Tampilkan postingan dengan label TEBUS. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label TEBUS. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 16 Februari 2019

PENEBUSAN

   PENEBUSAN

         Ev. Matius Sobolim, M. Th

Penebusan; Tebus, dalam bahasa Yunaninya: λυτρον lutron; dari kata  λυτρωσις lutrosis. λυτρωτης lutrotes; απολυτρωσις apolutrosis. Dosa telah merusak hubungan antara Allah dengan manusia, dan penebusan merupakan sarana, yang dengannya  pendamaian berlangsung.

         Dalam PL  korban dan persembahan ditetapkan dan berkembang dengan baik dalam periode pasca  pembuangan, dengan makna untuk menyingkirkan sekat pemisah yang diakibatkan oleh dosa, yang telah memisahkan manusia dari kemurahan Allah. Korban-korban ditentukan oleh Allah yang maharahim demi pemulihan persahabatan, yang tidak mungkin dicapai oleh seorang individu melalui perbuatannya sendiri.
         Pada zaman Makabe korban-korban binatang dianggap telah digantikan dengan nilai penebusan suatu penderitaan. Dalam kisah para martir Makabe, penderitaan mereka dianggap sebagai penebusan, bukan hanya bagi para penderitanya, melainkan juga bagi orang lain. Karena itu, anggota Makabe yang termuda di antara tujuh bersaudara, memohon kepada Allah agar melalui dirinya dan saudara-saudaranya murka Yang Mahakuasa, yang ditimpakan kepada umat Israel dapat diakhiri (2Mak. 7:38).

         Dalam PB, penebusan dihubungkan dengan kehidupan, kematian, dan  kebangkitan Yesus, dan barangkali Dia sendiri telah memahami kematian-Nya yang akan segera terjadi dalam hubungannya dengan penebusan (Mrk. 10:45). Pada surat Paulus kepada jemaat Roma, sumber rahmat Allah dalam mendamaikan manusia adalah Yesus Kristus (Rm. 3:25), dan dalam Surat Ibrani, gagasan tentang korban digunakan; pencemaran karena  dosa disucikan oleh darah korban yang tak berdosa. Darah ketaatan Kristus dan hidup yang dipersembahNya dicurahkan ke atas hati nurani kita yang berdosa, sehingga kita dapat menghampiri Allah dengan ketaatan yang sama.) Pelepasan oleh seorang 'penebus' dari suatu keburukan dengan membayar harganya. Hamba-hamba dapat dibebaskan atau ditebus dengan cara ini. Apabila seekor lembu menanduk seseorang hingga mati, si pemilik yang tidak menjaga lembunya itu harus dihukum mati juga, tetapi suatu harga tebusan dapat menyelamatkannya (Kel. 21:30). Sanak keluarganya yang berhak membayarkan harga tebusan itu disebut go'el dalam bahasa Ibrani, dan kata yang sama itu digunakan bagi Yahweh sebagai pelepas bangsa pilihan-Nya (Yes. 41:14).
      Surat-surat PB menyatakan bahwa Kristus menebus manusia dari 'dunia jahat yang sekarang ini' (Gal. 1:4), atau dari 'perhambaan' si Iblis (Ibr. 2:14-15). Penebusan ini sudah terlaksana (Rm. 8:29), tetapi juga masih menantikan penyempurnaannya dengan pemusnahan kematian (Rm. 8:23). Sebagaimana dalam PL, penulis-penulis PB juga menyebutkan bahwa Allah menebus suatu bangsa bagi diri-Nya (Why. 5:9), dan kematian Kristus diberitakan sebagai penebusan umat manusia dari akibat atau hukuman dosa-dosa mereka (Gal. 3:15).Dalam aliran Gnostik ada ajaran tentang seorang penebus. Ia dibayangkan telah diutus untuk turun dalam penyamaran ke bumi dari alam rohani untuk menerangi umat manusia dengan pengetahuan (gnosis) tertentu mengenai identitas mereka sesungguhnya. Aliran Gnostik dalam lingkungan Kristen tidak melihat pekerjaan Kristus sebagai yang membebaskan dari dosa, tetapi lebih menuntun orang pada pengenalan diri sendiri.

         Tebusan dalam LXX kata ini dipakai untuk sejumlah uang sebagai harga pembebasan seorang hamba (Im. 25:47-55). Inilah latar belakang dari ungkapan tentang Yesus dalam Mrk.10:45b: Anak Manusia datang untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang. Pikiran ini melanjutkan kalimat sebelumnya, bahwa Anak Manusia itu datang bukan untuk dilayani, tetapi untuk melayani. Penderitaan satu orang ini dipakai Allah untuk keuntungan yang lain. 'Banyak orang' berarti 'semua orang'. Dalam 4Mak. 17:2 dst. dikatakan bahwa para martir Yahudi menjadi tebusan bagi dosa-dosa bangsanya: mereka menderita ganti orang lain, tetapi sebagai wakil dan bukan sebagai ganti. Ada juga dalam Mrk. 10:45, itu suatu ingatan akan Dan. 7, di mana seorang Anak Manusia dipertahankan dan dinyatakan sebagai pemenang. Tetapi, Markus 10:45b harus dimengerti dalam terang ayat 45a: bahwa kemenangan itu hanya dicapai melalui penderitaan dan pelayanan.
         Penebusan berarti pembebasan dari sesuatu yg jahat dengan pembayaran suatu harga. Artinya lebih dari sekedar pembebasan saja. Demikianlah tawanan-tawanan perang dapat dibebaskan berdasarkan pembayaran harga yg disebut uang tebusan (Yunani lutron). Dengan kata lutron dibentuklah secara khusus kelompok kata untuk menyatakan ide pembebasan berdasarkan pembayaran uang tebusan. Dalam lingkaran ide-ide ini kematian Kristus dapat dipandang sebagai 'suatu tebusan bagi orang banyak' (Mrk 10:45).

           Budak-budak dapat dibebaskan dengan suatu proses pembayaran tebusan. Dalam upacara pembelian resmi oleh suatu ilah, maka untuk kebebasannya si budak harus membayar harga ke dalam perbendaharaan kuil. Kemudian ia harus mengalami upacara resmi yg khidmat, yg menyatakan bahwa ia telah dijual kepada ilah itu 'untuk kebebasan'. Secara teknis ia tetap budak ilah itu, dan karena itu beberapa kewajiban agamawi dapat dikenakan atasnya. Tapi sejauh bersangkutan dengan manusia, sejak itu ia merdeka. Atau, si budak dapat membayar saja harga itu kepada tuannya. Hal yg khas mengenai setiap bentuk pembebasan ialah pembayaran harga tebusan (lutron). 'Penebusan' adalah nama yg diberikan untuk prosesnya.

          Di kalangan orang Ibrani situasinya berbeda, seperti dilukiskan dengan baik dalam Kel 21:28-30. Kalau seseorang mempunyai seekor lembu yg berbahaya, ia harus mengurungnya. Apabila lembu itu lepas dan menanduk seseorang sehingga mati, hukumnya jelas, 'lembu itu harus dilempari dengan batu sampai mati, dan pemiliknya pun harus dihukum mati'. Tapi ini bukanlah perkara pembunuhan yg disengaja. Tidak ada maksud jahat yg dipikirkan sebelumnya. Jadi ditetapkan bahwa suatu tebusan (Ibrani kofer) dapat 'dikenakan atasnya'. Ia dapat membayar dengan sejumlah uang, dan dengan demikian menebus hidupnya yg seharusnya telah hilang.
Kebiasaan-kebiasaan lain mengenai penebusan pada zaman kuno, melengkapi peri penebusan itu dengan hal-hal tertentu untuk menebus milik, dsb. Tapi ketiga hal yg telah disebut di atas adalah yg paling penting. Pada ketiga-tiganya terdapat hal yg sama, yaitu gagasan tentang kebebasan yg dijamin dengan pembayaran suatu harga. Di luar Alkitab kebiasaan itu secara praktis tidak berbeda. Kadang-kadang kata ini digunakan secara metaforis, tapi itu hanya memperjelas arti dasar kata itu. Pembayaran suatu harga untuk pembebasan adalah asasi dan khas.
           Itulah yg membuat konsep penebusan begitu bermanfaat bagi orang Kristen purba. Yesus mengajar mereka bahwa 'barangsiapa berbuat dosa adalah hamba (Yunani 'budak') dosa' (Yoh 8:34). Selaras dengan ini, Paulus berpikir tentang dirinya sendiri sebagai 'bersifat daging, terjual di bawah kuasa dosa' (Rm 7:14), terjual di bawah kuasa tuan yg kejam. Ia mengingatkan orang-orang Roma bahwa dahulu mereka adalah 'budak-budak dosa' (Rm 6:17). Dari sudut pandang yg lain, manusia berada di bawah hukuman mati karena dosanya. 'Sebab upah dosa adalah maut' (Rm 6:23). Pendosa adalah budak. Pendosa pasti mati.

       Bagaimanapun juga, dunia kuno memandang bahwa situasi manusia sangat membutuhkan penebusan. Tanpa penebusan berarti perbudakan akan berlanjut, hukuman mati akan dilaksanakan. Salib Kristus dilihat dengan latar belakang ini. Salib Kristus adalah harga yg dibayarkan untuk membebaskan budak-budak, untuk memerdekakan si terhukum.
       Dalam metafora ini tetap ada ide tentang pembayaran harga. Tapi justru inilah yg dipersoalkan oleh beberapa orang, yg berpikir bahwa penebusan tidak lebih dari cara lain untuk mengatakan 'pembebasan'. Alasan utama untuk berpikir demikian, ialah beberapa bagian PL yg berkata bahwa TUHAN menebus umat-Nya (Kel 6:6; Mzm 77:16 dab; dll), dan tidak dapat dipikirkan bahwa Dia harus membayar suatu harga kepada seseorang. Tapi inilah kesalahpahaman. Memang kadang-kadang dalam PL TUHAN dipikirkan begitu kuat sehingga kekuatan segenap bangsa hanyalah barang kecil bagi-Nya, dan lagi 'penebusan' tidak disebut dalam ay-ay itu. Di mana dipakai penebusan, di situ ada pemikiran tentang usaha. TUHAN menebus 'dengan lengan yg terentang'. Dia menyatakan kekuatan-Nya. Karena Dia mengasihi umat-Nya maka Dia menebusnya dengan korban, yakni diriNya sendiri. Usaha-Nya dipandang sebagai 'harga' penebusan. Itulah sebabnya peristilahan 'penebusan' dipakai.

        Istilah khas PB untuk penebusan ialah apolutrosis, suatu kata yg jarang muncul di lain tempat. Kata itu muncul 10 kali dalam PB, tapi hanya 8 kali dalam semua kepustakaan Yunani selebihnya. Ini mungkin menyatakan keyakinan orang Kristen purba, bahwa penebusan yg dikerjakan dalam Kristus adalah unik. Tapi itu tidak berarti sebagaimana orang berpikir, bahwa mereka mengerti penebusan hanyalah sebagai 'pembebasan'. Untuk itu mereka menggunakan kata rhuomai, 'membebaskan'. apolutrosis berarti pembebasan berdasarkan pembayaran harga tunai dan tuntas, dan harga itu adalah kematian Juruselamat sebagai tebusan. Ungkapan 'penebusan oleh darahNya' (Ef 1:7) menjelaskan bahwa darah Kristus dipandang sebagai harga tebusan. Halnya sama dengan Rm 3:24 dab, 'dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus. Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darahNya'.

          Dalam kutipan di atas Paulus menggunakan tiga metafora, yaitu metafora dari dunia pengadilan, dari dunia korban-korban, dan dari dunia perbudakan. Baiklah kita memusatkan perhatian pada yg terakhir. Paulus membayangkan suatu proses pembebasan, tapi dengan pembayaran suatu harga, yaitu darah Kristus. Dalam Ibr 9:15 penebusan juga dihubungkan dengan kematian Kristus. Kadang-kadang kita bertemu dengan penyebutan harta, tapi itu bukan penebusan, seperti dalam acuan-acuan tentang 'kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar' (1 Kor 6:19 dab; 7:22 dab). Ide dasarnya adalah sama. Kristus membeli manusia dengan mengorbankan darahNya. Dalam Gal 3:13 harga tebusan itu dirumuskan sebagai, 'menjadi kutuk karena kita'. Kristus menebus kita dengan menempati tempat kita, dengan memikul kutuk kita. Hal ini mengacu kepada ide tentang penggantian dalam penebusan, ide yg kadang-kadang memperoleh tekanan seperti dalam Mrk 10:45 ('tebusan bagi banyak orang').
Penebusan tidak hanya menengok ke belakang ke Golgota. Penebusan memandang ke depan ke kemerdekaan yg di dalamnya si tertebus berada. 'Kamu telah dibeli, dan harganya telah lunas dibayar', jadi Paulus dapat berkata, 'karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu' (1 Kor 6:20). Justru karena mereka telah ditebus dengan harga yg demikian itu, maka orang percaya harus menjadi milik Allah. Mereka harus memperlihatkan dalam hidup mereka, bahwa mereka tidak lagi tertawan di dalam perbudakan dari mana mereka telah dilepaskan. Mereka dinasihati supaya 'berdiri teguh di dalam kemerdekaan yg dengannya Kristus telah memerdekakan kita' (Gal 5:1).

Sabtu 16 Februari 2018
posting melaui Hanpone android Note 5 di Gangsiran Putuk Batu Jawa Timur.

BIBLIOGRAFI

LAE, hlm 318 dab; L Morris, The Apostolic Preaching of the Cross3, 1965, bab 1, TWNT; B. B Warfield, The Person and Work of Christ, (red.) S. G Craig, 1950, bab 9; O Procksch, F Buchsel, TDNT 4, hlm 328-356; C Brown dll, NIDNTT 3, hlm 177-223. LM/BS/HAO