Tampilkan postingan dengan label DENOMINASI. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label DENOMINASI. Tampilkan semua postingan

Senin, 21 April 2014

MENGAPA ADA BEGITU BANYAK DENOMINASI KRISTEN?


Mengapa ada begitu banyak denominasi Kristen?

ANIKMAS  



            Bangkitnya denominasi dalam iman Kristen dapat ditelusuri kembali kepada Reformasi Protestan, gerakan untuk “mereformasi” gereja Katolik Roma pada abad 16, di mana dari gerakan ini lahir empat bagian atau tradisi utama Protestanisme: Lutheran, Reformed, Anabaptis dan Anglikan. Dari keempat tradisi ini, denominasi lainnya bertumbuh dalam abad-abad berikutnya. Denominasi Lutheran dinamai menuruti Martin Luther dan mengikuti pengajarannya. Metodis mendapat nama mereka karena pendiri mereka, John Wesley, terkenal dengan “metode-metode” untuk pertumbuhan rohani. Presbiterian dinamakan berdasarkan pandangan mereka soal kepemimpinan gereja – kata Yunani untuk penatua adalah presbuteros. Orang-orang Baptis mendapatkan nama mereka karena mereka selalu menekankan pentingnya baptisan. Setiap denominasi memiliki doktrin atau penekanan yang sedikit berbeda dari yang lainnya, seperti misalnya, cara baptisan, Perjamuan Kudus bagi semua orang atau hanya bagi mereka yang kesaksiannya dapat diteguhkan oleh para pemimpin gereja, kedaulatan Allah vs. kehendak bebas dalam soal keselamatan; masa depan Israel dan gereja; peran perbuatan baik dalam keselamatan, pengangkatan orang percaya pra-tribulasi vs pasca-tribulasi; karunia “tanda-tanda ajaib” dalam zaman modern, dan seterusnya dan seterusnya. Inti dari perpecahan ini tidak pernah soal Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, melainkan perbedaan yang tulus dari orang-orang yang saleh, sekalipun bukan tanpa cacat, orang-orang yang berusaha menghormati Allah dan mempertahankan kemurnian doktrin berdasarkan hati nurani mereka dan pemahaman mereka akan FirmanNya.

            Zaman sekarang ada banyak dan beraneka denominasi. Denominasi “utama” yang mula-mula sebagaimana yang disebutkan di atas telah menetaskan berbagai cabang seperti Sidang Jemaat Allah, Kemah Injil, Nazarene, Evangelical Free, gereja-gereja Alkitabiah yang bersifat berdiri sendiri, dan lain-lainnya. Beberapa denominasi menekankan perbedaan kecil dalam doktrin, namun yang lebih sering mereka hanya berbeda dalam pola ibadah demi untuk memuaskan selera dan preferensi yang berbeda di antara orang-orang Kristen. Namun jangan salah, kita, sebagai orang-orang percaya, harus sehati dalam hal-hal yang mendasar dalam iman kita, namun di luar itu ada kebebasan mengenai bagaimana orang Kristen beribadah bersama. Kebebasan ini menyebabkan begitu banyak “rasa” keKristenan. Gereja Presbiterian Mbale, Uganda memiliki pola ibadah yang berbeda dari Gereja Presbiterian Denver, namun sikap doktrin mereka adalah serupa. Keanekaragaman adalah hal yang baik, bercerai berai bukanlah hal yang baik. Kalau dua gereja berbeda secara doktrin, dialog dan diskusi mengenai Firman Allah mungkin dibutuhkan. Cara “besi menajamkan besi” (amsal 27:17) seperti ini menguntungkan semua. Kalau ada perbedaan dalam hal gaya dan bentuk, tidak ada masalah kalau keduanya tetap terpisah. Pemisahan semacam ini tidak menyingkirkan tanggung jawab orang-orang Kristen untuk saling mengasihi (1 Yohanes 4:11-12) dan pada dasarnya dipersatukan dalam Kristus (Yohanes 17:21-22).

            Ketika mencari gereja, orang percaya seharusnya mulai dengan Pernyataan Iman dari gereja itu. Apa yang dipercaya dan dipraktekkan oleh gereja harus sejalan dengan doktrin yang dijabarkan oleh Alkitab. Apa yang kita cari adalah kumpulan orang-orang percaya di mana Injil Kristus diberitakan, otoritas Alkitab sebagai kebenaran yang mengatur, kesempurnaan Alkitab diakui, di mana kita bisa bertumbuh dalam hubungan kita dengan Tuhan, di mana kita dapat saling melayani dengan karunia-karunia rohani kita, mengabarkan Injil dan memuliakan Allah. Gereja penting adanya dan semua orang percaya harus menjadi bagian dari kelompok yang memenuhi kriteria tsb. di atas. Kita membutuhkan relasi yang hanya dapat ditemukan dalam kumpulan orang-orang percaya, kita membutuhkan dukungan yang hanya dapat ditawarkan oleh gereja, dan kita perlu melayani Allah dalam masyarakat dan juga secara pribadi.
            Bangkitnya denominasi dalam iman Kristen dapat ditelusuri kembali kepada Reformasi Protestan, gerakan untuk “mereformasi” gereja Katolik Roma pada abad 16, di mana dari gerakan ini lahir empat bagian atau tradisi utama Protestanisme: Lutheran, Reformed, Anabaptis dan Anglikan. Dari keempat tradisi ini, denominasi lainnya bertumbuh dalam abad-abad berikutnya. Denominasi Lutheran dinamai menuruti Martin Luther dan mengikuti pengajarannya. Metodis mendapat nama mereka karena pendiri mereka, John Wesley, terkenal dengan “metode-metode” untuk pertumbuhan rohani. Presbiterian dinamakan berdasarkan pandangan mereka soal kepemimpinan gereja – kata Yunani untuk penatua adalah presbuteros. Orang-orang Baptis mendapatkan nama mereka karena mereka selalu menekankan pentingnya baptisan. Setiap denominasi memiliki doktrin atau penekanan yang sedikit berbeda dari yang lainnya, seperti misalnya, cara baptisan, Perjamuan Kudus bagi semua orang atau hanya bagi mereka yang kesaksiannya dapat diteguhkan oleh para pemimpin gereja, kedaulatan Allah vs. kehendak bebas dalam soal keselamatan; masa depan Israel dan gereja; peran perbuatan baik dalam keselamatan, pengangkatan orang percaya pra-tribulasi vs pasca-tribulasi; karunia “tanda-tanda ajaib” dalam zaman modern, dan seterusnya dan seterusnya. Inti dari perpecahan ini tidak pernah soal Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, melainkan perbedaan yang tulus dari orang-orang yang saleh, sekalipun bukan tanpa cacat, orang-orang yang berusaha menghormati Allah dan mempertahankan kemurnian doktrin berdasarkan hati nurani mereka dan pemahaman mereka akan FirmanNya.



            Zaman sekarang ada banyak dan beraneka denominasi. Denominasi “utama” yang mula-mula sebagaimana yang disebutkan di atas telah menetaskan berbagai cabang seperti Sidang Jemaat Allah, Kemah Injil, Nazarene, Evangelical Free, gereja-gereja Alkitabiah yang bersifat berdiri sendiri, dan lain-lainnya. Beberapa denominasi menekankan perbedaan kecil dalam doktrin, namun yang lebih sering mereka hanya berbeda dalam pola ibadah demi untuk memuaskan selera dan preferensi yang berbeda di antara orang-orang Kristen. Namun jangan salah, kita, sebagai orang-orang percaya, harus sehati dalam hal-hal yang mendasar dalam iman kita, namun di luar itu ada kebebasan mengenai bagaimana orang Kristen beribadah bersama. Kebebasan ini menyebabkan begitu banyak “rasa” keKristenan. Gereja Presbiterian Mbale, Uganda memiliki pola ibadah yang berbeda dari Gereja Presbiterian Denver, namun sikap doktrin mereka adalah serupa. Keanekaragaman adalah hal yang baik, bercerai berai bukanlah hal yang baik. Kalau dua gereja berbeda secara doktrin, dialog dan diskusi mengenai Firman Allah mungkin dibutuhkan. Cara “besi menajamkan besi” (amsal 27:17) seperti ini menguntungkan semua. Kalau ada perbedaan dalam hal gaya dan bentuk, tidak ada masalah kalau keduanya tetap terpisah. Pemisahan semacam ini tidak menyingkirkan tanggung jawab orang-orang Kristen untuk saling mengasihi (1 Yohanes 4:11-12) dan pada dasarnya dipersatukan dalam Kristus (Yohanes 17:21-22).

            Ketika mencari gereja, orang percaya seharusnya mulai dengan Pernyataan Iman dari gereja itu. Apa yang dipercaya dan dipraktekkan oleh gereja harus sejalan dengan doktrin yang dijabarkan oleh Alkitab. Apa yang kita cari adalah kumpulan orang-orang percaya di mana Injil Kristus diberitakan, otoritas Alkitab sebagai kebenaran yang mengatur, kesempurnaan Alkitab diakui, di mana kita bisa bertumbuh dalam hubungan kita dengan Tuhan, di mana kita dapat saling melayani dengan karunia-karunia rohani kita, mengabarkan Injil dan memuliakan Allah. Gereja penting adanya dan semua orang percaya harus menjadi bagian dari kelompok yang memenuhi kriteria tsb. di atas. Kita membutuhkan relasi yang hanya dapat ditemukan dalam kumpulan orang-orang percaya, kita membutuhkan dukungan yang hanya dapat ditawarkan oleh gereja, dan kita perlu melayani Allah dalam masyarakat dan juga secara pribadi.



            Zaman sekarang ada banyak dan beraneka denominasi. Denominasi “utama” yang mula-mula sebagaimana yang disebutkan di atas telah menetaskan berbagai cabang seperti Sidang Jemaat Allah, Kemah Injil, Nazarene, Evangelical Free, gereja-gereja Alkitabiah yang bersifat berdiri sendiri, dan lain-lainnya. Beberapa denominasi menekankan perbedaan kecil dalam doktrin, namun yang lebih sering mereka hanya berbeda dalam pola ibadah demi untuk memuaskan selera dan preferensi yang berbeda di antara orang-orang Kristen. Namun jangan salah, kita, sebagai orang-orang percaya, harus sehati dalam hal-hal yang mendasar dalam iman kita, namun di luar itu ada kebebasan mengenai bagaimana orang Kristen beribadah bersama. Kebebasan ini menyebabkan begitu banyak “rasa” keKristenan. Gereja Presbiterian Mbale, Uganda memiliki pola ibadah yang berbeda dari Gereja Presbiterian Denver, namun sikap doktrin mereka adalah serupa. Keanekaragaman adalah hal yang baik, bercerai berai bukanlah hal yang baik. Kalau dua gereja berbeda secara doktrin, dialog dan diskusi mengenai Firman Allah mungkin dibutuhkan. Cara “besi menajamkan besi” (amsal 27:17) seperti ini menguntungkan semua. Kalau ada perbedaan dalam hal gaya dan bentuk, tidak ada masalah kalau keduanya tetap terpisah. Pemisahan semacam ini tidak menyingkirkan tanggung jawab orang-orang Kristen untuk saling mengasihi (1 Yohanes 4:11-12) dan pada dasarnya dipersatukan dalam Kristus (Yohanes 17:21-22).
            Ketika mencari gereja, orang percaya seharusnya mulai dengan Pernyataan Iman dari gereja itu. Apa yang dipercaya dan dipraktekkan oleh gereja harus sejalan dengan doktrin yang dijabarkan oleh Alkitab. Apa yang kita cari adalah kumpulan orang-orang percaya di mana Injil Kristus diberitakan, otoritas Alkitab sebagai kebenaran yang mengatur, kesempurnaan Alkitab diakui, di mana kita bisa bertumbuh dalam hubungan kita dengan Tuhan, di mana kita dapat saling melayani dengan karunia-karunia rohani kita, mengabarkan Injil dan memuliakan Allah. Gereja penting adanya dan semua orang percaya harus menjadi bagian dari kelompok yang memenuhi kriteria tsb. di atas. Kita membutuhkan relasi yang hanya dapat ditemukan dalam kumpulan orang-orang percaya, kita membutuhkan dukungan yang hanya dapat ditawarkan oleh gereja, dan kita perlu melayani Allah dalam masyarakat dan juga secara pribadi.



            Ketika mencari gereja, orang percaya seharusnya mulai dengan Pernyataan Iman dari gereja itu. Apa yang dipercaya dan dipraktekkan oleh gereja harus sejalan dengan doktrin yang dijabarkan oleh Alkitab. Apa yang kita cari adalah kumpulan orang-orang percaya di mana Injil Kristus diberitakan, otoritas Alkitab sebagai kebenaran yang mengatur, kesempurnaan Alkitab diakui, di mana kita bisa bertumbuh dalam hubungan kita dengan Tuhan, di mana kita dapat saling melayani dengan karunia-karunia rohani kita, mengabarkan Injil dan memuliakan Allah. Gereja penting adanya dan semua orang percaya harus menjadi bagian dari kelompok yang memenuhi kriteria tsb. di atas. Kita membutuhkan relasi yang hanya dapat ditemukan dalam kumpulan orang-orang percaya, kita membutuhkan dukungan yang hanya dapat ditawarkan oleh gereja, dan kita perlu melayani Allah dalam masyarakat dan juga secara pribadi.


Untuk menjawab pertanyaan ini, pertama-tama kita mesti membedakan antara 1) denominasi dalam tubuh Kristus dan 2) bidat-bidat dan ajaran-ajaran sesat bukan Kristen. Presbiterian dan Lutheran adalah denominasi Kristen; Mormon dan Saksi-Saksi Yehovah adalah ajaran sesat (kelompok-kelompok yang mengakui Kristen namun menolak satu atau lebih inti iman Kristen); Islam dan Shintoisme adalah agama yang sama sekali berbeda.