Tampilkan postingan dengan label Filipi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Filipi. Tampilkan semua postingan

Selasa, 04 Juni 2013

Surat Paulus kepada Jemaat di Filipi



Surat Paulus kepada Jemaat di Filipi

oleh 

Matius Soboliem, S. Th. 


 
 
sisa-sisa kota Filipi
 
Surat Paulus kepada Jemaat di Filipi adalah surat yang ditulis oleh Rasul Paulus untuk jemaat Kristen yang ada di kota Filipi.[1] Surat ini dikelompokkan sebagai surat-surat dari penjara bersama-sama dengan surat Paulus kepada jemaat di Efesus, Kolose, dan Filemon.[2]
Bagian pengantarnya menyebutkan bahwa Paulus dibantu oleh rekan sekerjanya yaitu Timotius dalam pengiriman surat kepada jemaat Filipi.[3] Surat ini terutama ditujukan kepada semua orang percaya yang tinggal di Filipi dengan para penilik jemaat dan diaken.[3]
Walaupun surat ini ditulis dalam penjara tetapi Paulus tetap mengucap syukur dan berdoa bagi jemaat di Filipi karena ia tetap yakin akan iman jemaat di sana.[3]

Daftar isi

Ayat-ayat terkenal

  • Filipi 4:4: Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!
  • Filipi 4:6: Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.
  • Filipi 4:13: Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.

Latar Belakang

Kota Filipi

Kota Filipi dulunya bernama Krenides.[2] Kredines dalam bahasa Yunani adalah krene yang artinya mata air.[2] Kota ini terletak di daerah pedalaman Yunani tepatnya di Via Egnatia yakni satu jalan yang menjadi penghubung antara daerah timur dan baratRomawi.[2] Nama Filipi berasal dari nama seorang raja Makedonia, Filipus II, yang melakukan penyerangan antara tahun 360-356 SM dan berhasil menaklukkan kota ini.[2]

Banyak dari penduduk kota Filipi adalah para budak dan veteran perang.[2] Penyebabnya, pada tahun 42 SM telah terjadi peperangan antara Brutus dan Kassius melawan Antonius dan Oktavianus yang dimenangkan Antonius dan Oktavianus.[2] Perang terulang kembali pada tahun 31 SM kali ini Oktavianus mengalahkan Antonius dan diangkat menjadi kaisar.[2] Orang-orang yang mendukung Antonius pun dibuang ke Filipi.[2] Tidak mengherankan bila para budak, veteran perang, penduduk pribumi dan para pemimpin kota berbaur di kota ini.[2]
Sementara itu, kelompok orang-orang Yahudi ditemukan sangat sedikit jumlahnya di Filipi.[2] Terbukti dengan tidak ditemukannya rumah ibadah Yahudi kecuali sebuah rumah sembahyang yang terletak di luar kota.[2] Keterangan ini berdasarkan laporan Paulus tentang perjalanannya di Filipi sebagaimana yang tercatat dalam Kisah Para Rasul 16:13.[2] Kota Filipi adalah kota yang pertama kali dikunjungi Paulus dalam perjalanannya di Eropa.[2]

Penulis, Tempat, dan Waktu

Penulis surat ini adalah Paulus.[2] Pada waktu menuliskan surat ini, Rasul Paulus sedang berada di dalam penjara (Filipi 1:7,14,17).[1] Lokasi penjaranya tidak diketahui dengan pasti.[1] Muncul beberapa dugaan bahwa Paulus mungkin ditempatkan di penjara Roma, Kaisarea atau Efesus.[1] Namun demikian, bila mengacu pada Filipi 1:22, yang menyebutkan tentang 'istana kaisar' maka besar kemungkinan penjara yang dimaksud adalah penjara di kota Roma.[1]

Keadaan Jemaat

Jemaat Filipi didirikan Paulus sekitar tahun 49-50.[1] Jemaat di Filipi terdiri dari orang-orang Kristen bukan Yahudi (Kisah Para Rasul 16:33b), orang -orang Yahudi yang sudah menjadi Kristen (Kisah Para Rasul 16:13) dan disebutkan pula orang-orang yang takut akan Tuhan (Kisah Para Rasul 16:14).[2] Hubungan Paulus dengan jemaat ini terjalin dengan baik bahkan jemaat Filipi menyatakan kesediaan mereka untuk memberikan dukungan finansial terhadap pelayanan Paulus melalui perantaraan Epafroditus.[1] Namun demikian, di dalam kehidupan berjemaat di Filipi rupanya ada sekelompok orang yang menentang Paulus seperti tertulis dalam Kisah Para Rasul 1:27-30; 2:21.[1] Paulus menyatakan kritikannya kepada orang-orang ini secara tajam dalam Filipi 3:2.[1] Cukup banyak wanita menjadi anggota jemaat di Filipi. Di antara mereka adalah Sintikhe dan Euodia yang seringkali tidak sehati dan sepikiran dalam pelayanannya.[4]

Maksud dan Tujuan

untuk memberikan nasihat kepada jemaat filipi karena dikota filipi terjadi suatu perpecahan sehingga paulus menuliskan surat ini dan diutus seorang anak rohaninya untuk mengantar surat tersebu...sebab paulus saat itu sedang dalam penjara.

Struktur Surat

Struktur Surat Paulus kepada jemaat Filipi adalah sebagai berikut:[5]
A. Pembukaan (1:1-11)
1. Salam (1:1-2)
2. Ucapan Syukur dan Doa (1:3-11)
B. Kesaksian dan Nasihat-nasihat (1:12-2:30)
1. Kesaksian tentang Paulus (1:12-26)
2. Nasihat-nasihat untuk Gereja (1:27-2:18)
  • Nasihat untuk keteguhan iman (1:27-30)
  • Nasihat untuk merendahkan diri (2:1-4)
  • Kristus sebagai teladan (2:5-11)
  • Nasihat agar tetap taat (2:12-18)
3. Kesaksian tentang Timotius dan Epafroditus(2:19-30)
  • Tentang Timotius (2:19-24)
  • Tentang Epafroditus (2:25-30)
C. Peringatan tentang Ajaran-ajaran Sesat dan pengalaman Paulus serta kehidupannya sebagai teladan (3:1-21)
1. Peringatan tentang bermegah diri (3:1-3)
2. Kehidupan Paulus, dulu dan kini : Sebuah Jawaban bagi Yudaisme (3:4-11)
3. Peringatan tentang Kesempurnaan ( 3:12-16)
4. Kehidupan Paulus sebagai Sebuah Keteladanan (3:17)
5. Peringatan melawan Pengajar-pengajar Sesat (3:20-21)
6. Kehidupan Paulus: Harapan akan dunia yang akan datang (3:20-21)
7. Nasihat-nasihat Terakhir ( 4:1-9)
E. Ucapan terima kasih atas keramahan orang -orang Filipi (4:10-20)
G. Penutup (4:21-23).

Pokok-pokok Teologi

Bersukacita di tengah Penderitaan

Di tengah penderitaan yang dialami jemaat Kristen di Filipi, Rasul Paulus meminta mereka tetap bersukacita.[2] Paulus mengangkat pengalaman pribadinya sebagai seorang pemberita Injil yang harus dipenjara oleh karena Injil yang disampaikannya.[2] Akan tetapi, dalam penderitaan ia tetap masih dapat bersukacita karena Injil itu mendapatkan kemajuan.[2] Banyak orang dalam penjara yang kemudian menjadi percaya setelah mendengarkan Injil yang Paulus beritakan.[2]
Ia juga mengangkat tokoh-tokoh lain seperti Kristus (Filipi 2:5-11), Timotius (Filipi 2:19-24), dan Epafroditus (Filipi 2:19-30).[2] Ketiganya diangkat sebagai contoh yang patut diteladani jemaat.[2] Yesus harus mengalami penderitaan sebelum akhirnya ditinggikan oleh Allah (Filipi 2:6-11).[2] Ini menjadi penghiburan bagi jemaat bahwa jika mereka hidup dalam kesetiaan pada Allah maka mereka juga akan ditinggikan.[2] Sementara itu, Timotius rela memberi diri menjadi pemberita Injil demi Kristus dan Epafroditus yang bahkan hampir mati ketika memberitakan Injil (Filipi 2:21,23).[2]
Lebih khusus, Paulus mendorong jemaat untuk memandang kepada Kristus yang tidak membalas perbuatan buruk orang tetapi mempercayakan semua kepada Allah.[2] Yang perlu dilakukan jemaat adalah menunjukkan sikap bersahabat kepada semua orang (Filipi 2:8) dan tetap teguh dalam iman (Filipi 1:27,28).[2]

Ancaman Perpecahan

Euodia dan Sintikhe adalah dua orang perempuan yang terlibat dalam jemaat dan menjabat sebagai diaken.[2] Akan tetapi di antara keduanya sering terjadi perselisihan yang dikhawatirkan akan merusak persekutuan di antara anggota jemaat di Filipi.[2] Akibat perselisihan di antara mereka pun dapat membuat pertumbuhan jemaat ini menjadi terhambat.[2] Paulus melihat penyebab dari semua itu adalah kurangnya rasa rendah hati dan semangat bersekutu dalam jemaat terlebih khusus dalam diri kedua perempuan tersebut.[2] Oleh karena itu, Paulus meminta kepada mereka untuk menunjukan sikap rendah hati dan juga kepada semua pihak yang terkait dengan perselisihan kedua perempuan itu agar segera menyelesaikan persoalan yang ada.[2] Paulus mengangkat sebuah nyanyian tentang Kristus yang mau merendahkan diri-Nya bahkan taat sampai mati di atas kayu salib.[2] Dengan nyanyian Kristus ini, Paulus mengajak jemaat untuk memiliki kasih yang rendah hati, siap dan tetap satu sekalipun diperhadapkan dengan penderitaan.[3] Demikianlah jemaat di Filipi dipanggil untuk meneladan Yesus.[2]

Ancaman Ajaran sesat

Dalam Filipi pasal 3, Paulus menyerang orang-orang dalam jemaat di Filipi yang sudah terpengaruh oleh lawan-lawan Paulus.[2] Mengenai lawan-lawan Paulus ini, beberapa tokoh muncul dengan pendapatnya masing-masing.[1] Ada yang mengatakan Paulus sedang berhadapan dengan orang-orang Kristen yang menganut aliran Gnostisisme atau para misionaris Yahudi.[1] Ada juga yang menyebutkan bahwa yang dikecam Paulus adalah orang-orang Kristen Yahudi yang masih berpegang pada Taurat agar mendapatkan keselamatan.[1] Sementara pendapat lain menyebutkan Paulus sedang berpolemik dengan Yudaisme, Libertinisme dan kemurtadan.[1] Namun yang diketahui dengan jelas adalah Paulus sedang melawan misionaris Yahudi yang disebutnya 'anjing-anjing' dalam Filipi 3:2-11.[1] Ini mengindikasikan bahwa ada sejumlah orang yang telah berhasil masuk ke dalam jemaat dan memberikan pengaruh negatif pada anggota jemaat.[2] Oleh sebab itu Paulus pada pasal selanjutnya menasihatkan jemaat agar tidak membiarkan diri disesatkan orang-orang itu.[2] Jemaat harus tetap teguh dalam Tuhan sebab kedatangan-Nya sudah tidak lama lagi (Filipi 4:1,5b).[2]

Referensi

  1.  Bambang Subandrijo. 2010, Menyingkap Pesan-pesan Perjanjian Baru 1. Bandung: Bina Media Informasi. hlm. 38-39.
  2. l Samuel B.Hakh. 2010. Perjanjian Baru: Sejarah, Pengatar dan Pokok-pokok Teologisnya. Bandung: Bina Media Informasi. Hlm. 182-183.
  3.  Willi Marxsen. 2006, Pengantar Perjanjian Baru: Pendekatan Kritis terhadap Masalah-masalahnya. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm. 60.
  4. } Merrill Tenney. 1995, Survey Perjanjian Baru. Malang: Gandum Mas. hlm. 400.
  5.  Gerald F. Hawthorne. 1983, Word Biblical Commentary : Phillippians. Texas :Word Books Publisher. hlm. xlix.