Tampilkan postingan dengan label Wahyu. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Wahyu. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 15 Juni 2013

EKSPOSISI KITAB WAHYU 3:14-20




Oleh: Matius Soboliem, S. Th. 




"Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Laodikia: Inilah firman dari Amin, Saksi yang setia dan benar, permulaan dari ciptaan Allah: Aku tahu segala pekerjaanmu, engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas! Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulutKu. Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang, maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli daripadaKu emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat. Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah! Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suaraKu dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku akan makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku."




Kota Laodikia ialah sebuah kota yang terletak di Propinsi Asia dalam Kerajaan Romawi, yang sekarang letaknya di bagian Barat Turki. Kota ini merupakan kota yang kaya dan merupakan pusat perdagangan pada waktu itu. Kota ini terkenal karena pabrik kain black wool, sekolah kedokteran dan sistem perbankan yang baik. Jadi rupanya kehidupan kota ini tidak terlalu jauh berbeda dengan situasi, perkembangan, dan kehidupan ekonomi sosial masa kini: pabrik tekstil, pabrik garmen, universitas, dan sistem perbankan yang modern. Maka, gereja Laodikia hidup di tengah-tengah masyarakat yang makmur dan kaya itu. Tak ubahnya seperti keadaan gereja kita hari ini. Namun sayang sekali, dari ketujuh jemaat yang dikecam oleh Tuhan dalam ketujuh suratnya dalam Kitab Wahyu itu, jemaat Laodikialah yang mendapat kecaman dan teguran yang paling keras dan tajam. Oleh sebab itu gereja di Laodikia inilah yang kami ambil sebagai studi perbandingan dengan keadaan gereja kita hari ini dalam kita berbicara tentang Teologia Kemakmuran.




"Aku tahu segala pekerjaanmu," demikian kata Tuhan, "engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas!" Di sini Yesus memulai dengan "Aku tahu," suatu istilah yang muncul berulang kali dalam ketujuh surat ini (band. 2:2,9,13,19; 3:1,8 dst.). Yesus yang telah bangkit dan naik ke sorga itu tahu atas kejadian-kejadian di jemaatNya. Ia tahu apa yang dilakukan dan aniaya yang diderita oleh mereka. Bahkan Ia tahu isi hati mereka, kesulitan mereka dan kebutuhan mereka. Apa "pekerjaan" yang dimaksud? Yohanes tidak memberi penjelasan lebih lanjut. Tapi nada bahasanya agaknya positif sifatnya, semacam pujian Tuhan terhadap mereka (band. 2:2). Namun Yohanes melanjutkan dengan mengatakan bahwa mereka tidak dingin dan tidak panas. Pada waktu itu - mungkin juga hari ini - orang percaya bahwa air panas bisa menyembuhkan, dan air dingin menyegarkan, tetapi air yang suam-suam kuku tidak menyembuhkan dan juga tidak menyegarkan, melainkan memualkan. Itulah sebabnya Yesus kemudian mengatakan "Aku akan memuntahkan engkau dari mulutKu" (ayat 16). Kata memuntahkan berasal dari kata emeo - yang adalah suatu kata yang kuat sekali untuk menyatakan keengganan seseorang untuk mentolerir atau menerima sesuatu. Sesuatu itu tidak bisa diterima, maka terpaksa harus ditolak dengan cara seperti seseorang memuntahkan sesuatu dari mulutnya. Betapa kerasnya nada bahasa ini, bukan? Leon Morris berkata: "'To spit you out of my mouth, ex ~resses in the strongest way a vigorous repudiation of the Laodiceans."146




Selanjutnya kita melihat ada beberapa kata yang menunjukkan sifat congkak dari jemaat di Laodikia, yang kemudian ditegur dengan tajam oleh Tuhan Yesus. "Aku kaya dan aku telah memperkaya diriku"; dan lebih congkak lagi mereka berkata: "aku tidak kekurangan apa-apa." Bukankah kata-kata sombong ini menunjukkan sifat dan pandangan hidup yang materialistik dari jemaat di Laodikia? Bukankah kekayaan materi yang menjadi ukuran bagi suksesnya mereka? Padahal di mata Tuhan Yesus mereka adalah miskin, buta, dan telanjang (ayat 17). Betapa ironisnya apabila kita melihat kemajuan dan kemakmuran mereka yang katanya mempunyai sistem perbankan yang baik, sekolah kedokteran dan pabrik kain black wool, tetapi oleh Tuhan mereka dikatakan miskin, buta, dan telanjang, sekalipun dikatakan bahwa Yesus tahu akan segala pekerjaan mereka. Bekerja buat Tuhan itu baik. Melayani Tuhan itu baik. Tetapi janganlah sampai kita bekerja dan melayani Tuhan begitu rupa sampai kita hanya kaya secara jasmani, kita sukses secara duniawi, tetapi kita melarat di mata Allah dan miskin secara rohani.




Mengapa Yesus mengatakan demikian? Mereka kaya, tetapi dikatakan miskin? Yesus melihat kesuksesan seseorang bukan pada materi saja, melainkan juga pada nilai-nilai rohani. Maka Yesus bisa mengatakan: "sebab apa yang dikagumi manusia, dibenci oleh Allah" (Lukas 16:15). Yesus mengatakan kalimat ini dalam konteks Ia menegur orang-orang Farisi, hamba-hamba uang itu. Yesus juga mengatakan: "Berjaga jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaan itu.... Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah" (Lukas 12:15,21). Demikianlah aspek rohani dari kehidupan orang Kristen - kaya di hadapan Tuhan - tidak boleh kita abaikan. Tidak heran selanjutnya Yesus menasihatkan jemaat di Laodikia agar mereka membeli emas dari Tuhan, yaitu emas yang telah dimurnikan dalam api, agar mereka menjadi kaya.




Apa yang dimaksud dengan "emas yang telah dimurnikan"? Mengapa dikatakan "agar mereka menjadi kaya"? Bukankah mereka sudah kaya dan tidak kekurangan apa-apa? Tentunya yang dimaksud ialah kaya secara rohani di hadapan Allah (band. Lukas 12:21). "Emas yang telah dimurnikan" menunjuk pada. kekayaan yang sejati, bukan sebagaimana yang biasanya dicari atau dikagumi oleh manusia, melainkan kaya yang di hadapan Tuhan. Oleh sebab itu Yesus bisa mengatakan dalam khotbahNya di bukit: "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.... Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan" (Matius 5:3,6). Maka Yesus menasihati mereka agar mereka "membeli dari padaKu emas yang telah dimurnikan dalam api." Inilah kekayaan yang sejati di mata Tuhan dan merupakan berkat pemberian Tuhan. Oleh sebab itu dikatakan "membeli dari padaKu". "Membeli" tentunya berarti memperoleh dengan adanya "harga" yang harus dibayar, yaitu merendahkan diri di hadapan Tuhan, mengakui dirinya miskin, dengan iman memohon akan kasih karunia dan pertolongan Tuhan. Tidak heran Petrus bisa mengatakan adanya iman yang jauh lebih tinggi nilainya daripada emas yang fana" (I Petrus 1:7). Seberapa jauh orang Kristen hari ini memikirkan kekayaan yang sejati jenis ini? Atau kita selalu memikirkan harta duniawi dan berkat jasmani? Jangan lupa Yesus berkata kepada orang-orang Farisi: "Apa yang dikagumi manusia, dibenci oleh Allah." Kepada orang banyak Ia berkata: "...Kamu mencari Aku... karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang." Orang yang datang kepada Tuhan hanya karena berkat, ia satu hari akan kecewa. Orang yang mengikut Dia namun tidak menyangkal diri (si aku yang lama), dan memikul salibnya, ia tidak dapat menjadi murid Tuhan. Apakah kita hanya mau menerima berkat tapi menolak Kayu Salib? William Barclay sering mengatakan kalau Tuhan kita memakai mahkota duri, dapatkah kita sebagai murid-muridNya hanya mau memakai mahkota bunga mawar?




Kedua, Yesus menasihati mereka agar mereka membeli pakaian putih, agar mereka jangan kelihatan telanjang. Sekali lagi kita melihat penekanan dan konsep nilai Tuhan Yesus yang berbeda dengan mereka. Mereka mengatakan bahwa mereka kaya, mereka mempunyai pabrik kain black wool, tapi Yesus mengatakan bahwa mereka miskin dan telanjang. Maka mereka dinasihati untuk membeli pakaian putih, agar mereka tidak telanjang. "Pakaian putih" dalam Kitab Wahyu melambangkan kesucian dan kebenaran (dikaiosune), berkat karya Kristus di atas kayu salib... Maka kepada jemaat di Sardis Yesus berkata: "...Mereka akan berjalan dengan Aku dalam pakaian putih, karena mereka adalah layak untuk itu.... Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih..." (3:4-5; band. 4:4, 6:11, 7:9 dst.). Apa yang kita cari hari ini? Apa yang kita mohonkan kepada Tuhan setiap hari? Yesus menasihatkan agar kita membeli pakaian putih, yang melambangkan kehidupan yang suci dan benar di mata Tuhan. Dan inilah kesaksian hidup yang sangat kita perlukan hari ini dalam masyarakat dan bukannya kehidupan orang Kristen yang sekularistis dan materialistis sifatnya, yang pada hakekatnya bisa merendahkan martabat manusia yang adalah makhluk rohani. Namun kami percaya bahwa ajaran Teologia Kemakmuran adalah sementara sifatnya. Mereka akan terus-menerus mengalami perbaikan dan kristalisasi sampai kepada ajaran yang sesuai dengan Alkitab, yaitu: bahwa kita tidak hanya mengajarkan Teologia Kemakmuran kepada jemaat, melainkan kita harus mengajarkan Teologia Kayu Salib. Kita perlu mengajar kan kebenaran Alkitab secara keseluruhan dan integral, bukan hanya sebagian saja. "We need to preach the whole gospel to the whole world." Demikianlah tema yang ditekankan berulang-ulang dalam Koperensi Lausanne II di Manila, 1989.




Ketiga, Yesus menasihati mereka agar mereka membeli minyak untuk melumas mata mereka, supaya mereka dapat melihat. Jemaat di Laodikia mengklaim dirinya kaya dan tidak kekurangan apa-apa. Di Laodikia terkenal dengan tiga keunggulan: pabrik kain black wool, perbankan, dan sekolah kedokteran, yang menurut kisah, mereka juga memproduksi minyak salep obat mata. Tetapi Yesus berkata bahwa mereka miskin, telanjang,'dan buta. Maka mereka perlu akan minyak yang berasal dari Tuhan untuk melumas mata mereka, agar mereka dapat melihat. Yesus berkata: "Akulah terang dunia, barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan. dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup" (Yohanes 8:12). Dengan kata lain, Yesus seolah-olah berkata: "Akuilah bahwa engkau adalah buta, dan percayalah bahwa Aku adalah terang dunia, dan mintalah kepadaKu minyak untuk melumas matamu, maka engkau akan melihat.""Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa yang tidak melihat, dapat melihat, dan supaya barangsiapa yang "merasa" ("merasa", dari penulis) dapat melihat, menjadi buta" (Yohanes 9:39). Kata-kata ini diucapkan oleh Tuhan Yesus kepada orang-orang Farisi setelah Ia memulihkan mata seorang yang buta sejak lahir. Sebaliknya, orang-orang Farisi yang merasa dirinya dapat melihat, mereka tidak mau datang kepada Tuhan untuk minta minyak untuk melumas mata mereka. Maka dosa mereka tetap, dan mereka tetap dalam keadaan buta. Terhadap orang-orang semacam ini Yesus hanya berkata: "Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok, jikalau ada orang yang mendengar suaraKu dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku" (Wahyu 3:20).

KALAU YESUS ADALAH ALLAH, BAGAIMANA DIA BERDOA KEPADA ALLAH DAN APAKAH YESUS BERDOA KEPADA DIRINYA SENDIRI ?

  KALAU YESUS ADALAH ALLAH, BAGAIMANA DIA BERDOA KEPADA ALLAH DAN APAKAH YESUS BERDOA KEPADA DIRINYA SENDIRI ? Ev. Matius Sobolim, M. Th. ...