesuatu dikerjakan-Nya dengan kesetiaan.

Ev. Matius Sobolim, M.Th

Sabtu, 31 Desember 2016

SURVEI MEMBUKTIKAN ORANG KRISTEN TIDAK MEMBACA ALKITA

 SURVEI MEMBUKTIKAN ORANG KRISTEN TIDAK MEMBACA ALKITA

 

1296012939_161085510_1-Gambar--SAMPUL-TAS-ALKITAB.jpg

Sebuah penelitian baru menunjukkan sebagian besar orang Kristen tidak membaca Alkitab setiap hari.
 
LifeWay Research menemukan bahwa 90 persen dari anggota gereja setuju dengan pernyataan, "Saya ingin menyenangkan dan menghormati Yesus dalam semua hal yang saya lakukan."
Tapi ketika ditanya secara pribadi berapa besar frekuensi mereka membaca  Alkitab ( di luar dari ibadah Gereja) :


- 19 persen menjawab "setiap hari."
- 26 persen mengatakan beberapa kali seminggu.
- 14 persen mengatakan mereka membaca Alkitab "sekali seminggu."
- 22 persen mengatakan "sekali sebulan" atau "beberapa kali dalam sebulan."
- 18 persen mengatakan "jarang / tidak pernah."


"Keterlibatan dengan Alkitab memiliki dampak di hampir setiap bidang pertumbuhan rohani," kata Ed Stetzer, presiden LifeWay Research,.


"Firman Allah adalah kebenaran, karena membaca dan mempelajari Alkitab merupakan kegiatan yang memiliki dampak paling besar terhadap pertumbuhan rohani," kata Stetzer. "Sayangnya, masih banyak anggota gereja yang tidak membaca Alkitab secara teratur. Anda tidak akan tumbuh jika Anda tidak mengenal Allah dan menghabiskan waktu di dalam Firman Allah. "

"Anda dapat mengikuti Kristus dan melihat Alkitab sebagai sumber kebenaran Anda," kata Stetzer. "Tetapi jika kebenaran itu tidak terserap dalam pikiran, aspirasi dan tindakan, Anda tidak sepenuhnya terlibat dengan kebenaran."

Matius Sobolim, M. Th

Kamis, 13 Oktober 2016

ALKITAB YANG DI INSPIRASIKAN (THE INSPIRATION OF THE BIBLE)

ALKITAB YANG DI-INSPIRASIKAN (THE INSPIRATION OF THE BIBLE)

Matius Sobolim, M. Th

         Bila kita berbicara tentang "inspirasi" Alkitab seringkali yang muncul dalam pemikiran kita bahwa kata ini ditujukan untuk menggambarkan kualitas dari penulis dari pada tulisan itu sendiri. Namun sebenarnya kata ini dengan jelas memberi arti utama pada tulisan itu sendiri. Jikalau kita memperhatikan definisi dari kata inspirasi dalam beberapa bahasa, maka kita akan mengerti dengan jelas kemana arah utama dari kata ini. Dalam bahasa latin, kata "inspirasi" berasal dari dua kata yaitu in dan spio yang berarti menghembuskan ke dalam.

         Dalam bahasa Ibrani kata inspirasi adalah Neshama dan Nismah yang berarti nafas. Dalam bahasa Yunani yang tertulis dalam 2 Timotius 3:16 ".... segala tulisan yang diilhamkan Allah" pasa graphe theo-pneustos, berarti Allah menafasi. Alkitab adalah diberikan melalui inspirasi Allah. Kata-kata yang ada dalam Alkitab itu adalah inspirasi (nafas) Allah. Dalam ayat di atas secara harfiah disebutkan bahwa Allah menafasi, artinya diinspirasikan oleh Allah. Disini digambarkan bagaimana  tulisan itu datang. Tulisan itu adalah produksi dari aktifitas yang kreatif dari nafas Ilahi. Walau manusia yang menulisnya, namun Allah- lah yang membawanya kepada kenyataan.

 Isi dan sifat dari tulisan itu sendiri telah ditentukan melalui kuasa dari Roh. Hal demikian inilah yang membuat tulisan itu layak untuk mengajar, menegur, memperbaiki dan mendidik orang pada kebenaran. Ide tentang "nafas Allah" atau "nafas Illahi" telah cukup dikenal dalam dunia Perjanjian Lama. Hal itu merupakan sebuah perbandingan (metafora) dalam mengaplikasikan aktifitas Ilahi, khususnya Roh Kudus. Mazmur 33:6, "Oleh firman TUHAN langit telah dijadikan, oleh nafas dari mulut-Nya segala tentaranya." Ayub 33:4, "Roh Allah telah membuat aku, dan nafas yang Mahakuasa membuat aku hidup."
Teori-teori tentang inspirasi Masalah terbesar dalam sejarah penerimaan Alkitab adalah keraguan orang tentang keabsahan Alkitab yang semuanya adalah dinafasi Allah. Si A berkata, "Oh ya, Alkitab itu Firman Allah tetapi tidak semuanya." Si B berkata, "Alkitab itu adalah sebagian perkataan Allah dan sebagian lagi perkataan manusia." Dari keraguan dan kesalahan pengajaran dan keyakinan itu, maka muncullah beberapa teori tentang inspirasi.
  1. Inspirasi Natural. Teori ini mengajarkan bahwa Alkitab itu ditulis oleh orang baik dan setia. Mereka tidak dibimbing oleh Roh Kudus. Namun orang-orang ini adalah orang jenius dan bermoral tinggi. Dari ajaran ini kemudian berkembang sebuah keyakinan bahwa tulisan orang-orang terkenal, penginjil-penginjil besar adalah diinspirasikan oleh Allah.
  2. Inspirasi Konsep. Mengajarkan bahwa Allah memberikan pemikiran kepada para penulis dan mengizinkan mereka bertahun-tahun kemudian untuk mengungkapkan kembali pemikiran tersebut dalam kata-kata sendiri sesuai dengan buah pemikiran mereka.
  3. Inspirasi Parsial. Alkitab itu diinspirasikan (diwahyukan, diilhami) beberapa bagian tertentu saja.
  4. Inspirasi Okasional. Mengajarkan bahwa penulis Alkitab diinspirasikan oleh Allah kadang- kadang saja. Pada waktu mereka menulis tidak selamanya mereka dibimbing oleh Roh Kudus sehingga kadang-kadang mereka bisa terpengaruh oleh buah pemikiran mereka sendiri.
  5. Verbal Dictation Mengajarkan bahwa setiap kata yang ada dalam Alkitab itu adalah di diktekan oleh Allah. Seorang penulis itu bagaikan "mesin tik" artinya personalitas mereka tidak akan muncul dalam tulisan mereka.
Kita bisa bingung bila melihat pernyataan dari konsep-konsep palsu di atas. Namun ada hal yang mungkin bisa menjadi bahan pertimbangan bagi kita bahwa dalam kebenaran tiada jalan tengah. Sesuatu itu pasti kasus atau bukan kasus. Sebuah garis itu lurus atau tidak lurus. "Alkitab itu diiinspirsikan oleh Allah, atau tidak diinspirasikan oleh Allah" jadi hanya ada dua pilihan. Bila tulisan dalam Alkitab itu tidak diinspirasikan oleh Allah, maka hal itu hanyalah produksi manusia belaka.
Paulus berkata, "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran. Dengan demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan baik" (2 Timotius 3:16, 17).
Alkitab memastikan inspirasinya sendiri tanpa meragukan. Pengajaran yang benar tentang inspirasi Inspirasi Pleanary dan Inspirasi Verbal . Plenary berarti penuh, komplit, keseluruhan dari tiap-tiap bagian. Inspirasi Plenary menjelaskan bahwa setiap bagian dari Alkitab itu diwahyukan/mendapat wahyu yang sama, tidak ada yang berat sebelah. Inspirasi verbal mengungkapkan bahwa dokumen asli dari Alkitab telah dituliskan oleh manusia, dimana mereka diizinkan untuk menuliskan sesuai dengan kepribadian dan talenta yang mereka miliki.
 Namun saat mereka menulis, mereka berada di bawah pengawasan dan bimbingan Roh Kudus. Hasilnya setiap kata yang ada dalam naskah asli adalah yang sempurna dan tanpa kesalahan dan tepat seperti apa yang diinginkan Allah untuk diberikan kepada manusia. Mari kita perhatikan lebih teliti lagi 2 Timotius 3:16. "Tiap-tiap kitab yang diwahyukan Allah (TL), pasa graphe theopneustos (all scripture God-breathed). 
Dalam teks ada sesuatu yang dikatakan dinafasi oleh Allah yaitu tiap- tiap "kitab" yaitu kitab yang dituliskan. Yang dituliskan itu adalah perkataan dalam Alkitab yaitu nafas Allah. Inilah yang disebut dengan konsep inspirasi verbal. Dalam Perjanjian Lama lebih dari 3800 kali disebutkan bahwa kitab itu adalah Firman Allah.
Contoh, Keluaran 17:14; 2 Samuel 23:2; Yeremia 1:9. Yesus sendiri dengan jelas menganut konsep inspirasi verbal seperti yang Dia katakan dalam Matius 5:17, 18:"Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi". Iota adalah huruf terkecil dalam bahasa Yunani. 
Disini Yesus mengungkapkan keyakinan yang teguh bahwa Perjanjian Lama adalah wahyu Ilahi, sebab itu setiap perkataan memiliki arti yang rohani. Kristus berjanji pada murid-muridNya bahwa perkataan akan pengabaran Injil akan diberikan pada mereka (Matius 10:19). Paulus memberi fakta melalui tulisannya bahwa apa yang dia tuliskan adalah perkataan Allah (1 Korintus 11:23).

Catatan akhir:
  1. Frank E.G., The Meaning Of Inspiration (dalam Essay In Apologetics by Berth Thomson Ph.D & Wayne Jackson M.A.), page 168.
  2. Way Jackson M.A., The Holy Scriptures - Verbally Inspired (dalam Essay in Apologetics), page 169.
  3. R. A. Finlayson, Contemporary Ideas Of Inspiration (dalam Revelation and The Bible), hal 222.

WAHYU DAN INSPIRASI



WAHYU DAN INSPIRASI
(Revelation and Inspiration)
Ev. Matius Sobolim, M. Th

“Segala tulisan adalah diilhamkan Allah dan memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran” (2 Timotius 3:16).    
Dua ayat terakhir dari 2 Petrus 1 mengatakan: “Bahwa nubuat-nubuat dalam Kitab Suci tidak boleh ditafsirkan menurut kehendak sendiri, sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.” (2 Petrus 1:20-21). Marilah kita melihat ini secara literal. Kata yang diterjemahkan “kehendak sendiri” di sini adalah idios. Dan idios adalah kata Yunani yang berarti “one's own private ownership.” Sedangkan kata yang diterjemahkan “ditafsirkan” di sini adalah epilusis, yang secara literal berarti “unloosing.” Ini menghubungkan dengan sumber originalnya. Dan “is” [dalam KJV] bukan penggunaan kata untuk “to be,” tetapi ginetai, berarti “come into being.” Jadi marilah kita menerjemahkan persis seperti yang Petrus tuliskan: “no prophecy came into existence, came into being, by one's private origination” – bukan datang dari padanya – “tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.”
Mari sekarang kita membuka 2 Timotius 3: 16: “Seluruh Kitab Suci” – dan “is” dalam [Alkitab KJV] Anda dicetak miring, yang berarti ini bukan asli dari bahasa aslinya – “seluruh Kitab Suci diberikan melalui inspirasi Allah” -- KJV (2 Timotius 3:16). Dan kata-kata ini adalah terjemahan dari satu kata, yaitu theopneustos, jadi “seluruh Kitab Suci theopneutos.” Di hadapan Allah dan Kristus Yesus…. aku berpesan dengan sungguh-sungguh kepadamu … Beritakanlah firman” (2 Timotius 4:1). Ada dua bagian untuk kata itu dan keduanya penuh arti. Setiap bagian yang terpisah memiliki arti sendiri. Gambaran yang diletakkan di balik theopneutos adalah seperti permainan seruling. Gambaran dari seorang pemain seruling adalah mereka meniup dan tiupan itu menjadi instrumen. “Seluruh Kitab Suci adalah nafas Allah (God-breathed) – Allah memainkan menjadi sebuah instrumen, tiupan menjadi instrumen, dan instrumen  itu adalah Kitab Suci. Kata ini, seperti yang saya katakan, dibagi menjadi dua bagian. Pertama berhubungan dengan pribadi yang meniup – yaitu sang Pemberi wahyu, yaitu Allah. Theos adalah kata Yunani untuk “Allah.” Ia meniup menjadi instrumen wahyu-Nya. Ketika Anda menggunakan kata “revelation” dan “inspirasi,” Anda sedang menggunakan kata-kata dari bahasa Latin. Kata Latin untuk “menyingkapkan”, “mewahyukan”, “menyatakan” adalah revelare. Dan bentuk substantif dari kata ini adalah revelatio. Dalam bahasa Yunani, kata kerja bahasa Yunani akan menjadi apokalupto yang memiliki arti yang sama persis dengan revelare dalam bahasa Latin. Dan kata apokalupsis adalah bentuk substantifnya yang berarti “pembukaan selubung,” “penyingkapan,” Apocalypse. Kita mengambil kata itu ke dalam bahasa Inggris. Jadi bagian pertama dari kata ini adalah  theos, Allah sang penyingkap, pemberi wahyu, Pribadi yang menyingkapkan kebenaran ini.
Bagian kedua dari kata ini, pneutos atau penuma, adalah kata untuk “menafaskan,” dan dalam bahasa Latin nya adalah “inspiratio.” Bentuk verbal dalam bahasa Latin, inspirare berarti “meniup ke dalam” (to breathe into). Dan substantif dari kata ini atau bentuk kata bendanya adalah inspiratio, “yang ditiupkan ke dalam.” Bahasa Yunani empeneo berarti “meniupkan ke dalam”; dan dalam bahasa Yunani klasik, kata ini berhubungan dengan pemain seruling. Ini adalah gambaran dari seluruh pernyataan substantif dari rasul Paulus. “Seluruh Kitab Suci adalah theopneutos,” dinafaskan Allah,  “melalui wahyu,” penyingkapan, penyataan kebenaran. Wahyu berhubungan dengan kebenaran yang manusia tidak akan pernah ketahui dengan kekuatan alami, atau dengan menggunakan kemampuan alaminya. Ini adalah penyingkapan, penyataan kebenaran yang manusia tidak akan pernah ketahui dengan kemampuan dirinya sendiri – bukan melalui reset, bukan melalui observasi, bukan melalui studi, bukan melalui pengalaman. Ia tidak pernah dapat mengetahuinya. Itu harus berasal dari Tuhan. Tuhan yang harus menyingkapkannya. Itulah wahyu, penyataan, apokalupsis, kebenaran ilahi yang diberikan kepada kita yang mana hanya Tuhan yang dapat mengetahuinya. Inspirasi berhubungan dengan transmisi kebenaran wahyu itu. Penyingkapan itu sendiri datang dari Allah; dan dalam mujizat, Roh Kudus Allah menghembuskan kebenaran ke dalam kata-kata, ke dalam Kitab Suci yang tertulis.  Wahyu Allah yang tertulis adalah inspirasi. 
Penciptaan dunia ini adalah wahyu. Tidak ada seorangpun di sana. Tidak ada seorangpun yang melihatnya. Kita mengetahuinya dalam penyingkapan dari Allah. Ini adalah wahyu. Ini menjadi inspirasi tatkala Musa menuliskan penyingkapan tentang bagaimana Allah menciptakan alam semesta ini pada mulanya. Musa menuliskannya tanpa salah, inerrancy, infallibility. Ketika Rasul Yohanes, di pulau Patmos, ia melihat visi dari wahyu Kristus (apokalupsis). Ini adalah kata pertama dalam Kitab Wahyu, yaitu  Apokalupsis, wahyu Yesus Kristus dalam seluruh kemuliaan agung-Nya. Dan wahyu yang disingkapkan kepada Rasul Yohanes adalah tentang kesudahan dunia, dan akhir dari sejarah. Segala hal yang berhubungan dengan akhir zaman ada di sana dalam bentuk panorama, dinyatakan di depan mata Rasul Yohanes. Itu adalah wahyu. Ini menjadi inspirasi, tatkala Yohanes dapat menuliskannya infalibel, benar, setia, dan tanpa salah. Jadi wahyu berhubungan dengan “isi” kebenaran, kebenaran ilahi dari Allah. Sedangkan inspirasi berhubungan dengan “transmisi” kebenaran itu, tulisan dari kebenaran Allah. 

WAHYU ALLAH
Pertama kita akan berbicara tentang wahyu. Wahyu dibangun di atas tiga asumsi, yaitu: Pertama, bahwa Allah dapat dan mau berkomunikasi kepada manusia. Asumsi kedua, bahwa kebenaran yang dikomunikasikan adalah macam dan sifat kebenaran yang tidak pernah dapat diketahui manusia melalui observasi atau dengan akal, atau dengan menggunakan kemampuan alaminya. Sebagai contoh, matahari dapat melepuhkan kulit saya. Ini adalah pengalaman dan observasi. Tetapi dari mana asalnya matahari itu dan siapa yang meletakkan di langit sana, saya tidak akan pernah dapat mempelajarinya melalui observasi, bahkan astronom sekalipun juga tidak akan pernah dapat memahaminya. Semua yang dapat ia lakukan hanyalah berdasarkan apa yang dilihatnya. Tetapi ia tidak dapat menjelaskan asal-usulnya atau siapa yang menciptakannya. Itu harus diketahui melalui wahyu dari Allah. Itulah kebenaran ilahi yang tidak dapat dipelajari dengan kemampuan manusia. 
Ada tiga cara bagaimana Allah mengkomunikasikan kebenaran-Nya, yaitu bagaimana Allah menyingkapkan kebenaran ilahi-Nya:
1.      Pertama secara obyektif, melalui manifestasi eksternal. Dalam Kitab Keluaran dan Ulangan, dikatakan bahwa Allah menulis Sepuluh Perintah dengan jari-Nya sendiri. Ini adalah wahyu yang obyektif. Allah menulisnya di atas batu dengan jari tangan-Nya sendiri. Kisah dalam  Kitab Daniel, di tengah pesta Belsyazar, tangan Allah dan jari-jari Allah menulis di dinding. Itu adalah wahyu yang obyektif. Tentunya wahyu obyektif yang paling agung ditemukan dalam diri Yesus Kristus: “Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran… sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus” (1 Yohanes 1:14, 17). Seperti apakah Allah itu? Lihatlah Yesus. Bagaimana Allah bicara? Dengarkan Kristus. Bagaimana cara mengikut Tuhan? Ikutilah langkah kaki Tuhan Yesus. Itu adalah salah satu cara yang Allah gunakan untuk menyingkapkan kebenaran illahi-Nya, yaitu melalui apa yang tampak (outward), eksternal, manisfestasi obyektif.

2.      Kedua Allah menyingkapkan kebenaran illahi-Nya secara mistikal, melalui mimpi dan melalui visi. Ketika Anda membaca Kitab Yehezkiel, atau ketika Anda membaca Kitab Daniel, atau banyak kali dalam kehidupan orang-orang seperti Rasul Paulus, dan tentunya juga dalam kehidupan Rasul Yohanes di pulau Patmos, mereka melihat kebenaran illahi yang Allah wahyukan atau nyatakan dalam visi dan mimpi. Itu adalah cara kedua bagaiman Allah mewahyukan kebenaran illahi-Nya.


3.      Ketiga Allah mewahyukan kebenaran illahinya secara inwardly, bersifat subyektif.  Dalam Kitab II Raja-Raja pasal tiga, ketika Elisa mencari kehendak Tuhan, ia memanggil seorang pemetik kecapi. Dan ketika pemetik kecapi itu memainkan kecapinya, Firman Tuhan datang kepada Elisa. Dalam banyak kali, Alkitab mengatakan: “Dan datanglah Firman Allah kepada” penyampai pesan dan nabi, dan selalu seperti itu. Firman Allah datang kepada penyampai berita di dalam hatinya, secara subyektif. Ini adalah wahyu obyektif ketika tangan Allah menulis di dinding, yaitu dinding istana Belsyazar di Babilon. Ini adalah kebenaran wahyu Allah yang bersifat subyektif ketika Daniel menjelaskan apa arti kata-kata itu kepada raja. Itulah tiga cara yang Allah pakai untuk mewahyukan, mengkomunikasikan kebenaran illahi-Nya kepada manusia.
Selanjutnya, yang ketiga ada tiga karakteristik dari wahyu Allah, kebenaran illahi yang Allah singkapkan kepada manusia, yaitu;
1.      Wahyu itu selalu bersifat maju (onward). Penyampaiannya cenderung bersifat meningkat. Ini dikarakteristik oleh wahyu yang datang belakangan menyempurnakan wahyu sebelumnya.  Ini bersifat progresif. Perkembangan dan perluasannya selalu bersifat maju dan meningkat. Allah tidak pernah statis. Ia selalu dinamis dan bergerak. Selalu ada kemajuan dan peningkatan di dalam Tuhan.  Karya penciptaan-Nya diikuti dengan karya penebusan-Nya. Dan karya penebusan-Nya diikuti dengan pembenaran-Nya. Pembenaran-Nya diikuti dengan penyucian-Nya. Dan penyucian-Nya diikuti oleh pemuliaan-Nya. Selalu ada gerakan, perkembangan, peningkatan dalam pewahyuan Allah. Jadi isi Kitab Suci dibangun seperti aliran-aliran air yang dialirkan untuk menyatu ke dalam arus sungai utama, anak-anak sungai diarahkan untuk bergabung ke dalam sungai utama. Seperti itulah wahyu Allah. Kitab Ibrani mulai dengan seperti ini, “Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya” (Ibrani 1:1, 2). Semua anak sungai ini diarahkan ke wahyu Allah yang final, komplit, dan penuh.
Atau Anda dapat membuat ilustrasi tentang wahyu Allah yang terus berkembang dan progresif ini dengan tulisan bergambar. Mula-mula orang-orang menulis dalam bentuk gambar-gambar. Anda menyebutnya “hieroglyphics.” Ketika Anda melihat kuburan kedap udara yang disegel di Mesir, di sana ada tulisan-tulisan dalam bentuk gambar. Tulisan itu disebut hieroglyphic. Ini ada pada zaman dulu. Hanya pada tahun-tahun terkemudian kita mulai menulis dengan menggunakan alfabet, tulisan abstrak. Tetapi mula-mula orang menulis dengan membuat gambar. Allah juga melakukan itu.  Mula-mula Allah menyimpan kebenaran-Nya dalam bentuk tipe-tipe dan simbol-simbol, ritual-ritual dan upacara-upacara, tatacara-tatacara dan hiasan yang orang dapat lihat pada baju yang dipakai oleh imam dan setiap hiasan itu memiliki arti; bagaimana hiasan-hiasan, kandil, meja sajian, mezbah, ritual, semua itu merupakan tipe atau lambang. Allah menyimpan kebenaran-Nya yang orang-orang dapat lihat ketika Ia memimpin semua itu ke dalam kebenaran akhir (ultimate truth). 
Anda dapat juga mengilustrasikan dengan cara lain. Perkembangan wahyu yang bersifat progesif ini seperti seorang anak yang dibentuk dan  dididik serta dibimbing untuk menjadi dewasa. Ketika anak itu menjadi remaja, ia harus dididik secara keras. Ia harus didisiplinkan. Dan membesarkan anak tanpa disiplin akan menghancurkan hidupnya di masa remaja. Anak itu perlu bimbingan dan harus didisiplinkan dengan keras. Seperti Alkitab berkata, “pukulan rotan atau berikan rotan dan pukullah anak.” Pada permulaan wahyu, Anda akan menemukan paksaan sebagaimana Yosua diperintahkan untuk melenyapkan orang Kanaan atau Saul diperintahkan untuk mencincang Agag dan orang-orang Amalek. Tetapi kemudian Alkitab akan membangun pendekatan dengan cara persuasi moral seperti yang sedang saya lakukan hari ini. Tidak mengikat dan tidak memukul Anda dengan rotan atau pedang, tetapi menyentuh hati Anda. Pewahyuan adalah seperti itu, ini bersifat progresif. Ini seperti anak yang bertumbuh menjadi dewasa. Saya pernah mendengar, suatu kali ada anak yang benar-benar nakal di Sekolah Minggu. Tetapi Minggu berikutnya ia begitu manis, baik, dan alim. Sehingga gurunya bertanya kepada anak-anak lainnya, “Apa yang kalian bisa katakan tentang dia?”  Dan anak-anak yang ada di kelas itu menjawab, “Ibu guru, kami tidak dapat berkata apa-apa tentang dia. Kami baru saja memukul hidungnya.” Itu lah disiplin untuk anak itu.
Apakah Anda ingat dengan kisah terkenal ini? Kisah tentang anak orang yang sangat kaya, yang nakal sekali ada di suatu department store. Ia sedang naik kuda-kudaan dan ibunya tidak dapat membujuknya untuk turun. Pihak department store tidak ingin menyinggung orang kaya itu. Oleh sebab itu mereka memanggil seorang psikolog untuk membujuk anak itu turun dari kuda-kudaan itu. Kemudian psikolog itu berbicara kepada anak kecil itu dan anak kecil itu pun akhirnya turun dari kuda-kudaan seperti yang dimintanya. Ketika mereka pulang, ibunya bertanya kepada anak itu, “Apa yang psikolog tadi katakan kepada kamu?” Dan anak kecil itu menjawab, “Psikolog itu berkata kepada saya, “Kamu harus turun dari kuda-kudaan itu sekarang, atau saya akan memukul kamu, sehingga kamu tidak dapat duduk selama satu minggu karena pantatmu sakit.” Jadi, seperti itulah cara Allah dalam memberikan wahyunya. Ini diberikan kepada kita sejauh kita dapat menerimanya. Dan mula-mula seperti anak kecil Tuhan mempimpin kita menuju kedewasaan. Itu adalah karakteristik pertama dari pewahyuan. Itu bersifat meningkat. Ada perkembangan di dalamnya.

2.      Karakteristik kedua dari pewahyuan adalah selalu memiliki tujuan di dalamnya. Selalu ada alasan di dalamnya. Mula-mula orang tua kita yang pertama membuat daun ara untuk menutupi ketelanjangan mereka, tetapi Tuhan berkata, “Jangan lakukan itu.” Dan Ia menumpahkan darah binatang di Taman Eden dan membuatkan pakaian dari kulit binatang itu untuk menutupi ketelanjangan orang tua kita yang pertama. Tentu ada maksud di dalamnya, ada tujuan di dalamnya.  Di pintu gerbang Taman Eden, para kerup mengajar orang tua pertama kita dan Habil dan keluarganya untuk membawa domba dan meletakkan di atas mezbah serta mengorbankannya sebagai korban persembahan kepada Tuhan. Jelas ada maksud di dalamnya. Dalam beribadah kepada Allah, dalam kemah dan bait suci yang indah, pelayanan bait suci, pelayanan kemah suci, simbol-simbol, semuanya itu mahamulia. Ketika waktunya sudah tiba, yaitu ketika antitipe dari tipe yang menggambarkan masa depan itu tiba, maka Kekristenan harus menanggalkan baju usangnya dan berjalan menuju kedewasaan. Namun wahyu itu, semuanya selalu memiliki tujuan. Itu lah teologi. Wahyu itu bergerak menuju maksud final dan akhirnya.

3.      Karakteristik ketiga dari wahyu adalah – homogeneous. Ia memiliki kontinuitas. Ia memiliki keserasian antara satu dengan yang lain secara menyeluruh. Tidak ada yang saling kontradiksi antara yang satu dengan yang lainnya, tetapi ia memiliki tekstur  homogeneous di dalam keseluruhannya. Anda mengetahui bahwa di dalam segala sesuatu Allah bekerja. Seluruh alam semesta memperlihatan pikiran yang agung dari sang Mahakuasa.  Hukum-hukum yang sama dapat Anda temukan di atas bumi ini, di bulan atau di Mars atau di Saturnus atau di Galaksi Bima Sakti kita. Di manapun di alam semesta ini Anda menemukan ciptaan, Anda menemukan suatu penyataan pikiran illahi yang sama. Seperti itulah wahyu itu. Itu seperti matematika. Tidak ada kontradiktif yang paling sederhana baik dalam geometri atau dalam kalkulus atau dalam cabang-cabang ilmu matematika lainnya. Itu semua sama. Apa yang terselubung di satu tempat mungkin tersingkap di tempat lain, tetapi itu semua selalu sama atau memiliki kesatuan. Jadi itu lah wahyu Allah. Tidak ada sesuatu yang ada di satu tempat bertentangan dengan yang ada di tempat lain.  Itu selalu homogeneous. Seluruhnya bersifat kontinuitas. Itu adalah sesuatu yang luar biasa yang ditemukan di dalam Firman Allah. Itulah Tuhan. Ia menjadikan demikian. Dan Anda menemukan pikiran-Nya, perluasan pikiran-Nya di dalam Kitab Suci.


INSPIRASI KITAB SUCI
1.      Teori Inspirasi yang Salah
Sekarang kita sampai pada masalah inspirasi, yaitu transmisi kebenaran illahi, mujizat Roh Kudus yang memimpin para penulis untuk mencatat kebenaran Allah tanpa salah. Ada tiga teori inspirasi, yang menurut saya itu tidak benar;
a.       Teori “rasionalistik.” Kaum rasionalis tidak percaya tentang pribadi Allah. Ia tidak percaya hal-hal yang bersifat supranatural, dan baginya Alkitab dihasilkan oleh pikiran dan kemampuan serta kejeniusan manusia belaka. Baginya inspirasi yang ada dalam diri penulis Alkitab adalah hal yang sama yang Anda dapat temukan dalam inspirasi genius dari Homer atau Cicero atau Dante atau Milton atau Shakespeare atau para penulis literatur besar lainnya. Baginya tidak ada perbedaan antara Alkitab dengan literatur manusia lainnya.

b.      Teori kedua dari inspirasi, saya menyebutnya “fractional.”  “Fractional” adalah teori yang mengajarkan bahwa bagian-bagian tertentu dari Alkitab diinspirasikan, tetapi bukan keseluruhan Alkitab. Mereka akan berkata bahwa Alkitab berisi Firman Tuhan. Mereka akan berkata beberapa kata adalah Firman Tuhan, tetapi Alkitab secara keseluruhan bukan Firman Tuhan. Itulah ide mereka tentang inspirasi Alkitab.

c.       Teori ketiga ini adalah teori yang sangat menggelikan, yaitu teori “mekanis.” Ini disebabkan oleh karena liberalisme menyerang iman umat Allah yang percaya Alkitab, sehingga mereka berkata bahwa kita percaya dalam teori “mekanis” tentang inspirasi.  Bahwa Allah mendiktekan firman Allah dan Ia sebagai Pendiktenya sedangkan penulis Alkitab menulis sama seperti yang didiktekan Tuhan. Semua teori ini bagi saya adalah teori tentang inspirasi Alkitab yang sangat menggelikan.

  
2.      Teori Inspirasi yang Alkitabiah
Ini lah yang saya pikirkan tentang inspirasi Alkitab, wahyu Allah yang tertulis. Saya berpikir Roh Kudus -- seperti menurut kesaksian Alkitab sendiri -- Roh Kudus adalah pembimbing supranatural untuk para penulis ketika mereka menuliskan kebenaran illahi, yaitu wahyu illahi itu. Dan mereka menulis di bawah inspirasi Roh Allah, di bawah pimpinan Roh Kudus, di bawah hembusan Roh Allah. Mereka menuliskannya infallibility dan inerrantly. Jadi, itulah cara yang saya percaya. Itu tidak berarti bahwa Allah tidak menggunakan manusia. Ia menggunakan manusia ini sejauh yang Ia mau. Misalnya semak yang menyala tetap semak biasa atau burung gagak yang mengirimkan roti kepada Elia tetap lah seperti burung biasa lainnya namun dipakai Tuhan sebagai alatnya. 
Sebagai contoh, Alkitab berkata bahwa Musa mempelajari semua ilmu seni dan ilmu pengetahuan di Mesir. Ketika berada di istana ia telah dididik tentang hukum-hukum dan pemerintahan. Dan ketika Anda membaca legalisasi Mosaik, Anda dapat melihat pikiran orang yang sudah terlatih di bidang hukum, itulah Musa. Yesaya adalah pengkhotbah di istana. Ia menyampaikan nubuatannya dengan gaya puisi yang luar biasa. Ia memberikan ikhtisar yang agung setelah ia menyampaikan nubuatannya. Saya pikir, tidak ada literatur  yang sama mulianya dengan khotbah Yesaya. Amos, di sisi lain, pemberita untuk suatu bangsa. Dan ketika Anda membaca Kitab Amos, Anda akan merasa seperti ada di ladang. Allah menggunakan mereka berdua. Puisi Daud yang luar biasa, seorang pemuji Israel, Allah menggunakan dia. Tuhan menggunakan Daud untuk menyatakan dan menuliskan penyataan illahi-Nya.  Allah menggunakan Salomo orang yang paling berhikmat di dunia untuk menulis amsal-amsal. Dr. Lukas – ia memiliki kegemaran untuk mengadakan suatu riset. Dan ketika ia menulis Injil Lukas dan juga ketika ia menulis Kisah Para Rasul, ia menghubungkan fakta dengan mengadakan penelitian secara seksama yaitu dengan menanyai setiap saksi dan semua sumber dari kebenaran yang akan ia tuliskan. Rasul Paulus yang adalah Saulus dari Tarsus adalah seorang rabinik, murid Talmudik di sepanjang pendidikannya. Ia diajar langsung oleh Gamaliel, cucu dari Hillel dan seorang rabi yang agung. Dan ketika Anda membaca surat-surat Paulus, Anda sedang membaca tulisan seorang teolog. Ia berbicara seperti sedang mendidik orang di sekolah teologi. Allah menggunakan dia. Itu adalah cara penulisan wahyu, menurut kemampuan dan karunia yang orang itu miliki dalam pimpinan Roh Kudus.
Dapatkah saya berkata tentang hal yang sama di jaman modern ini? Phillips Brooks adalah seorang pengkhotbah budayawan. Dan di sana di Trinity Church di Boston, selama bertahun-tahun ia menyampaikan firman Allah untuk kalangan akademisi, pembelajar, dan budayawan Boston. Itulah Phillips Brooks dari Boston. Billy Sunday dari Chicago  memberitakan firman Tuhan di jalanan dengan cara yang mengejutkan dunia. White Sox seorang pemain basball yang bertobat, tanpa pendidikan, ia menyampaikan firman Tuhan juga seperti itu. Walaupun mereka berbeda-beda, namun Roh Kudus memakai mereka semua -- seorang ahli budaya seperti Phillips Brooks, dan yang menekankan masalah keterikatan oleh dunia, hukuman neraka dan kutukan yang dikhotbahkan oleh Billy Sunday. Itu adalah cara Allah melakukannya. Ia menggunakan manusia menurut kemampuannya. Dan inspirasinya adalah Roh Kudus yang memimpin orang itu untuk menuliskan kebenaran.
Jadi kita dapat menyimpulkan bahwa inspirasi memiliki tiga karakteristik, yaitu; (1) Inspirasi yang benar selalu bersifat plenary. Ini menunjukkan bahwa keseluruhan Alkitab diinspirasikan. Plenary ini bukan berarti bahwa hanya bagian-bagian tertentu yang diinspirasikan, tetapi seluruh Firman Allah adalah nafas Allah. (2) Inspirasi bersifat verbal. Ini dalam bentuk bahasa. Ini juga dalam bentuk kata-kata. Setiap kata diinspirasikan; bukan hanya pikiran, atau bukan usaha penulis untuk menuliskan pengalaman subyektifnya, tetapi setiap kata dinafaskan oleh Tuhan. Tidak ada musik dan melodi tanpa not.  Tak ada matematika tanpa angka-angka (fugures), dan tak ada Kitab Suci tanpa kata-kata. Dan jika Kitab Suci diinspirasikan, dan dinafaskan oleh Allah, maka setiap kata diinspirasikan Tuhan, dinafaskan Tuhan. Dan (3) yang terakhir adalah inspirasi firman Allah bukan hanya plenary, atau secara keseluruhan, atau secara verbal saja, atau kata perkata, atau menggunakan bahasa; tetapi sepenuhnya adalah supranatural. Ini bukan apa yang dapat manusia biasa tuliskan: “Sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah” (2 Petrus 1:21).