Tampilkan postingan dengan label TUBUH. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label TUBUH. Tampilkan semua postingan

Minggu, 18 Agustus 2013

MEMBINASAKAN BAIT ALLAH



Membinasakan Bait Allah
Matius Soboliem, S. Th.

1 Korintus 3:10-23 Dasar dan bangunan

            Kesulitan dari teks (1 Korintus 3:17) ini berkaitan dengan arti dari istilah-istilah penting yang digunakan dan juga implikasinya untuk kehidupan kita sebagai orang Kristen. Siapa, atau apa, Bait Allah itu? Dengan tindakan atau gaya hidup atau kata-kata yang bagaimanakah "Bait Allah" ini dapat dihancurkan? Apakah kata-kata atau perbuatan yang menghancurkan Bait Allah ini seperti dosa yang tidak dapat diampuni (Matius 12:22-32), karena dosa tersebut menimbulkan hukuman Allah? ("Allah akan menghancurkannya")?

Studi yang teliti mengenai tata bahasa dan struktur kalimat ini dan juga kedudukannya dalam seluruh argumentasi Paulus pada bab pertama surat ini akan membantu kita menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas.
1 Korintus 3 :16-17
3:16  Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam 3:17 Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab bait Allah adalah kudus dan bait Allah itu ialah kamu.


            Pemahaman yang paling mendalam dan umum dari teks kita menyatakan bahwa dalam hal ini Paulus berbicara tentang tubuh kita masing-masing sebagai Bait Allah atau tempat kediaman Roh Allah (1 Korintus 3:16). Jika kita menghancurkan "Bait Allah"ini melalui cara hidup kita (misalnya, melalui pencemaran seksual) atau sesuatu yang kita masukkan ke dalam tubuh kita (misalnya alkohol, obat bius, tembakau, narkotika, kerakusan) atau apa yang kita lakukan terhadap tubuh kita (misatnya, bunuh diri, maka kita akan menjadi sasaran penghakiman Allah yang akhir dan menghancurkan. Karena tubuh kita diciptakan oleh Allah dan merupakan sasaran pekerjaan penebusan Allah, tubuh kita itu suci dan tidak seharusnya kita hancurkan dengan cara semacam ini. Ayat yang paralel dengan 1 Korintus 6:13 ini dapat kita baca di :
 1 Korintus 6:13 Makanan adalah untuk perut dan perut untuk makanan: tetapi kedua-duanya akan dibinasakan Allah. Tetapi tubuh bukanlah untuk percabulan, melainkan untuk Tuhan, dan Tuhan untuk tubuh.

            Ayat di atas ini adalah untuk memberi nasehat terhadap suatu silogisme yang salah yang  mempersamakan makanan, perut dan tubuh. Tubuh tidak sama dengan makanan atau perut yang akan binasa. Bahkan dalam ayat 19, Paulus tekankan bahwa tubuh kita adalah bait Roh Kudus. Dalam bahasa Yunani, ada dua kata yang dipakai untuk menerangkan bait (temple), yakni ιερον - hieron dan ναος - naos. hieron menunjuk kepada keseluruhan bangunan Bait Allah. Sedangkan naos menunjuk kepada ruang mahakudus, di mana Allah hadir dan bertahta di situ. Bahwa tubuh manusia adalah untuk Tuhan, sebagai bait-Nya:
 1 Korintus 6:19, Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, --dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?


            Ketika Paulus mengatakan tubuh kita adalah bait Roh Kudus, kata bait yang dipakai adalah naos. Ini berarti tubuh kita adalah ruang mahakudus yang didiami oleh Roh Kudus. Maka, bagaimana mungkin kita menyerahkan tubuh kita untuk percemaran? Bahkan sekalipun satu hari, tubuh kita akan berhenti berfungsi dan kembali ke tanah, tapi ingat seperti yang Paulus katakan dalam ayat 14, bahwa Dia akan membangkitkan tubuh kita dari kematian dan mengubahnya dengan tubuh kemuliaan (lihat Tesalonika 4:13-18). Dengan demikian betapa berartinya tubuh kita ini. Adalah suatu dosa kalau kita mencemari tubuh kita misalnya dengan percabulan, dll.

            Semua ini merupakan pandangan Alkitab yang penting dan benar, dan Paulus secara khusus membicarakan masalah penggunaan tubuh jasmani kita dalam kaitan dengan seksualitas setelah pasal ini (pasal 6). Tetapi Paulus tidak membicarakan masalah yang penting tersebut dalam 1 Korintus pasal 3 itu. Bukan tubuh jasmani kita yang dipermasalahkannya di sini. Karena alasan tata bahasa dan juga kontekstual, pemahaman yang populer ini harus dikesampingkan untuk benar-benar dapat mendengar Firman Allah kepada orang-orang Korintus dan kepada kita dalam teks ini.

            Pertama-tama mari kita lihat masalah tata bahasa. 1 Korintus 3:16-17 membentuk satu kesatuan pemikiran dan harus dipahami seperti itu. Hal ini disadari oleh sebagian besar terjemahan bahasa Inggris, yang menuliskan ayat 16-17 pada paragraf tersendiri, dan juga jelas dari fakta bahwa kedua ayat tersebut berbicara tentang Bait Allah.

            Pertanyaan, "Siapa atau apa Bait Allah itu?" terjawab jika kita memahami kata ganti "kamu" yang digunakan oleh Paulus dalam ayat 16-17. Bagi para pembaca teks bahasa Inggris, kata kerja "oidate/ kamu tahu", dan kata ganti "kamu" dapat berarti tunggal (individu tertentu) atau jamak (sekelompok orang). Pembacaan teks dengan pengertian "kamu'' yang tunggal dalam pikiran membawa kita pada kebingungan yang dibicarakan di atas. Tetapi, dalam bahasa Yunani, terdapat kata yang berbeda untuk "kamu" tunggal dan "kamu'' jamak (yaitu, "kamu semua"). Selain itu, kata kerja memiliki akhiran yang berbeda yang menununukkan apakah subyek dari kata kerja itu tunggal atau jamak, kata ganti orang pertama ("saya," "kami"), orang kedua ("kamu " "kalian") atau orang ketiga ("dia laki-Iaki," "dia perempuan," "dia [benda/ binatang]" atau "mereka").  Jadi, teks bahasa Yunani dari ayat 16-17 tidak membingungkan dalam hal jumlah "kamu/ kalian'' yang dibicarakan: akhiran kata kerja dan kata ganti semuanya menggambarkan "kamu'' jamak yaitu "kalian".

            Di antara terjemahan-terjemahan modern, hanya Alkitab verst NIV dan TEV yang berusaha menerjemahkan bahasa Yunaninya secara tepat. Terjemahan ayat 16 NIV mengatakan, "Tidakkah kamu tahu bahwa kamu sendiri (that you yourselves) adalah Bait Allah?" Ayat 17 TEV mengatakan, "Dan kamu sendirilah Bait Allah itu." Walaupun demikian, terjemahan ini tidak mengungkapkan artinya selelas bahasa Yunaninya. Terjemahan beranotasi berikut ini merupakan usaha untuk menangkap arti bahasa Yunaninya secara tepat, "Tidakkah kalian (jamak) tahu bahwa kalian (jamak) adalah Bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam (di antara) kalian (jamak)? Setiap orang (tunggal) yang menghancurkan Bait Allah akan dihancurkan oleh Allah; karena Bait Allah itu suci, dan kalian (jamak) adalah Bait Allah itu."

            Pengenalan terhadap nuansa bahasa Yunani dari Paulus ini menunjukkan bahwa di sini Paulus tidak memikirkan individu-individu Kristen sebagai Bait Allah yang didiami oleh Allah, melainkan gereja, persekutuan orang beriman di Korintus, di mana Roh Allah tinggal dan bekerja. Paulus mengungkapkan pengertian yang sama dalam 2 Korintus 6:16 ketika ia mengatakan, "Kita adalah Bait dari Allah yang hidup." Jika ia bermaksud membicarakan orang Kristen secara individual dalam tubuh jasmani mereka, maka dalam 1 Korintus 3:16 ia harus mengatakan, "Tidak tahukah kamu sekalian bahwa kamu sekalian adalah Bait Bait Allah? dan dalam 1 Korintus 3:17, "Kamu sekalian adalah Bait-Bait Allah itu" (Dan dalam 2 Korintus 6:16, "Kita adalah Bait-Bait Allah yang hidup"), namun Alkitab membicarakan gereja/ jemaat sebagai Bait Allah (tunggal) yang berisi umat (tiap-tiap jemaat/ orangnya).
 2 Korintus 6:16 Apakah hubungan bait Allah dengan berhala? Karena kita adalah bait dari Allah yang hidup menurut firman Allah ini: "Aku akan diam bersama-sama dengan mereka dan hidup di tengah-tengah mereka, dan Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umat-Ku.


            Dalam banyak hal, 1 Korintus 3: 16-17 mengungkapkan pemahaman Paulus yang fundamental terhadap gereja dan merupakan kunci terhadap arti seluruh surat. Yaitu bahwa gereja, yang berisi umat Allah di mana Roh Allah tinggal, merupakan pilihan dan alternatif Allah terhadap perpecahan dan kehancuran masyarakat manusia. Jemaat Kristen di Korintus dipanggil untuk menjadi teladan bagi alternatif itu di tengah-tengah kehancuran masyarakat Korintus. Tetapi keterpecahan, imoralitas, dan kerohanian mereka yang antusias yang mengabaikan dimensi kehidupan yang konkret/jasmani semua ini menghancurkan kelangsungan pilihan Allah, Bait Allah di Korintus. Dan kehancuran itulah yang berada di bawah penghakiman Allah.

            Pemahaman mengenai Bait Allah dalam ayat 16-17 ini dikokohkan oleh konteks bacaan. Dalam empat bab pertama dari surat ini Paulus dislbukkan dengan perpecahan yang mengancam kehidupan gereja (1 Korintus 1 :10-17; 3:3-4). Perpecahan itu jelas berpusat seputar kesetiaan terhadap pengajaran-pengajaran tertentu yang telah diterima orang Kristen Korintus dan pendiri gereja mereka (Paulus) atau para pemimpin yang beker]a di antara mereka setelah keberangkatan Paulus (Apolos, surat Petrus 1: 12).

            Dalam bagian ini (1 Korintus 3:10-15), Paulus menunjukkan bahwa orang-orang yang dipanggil untuk menjadi pemimpin di gereja, dan barangkali semua orang Kristen: betanggung jawab terhadap Allah atas cara mereka berpartisipasi terhadap pembangunan gereja Allah, melalui kehidupan dan pekerjaan mereka. Kita dapat membangun dengan bahan yang tahan lama (emas, perak) atau dengan bahan yang kualitasnya lebih rendah (rumput kering, jerami 1 Korintus 3:12). Penghakiman pada jaman akhir ("hari Tuhan" l Korintus 3:13), yang disini, seperti di tempat- tempat lain dalam Kitab Suci digambarkan sebagai siksaan api, akan menyatakan dengan bahan apakah seorang individu telah membangun (I Korintus 3:13-15). Mungkin, seperti dikatakan beberapa komentator, yang dimaksudkan oleh Paulus adalah pengikut-pengikut Petrus dan Apolos. Pengikut-pengikut Petrus mungkin berusaha untuk membangun praktek hukum Yahudi mereka sendiri ke dalam struktur gereja; sedangkan pengikut-pengikut Apolos mungkin membangun dengan kebijaksanaan dan roh dunia. "Bahan-bahan bangunan" ini, yang ditunjukkan Paulus sepanjang tulisannya (khususnya Galatia dan 1 Korintus) sama sekali tidak berguna. Walaupun orang Kristen yang membangun dengan bahan-bahan ini masih mendapatkan keselamatan Allah, perjalanan mereka dalam penghakiman Allah menuju kekekafan akan diiringi dengan pengalaman kegagalan dan kerugian (1 Korintus 3: 15).

Tetapi di balik bahaya menggunakan bahan-bahan bangunan yang tidak berharga dalam pertumbuhan umat Allah, ada bahaya yang lebih besar yaitu memiliki sikap dan cara hidup yang menghancurkan "bangunan Allah." Bahaya itulah yang dibicarakan Paulus dalam I Korintus 3: 17.

            Jemaat gereja di Korintus berada dalam bahaya menghancurkan diri sendiri. Seperti diungkapkan oleh seluruh daftar masalah yang dibicarakan Paulus dalam surat ini, kemungkinan hancurnya gereja ini sangat nyata: kesombongan mereka sehubungan dengan imoralitas yang menyolok (pasal 5); digunakannya orang-orang yang tidak beriman oleh mereka untuk menyelesaikan perselisihan dalam gereja, dan partisipasi beberapa anggota tertentu secara terus- menerus dalam upacara percabulan para penyembah berhala (pasal 6); digunakannya kebebasan dan pengetahuan Kristen sedemikian rupa sehingga orang-orang yang "Iemah imannya" kembali jatuh ke dalam dosa dan binasa (pasal 8, 10); penolakan pengajaran Paulus tentang kebangkitan tubuh dan pemberian penekanan semata-mata pada "pembebasan roh" (bab 15), yang membuat jemaat di Korintus sama sekali mengabaikan dimensi yang kongkrit dan praktis dari kehidupan dalam persekutuan dan masyarakat yang lebih luas.

            Menghancurkan gereja atau Bait Allah ini berarti menghancurkan alternatif Allah terhadap hancurnya masyarakat manusia; ini membuat karya penebusan Allah tidak dapat dilakukan dalam masyarakat di Korintus melalui "Bait"-Nya di Korintus. Dengan demikian mereka yang menentang tujuan penebusan Allah dengan tingkah laku yang memecah-belah, suka bertengkar, sengit; dengan doktrin-doktrin palsu yang menolak pesan salib sebagai sesuatu yang memalukan dan bodoh; dengan memutarbalikkan kebebasan Injil menjadi imoralitas yang tak terbatas; dengan menggantikan keselamatan oleh kasih karunia melalui iman dengan ketergantungan pada perbuatan mereka semua akan terkena kuasa Allah yang menghancurkan. Tetapi kehancuran mereka itu tidak dapat dipandang sebagai tindakan balasdendam, melainkan akibat yang tak terhindarkan yang menimpa siapa saja yang menolak jalan keselamatan Allah.

            Dalam pengertian inilah seseorang yang "membinasakan Bait Allah" termasuk dalarn kelompok orang yang menurut Yesus dalam Matius 12:22-32 melakukan dosa yang tidak dapat diampuni. Yaitu, penolakan terhadap kehadiran Roh Allah yang menebus dalam kehidupan dan pelayanan Yesus. Menolak karya Allah berarti menolak pengampunan Allah. Bagi Paulus, penghancuran jalan keselamatan Allah melalui gereja di mana Roh Allah bekerja itulah (1 Korintus 3:16) yang membawa pada kehancuran. Karena menghancurkan pekerjaan Allah ini (lihat Roma 14:20) pada akhirnya berarti menolak Allah.