Kamis, 08 Januari 2015

Firman Allah dan Roh Kudus


Firman Allah dan Roh Kudus
          
Sebagaimana Allah bertakhta di atas kemulianNya, Dia menciptakan segalanya melalui firmanNya. Segalanya, baik itu Sorga, dunia dan segala isinya diciptakanNya dengan BERFIRMAN. Firman itu sudah ada bersama-sama dengan Dia sebelum adanya penciptaan, begitu pula Roh Kudus

Yohanes 1:1,3,14
Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu pun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita.

Firman itu kemudian menjadi manusia, dialah Yesus ! Itulah sebabnya waktu Maria mengandung Yesus, Roh Kudus turun atas Maria dan kuasa Allah menaungi Maria, sebab Maria mengandung Firman Allah yang akan menjelma jadi manusia. Sebab di mana Firman Allah ada, di situ Roh Kudus juga ada dan berkarya. Pada waktu Petrus ada di rumah Kornelius, membicarakan firman Allah, bicara tentang Yesus maka Roh Kudus bekerja dengan dahsyat.

Kisah 10:44-45Ketika Petrus sedang berkata demikian, turunlah Roh Kudus ke atas semua orang yang mendengarkan pemberitaan itu.Dan semua orang percaya dari golongan bersunat yang menyertai Petrus, tercengang-cengang, karena melihat, bahwa karunia Roh Kudus dicurahkan ke atas bangsa-bangsa lain juga, 
Kita perlu mengerti, bagaimana pun juga, Firman itu bukanlah Roh Kudus, tetapi Roh Kudus bekerja agar Firman itu digenapi. Roh Kudus datang dan bekerja bagi mereka yang menerima, percaya dan mentaati Firman Allah.

Orang mungkin dipenuhi Roh Kudus, tetapi tanpa adanya Firman Allah, orang dapat memadamkan kuasa Roh Kudus yang sebenarnya hendak berkarya dengan luar biasa.

Marilah kita menerima Firman, mempunyai iman pada Firman dan mentaatinya sehingga Roh Kudus bisa bekerja di dalam kita. KuasaNya akan dinyatakan melalui hidup kita untuk memberkati keluarga, lingkungan, gereja dan bahkan bangsa kita.

Apa itu klausa filioque?


KLAUSA FILIOQUE

Klausa filioque dulunya, dan sampai sekarang, adalah kontroversi dalam gereja dalam hubungannya dengan Roh Kudus. Pertanyaannya adalah, dari siapakah Roh Kudus berasal, Bapa, atau Bapa dan Anak. Kata “filioque” dalam Bahasa Latin berarti “dan anak.” Hal ini disebut sebagai ‘klausa” filioque karena frasa “dan anak” ditambahkan kepada Kredo Nicea, mengindikasikan bahwa Roh Kudus berasal dari Bapa “dan Anak.” Ada banyak perdebatan mengenai hal ini yang pada akhirnya mengakibatkan perpecahan antara gereja Katolik Roma dan Ortodoks Timur pada tahun 1054 A.D. Sampai saat ini kedua gereja tsb. belum bisa sepakat dalam klausa filioque.

Yohanes 14:26 memberitahukan kita, “ tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku ....” Yohanes 15:26 memberitahukan, “Jikalau Penghibur yang akan Kuutus dari Bapa datang, yaitu Roh Kebenaran yang keluar dari Bapa, Ia akan bersaksi tentang Aku.” Lihat pula Yohanes 14:16 dan Filipi 1:19. Ayat-ayat Alkitab ini nampaknya mengindikasikan bahwa Roh Kudus diutus oleh Bapa dan Anak. Hal yang mendasar dalam klausa filioque adalah minat untuk melindungi keillahian dari Roh Kudus. Alkitab jelas mengajarkan bahwa Roh Kudus adalah Allah (Kisah 5:3-4). Mereka yang menentang klausa filioque merasa keberatan karena mereka percaya bahwa kalau Roh Kudus berasal dari Bapa dan Anak berarti Roh Kudus “tunduk” kepada Bapa dan Anak. Mereka yang mendukung klausa filioque percaya bahwa Roh Kudus berasal dari Bapa dan Anak tidak berdampak pada Roh Kudus sebagai Allah yang sederajat dengan Bapa dan Anak.

Kontroversi klausa filioque kemungkinan besar adalah merupakan aspek dari kepribadian Allah yang kita tidak akan mengerti secara penuh. Allah, pribadi yang tidak terbatas, pada dasarnya tidak dapat dipahami oleh kita manusia yang terbatas. Roh Kudus adalah Allah … dan Dia diutus oleh Allah sebagai “pengganti” Yesus Kristus di dalam dunia. Apakah Roh Kudus diutus oleh Bapa, atau Bapa dan Anak – kemungkinan besar tidak dapat dijawab secara memuaskan, dan juga bukan sesuatu yang mutlak harus dijawab. Klause filioque kemungkinan akan tetap merupakan kontroversi.




BUAH ROH KUDUS


Apakah buah Roh Kudus?

Galatia 5:22-23 memberitahu kita, “Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.” Buah Roh Kudus adalah hasil dari berperannya Roh Kudus dalam kehidupan orang-orang Kristen. Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa setiap orang menerima Roh Kudus pada saat dia percaya kepada Yesus Kristus (Roma 8:9; 1 Korintus 12:13, Efesus 1:13-14). Salah satu tujuan utama datangnya Roh Kudus ke dalam hidup orang percaya adalah untuk mengubah kehidupan itu. Adalah pekerjaan Roh Kudus untuk menyesuaikan kita dengan gambar Kristus, membuat kita menjadi lebih serupa dengan Dia.

Buah Roh Kudus adalah berlawanan dengan perbuatan natur dosa dalam Galatia 5:19-21. “Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu—seperti yang telah kubuat dahulu—bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.” Galatia 5:19-21 adalah bagaimana orang-orang, dalam tingkatan yang berbeda, ketika mereka tidak mengenal Kristus dan karena itu tidak di bawah pengaruh Roh Kudus. Natur kedagingan kita yang berdosa menghasilkan jenis-jenis buah (Galatia 5:19-21) dan Roh Kudus menghasilkan jenis-jenis buah (Galatia 5:22-23).

Kehidupan Kristen adalah pergumulan antara kehidupan sesuai natur dosa dan buah Roh Kudus. Sebagai umat manusia yang telah jatuh dalam dosa, kita masih terperangkap dalam tubuh yang menginginkan hal-hal yang berdosa (Roma 7:14-25). Sebagai orang-orang Kristen, kita memiliki Roh Kudus yang menghasilkan buahNya dalam diri kita dan kuasa Roh Kudus tersedia untuk membantu kita menaklukkan perbuatan dari natur dosa (2 Korintus 5:17, Filipi 4:13). Seorang Kristen tidak pernah selalu menang dalam hal selalu menyatakan buah Roh Kudus. Namun demikian, adalah salah satu tujuan dalam kehidupan Kristen untuk secara bertahap mengizinkan Roh Kudus menaklukkan keinginan dosa. Buah Roh adalah bagaimana yang Allah inginkan untuk kehidupan kita … dan dengan pertolongan Roh Kudus, itu bisa terjadi!






ALLAH MEMBAGIKAN KARUNIA ROH

Bagaimana Allah membagikan karunia-karunia Roh? Apakah Allah akan memberi karunia Roh yang saya minta?

Roma 12:3-8 dan 1 Korintus 12 amat jelas bahwa setiap orang Kristen diberi karunia Roh sesuai dengan kehendak Tuhan. Karunia-karunia Roh diberikan dengan tujuan untuk membangun tubuh Kristus (1 Korintus 12:7; 14:12). Saat yang tepat ketika karunia ini diberikan tidak secara khusus disebutkan. Kebanyakan orang beranggapan bahwa karunia Roh diberikan pada saat kelahiran rohani (saat keselamatan). Namun demikian, ada beberapa ayat yang mungkin mengindikasikan bahwa Allah juga memberi karunia Roh pada waktu yang lebih belakangan. Baik 1 Timotius 4:14 dan 2 Timotius 1:6 merujuk pada “karunia” yang Timotius terima “oleh nubuat” pada saat dia ditahbiskan Kemungkinan ini mengindikasikan bahwa salah seorang penatua pada penahbisan Timotius berbicara di bawah kuasa Allah mengenai karunia rohani yang akan diberikan kepada Timotius untuk memampukan dia untuk pelayanan di kemudian hari.

Dalam 1 Korintus 12:28-31 and 1 Korintus 14:12-13 kita juga diberitahu bahwa Allahlah (dan bukannya kita) yang memilih karunia. Ayat-ayat ini juga mengindikasikan bahwa bukan semua orang akan memiliki karunia tertentu. Paulus memberitahukan orang-orang percaya di Korintus bahwa kalau mereka menginginkan karunia rohani, mereka harus menyingkirkan ketakjuban mereka dengan karunia-karunia yang “spektakular” atau “yang dapat dipamerkan”, dan mencari karunia-karunia yang membangun, seperti bernubuat (menyampaikan Firman Tuhan untuk membangun orang lain). Mengapa Paulus memberitahu mereka untuk mencari karunia-karunia “terbaik” kalau mereka sudah mendapatkan segala yang mereka bisa dapatkan, dan tidak ada lagi kesempatan untuk mendapatkan karunia-karunia yang “terbaik” ini? Ini akan membawa kita untuk percaya bahwa sama seperti Salomo meminta hikmat dari Allah untuk menjadi pemimpin yang baik dari umat Allah, maka Allah juga akan memberi kita karunia-karunia yang kita butuhkan untuk kebaikan gereja.

            Setelah mengatakan ini masih perlu ditekankan bahwa karunia-karunia ini dibagikan menurut pilihan Allah, bukan diri kita. Kalau setiap orang Korintus menginginkan karunia tertentu, seperti misalnya bernubuat, Allah tidak akan memberi setiap orang karunia itu hanya karena mereka betul-betul menginginkannya. Mengapa? Di mana jadinya orang-orang lain yang dibutuhkan untuk melayani dalam peranan lain dalam tubuh Kristus?

Ada satu hal yang amat jelas, perintah Allah adalah pemberian kemampuan dari Allah. Kalau Allah memerintahkan kita untuk melakukan sesuatu (misalnya bersaksi, mengasihi yang tidak dapat dikasihi, menjadikan semua bangsa murid Tuhan, dll) Dia akan memampukan kita melakukan itu. Sebagian orang mungkin tidak punya “karunia” untuk menginjili seperti orang lain misalnya, namun Allah memerintahkan semua orang Kristen untuk bersaksi dan memuridkan (Matius 28:18-20; Kisah 1:8). Kita semua dipanggil untuk menginjili, baik kita memiliki karunia penginjilan atau tidak. Orang Kristen yang punya ketekadan yang mau terus berusaha setelah mempelajari Firman Allah dan mengembangkan kemampuannya untuk mengajar, akan menjadi guru yang lebih baik dari orang yang memiliki karunia untuk mengajar tapi mengabaikan karunia tsb.

Sebagai kesimpulan, apakah karunia rohani diberikan kepada kita saat kita menerima Kristus, atau kita mendapatkannya melalui hidup bersama Allah? Jawabannya adalah kedua-duanya. Biasanya karunia rohani diberikan pada saat diselamatkan, namun juga dapat diperoleh melalui pertumbuhan rohani. Apakah keingingan hati Anda dapat diperjuangkan dan dikembangkan menjadi karunia rohani? Dapatkah Anda mengejar karunia rohani tertentu? 1 Korintus 12:31 nampaknya mengindikasikan bahwa adalah mungkin untuk “dengan sungguh-sungguh menginginkan karunia yang terbaik.” Anda boleh minta dari Allah karunia rohani tertentu dan dengan giat mengejarnya dengan berusaha berkembang dalam bidang itu. Pada saat yang sama, kalau itu bukan kehendak Allah, Anda tidak akan mendapatkannya sekeras apapun Anda mengejarnya. Allah maha bijak dan tahu karunia apa yang paling bagus bagi Anda dalam kerajaanNya.

Seberapapun hebatnya Anda dalam karunia yang Anda miliki, kita semua dipanggil untuk mengembangkan bidang-bidang yang dicantumkan dalam daftar karunia rohani … menunjukkan keramahan, kemurahan, melayani satu dengan yang lain, mengabarkan Injil, dll. Saat kita berusaha melayani Dia karena kasih, demi untuk membangun orang lain bagi kemuliaanNya, Dia akan memuliakan namaNya, menumbuhkan gerejaNya dan memberi kita pahala (1 Korintus 3:5-8, 12:31-14:1). Allah berjanji bahwa ketika kita menjadikan Dia sebagai kesenangan kita, Dia akan mengabulkan keinginan hati kita (Mazmur 37:4-5). Termasuk di dalamnya adalah mempersiapkan kita untuk melayani Dia dengan cara yang dapat memberi kita makna dan kepuasan.






Dosa Asal


DOSA ASAL 
                 Ev. Matius Sobolim
     A. Dosa Asal  

 Istilah “dosa asal” berhubungan dengan dosa ketidaktaatan Adam dalam memakan dari Pohon Pengetahuan Baik dan Jahat dan efeknya terhadap umat manusia. Dosa asal bisa dijelaskan sebagai “dosa dan kesalahan yang kita semua miliki di mata Allah sebagai akibat secara langsung dari dosa Adam di Taman Eden.” Doktrindosa asal khususnya berpusat pada efek-efeknya terhadap natur kita dan keberadaan kita di hadapan Allah, bahkan sebelum kita cukup dewasa untuk melakukan dosa. Ada tiga pandangan utama yang membahas efek itu. 
            Pelagianisme: Pandangan ini mengatakan bahwa dosa Adam tidak mempunyai efek atas jiwa-jiwa keturuannnya drlsin daripada contoh dosanya yang mempengaruhi mereka yang yang mengikuti dia dan berdosa juga. Menurut pandangan ini, manusia memiliki kemampuan untuk berhenti berbuat dosa jika is memilih itu. Ajaran ini bertolakbelakang dengan sejumlah ayat Alkitab yang memberi indikasi bahwa manusia diperbudak oleh dosa-dosanya dengan tanpa harapan (terlepas dari campur tangan Tuhan) dan bahwa pekerjaannya yang baik adalah “mati” atau tidak bernilai apa-apa di mata Allah (Efesus 2:1-2; Matius 15:18-19; Roma 7:23; Ibrani 6:1; 9:14).

 Arminianisme:Orang-orang Armenia percaya dosa Adam telah mengakibatkan seluruh manusia mewarisi kecenderungan untuk berdosa, biasanya menunjuk kepada memiliki “natur dosa.” Natur dosa ini menyebabkan kita berdosa sebagaimana halnya natur seekor kucing yang menyebabkannya mengeong – terjadi secara alamiah. Menurut pandangan ini, manusia tidak dapat berhenti berdosa dengan kemampuannya sendiri; itulah sebabnya Allh memberi suatu anugerah umum kepada semua orang yang memampukan kita untuk berhenti. Dalam Arminianisme, anugerah ini disebut anugerah asal. Menurut pandangan ini, kita tidak bertanggung jawab atas dosa Adam, hanya dosa kita sendiri. Ajaran ini berlawanan dengan kenyataan bahwa semua orang menanggung hukuman atas dosa, walaupun tidak semua orang berbuat dosa dengan cara yang sama seperti Adam (1 Korintus 15:22; Roma 5:12-18). Tidak ada ajaran tentang anugerah asal yang ditemukan dalam Alkitab.

Calvinisme: Doktrin Calvin menyatakan bahwa dosa Adam mengakibatkan bukan hanya dalam hal kita memiliki dosa natur, tetapi juga dalam hal kesalahan kita di hadapan Allah yang mana kita patut dihukum. Dikandung dalam dosa asal di atas kita (Mazmur 51:7) mengakibatkan kita mewarisi dosa natur yang sangat jahat di mana Yeremia 17:9 menggambarkan hati manusia sebagai “lebih licik dari pada segala sesuatu.” Bukan saja Adam ditemukan bersalah karena dia telah berdosa, tetapi kesalahannya dan hukumannya (maut) menjadi milik kita juga (Roma 5:12, 19).

Ada dua pandangan tentang mengapa kesalahan Adam harus dilihat Allah sebagai dosa kita juga. Pandangan pertama menyatakan bahwa suku-suku bangsa adalah di dalam Adam dalam bentuk bibit; dengan demikian ketika Adam berdosa, kita berdosa di dalam dia. Ini sama dengan ajaran alkitabiah bahwa Lewi (keturunan Abraham) membayar persepuluhan kepada Melkisedek di dalam Abraham (Kejadian 14:20; Ibrani 7:4-9), walaupun Lewi baru lahir beratus-ratus tahun kemudian. Pandangan utama yang lain adalah bahwa Adam adalah sebagai wakil kita dan karena itu, ketika dia berdosa, kita juga dinyatakan bersalah.
Pandangan Calvin menyatakan seseorang tidak mampu menanggung dosanya jika terpisah dari kuasa Roh Kudus, suatu kuasa yang dimiliki hanya ketika orang itu bersandar kepada Kristus dan korban tebusan dosa-Nya di atas salib. Pandangan Calvin tentang dosa asal adalah yang paling konsisten dalam ajaran alkitabiah. Akan tetapi, bagaimana Allah dapat meminta kita bertanggung jawab untuk dosa yang kita tidak lakukan secara pribadi? Ada sebuah penjelasan yang dapat diterima yaitu bahwa kita menjadi bertanggung jawab untuk dosa asal ketika kita memilih untuk menerima, dan bertindak menurut natur kita yang berdosa. 

Ada satu titik dalam hidup kita ketika kita menjadi sadar akan keberdosaan kita sendiri. Pada saat itu kita harus menolak natur dosa dan bertobat dari itu. Sebaliknya, kita semua “menyetujui” natur berdosa, pada dasarnya mengatakan bahwa itu adalah baik adanya. Dalam menyetujui keberdosaan kita, kita menyatakan persetujuan dengan perbuatan Adam dan Hawa di Taman Eden. Karena itu kita bersalah atas dosa itu tanpa benar-benar melakukannya.[1]



B.     Dosa Asal Menurut doktrin Theologi Kristen

Dosa asal menurut doktrin teologi Kristen adalah kondisi pertama kali manusia berbuat dosa saat di Taman Eden. Walau Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang sering membicarakan penuhnya dosa dalam diri manusia tidak memiliki kata-kata "dosa asal" dan "dosa leluhur", doktrin yang menggunakan kata-kata ini disebutkan berdasarkan pada ajaran Rasul Paulus dalam Roma 5:12-21 dan 1 Korintus 15:22. Setelah melihat doktrin ini, yang tidak ditemukan di teologi Yahudi, termuat secara terselubung di kalimat-kalimat Perjanjian Lama seperti di dalam Mazmur 51:5 dan Mazmur 58:3.


ASAL MULA DOSA BAGIAN II



ASAL MULA DOSA BAGIAN II

Matius Soboliem, S. Th.
Dosa sudah ada di alam semesta sebelum Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa. Ini terbukti dengan hadirnya penggoda itu di Taman Eden dengan kata-kata godaannya. Tapi Alkitab tidak memberikan keterangan tentang kejatuhan Iblis dan malaikat-malaikatnya ke dalam dosa, kecuali asal-mula dosa dalam kaitannya dengan manusia (Kej. 3:1-13).

            Kejadian 3 menceritakan terjadinya peristiwa pencobaan, dan 1 Timotius 2:14 mengulas tentang pencobaan itu (bandingkan dengan Yakobus 1:13-14) : Lagipula bukan Adam yang tergoda, melainkan perempuan itulah yang tergoda dan jatuh ke dalam dosa1 Timotius 2:14; Yakobus 1:13-14; 1:13 Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata: "Pencobaan ini datang dari Allah!" Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapa pun. Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya1:14 .


            Serangan iblis ditujukan kepada keutuhan dan kebenaran Allah (bandingkan dengan Kejadian 3:4). Dan silat katanya yang meyakinkan Hawa ialah, bahwa Hawa bersama suaminya akan menjadi sama seperti Allah, yakni akan mengenal yang baik dan yang Jahat (bandingkan dengan Kejadian 3:5). Kepada keinginan durhaka inilah perhatian Hawa dipusatkan, dan secara khusus dalam tanggapannya terungkap bisikan 'pohon itu menarik hati karena memberi pengertian', yang justru adalah tahapan menuju aib dan kemurtadan dalam hati dan pikira Hawa. Reaksi Hawa menunjukkan bahwa Iblis berhasil menjerat kepercayaan Hawa, dan bahwa Hawa membenarkan dakwahan Iblis terhadap kebenaran Allah. Reaksi itu juga menunjukkan bahwa Hawa ingin menjadi sama seperti Allah – tahu yang baik dan yang jahat.

            Jenis keinginan atau hawa nafsu itulah yang disoroti untuk melacak asal mula dosa. Hawa memebrikan tempat kepada Iblis, yang seharusnya hanya boleh diduduki Allah saja. Hawa menyetujui serangan Iblis yang bersifat paling menghujat atas kedaulatan Allah. Hawa menginginkan bagi dirinya hak-hak khusus Allah. Dalam kesediaannya berbincang-bincang dengan penggoda, dalam ketiadaan niatnya menolak saran-saran penggoda yang demikian kasar dan lacung, dan dalam persetujuan hatinya secara diam-diam terletak tahapan langkah-langkahnya yang mendahului tindakannya ememkan buah terlarang itu.

            Disitulah letak asal mula dosa dan sifatnya yang sesungguhnya. Dosa tidak bermula pada tindakan yang terang-terangan; dosa timbul dari hati dan pikiran (Markus 7:21-23).  Kebusukan hati terungkap sendiri dalam perbuatan melanggar perintah Allah; Adam dan Hawa mula-mula sesat dari Allah, barulah kemudian mereka melakukan pelanggaran-pelanggaran nyata. Mereka diahanyutkan oleh ahwa nafsu sendiri dan tergoda. Bagaimana ini dapat terjadi dalam hal mereka?; itulah rahasia asal mula dosa.

            Bobot kejahatan dosa yang pertama itu tampak dalam kenyataan, bahwa dosa itu memperkosa kedaulatan Allah dan perintah-Nya dalam hal kekuasaan, kebaikan, hikmat, keadilan, kesetiaan dan kasih-karuniaNya. Pelanggaran berarti membuang kekuasaan Allah, meragukan kebaikan hatiNya, mengingkari hikmahNya, menolak keadilanNya, memutar baikkan kebenaranNya, dan menghinakan kasih karuniaNya. Lawan dari segenap kemaha-sempurnaan Allah ialah dosa. Dan melawan itu tetap watak dosa.