Nas : Kej 1:26
Ungkapan ini mengandung suatu implikasi awal mengenai Allah
tritunggal. Penggunaan bentuk jamak "kita" menunjukkan adanya kejamakan di
dalam diri Allah (bd. Mazm 2:7; Yes 48:16). Penyataan mengenai
ketritunggalan Allah baru menjadi jelas dalam PB
(lihat cat. --> Mat 3:17;
lihat cat. --> Mr 1:11).
Nas : Kej 1:26
Dalam Kej 1:26-28 kita membaca tentang penciptaan manusia;
Kej 2:4-25 memberikan rincian yang lebih lengkap mengenai penciptaan
dan lingkungan mereka. Kedua kisah ini saling melengkapi dan mengajarkan
beberapa hal.- 1) Baik laki-laki maupun wanita diciptakan secara khusus oleh Allah, mereka bukan hasil proses evolusi (ayat Kej 1:27; Mat 19:4; Mr 10:6).
- 2) Laki-laki dan wanita keduanya diciptakan menurut "gambar" dan "rupa" Allah. Berdasarkan gambar ini, mereka dapat menanggapi dan bersekutu dengan Allah dan secara unik mencerminkan kasih, kemuliaan dan kekudusan-Nya. Mereka harus melakukannya dengan mengenal dan menaati-Nya (Kej 2:15-17).
- (a) Manusia memiliki keserupaan moral dengan Allah, karena mereka tidak berdosa dan kudus, memiliki hikmat, hati yang mengasihi dan kehendak untuk melakukan yang benar (bd. Ef 4:24). Mereka hidup dalam persekutuan pribadi dengan Allah yang meliputi ketaatan moral (Kej 2:16-17) dan hubungan yang intim. Ketika Adam dan Hawa berdosa, keserupaan moral dengan Allah ini tercemar (Kej 6:5). Dalam proses penebusan, orang percaya harus diperbaharui kepada keserupaan moral itu lagi (bd. Ef 4:22-24; Kol 3:10).
- (b) Adam dan Hawa memiliki keserupaan alamiah dengan Allah. Mereka diciptakan sebagai makhluk yang berkepribadian dengan roh, pikiran, perasaan, kesadaran diri, dan kuasa untuk memilih (Kej 2:19-20; Kej 3:6-7; 9:6).
- (c) Sampai batas tertentu susunan jasmaniah laki-laki dan wanita itu menurut gambar Allah. Hal ini tidak berlaku untuk hewan. Allah memberikan kepada manusia gambar yang dengannya Dia akan tampil kepada mereka (Kej 18:1-2) dan bentuk yang akan dipakai Anak-Nya kelak (Luk 1:35; Fili 2:7; Ibr 10:5).
- 3) Penciptaan manusia dalam rupa Allah tidak berarti bahwa mereka adalah ilahi. Manusia diciptakan pada tingkat yang lebih rendah dan tergantung kepada Allah (Mazm 8:6).
- 4) Seluruh kehidupan manusia pada mulanya berasal dari Adam dan Hawa (Kej 3:20; Rom 5:12).
Sebuah terjemahan kuno: binatang lain, baik jinak maupun liar; Ibrani: binatang jinak dan seluruh bumi.
Menurut para ahli Kitab Suci kisah penciptaan ini berasal
dari kalangan Para Imam. Ia lebih abstrak dan teologis dari pada kisah
berikutnya, Kej 2:4-25.
Pengarang kisah pertama ini bermaksud mengelompokkan semua makhluk
dengan cara yang ditinjau dari segi logika dapat memuaskan dan yang
mencakup segala sesuatu yang dijadikan Allah. Dengan berpegangan pada
suatu bagan yang rapih tersusun pengarang mengisahkan karya penciptaan
dalam rangka satu minggu. Karya Allah berakhir dengan beristirahat,
sebagaimana orang beristirahat pada hari Sabat. Semua makhluk mulai
berada atas kehendak Allah. Mula-mula diciptakan apa yang rendah
martabatnya, lalu yang lain-lain sampai dengan makhluk yang paling
mulia, yaitu manusia, gambaran Allah dan raja alam semesta. Kisah
penciptaan ini disusun berdasarkan ilmu pengetahuan yang amat primitip.
Karenanya tidak berguna sama sekali berusaha menyesuaikan kisah ini
dengan ilmu pengetahuan modern. Tetapi dalam bentuk yang sesuai dengan
zaman penyusunannya kisah ini menyajikan ajaran berupa wahyu mengenai
Allah yang esa dan transenden, Allah yang ada sebelum dunia dan yang
menciptakan segala sesuatu. Dan inilah ajaran yang berlaku bagi segala
zaman.
Bentuk jamak (Kita) ini dapat berarti bahwa tentang
penciptaan manusia Allah berunding dahulu dengan seisi sorga (malaikat).
bdk Kej 3:5,22. Terjemahan Yunani dalam, Maz 8:6 yang dikutip dalam Ibr 2:7 memang mengartikan Kej 1:26
ini dengan cara demikian. Tetapi bentuk jamak itu juga dapat
mengungkapkan kemuliaan dan kebesaran Allah, yang dalam bahasa Ibrani
diberi nama jenis yang umum, yaitu Elohim. Kata ini adalah bentuk jamak dari kata El
dan ini bersangkutan dengan kata Ibrani yang berarti: kekuatan. Nama
(Arab-Indonesia) Allah juga bersangkutan dengan kata El itu, Kalau
bentuk jamak (Kita) diartikan demikian maka disarankan tafsiran para
pujangga Gereja yang dalam Kej 1:26 ini melihat tersingkap rahasia Allah Tritunggal
Kata ini di sini mempunyai arti kolektip (umat manusia), sebab seterusnya dikatakan: supaya mereka berkuasa
Istilah "rupa" agaknya mau memperlemah arti istilah
"gambar" dan mencegah pengertian kesamaan. Istilah "gambar' mengandaikan
suatu keserupaan badaniah, seperti antara Adam dan anaknya, Kej 5:3.
Keserupaan manusia dengan Allah itulah yang membedakan manusia dengan
binatang. Selebihnya istilah itu mengandaikan suatu keserupaan
menyeluruh dalam Kodrat: akal, kehendak (bebas), kekuasaan. Berkat
sifat-sifat inilah manusia menjadi pribadi. Keserupaan kodrati yang
terungkap di sini menyiapkan wahyu tentang penyertaan manusia dalam
kodrat Allah yang dianugerahkan
Manusia ditjiptakan sebagai puntjak segala machluk. Ini ternjata dari uraian
keputusan Tuhan: bukan titah biasa, melainkan seolah-olah Tuhan mempertimbangkan
terlebih dahulu pentjiptaan manusia. Tuhan menaruh perhatian teristimewa
kepadanja. Perbedaan dengan tumbuh-tumbuhan dan binatang-binatang terutama
nampak dalam tertjiptanja manusia menurut tjitra-kesamaan Tuhan. Artinja: menurut
tjitra jang "menjamai" Tuhan. Dasar persamaan manusia dengan Tuhan terletak pada
bidang rohani. Namun dalam kissah ini sifat Tuhan jang terutama tampil kemuka
ialah: Maha-kuasaNja dan pemerintahanNja atas segala machluk. Dalam hal ini
manusia menjamai Tuhan dan mendjadi wakilNja terhadap machluk lain. Maka dari
itu ia menerima tugas memerintahkan machluk-machluk lainnya atas nama Tuhan.
Dengan tjaranja melukiskan manusia sebagai tjitra-kesamaan Tuhan, pengarang menghindari djuga semua anggapan-anggapan politeistis.
Dengan tjaranja melukiskan manusia sebagai tjitra-kesamaan Tuhan, pengarang menghindari djuga semua anggapan-anggapan politeistis.
Ref. Silang FULL: Kej 1:26 - Baiklah Kita // menjadikan manusia // menurut gambar // dan rupa // mereka berkuasa // di udara
· Baiklah Kita: Kej 3:5,22; 11:7; Mazm 100:3; Yes 6:8
· menjadikan manusia: Yes 45:18
· menurut gambar: Kej 1:27; Kej 5:3; 9:6; Mazm 8:6; 82:6; 89:7; 1Kor 11:7; 2Kor 4:4; Kol 1:15; 3:10; Yak 3:9
· dan rupa: Kis 17:28-29
· mereka berkuasa: Kej 9:2; Mazm 8:7-9
· di udara: Mazm 8:9
· menjadikan manusia: Yes 45:18
· menurut gambar: Kej 1:27; Kej 5:3; 9:6; Mazm 8:6; 82:6; 89:7; 1Kor 11:7; 2Kor 4:4; Kol 1:15; 3:10; Yak 3:9
· dan rupa: Kis 17:28-29
· mereka berkuasa: Kej 9:2; Mazm 8:7-9
· di udara: Mazm 8:9
kecilkan semua
Tafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)
A. Penciptaan (1:1-2:25).
Allah adalah Pencipta segala sesuatu. Sejak awal Kitab Kejadian, fokus dari sorotan penyataan terarah kepada Yang Mahakuasa. Dia adalah yang Awal, Sang Penyebab, dan Sumber dari segala yang ada. Dia menjadikan segala sesuatu dan semua orang yang akan cocok untuk memenuhi rencana-Nya bagi segala zaman. Semua materi yang diperlukan untuk pelaksanaan rencana ini diciptakan oleh-Nya dengan ajaib.
Allah adalah Pencipta segala sesuatu. Sejak awal Kitab Kejadian, fokus dari sorotan penyataan terarah kepada Yang Mahakuasa. Dia adalah yang Awal, Sang Penyebab, dan Sumber dari segala yang ada. Dia menjadikan segala sesuatu dan semua orang yang akan cocok untuk memenuhi rencana-Nya bagi segala zaman. Semua materi yang diperlukan untuk pelaksanaan rencana ini diciptakan oleh-Nya dengan ajaib.
26. Baiklah Kita menjadikan manusia.
Saat utama dari penciptaan tiba ketika Allah menciptakan manusia.
Narasi menggambarkan Allah sebagai meminta dewan surgawi atau kedua
anggota Tritunggal lainnya untuk memusatkan perhatian mereka pada
peristiwa ini. Tetapi, beberapa penafsir menafsirkan bentuk jamak kita
ini sebagai "kemegahan yang jamak" yang menunjukkan martabat dan
kebesaran. Bentuk jamak dari kata yang dipakai untuk Allah. Elohim,
dapat dijelaskan dengan cara yang kurang lebih sama. Tuhan ditampilkan
sebagai memberikan pertimbangan yang luar biasa terhadap suatu soal yang
sangat penting.
Menurut gambar (selem) dan rupa kita (demût). Sekalipun dua istilah sinonim ini memiliki arti yang berbeda, tampaknya tidak dimaksudkan untuk menyampaikan aspek yang berbeda dari diri Allah. Jelas bahwa manusia, sebagaimana diciptakan Allah, pada hakikatnya berbeda dengan semua jenis hewan yang sudah diciptakan. Manusia memiliki kedudukan yang jauh lebih tinggi, sebab Allah menciptakan manusia untuk menjadi tidak fana, dan menjadikan manusia suatu gambar khusus dari keabadian-Nya sendiri. Manusia adalah makhluk yang dapat dikunjungi serta berhubungan dan bersekutu dengan Khaliknya. Sebaliknya, Tuhan dapat mengharapkan manusia untuk menanggapi-Nya dan bertanggung jawab kepada-Nya. Manusia diberi kuasa untuk memiliki hak memilih, bahkan hingga ke tingkat tidak menaati Khaliknya. Manusia harus menjadi wakil dan penatalayan Allah yang bertanggung jawab di bumi, melaksanakan kehendak Allah dan menggenapi maksud sang Khalik. Penguasaan dunia diserahkan kepada makhluk ciptaan yang baru ini (bdg. Mzm. 8:5-7). Manusia ditugaskan untuk menaklukkan (kábash, "menginjak") bumi dan mengikuti rencana Allah yakni memenuhi bumi. Makhluk mulia ini, dengan kehormatan yang sulit dipercaya dan tanggung jawab yang berat, harus hidup dan bergerak bagaikan raja.
Menurut gambar (selem) dan rupa kita (demût). Sekalipun dua istilah sinonim ini memiliki arti yang berbeda, tampaknya tidak dimaksudkan untuk menyampaikan aspek yang berbeda dari diri Allah. Jelas bahwa manusia, sebagaimana diciptakan Allah, pada hakikatnya berbeda dengan semua jenis hewan yang sudah diciptakan. Manusia memiliki kedudukan yang jauh lebih tinggi, sebab Allah menciptakan manusia untuk menjadi tidak fana, dan menjadikan manusia suatu gambar khusus dari keabadian-Nya sendiri. Manusia adalah makhluk yang dapat dikunjungi serta berhubungan dan bersekutu dengan Khaliknya. Sebaliknya, Tuhan dapat mengharapkan manusia untuk menanggapi-Nya dan bertanggung jawab kepada-Nya. Manusia diberi kuasa untuk memiliki hak memilih, bahkan hingga ke tingkat tidak menaati Khaliknya. Manusia harus menjadi wakil dan penatalayan Allah yang bertanggung jawab di bumi, melaksanakan kehendak Allah dan menggenapi maksud sang Khalik. Penguasaan dunia diserahkan kepada makhluk ciptaan yang baru ini (bdg. Mzm. 8:5-7). Manusia ditugaskan untuk menaklukkan (kábash, "menginjak") bumi dan mengikuti rencana Allah yakni memenuhi bumi. Makhluk mulia ini, dengan kehormatan yang sulit dipercaya dan tanggung jawab yang berat, harus hidup dan bergerak bagaikan raja.