Tampilkan postingan dengan label PENCIPTAAN MANUSIA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label PENCIPTAAN MANUSIA. Tampilkan semua postingan

Rabu, 16 Maret 2016

BERFIRMANLAH ALLAH, "BAIKLAH KITA".

Full Life: Kej 1:26 - BERFIRMANLAH ALLAH, "BAIKLAH KITA".

Nas : Kej 1:26
Ungkapan ini mengandung suatu implikasi awal mengenai Allah tritunggal. Penggunaan bentuk jamak "kita" menunjukkan adanya kejamakan di dalam diri Allah (bd. Mazm 2:7; Yes 48:16). Penyataan mengenai ketritunggalan Allah baru menjadi jelas dalam PB
(lihat cat. --> Mat 3:17;
lihat cat. --> Mr 1:11).
[atau ref. Mat 3:17; Mr 1:11]

Full Life: Kej 1:26 - BAIKLAH KITA MENJADIKAN MANUSIA.

Nas : Kej 1:26
Dalam Kej 1:26-28 kita membaca tentang penciptaan manusia; Kej 2:4-25 memberikan rincian yang lebih lengkap mengenai penciptaan dan lingkungan mereka. Kedua kisah ini saling melengkapi dan mengajarkan beberapa hal.
  1. 1) Baik laki-laki maupun wanita diciptakan secara khusus oleh Allah, mereka bukan hasil proses evolusi (ayat Kej 1:27; Mat 19:4; Mr 10:6).
  2. 2) Laki-laki dan wanita keduanya diciptakan menurut "gambar" dan "rupa" Allah. Berdasarkan gambar ini, mereka dapat menanggapi dan bersekutu dengan Allah dan secara unik mencerminkan kasih, kemuliaan dan kekudusan-Nya. Mereka harus melakukannya dengan mengenal dan menaati-Nya (Kej 2:15-17).
    1. (a) Manusia memiliki keserupaan moral dengan Allah, karena mereka tidak berdosa dan kudus, memiliki hikmat, hati yang mengasihi dan kehendak untuk melakukan yang benar (bd. Ef 4:24). Mereka hidup dalam persekutuan pribadi dengan Allah yang meliputi ketaatan moral (Kej 2:16-17) dan hubungan yang intim. Ketika Adam dan Hawa berdosa, keserupaan moral dengan Allah ini tercemar (Kej 6:5). Dalam proses penebusan, orang percaya harus diperbaharui kepada keserupaan moral itu lagi (bd. Ef 4:22-24; Kol 3:10).
    2. (b) Adam dan Hawa memiliki keserupaan alamiah dengan Allah. Mereka diciptakan sebagai makhluk yang berkepribadian dengan roh, pikiran, perasaan, kesadaran diri, dan kuasa untuk memilih (Kej 2:19-20; Kej 3:6-7; 9:6).
    3. (c) Sampai batas tertentu susunan jasmaniah laki-laki dan wanita itu menurut gambar Allah. Hal ini tidak berlaku untuk hewan. Allah memberikan kepada manusia gambar yang dengannya Dia akan tampil kepada mereka (Kej 18:1-2) dan bentuk yang akan dipakai Anak-Nya kelak (Luk 1:35; Fili 2:7; Ibr 10:5).
  3. 3) Penciptaan manusia dalam rupa Allah tidak berarti bahwa mereka adalah ilahi. Manusia diciptakan pada tingkat yang lebih rendah dan tergantung kepada Allah (Mazm 8:6).
  4. 4) Seluruh kehidupan manusia pada mulanya berasal dari Adam dan Hawa (Kej 3:20; Rom 5:12).

BIS: Kej 1:26 - binatang lain, baik jinak maupun liar

Sebuah terjemahan kuno: binatang lain, baik jinak maupun liar; Ibrani: binatang jinak dan seluruh bumi.

Jerusalem: Kej 1:1--2:4

Menurut para ahli Kitab Suci kisah penciptaan ini berasal dari kalangan Para Imam. Ia lebih abstrak dan teologis dari pada kisah berikutnya, Kej 2:4-25. Pengarang kisah pertama ini bermaksud mengelompokkan semua makhluk dengan cara yang ditinjau dari segi logika dapat memuaskan dan yang mencakup segala sesuatu yang dijadikan Allah. Dengan berpegangan pada suatu bagan yang rapih tersusun pengarang mengisahkan karya penciptaan dalam rangka satu minggu. Karya Allah berakhir dengan beristirahat, sebagaimana orang beristirahat pada hari Sabat. Semua makhluk mulai berada atas kehendak Allah. Mula-mula diciptakan apa yang rendah martabatnya, lalu yang lain-lain sampai dengan makhluk yang paling mulia, yaitu manusia, gambaran Allah dan raja alam semesta. Kisah penciptaan ini disusun berdasarkan ilmu pengetahuan yang amat primitip. Karenanya tidak berguna sama sekali berusaha menyesuaikan kisah ini dengan ilmu pengetahuan modern. Tetapi dalam bentuk yang sesuai dengan zaman penyusunannya kisah ini menyajikan ajaran berupa wahyu mengenai Allah yang esa dan transenden, Allah yang ada sebelum dunia dan yang menciptakan segala sesuatu. Dan inilah ajaran yang berlaku bagi segala zaman.

Jerusalem: Kej 1:26 - Kita

Bentuk jamak (Kita) ini dapat berarti bahwa tentang penciptaan manusia Allah berunding dahulu dengan seisi sorga (malaikat). bdk Kej 3:5,22. Terjemahan Yunani dalam, Maz 8:6 yang dikutip dalam Ibr 2:7 memang mengartikan Kej 1:26 ini dengan cara demikian. Tetapi bentuk jamak itu juga dapat mengungkapkan kemuliaan dan kebesaran Allah, yang dalam bahasa Ibrani diberi nama jenis yang umum, yaitu Elohim. Kata ini adalah bentuk jamak dari kata El dan ini bersangkutan dengan kata Ibrani yang berarti: kekuatan. Nama (Arab-Indonesia) Allah juga bersangkutan dengan kata El itu, Kalau bentuk jamak (Kita) diartikan demikian maka disarankan tafsiran para pujangga Gereja yang dalam Kej 1:26 ini melihat tersingkap rahasia Allah Tritunggal

Jerusalem: Kej 1:26 - manusia

Kata ini di sini mempunyai arti kolektip (umat manusia), sebab seterusnya dikatakan: supaya mereka berkuasa

Jerusalem: Kej 1:26 - menurut gambar dan rupa

Istilah "rupa" agaknya mau memperlemah arti istilah "gambar" dan mencegah pengertian kesamaan. Istilah "gambar' mengandaikan suatu keserupaan badaniah, seperti antara Adam dan anaknya, Kej 5:3. Keserupaan manusia dengan Allah itulah yang membedakan manusia dengan binatang. Selebihnya istilah itu mengandaikan suatu keserupaan menyeluruh dalam Kodrat: akal, kehendak (bebas), kekuasaan. Berkat sifat-sifat inilah manusia menjadi pribadi. Keserupaan kodrati yang terungkap di sini menyiapkan wahyu tentang penyertaan manusia dalam kodrat Allah yang dianugerahkan

Jerusalem: Kej 1:26 - atas seluruh bumi

Dalam terjemahan Siria terbaca: atas semua binatang liar.

Ende: Kej 1:26

Manusia ditjiptakan sebagai puntjak segala machluk. Ini ternjata dari uraian keputusan Tuhan: bukan titah biasa, melainkan seolah-olah Tuhan mempertimbangkan terlebih dahulu pentjiptaan manusia. Tuhan menaruh perhatian teristimewa kepadanja. Perbedaan dengan tumbuh-tumbuhan dan binatang-binatang terutama nampak dalam tertjiptanja manusia menurut tjitra-kesamaan Tuhan. Artinja: menurut tjitra jang "menjamai" Tuhan. Dasar persamaan manusia dengan Tuhan terletak pada bidang rohani. Namun dalam kissah ini sifat Tuhan jang terutama tampil kemuka ialah: Maha-kuasaNja dan pemerintahanNja atas segala machluk. Dalam hal ini manusia menjamai Tuhan dan mendjadi wakilNja terhadap machluk lain. Maka dari itu ia menerima tugas memerintahkan machluk-machluk lainnya atas nama Tuhan.
Dengan tjaranja melukiskan manusia sebagai tjitra-kesamaan Tuhan, pengarang menghindari djuga semua anggapan-anggapan politeistis.

Ref. Silang FULL: Kej 1:26 - Baiklah Kita // menjadikan manusia // menurut gambar // dan rupa // mereka berkuasa // di udara

· Baiklah Kita: Kej 3:5,22; 11:7; Mazm 100:3; Yes 6:8
· menjadikan manusia: Yes 45:18
· menurut gambar: Kej 1:27; Kej 5:3; 9:6; Mazm 8:6; 82:6; 89:7; 1Kor 11:7; 2Kor 4:4; Kol 1:15; 3:10; Yak 3:9
· dan rupa: Kis 17:28-29
· mereka berkuasa: Kej 9:2; Mazm 8:7-9
· di udara: Mazm 8:9

kecilkan semua
Tafsiran/Catatan -- Catatan Kata/Frasa (per Ayat)

Wycliffe: Kej 1:1--2:25

A. Penciptaan (1:1-2:25).
Allah adalah Pencipta segala sesuatu. Sejak awal Kitab Kejadian, fokus dari sorotan penyataan terarah kepada Yang Mahakuasa. Dia adalah yang Awal, Sang Penyebab, dan Sumber dari segala yang ada. Dia menjadikan segala sesuatu dan semua orang yang akan cocok untuk memenuhi rencana-Nya bagi segala zaman. Semua materi yang diperlukan untuk pelaksanaan rencana ini diciptakan oleh-Nya dengan ajaib.

Wycliffe: Kej 1:26 - Baiklah Kita menjadikan manusia // Menurut gambar // dan rupa kita

26. Baiklah Kita menjadikan manusia. Saat utama dari penciptaan tiba ketika Allah menciptakan manusia. Narasi menggambarkan Allah sebagai meminta dewan surgawi atau kedua anggota Tritunggal lainnya untuk memusatkan perhatian mereka pada peristiwa ini. Tetapi, beberapa penafsir menafsirkan bentuk jamak kita ini sebagai "kemegahan yang jamak" yang menunjukkan martabat dan kebesaran. Bentuk jamak dari kata yang dipakai untuk Allah. Elohim, dapat dijelaskan dengan cara yang kurang lebih sama. Tuhan ditampilkan sebagai memberikan pertimbangan yang luar biasa terhadap suatu soal yang sangat penting.
Menurut gambar (selem) dan rupa kita (demût). Sekalipun dua istilah sinonim ini memiliki arti yang berbeda, tampaknya tidak dimaksudkan untuk menyampaikan aspek yang berbeda dari diri Allah. Jelas bahwa manusia, sebagaimana diciptakan Allah, pada hakikatnya berbeda dengan semua jenis hewan yang sudah diciptakan. Manusia memiliki kedudukan yang jauh lebih tinggi, sebab Allah menciptakan manusia untuk menjadi tidak fana, dan menjadikan manusia suatu gambar khusus dari keabadian-Nya sendiri. Manusia adalah makhluk yang dapat dikunjungi serta berhubungan dan bersekutu dengan Khaliknya. Sebaliknya, Tuhan dapat mengharapkan manusia untuk menanggapi-Nya dan bertanggung jawab kepada-Nya. Manusia diberi kuasa untuk memiliki hak memilih, bahkan hingga ke tingkat tidak menaati Khaliknya. Manusia harus menjadi wakil dan penatalayan Allah yang bertanggung jawab di bumi, melaksanakan kehendak Allah dan menggenapi maksud sang Khalik. Penguasaan dunia diserahkan kepada makhluk ciptaan yang baru ini (bdg. Mzm. 8:5-7). Manusia ditugaskan untuk menaklukkan (kábash, "menginjak") bumi dan mengikuti rencana Allah yakni memenuhi bumi. Makhluk mulia ini, dengan kehormatan yang sulit dipercaya dan tanggung jawab yang berat, harus hidup dan bergerak bagaikan raja.