Selasa, 17 Mei 2022

KALAU YESUS ADALAH ALLAH, BAGAIMANA DIA BERDOA KEPADA ALLAH DAN APAKAH YESUS BERDOA KEPADA DIRINYA SENDIRI ?

 

KALAU YESUS ADALAH ALLAH, BAGAIMANA DIA BERDOA KEPADA ALLAH DAN APAKAH YESUS BERDOA KEPADA DIRINYA SENDIRI ?

Ev. Matius Sobolim, M. Th.

       


Untuk memahami kenapa Yesus dalam kapasitasnya sebagai Allah di dunia berdoa kepada BapaNya sebagai Allah di surga, kita perlu mengerti bahwa Bapa yang kekal dan Anak yang kekal memiliki hubungan yang kekal sebelum Yesus menjadi manusia. Yohanes 5:19-27 menjelaskan soal ini, khususnya di 5:23, di mana Yesus mengajarkan bahwa Bapa mengutus sang Anak, termasuk penjelasan di Yohanes 15:10. Yesus bukan menjadi Anak Allah ketika Dia dilahirkan di Betlehem. Dari kekekalan, Yesus senantiasa adalah Anak Allah, sekarang dan untuk selamanya. Melalui Yesaya 9:6, kita diberitahu bahwa seorang Putra telah diberikan dan seorang Anak dilahirkan. Yesus senantiasa merupakan bagian dari hubungan Tritunggal bersama dengan Roh Kudus. Ketritunggalan selalu ada; Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus. Bukan tiga allah, namun satu Allah dalam tiga Pribadi. Yesus mengajarkan bahwa Dia dan Bapa adalah satu (Yohanes 10:30).[1]

Yang dimaksudkan Yesus adalah Dia dan Bapa, dan tentunya Roh Kudus, memiliki substansi dan esensi yang sama: Allah atau keilahian. Ketiga Pribadi ini keberadaanNya setara sebagai Allah. Ketiganya sudah dan terus menerus memiliki hubungan yang kekal. Ketika Yesus, sang Anak Allah yang kekal, menjadi manusia yang tak berdosa Dia juga mengambil wujud seorang hamba, meninggalkan kemuliaan surgawiNya (Filipi 2:5-11). Sebagai Allah-manusia, Dia belajar untuk taat (Ibrani 5:8) kepada BapaNya ketika Dia dicobai oleh Iblis, difitnah oleh manusia, ditolak oleh sesamaNya, dan akhirnya disalibkan. DoaNya kepada Bapa surgawinya adalah untuk meminta kuasa (Yohanes 11:41-42) dan hikmat (Markus 1:35; 6:46).[2]

DoaNya memperlihatkan bahwa dalam kemanusiaanNya Dia bergantung kepada Bapa untuk menjalankan rencana BapaNya untuk penebusan (perhatikan doa Yesus sebagai Imam Besar dalam Yohanes 17). Juga tunduk kepada kehendak BapaNya untuk mati disalib demi membayar hutang dosa manusia yang telah melanggar hukum Allah, yang hanya bisa ditebus melalui kematianNya (Matius 26:31-46). Dia kemudian bangkit secara fisik dari kubur, memenangkan pengampunan dan hidup kekal untuk manusia yang menerimaNya sebagai Juruselamat secara pribadi.

Tidak ada masalah jika sang Anak, sebagai Allah, berdoa atau bercakap-cakap dengan Bapa sebagai Allah. Sebagaimana yang telah disebutkan, mereka memiliki hubungan kekal sebelum Kristus berinkarnasi menjadi manusia. Dalam kemanusiaanNya, hubungan ini digambarkan dalam Injil sehingga kita dapat melihat bagaimana Anak Allah dalam kemanusiaanNya menjalankan kehendak BapaNya sehingga penebusan tersedia bagi semua orang (Yohanes 6:38).

Ketaatan Kristus, secara terus menerus, kepada Bapa surgawiNya supaya diberikan kekuatan, dan fokusnya supaya bisa terus dipelihara terlihat dari kehidupan doaNya. Doa Yesus dituliskan supaya itu bisa menjadi contoh bagi kita. Keilahian Yesus Kristus tidaklah berkurang ketika Ia sedang di dalam dunia dan ketika Dia berdoa kepada Allah Bapa di surga. Dia mengajarkan bahwa sekalipun sebagai manusia yang tidak berdosa, tetap perlu untuk memiliki kehidupan doa yang vital supaya bisa menjalankan kehendak BapaNya. Yesus berdoa kepada Bapa menunjukkan hubunganNya dalam ketritunggalan dengan Bapa. SikapNya bisa menjadi contoh bagi kita, bahwa manusia mesti bersandar kepada Allah melalui doa supaya diberi kekuatan dan hikmat yang kita perlukan. Jika Kristus, sebagai Allah-manusia, masih menjalankan kehidupan doa yang bersemangat, demikian pula seharusnya para pengikut Kristus zaman ini. Kegagalan orang Kristen menjawab pertanyaan ini menunjukkan kegagalan orang Kristen dalam memahami Ketritunggalan Allah. Mari kita simak penjelasannya! Banyak sekali ayat-ayat Alkitab yang menunjukkan aktivitas Tuhan

Yesus ketika berdoa.[3] Dalam Markus 1:35, dijelaskan bahwa Yesus selalu bangun pagi-pagi benar ketika hari masih gelap untuk mencari tempat yang sunyi dan berdoa. Matius 14:23 juga menjelaskan bahwa ketika hari sudah mulai malam, Yesus menyuruh banyak orang untuk pulang, lalu ia naik ke atas bukit seorang diri untuk berdoa. Bahkan, Lukas 22:39-46 juga menjelaskan aktivitas Yesus berdoa di Taman Getsemani hingga keringatnya menjadi titik-titik darah yang bertetesan ke tanah. Tidak hanya itu, Yesus juga mengajarkan Doa Bapa Kami kepada murid-murid-Nya. Hal ini tentu sangat wajar jika Yesus adalah manusia seutuhnya. Namun, kita tentu mempelajari bahwa Yesus pun adalah Tuhan seutuhnya.[4] Jika Yesus adalah manusia seutuhnya dan Tuhan seutuhnya, lalu mengapa Ia harus berdoa?

Ada banyak orang yang berkata, Yesus sedang berperan sebagai manusia seutuhnya. Hal inilah yang membuat Yesus harus melakukan aktivitas doa sebagai bukti bahwa Ia adalah manusia seutuhnya. Jika ini adalah alasannya, lalu kepada siapa Ia berdoa? Apakah Ia berdoa kepada diri-Nya sendiri yang juga adalah Tuhan seutuhnya? Ada juga yang bilang, Yesus sedang memberikan teladan yang baik kepada semua orang tentang bagaimana seharusnya seseorang berdoa kepada Tuhan. Jika ini adalah alasannya, lalu apakah Ia sedang bersandiwara ketika berdoa? Apakah aktivitas doa yang membuat keringatnya menjadi titik-titik darah adalah sandiwara belaka? Saya sangat tidak puas dengan jawaban-jawaban itu. Jawaban yang sesungguhnya sangatlah sederhana. Namun, saya yakin banyak orang Kristen yang kurang setuju dengan hal ini.

Ini jawabannya. Ketika Tuhan Yesus berdoa, Ia benar-benar sedang berdoa. Kepada siapa? Ia benar-benar sedang berdoa kepada Bapa-Nya. Bapa adalah Pribadi yang mengutus Tuhan Yesus Kristus ke dalam dunia. Tuhan Yesus adalah Pribadi yang diutus oleh Bapa. Mungkin, Anda akan bertanya, “Bukankah Yesus dan Bapa adalah satu?” Baik, saya jawab. Ya, Yesus dan Bapa adalah satu kesatuan. Namun, bukan berarti Yesus itu sama dengan Bapa. Yesus bukan Bapa dan Bapa bukan Yesus, tetapi mereka adalah satu. Jadi, mengapa Yesus harus berdoa kepada Bapa? Karena Yesus bergantung pada Bapa-Nya. Yesus tunduk pada Bapa-Nya. Lagipula, aktivitas doa Yesus adalah aktivitas hubungan yang normal antara Anak dan Bapa. Doa adalah bentuk komunikasi dalam hubungan-Nya yang sangat intim pada Bapa-Nya.

Mungkin, ada pula yang bertanya, “Jika Yesus itu bukan Bapa dan Bapa bukan Yesus, lalu siapa yang menjadi Allah?” Baik, saya jawab. Yesus adalah Allah Anak dan Bapa adalah Allah Bapa. Mereka adalah pribadi yang berbeda tetapi berada dalam satu-kesatuan Allah Tritunggal. Mungkin ada yang bertanya kembali, “Jika demikian, berarti Allah kita ada dua dong, Allah Anak dan Allah Bapa? Bukankah Allah itu Esa?” Untuk menjawab pertanyaan ini nantikan renungan saya berikutnya tentang Allah Tritunggal. Hal terpenting yang bisa kita pelajari adalah kesungguhan Yesus dalam menaati Bapa-Nya benar-benar dilakukan dalam keterbatasan-Nya sebagai manusia. Ia benar-benar bergantung kepada Bapa-Nya dalam doa sehingga Ia dikuatkan dalam melalui segala penderitaan yang akan Ia hadapi.

 



[1] © Copyright Got Questions Ministries

[2] Ibid. Got Questions Ministries

[3] Renungan harian Kristen hari ini akan mengajak Anda untuk menjawab pertanyaan yang sangat sering diajukan oleh orang-orang Kristen, mengapa Tuhan Yesus berdoa? Bukankah Ia Tuhan? Pertanyaan ini biasanya akan berbuntut pada pertanyaan yang lain, kepada siapakah Ia berdoa?

[4]Bagas Karyadi, M.Th. Facebook: fb.com/bagas.karyadi melalui pencarian dalam Google, kata kunci. Mengapa Yesus Harus berdoa kepada Bapa?