Tampilkan postingan dengan label Keluaran. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Keluaran. Tampilkan semua postingan

Senin, 17 Juni 2013

INTRODUKSI KITAB KELUARAN



 INTRODUKSI KITAB

ANIKMAS
Kitab Keluaran.



Penulis : Musa
Tema : Penebusan
Tanggal Penulisan : Sekitar 1445-1405 SM




Latar Belakang.

            Keluaran melanjutkan kisah yang dimulaikan dalam Kejadian. Judul kitab ini diambil dari kata Yunani exodos (judul yang dipakai di Septuaginta, yaitu PL dalam bahasa Yunani) yang artinya “keluaran” atau “keberangkatan.” Kata ini menunjuk kepada pembebasan bangsa Israel secara luar biasa dari perhambaan di Mesir oleh Allah dan keberangkatan mereka dari negeri itu sebagai umat Allah.

Dua persoalan mengenai Latar Belakang. kitab Keluaran telah menimbulkan pertentangan besar: tanggal bangsa Israel keluar dari Mesir dan penulis kitab ini.
Para ahli telah mengusulkan dua tanggal keluarnya bangsa Israel itu.

  1. “Tanggal yang dini” (juga disebut tanggal alkitabiah) diambil dari 1Raj 6:1 yang menyatakan bahwa peristiwa tersebut terjadi 480 tahun sebelum “tahun keempat, sesudah Salomo menjadi raja atas Israel”; berarti peristiwa ini terjadi sekitar 1445 SM. Juga dalam Hak 11:26, Yefta (+ 1100 SM) menyatakan bahwa bangsa Israel telah menduduki tanah mereka selama 300 tahun, yang akan menempatkan saat penaklukan kurang lebih tahun 1400 SM. Kronologi peristiwa keluaran, penaklukan tanah Kanaan, dan periode para hakim ini cocok dengan sejarah Israel yang tercatat selama pemerintahan tiga raja yang pertama (Saul, Daud, dan Salomo).
  2.  “Tanggal yang belakangan” terjadinya keluaran (+ 1290 SM), diusulkan oleh para peneliti Alkitab yang liberal, berlandaskan anggapan-anggapan tertentu mengenai raja-raja Mesir dan penanggalan arkeologis tentang hancurnya kota-kota di Kanaan sepanjang masa penaklukan pada abad ke-13. Juga terdapat perselisihan pendapat antara para sarjana Alkitab konservatif dan liberal mengenai kepenulisan Musa. Para penafsir modern sering kali memandang kitab ini sebagai hasil karya beberapa orang, yang diselesaikan pada waktu yang lama sekali setelah zaman Musa (disebut teori JDEP).  
  3. Akan tetapi, tradisi Yahudi sejak zaman Yosua (Yos 8:31-35), ditambah kesaksian Yesus (bd. Mrk 12:26), kekristenan yang mula-mula, dan hasil penelitian konservatif masa kini, semuanya menghubungkan asal mula kitab ini dengan Musa Lagi pula, bukti-bukti dalam kitab itu sendiri mendukung kepenulisan Musa. Banyak hal-ihwal dalam kitab Keluaran menunjukkan bahwa penulisnya merupakan seorang saksi mata peristiwa-peristiwa yang tercatat (mis. Kel 2:12; Kel 9:31-32; Kel 15:27); juga, bagian-bagian tertentu dalam kitab ini sendiri membuktikan bahwa Musa terlibat langsung dalam penulisannya (mis. Kel 17:14; Kel 24:4; Kel 34:27).
Tujuan.
Keluaran ditulis untuk memberikan laporan tentang tindakan-tindakan Allah yang bersejarah dan bersifat menebus sehingga Israel dibebaskan dari Mesir, ditetapkan sebagai bangsa pilihan-Nya, dan diberi penyataan tertulis mengenai perjanjian-Nya dengan mereka. Kitab ini juga ditulis sebagai mata rantai yang teramat penting dalam keseluruhan penyataan diri Allah yang bertahap-tahap yang mencapai puncaknya di dalam diri Yesus Kristus dan dalam PB.

Survai.
Kitab Keluaran dimulai dengan penderitaan keturunan Yakub akibat penindasan, perbudakan, dan pembunuhan bayi di Mesir; kitab ini diakhiri dengan kehadiran, kuasa, dan kemuliaan Allah dinyatakan (yaitu, berdiam) di tengah-tengah umat-Nya yang dibebaskan di tengah padang gurun. Kitab Keluaran terbagi atas tiga bagian.

1. Pasal 1-14 (Kel 1:1–14:31) mengisahkan Israel di Mesir menderita penindasan di bawah raja yang tidak mengenal Yusuf dan Allah yang menebus Israel “dengan tangan yang teracung dan dengan hukuman-hukuman yang berat” (Kel 6:5). Termasuk peristiwa-peristiwa bersejarah dalam bagian ini ialah: kelahiran Musa, perlindungan dan persiapannya (pasal 2; Kel 2:1-25); panggilan Musa di semak yang menyala (pasal 3-4; Kel 3:1-4:31); kesepuluh tulah (pasal 7-12; Kel 7:1-12:51); Paskah (pasal 12; Kel 12:1-51); dan penyeberangan Laut Merah (pasal 13-14;Kel 13:1-14:31). Keluaran Israel dari Mesir di sepanjang PL dipandang sebagai pengalaman penebusan terbesar di dalam perjanjian yang lama.
 
2. Pasal 16-18 (Kel 16:1-18:27) menggambarkan Israel di padang gurun menuju ke Gunung Sinai. Allah menuntun umat-Nya yang tertebus dengan tiang awan dan tiang api dan menyediakan manna, burung puyuh serta air, sambil melatih mereka untuk berjalan dengan iman dan ketaatan.
 
3. Pasal 19-40 (Kel 19:1–40:38) mencatat Israel di Gunung Sinai menerima penyataan yang meliputi : perjanjian (pasal 19; Kel 19:1-25), Sepuluh Hukum (pasal 20; Kel 20:1-17), dan kemah suci dan keimaman (pasal 25-31; Kel 25:1-31:18). Kitab ini berakhir dengan penyelesaian kemah suci dan kemuliaan Allah yang memenuhinya (pasal 40; Kel 40:1-38).
Ciri-ciri Khas.
 
Lima ciri utama menandai Keluaran.
1. Kitab ini mencatat keadaan sejarah dari kelahiran Israel sebagai bangsa.
2. Kitab ini memuat ringkasan hukum moral dan tuntutan kebenaran Allah bagi umat-Nya, Dalam Kesepuluh Hukum (pasal 20; Kel 20:1-17), dan dengan demikian memberikan landasan bagi etika dan prinsip-prinsip moral alkitabiah dalam penyataan selanjutnya.
3. Merupakan kitab PL terpenting dalam menggambarkan sifat kasih karunia dan kuasa penebusan Allah dalam tindakan. Dari segi PL, Keluaran melukiskan sifat adikodrati pembebasan umat Allah dari bahaya dan perbudakan dosa, Iblis, dan dunia.
4. Seluruh kitab ini penuh dengan penyataan yang agung mengenai Allah yang mulia dalam sifat-sifat-Nya (benar, murah hati, setia, kudus, dan mahakuasa); Tuhan atas sejarah dan raja-raja perkasa; Penebus yang mengikat perjanjian dengan orang yang tertebus; adil dan benar sebagaimana terungkap dalam hukum moral dan pertimbangan-Nya; dan layak disembah dengan tulus sebagai Allah yang mahatinggi yang turun untuk “berdiam” dengan umat-Nya.
5. Kitab Keluaran menekankan bagaimana, apa, dan mengapa ibadah sejati harus menyusul sebagai akibat dari penebusan umat Allah.
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru.
 
Sepanjang Keluaran terdapat bayangan mengenai penebusan yang ditawarkan dalam perjanjian yang baru. Paskah pertama, penyeberangan Laut Merah, dan pemberian Hukum Taurat di Gunung Sinai adalah penting bagi PL sebagaimana kematian, kebangkitan Yesus, dan pemberian Roh Kudus pada hari Pentakosta adalah penting bagi PB. Lambang-lambang dalam Keluaran yang menggambarkan Kristus dan penebusan dalam PB adalah Musa, Paskah, penyeberangan Laut Merah, manna, batu karang dan air, Kemah Suci, dan imam besar.
 
Penggenapan Dalam Perjanjian Baru
Tuntutan-tuntutan moral yang mutlak dari Sepuluh Hukum diulangi dalam PB sebagai tuntutan bagi orang percaya perjanjian baru. Paskah pertama, penyeberangan Laut Merah, dan pemberian Hukum Taurat di Gunung Sinai adalah penting bagi PL sebagaimana kematian, kebangkitan Yesus, dan pemberian Roh Kudus pada hari Pentakosta adalah penting bagi PB. Lambang-lambang dalam Keluaran yang menggambarkan Kristus dan penebusan dalam PB adalah Musa, Paskah, penyeberangan Laut Merah, manna, batu karang dan air, Kemah Suci, dan imam besar.Tuntutan-tuntutan moral yang mutlak dari Sepuluh Hukum diulangi dalam PB sebagai tuntutan bagi orang percaya perjanjian baru.

Sabtu, 15 Juni 2013

Eksposisi Kitab Keluaran



Eksposisi Kitab Keluaran


Oleh 
Matius Soboliem, S. Th.



KELUARAN 23:1-9



Ay 1-2:



1)   Ini merupakan penerapan / perluasan dari hukum ke 9 dari 10 hukum Tuhan, yaitu ‘janganlah engkau bersaksi dusta’ (Kel 20:16).



Kalau sampai saat ini saudara masih meremehkan dusta, maka perhatikan bahwa dalam Wah 21:8 pendusta termasuk dalam orang-orang yang masuk ke neraka! Disamping itu ingatlah bahwa sebagai orang kristen kita disebut ‘orang kudus’ atau ‘orang benar’ oleh Kitab Suci. Adalah suatu kontradiksi kalau kita yang disebut ‘orang kudus / benar’ itu terus berdusta, karena dusta jelas merupakan ketidakbenaran!



2)   Kata-kata ‘saksi’ (ay 1), ‘kesaksian’, ‘perkara’, dan ‘hukum’ (ay 2) menunjukkan bahwa bagian ini ditekankan khususnya untuk pengadilan. Jadi, kalau kita menjadi saksi dalam pengadilan, kita harus menjadi saksi yang jujur, yang tidak memutarbalikkan kebenaran.



Tetapi tentu saja bagian ini juga berlaku di luar pengadilan. Jadi, dimanapun kita berada, kita tidak boleh memutarbalikkan kebenaran.



3)   ’Jangan engkau menyebarkan kabar bohong’ (ay 1).



Kata Ibrani yang diterjemahkan ‘menyebarkan’ itu juga bisa diterjemahkan ‘menerima’. Jadi, kita tidak boleh menjadi sumber, ataupun penerima / penerus kabar bohong itu. Karena itu, setiap kali saudara mendengar suatu berita yang menjelekkan seseorang, janganlah saudara cepat-cepat percaya (bdk. 1Tim 5:19).



4)   ’Janganlah engkau membantu orang yang bersalah dengan menjadi saksi yang tidak benar’ (ay 1b).



Kita harus menyalahkan orang yang salah, dan membenarkan orang yang benar. Kita tidak boleh menyalahkan orang yang benar, ataupun membenarkan orang yang salah!



Kalaupun yang dipersoalkan adalah orang yang baik, tetapi kalau dalam persoalan itu ia memang salah, saudara harus menyalahkan dia. Sebaliknya, kalaupun yang dipersoalkan adalah orang yang brengsek, tetapi kalau dalam persoalan itu ia memang benar, saudara harus membenarkan dia!



Ini menunjukkan bahwa sikap / motto ‘right or wrong my son / friend / church’ (= benar atau salah anak / teman / gereja saya) harus dibuang jauh-jauh! Jangan bersikap solider / setia kawan dengan orang yang salah!



Penerapan:



·        kalau anak-anak saudara bertengkar, apakah saudara selalu membela anak kesayangan saudara tanpa peduli ia salah atau benar?



·        kalau ada orang kafir yang menuduhkan suatu kesalahan dari seorang kristen / suatu gereja, apakah saudara selalu membela orang kristen / gereja itu tanpa mempedulikan salah benarnya?



·        kalau boss saudara bertikai dengan seseorang, apakah saudara selalu membenarkan boss saudara, tanpa mempedulikan salah benarnya?



5)   ’Janganlah engkau turut-turut kebanyakan orang ...’ (ay 2a,2b).
Banyak orang tidak mempunyai pendirian sehingga mudah sekali mengikuti orang banyak:



·        dalam berbuat baik. Misalnya: Mat 21:8-9.



Tetapi, perbuatan baik yang dilakukan sekedar karena ikut-ikutan tentu tidak bisa disebut baik!



·        dalam berbuat jahat. Misalnya: Kis 19:32  Mat 27:18-19,23-26  Mark 15:15 Luk 23:14-25.



Kalau saudara termasuk orang yang mudah sekali mengikuti orang banyak, maka ingatlah bahwa kebenaran bukanlah demokrasi, dalam arti, yang banyak belum tentu benar! Karena itu, kalau saudara melihat banyak orang melakukan sesuatu, pikirkan lebih dulu apakah sesuatu itu benar atau salah! Kalau benar, ikutilah orang banyak itu. Tetapi kalau sesuatu itu salah, jangan ikuti mereka dalam berbuat yang salah! (bdk. Ro 12:2).



Penerapan:



¨      apakah sebagai pelajar saudara sering / pernah ikut-ikutan teman-teman saudara untuk membolos bersama-sama?



¨      apakah dalam bekerja, saudara sering / pernah mogok bersama-sama semua pekerja yang lain? bdk. 1Pet 2:18!



¨      apakah dalam mengemudikan kendaraan, saudara sering ikut-ikutan orang banyak untuk menerjang lampu merah, mengambil jalur yang salah dan melakukan pelanggaran lalu lintas yang lain?



¨      dalam banyak gereja / persekutuan, banyak orang asal meniru suatu praktek tertentu, tanpa memikirkan lebih dulu apakah praktek itu sesuai Kitab Suci atau tidak! Misalnya: berdoa diiringi alat musik.



Padahal hal itu jelas merupakan hal yang salah karena:



*        Kitab Suci tidak pernah mengajar untuk berdoa dengan iringan alat musik.



*        Kitab Suci mengajarkan bahwa berdoa sedapat mungkin harus dilakukan dalam kesunyian (bdk. Mark 1:35), jelas untuk memudahkan konsentrasi. Ingat bahwa kita semua adalah orang yang condong pada dosa, sehingga dalam kesunyianpun kita sering melamun dalam doa, apalagi kalau diberi iringan musik! Dan kalaupun saudara tetap bisa berkonsentrasi sekalipun diberi iringan alat musik, ingat bahwa ada banyak orang yang tidak bisa berkonsentrasi dalam doa yang diiringi musik!



*        Orang yang memainkan alat musik itu sendiri pasti tidak ikut berdoa!



*        Apa gunanya musik itu? Untuk didengar atau tidak? Kalau didengar, berarti saudara tidak berdoa dengan konsentrasi penuh. Kalau tidak didengar, lalu untuk apa dimainkan?



Ay 3,6:



1)   Kita memang harus mengasihi orang miskin, berbelas kasihan kepada orang miskin, menolong orang miskin, dsb (bdk. 22:25-27), tetapi kita tetap tidak boleh memihak / membenarkan orang miskin yang bersalah (ay 3 bdk. Im 19:15a).



Tetapi kenyataan menunjukkan bahwa pembenaran orang miskin yang bersalah ini sering terjadi, seperti:



·        pemberian pesangon untuk penghuni bangunan liar yang digusur. Secara tidak langsung, ini membenarkan tindakan mereka untuk mendirikan bangunan liar, dan bahkan merangsang mereka dan orang-orang lain untuk mendirikan bangunan liar di tempat yang lain!



·        kalau mobil tabrakan dengan becak / sepeda, selalu pengemudi mobil yang disalahkan!



·        serikat buruh seringkali membela buruh yang dipecat, tanpa peduli buruh itu salah atau benar



2)   Tindakan membenarkan orang miskin yang bersalah ini bisa disebabkan karena:



a)   Belas kasihan yang berlebihan / extrim.



Ada orang-orang yang secara alamiah mudah tersentuh oleh penderitaan orang lain. Sekalipun sebetulnya ini adalah sesuatu yang baik, tetapi karena manusia memang condong pada dosa, maka sifat ini dengan mudah lalu diextrimkan sehingga menjadi sesuatu yang tidak baik, dimana kita lalu membenarkan orang miskin yang salah. Karena itu, kalau saudara adalah orang yang seperti ini, berhati-hatilah supaya jangan belas kasihan itu saudara wujudkan secara kelewat batas! Belas kasihan itu baik, tetapi tidak pernah boleh menginjak-injak kebenaran / keadilan! Bandingkan dengan 1Kor 13:6!



b)   Suatu pemikiran / anggapan bahwa orang kaya itu jahat, sehingga pasti selalu salah. Ini jelas merupakan pemikiran yang salah! Orang kaya tidak selalu jahat, dan orang miskin tidak selalu baik / benar!



3)   Ajaran dalam ay 3 ini bisa diterapkan bukan pada orang miskin saja, tetapi juga pada orang-orang yang menderita dalam hal yang lain. Jadi, penderitaan apapun yang dialami seseorang, tidak boleh menyebabkan kita membenarkan dia pada waktu ia bersalah.



Misalnya:



·        kalau saudara mempunyai seorang anak yang tidak secantik / tidak sepandai anak-anak saudara yang lain, maka mungkin sekali saudara justru mengasihi anak itu lebih dari yang lain, sehingga kalau anak itu bertengkar dengan anak yang lain, saudara cenderung membenarkan anak itu sekalipun sebetulnya ia yang bersalah. Ini adalah sikap yang salah!



·        pada saat memberi counseling (= nasihat) pada orang yang sangat menderita sekalipun, kita tetap tak boleh membenarkan dia kalau ia bersalah!



4)   Ay 6 kontras dengan ay 3! Kalau ay 3 melarang kita untuk memihak pada orang miskin tanpa mempedulikan kebenaran, maka ay 6 melarang kita untuk menentang orang miskin tanpa mempedulikan kebenaran.



Dengan demikian jelaslah bahwa kita tak boleh memihak pada si kaya ataupun si miskin, tetapi kita harus selalu memihak pada kebenaran dan keadilan!



Ay 4-5:



Bagian ini tidak mempersoalkan belas kasihan pada binatang, karena yang dipersoalkan di sini bukanlah binatang itu sendiri tetapi pemiliknya. Jadi bagian ini mengajarkan:



1)   Kasih kepada musuh.



Memang dalam Perjanjian Lama sudah ada ajaran untuk mengasihi musuh (bdk. Amsal 24:17 25:21-22). Karena itu kata-kata ‘bencilah musuhmu’ dalam Mat 5:43 jelas bukan merupakan ajaran Perjanjian Lama (Catatan: kata ‘firman’ dalam Mat 5:43 seharusnya tidak ada!), tetapi merupakan penafsiran orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat tentang Perjanjian Lama (mungkin mereka mendapatkan ajaran ini dari perintah Tuhan untuk membasmi orang Kanaan).



2)   Kita harus melakukan apa yang benar tanpa dipengaruhi oleh perasaan pribadi, seperti benci, cinta dsb.



Pada saat saudara melihat seekor keledai / lembu yang sesat, maka tindakan yang benar adalah mengembalikan binatang itu kepada pemiliknya. Dan pada saat saudara melihat seekor keledai rebah karena beban yang terlalu berat, maka tindakan yang benar adalah menolong keledai itu. Dan sekalipun binatang itu adalah binatang milik seorang yang menjengkelkan saudara, saudara tetap harus melakukan hal yang benar itu!



Demikian juga kalau ada 2 orang bertengkar, saudara seharusnya membenarkan orang yang benar. Sekalipun saudara mengasihi A, tetapi kalau ia salah, saudara harus tetap mempersalahkan dia. Sebaliknya, sekalipun saudara membenci B, tetapi kalau ia benar, saudara tetap harus membenarkan dia!



Ay 7-8:



1)   Kalau ay 1-2 di atas melarang untuk berdusta / memutarbaikkan kebenaran karena ikut-ikutan orang banyak, maka ay 7-8 ini melarang dusta / memutarbalikkan kebenaran karena uang / suap.



2)   Saya berpendapat suap tidak dilarang secara mutlak, karena saya berpendapat bahwa suap bisa dibagi menjadi 2 golongan:



a)   Menyuap seseorang supaya ia melakukan sesuatu yang salah.



Misalnya: kita mempunyai seorang anak yang belum berusia 16 tahun, tetapi kita mau menguruskan SIM untuknya, sehingga kita lalu menyuap polisi untuk mau mengubah tanggal kelahiran anak itu. Suap yang seperti ini jelas adalah dosa, dan tidak boleh dilakukan dalam keadaan apapun. Kalau ada orang yang membenarkan suap semacam ini dengan alasan ‘keadaan memaksa’, maka perlu dipertanyakan kepada dia: bagaimana ia menafsirkan begitu banyak ayat-ayat Kitab Suci yang menentang suap? Kapan ayat-ayat itu harus diberlakukan? Seberapa tinggi otoritas Firman Tuhan di dalam hidupnya?



b)   Menyuap seseorang supaya ia melakukan tugasnya / sesuatu yang benar / apa yang seharusnya ia lakukan.



Misalnya: kalau kita mau mengurus SIM, dan kita memenuhi semua persyaratan untuk mendapat SIM, tetapi petugas tidak mau memberi SIM kalau tidak diberi uang. Maka dalam hal ini, kita sama saja seperti ‘ditodong’. Dalam hal ini, tidak salah untuk memberikan uang yang ia minta, karena pemberian uang itu dimaksudkan supaya ia melakukan apa yang benar, atau apa yang menjadi tugasnya, atau apa yang seharusnya ia lakukan.



Alasan saya sehingga mempunyai pandangan seperti itu adalah:



·        Kitab Suci sendiri pada umumnya mengecam suap karena suap itu berhubungan dengan suatu kejahatan tertentu.



Contoh: ay 7-8 ini sendiri mengecam suap karena suap bisa menyebabkan orang menjadi buta, memutarbaikkan kebenaran, membunuh orang yang tak bersalah dsb.



Contoh lain: Ul 16:19  Ul 27:25  Hak 16:5  1Sam 8:3  Neh 6:10-13  Ayub 15:34-35  Maz 26:9-10  Amsal 17:8,23  Amsal 18:16  Yes 1:23  Yes 5:23  Yeh 13:19  Yeh 22:12-13  Amos 2:6  Amos 5:12  Mikha 3:9-11  Mikha 7:3  Mat 26:15  Mat 28:12-15.



·        Yesus sendiri memerintahkan: ‘Berilah kepada orang yang meminta kepadamu’ (Mat 5:42). Ayat ini terletak dalam kontex yang menekankan kasih kepada musuh, sehingga jelas bahwa ayat itu tidak mengajarkan supaya kita memberi kepada orang yang layak mendapatkan apa yang ia minta, tetapi supaya kita memberi kepada orang yang tidak layak untuk mendapatkan apa yang ia minta! Dan saya berpendapat ini mencakup permintaan suap!



Kalau saudara keberatan dengan pandangan ini dengan alasan bahwa pandangan ini melestarikan suap, maka saya menjawab sebagai berikut:



¨      Kalau saudara ditodong oleh perampok, dan saudara lalu memberikan uang saudara; bisakah itu disebut sebagai melestarikan perampokan?



¨      Di banyak tempat saudara tidak akan bisa hidup tanpa melakukan suap golongan b) di atas. Memang kita harus berusaha sampai batas-batas kemampuan kita supaya orang sekitar kita berhenti berbuat dosa. Tetapi tentu kita tidak bertanggung jawab atas hal-hal yang ada diluar kemampuan kita.



¨      Kalaupun saudara secara mutlak tidak mau menyuap, ada jutaan orang yang tetap melakukannya sehingga saudara tetap tak akan berhasil memberantas suap dengan cara itu.



¨      Memang harus diakui bahwa keadaan yang ideal adalah dimana sama sekali tidak ada suap. Tetapi jelas bahwa kita tidak hidup di dunia yang ideal, tetapi di dunia yang penuh dengan dosa! Dan jelas bahwa di banyak negara, keadaan yang ideal itu tidak bisa tercapai! Dalam keadaan itu, kita harus memilih apa yang dalam bahasa Inggris disebut sebagai ‘the lesser of two evils’ (= yang lebih baik dari dua hal yang tidak / kurang baik). Kita harus memilih antara ‘tidak menyuap sehingga tidak bisa hidup’ dan ‘menyuap’, dan saya berpendapat bahwa kita seharusnya memilih untuk menyuap (menyuap gol b).



Ay 9:



Ayat ini melarang untuk bersikap tidak adil kepada orang asing / orang dari bangsa yang berbeda dengan kita. Jadi, kita harus membuang diskriminasi ras!



Penerapan:



Apakah dalam gereja saudara masih membedakan antara orang yang sebangsa dan yang tidak sebangsa dengan saudara? Apakah saudara segan bergaul dengan orang yang tidak sebangsa dengan saudara? Ingat bahwa dalam Yesus Kristus tidak boleh ada tembok pemisah (Gal 3:28). Kalau dalam gereja saja masih ada diskriminasi ras, bagaimana mungkin saudara tidak melakukan diskriminasi ras di luar gereja?



Kesimpulan:



Seluruh bacaan / text hari ini mengajarkan bahwa keadilan dan kebenaran harus ditegakkan tanpa dipengaruhi oleh:



·        banyaknya orang yang menghendaki ketidakadilan (ay 1-2).



·        kaya / miskinnya seseorang (ay 3,6).



·        perasaan pribadi / kebencian (ay 4-5).



·        uang / suap (ay 7-8).



·        kebangsaan (ay 9).



Dengan kata lain, orang kristen harus hidup betul-betul lurus, menjunjung tinggi keadilan dan kebenaran!



AMIN.............


 





KALAU YESUS ADALAH ALLAH, BAGAIMANA DIA BERDOA KEPADA ALLAH DAN APAKAH YESUS BERDOA KEPADA DIRINYA SENDIRI ?

  KALAU YESUS ADALAH ALLAH, BAGAIMANA DIA BERDOA KEPADA ALLAH DAN APAKAH YESUS BERDOA KEPADA DIRINYA SENDIRI ? Ev. Matius Sobolim, M. Th. ...