EXEGESIS
( Oleh Matius Soboliem )
1. PENDAHULUAN .
A. Pengantar
Sebagai seorang yang memiliki
kewarganegaraan, ia akan menjadi warga
Negara yang baik apabila orang tersebut
menaati segala aturan yang ada pada
negara tersebut. Sebagaimana dalam
kaitannya dengan Roma 13:1-5 sedang
membicarakan tentang kepatuhan
seseorang kepada pemerintah. Hal demikian
apabila bagi seorang Kristen
yang baik, ia akan melakukannya sebagai wujud
ketaatannya
kepada Allah. Oleh karena itu melalui eksegesis ini kita dapat
menemukan sikap yang taat oleh
seorang warga negara kepada pemerintah dan
kepada Allah. Atau bagian ini Paulus tidak lagi
membicarakan hal-hal
perseorangan tetapi tentang
etika Kristen. Ia mengatakan tugas orang Kristen
terhahdap negara, hal yang
hangat sekali bagi pembaca surat di Roma.
Pandangan Paulus tentang hubungan
antara orang Kristen dan Negara
berasaskan ketaatan orang Kristen.
Asas ini selalu diakui sebagai menerut
kehendak Allah dan merupakan
bagi gereja.
B. KONTEKS SASTRA
i.
Konteks jauh
Dalam pasal 12:14-21, dia sedang berfokus kepada orang-orang
non- Kristen. Namun yang dimaksudkan Paulus pada bagian ini sebenarnya
bagaimana seorang Kristen harus berlaku yang benar kepada orang diluar Kristen.
Apabila melihat sebelumnya dari bagian ini, pasal 12:9-13 merupakan hukum kasih
yang nyata dalam rupa-rupa perbuatan.[1] Itu sebabnya semua sikap yang didasari
dengan hal kasih harus tetap ada pada orang Kristen dan di wujudkan dalam
hubungannya dengan sesama, dengan begitu orang-orang non-Kristen dapat mengenal
Kristus. Sehingga dengan kata lain, pasal 13:1-7 merupakan penerapan khusus
dari apa yang diuraikan secara umum dalam pasal 12:14-21.[2]
C. KONTEKS HISTORIS
ii.
Konteks dekat.
Dalam
pasal 13:8-14, sekarang Paulus mengingatkan kepada nasihat-nasihatnya tentang
sikap diantara sesama, seperti dalam pasal 12. jadi ia kembali lagi kepada asas
yang merupakan dasar segala etika, yaitu asas kasih. Sehingga dalam (ay. 8)
mengatakan siapa mengasihi berarti sudah mematuhi hukum yang lain, dan yang
Paulus maksud pada bagian ini adalah Hukum Taurat dan kewajiban warga negara
Roma. Namun perlu diingat bahwa kasih tidak menjadikan Kesepuluh Hukum menjadi
seakan-akan berisi ‘kalau seseorang mempunyai kasih, maka dapat perbuat semau
diri sendiri’.[3] Kasih sadar akan tujuan hukum (Gal 5:14). Sehingga oleh kasih pula, seorang
warga negara yang baik akan tunduk kepada pemerintah yang adalah hamba Allah di
dunia, dan hal inilah yang akan dibahas pada Pasal 13:1-5.
D. GARIS
BESAR PERIKOP. 13:1-5
Pandangan Paulus dalam pasal 13:1-7, yaitu hubungan antara orang Kristen
dan
negara berasaskan ketaatan yang dibicarakan
dalam tiga judul utama,
diantaranya;
1. Pemerintah duniawi didirikan oleh Tuhan (ay. 1-2).
a.
kewajiban setiap orang adalah tunduk kepada pemerintah (ay. 1a)
b
pemerintah berasal dari Allah (ay. 1b)
c.
pemerintah adalah hamba Allah di dunia (ay. 1b-2)
2. Pemerintah duniawi bertugas untuk mengembangkan yang baik dan
membrantas yang jahat (ay. 3-4).
a.
tunduk kepada pemerintah adalah dengan sikap yang benar (ay. 3a)
b.
pujian atas perbuatan baik (ay. 3b)
c.
pemerintah menegakkan hukum Allah bagi mereka yang bersalah (ay.
4)
3. pemerintah duniawi cocok dengan suara hati orang Kristen (ay. 5-7)
a.
sikap tunduk, diikuti oleh hati nurani yang benar (ay. 5)
b.
bayar pajak sebagai bukti ketaatan kepada pemerintah (ay. 6-7 )
II. EXEGESIS.
A.
PENYELIDIKAN.
13:1
Tiap-tiap orang harus takluk kepada
pemerintah yang di atasnya, sebab tidak ada pemerintah, yang tidak berasal dari
Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah.
13:1)
Pa/sa yuch.
evxousi,aij u`perecou,saij u`potasse,sqw\ ouv ga,r evstin evxousi,a eiv mh.
u`po. qeou/( ai` de. ou=sai evxousi,ai u`po. tou/ qeou/ tetagme,nai eivsi,nĂ…
Ayat 1 dimulai dengan kata yuch. Psuke dalam bentuk. [4]Nominatife
feminine singular dari kata yuch, , Yang
secara sintaksis.[5]
berfungsi sebagai supjek menunjuk kepada siapa atau yang terlibat dalam
tindakan yang dinyatakan oleh kata kerjanya.Jadi kata yuch, menunjukan pada tiap-tiap
orang atau tiap jiwa. Itulah sebabnya bagian ini. Rasul Paulus memberikan peringatan kepada
masyarakat Kristen di Roma untuk taat kepada pemerintahan Romawi, bukan hanya
sebagai suatu kelompok, melainkan sebagai pribadi. dalam pengalaman Paulus
pejabat-pejabat tinggi adalah adil dan membantu, tetapi bukan hanya ini saja
yang menjadi sebab dari suatu perintah mengenai hubungan politis.[6]
Perintah ini adalah penyataan Allah kepada gereja segala abad, yang memang
dapat dibicarakan secara logis. Ajaran
disini dapat dibagi menjadi dua. Pertama:
bahwa Allah adalah mutlak pemegang pemerintahan atas bangsa-bangsa. Dalam hal
ini Dialah yang menempatkan para pemegang pemerintahan, dan dibelakang segala
pemerintahan di dunia yang ada adalah Kedaulatan-Nya.Kedua: bahwa setiap orang kristen harus menaati negara, menaati
kekuasaan yang sah, selama ketaatan ini tidak bertentangan dengan hukum Allah
atau kuasa Kristus, dan mendoakan orang-orang yang memegang jabatan yang
bertanggungjawab ( 1 Tim 2:1-7). Maka bagian ini tiap-tiap orang harus thluk
kepada pemerintah yang diatasnya. Dengan bahasa aslinya evxousi,aij dari kata evxousi,a /eksousiais secara harfiah berati ”kuasa-kuasa” dalam kaitanya dengan
kuasa-kuasa banyak penafsir selalu
menyebutkan dimana Paulus menyebutkan kuasa penghulu udara dan kuasa yang lain
namun dalam konteks Roma 13:1 kata evxousi,aij eksouiais berarti pemerintah dan bawahanya.
Sedangakan kata u`perecou,saij huperekhousais.
[7]participle present aktive
dative feminine plural dari kata u`pere,cw sintaksisnya.Yang menunjukan tindakan terus menerus
yang terjadi pada waktu yang sama dengan tindakan dari kata kerja utamanya. [8]Maka
kata huperekhousais diterjamakan
”yang lebih tinggi.” jadi menurut ayat ini kita harus tunduk kepada kuasa-kuasa
atau pejabat-pejabat pemerintah yang lebih tinggi dari pada kita, dari bapak Presiden
sampai dengan RT. [9]Bagian
yang lain Paulus melihat dimana
orang-orang Yahudi terkenal suka pemberontak. Mereka tidak hanya melakukan
teror terhadap pemerintah Romawi; tetapi mereka juga menghancurkan rumah-rumah
dan membakar tanaman-tanaman dan membunu sesama Yahudi yang membayar upeti
kepada pemerintah Romawi. Dalam hal ini Paulus sangat tidak setuju. Karena secara
langsung, hal ini berlawanan dengan sikap Kristen.
penyelidikan
ayat 2
Sebab itu barangsiapa melawan pemerintah, ia
melawan ketetapan Allah dan siapa yang melakukannya, akan mendatangkan hukuman
atas dirinya.
w[ste o`
avntitasso,menoj th/| evxousi,a| th/| tou/ qeou/ diatagh/| avnqe,sthken( oi`
de. avnqesthko,tej e`autoi/j kri,ma lh,myontaiĂ…
Ayat ini diawali dengan kata avntitasso,menoj antitassomenos.[10]participle
present nominative masculine singular
dari kata avntita,ssw
Sintaksisnya.
[11]Presen
Partisiple ,tindakan terus menerus yang terjadi pada waktu yang sama dengan tindakan
dari kata kerja utamanya.Akibat dari apa yang dikatakan dalam pasal 13:1 adalah
bahwa barang siapa melawan kuasa pemerintah, ia telah melawan Allah sendiri. Lebih
dari pada itu, ia mendatangkan hukuman
atas dirinya. Baik perlawanan nyata dan aktif, misalnya dimana orang
memberontak dengan kekerasan; maupun melawan yang tersembunyi dan pasif, dimana
orang tidak mau membayar pajak, itula yang dimaksudkan dalam ayat ini.[12]Kadang-kadang
hukuman datang melalui pemerintah
yang dilawan, kadang-kadang dari saluran yang lain tetapi hukuman itu pasti datang.Kita suda baca pasal 1:18 bahwa murka
Allah sedang dinyataka atas segala kelaliman dan kefasikan manusia. Hukuman yang dibahas dalam pasal 13:1-7
merupakan sala satu wujud dari murka Allah yang disebut dalam pasal 1:18
perkaitan dengan 13:4 mengenai murka Allah, dan caranya dimana manusia dapat di
selamatkan dari murka Allah yang sedang dinyatakan.
Disini Paulus mengatakan bahwa orang yang melawan kuasa itu melanggar
peraturan yang ditentukan oleh Allah; dan orang yang melangkar itu akan
mendatangkan hukuman atas dirinya. [13]lh,yontai dari kata lamba,nw eautaij lhmyontai mereka akan mengambil
bagi dirinya, mereka akan mendatangkan atas dirinya.Orang percaya yang tidak
taat kepada pemerintah duniawi yang sah sebenarnya tidak taat kepada Allah
sendiri. Karena pemberontakan itu akan mendatangkan hukuman atas dirinya.
Penyeligikan
Ayat 3
Sebab jika seorang berbuat baik, ia tidak usah takut
kepada pemerintah, hanya jika ia berbuat jahat. Maukah
kamu hidup tanpa takut terhadap pemerintah? Perbuatlah apa yang baik dan kamu
akan beroleh pujian dari padanya.
oi` ga.r
a;rcontej ouvk eivsi.n fo,boj tw/| avgaqw/| e;rgw| avlla. tw/| kakw/|Ă… qe,leij
de. mh. fobei/sqai th.n evxousi,an\ to. avgaqo.n poi,ei( kai. e[xeij e;painon
evx auvth/j\
Ayat ini diawali dengan kata Sebab. [14]Maka
kita dapat menafsirkan ayat 3 bersama ayat 4 sebagai penjelasan ayat 2b. Tetapi
istilah ”yang Jahat” bersifat sangat umum maka agaknya lebih masuk akal kalau
isi ayat 3-4 kita pandang sebagai alasan kedua penaklukan kepada penguasa yang
dianjurkan dalam ayat 1. Maka Pemerintahan disini terjamahanya a;rcontej arkhontes [15]nominative
masculine plural dari a;rcwn ”Pemerintah” disini
terjamahan arkontes adalah
tokoh-tokoh pemerintahan.[16]
Penguasah orang yang memerintah.Yang sintaksinya. [17]Berfungsi sebagai
subjek (Subjek Nominative ):menunjuk kepada siapa atau apa yang menghasilkan
tindakan atau yang terlibat yang dinyatakan oleh kata kerjanya. Paulus
mengatakan bahwa orang yang melawan kuasah itu, melanggar peraturan yang
ditentukan oleh Allah sendiri; dan orang yang melenggar itu akan mendatangkan
hukuman atas dirinya. [18]Alasan
itu kita dapat simpulkan bahwa mereka
yang berwajib bukanlah mesuhmu, asalkan kamu melakukan yang baik, bukan yang
jahat. Yang tersirat didalamnya ialah sudah barang tentu seorang Kristen tidak
akan berbuat jahat, maka ia tidak perluh
takut akan yang berwajib.
Sebaliknya ia dapat berharap akan
peroleh pujian dari penguasa mungkin sekali ” pujian” itu tidak hanya
merupakan kiasan. [19]
oi` ga.r a;rcontej ouvk eivsi.n fo,boj tw/| avgaqw/| e;rgw| avlla. tw/|
kakw/| Pemerintah
tidak menakutkan atau mengecutkan bagi dia yang mengerjakan hal yang baik,
tetapi bagi dia yang mengerjakan hal yang jahat. [20]Menurut
anjuran Paulus disini cukuplah kalau orang Kristen menaati hukum negara. Roma
13:1-7 termasuk keseluruhan Roma 12-13. Apa itu yang baik telah ditentukan
sebelumnya, yaitu dalam pasal 12:9-21, bahkan dalam pasal 12 :1. maka ”kebaikan”
yang disini dituntut dari seorang Kristen bukan kebaikan menurut hukum negara
atau menurut kaidah kesopanan yang berlaku dalam masyarakat.maka yang dilakukan
oleh orang Kristen bahkan lebih dari pada yang dituntut oleh negara. Negara
menuntut keadilan atau kebenaran, sedangkan orang Kristen menambahkan kasih.
Untuk lebih jelas lagi bagian ini Plato, mengatakan. [21]Pemerintah
ada demi keadilan, keselamatan dan
keamanan manusia dari serangan binatang buas, dan orang-orang biadab. Artinya
orang-orang ada dibelakang tembok supaya selamat.jadi dalam hal ini pemerintah
pada dasarnya adalah suatu lembaga dari orang-orang yang telah berjanji bersama
untuk memelihara hubungan tertentu diantara mereka masing-masing, dengan
mentaati hukum-hukum tertentu.tanpa-hukum-hukum dan persetujuan untuk
mentaainya, orang yang kuat dan jahat, yang mementingkan diri sendiri yang akan
menjadi penguasa; yang lemah akan terpojok. Itula sebabnya fungsi pemerintahan
sebagai ”penguasa” harus di hargai.
Penyelidikan
Ayat 4
Karena
pemerintah adalah hamba Allah untuk kebaikanmu. Tetapi jika engkau berbuat
jahat, takutlah akan dia, karena tidak percuma pemerintah menyandang pedang.
Pemerintah adalah hamba Allah untuk membalaskan murka Allah atas mereka yang berbuat jahat.
qeou/ ga.r dia,kono,j evsti,n soi eivj to. avgaqo,nĂ…
VEa.n de. to. kako.n poih/|j( fobou/\ ouv ga.r eivkh/ th.n ma,cairan forei/\
qeou/ ga.r dia,kono,j evstin( e;kdikoj eivj ovrgh.n tw/| to. kako.n pra,ssontiĂ…
Ayat 4 menunjukkan alasan pernyataan
dalam ayat 3b. Orang Kristen boleh percaya kepada pemerintah karena pemerintah adalah hamba Allah. Dalam
bahasa Yunani istila yang dipakai disini adalah [22] dia,kono,j atau Diaken, bentuk nominative
masculine singular dari kata dia,konoj
secara
sintaksis. Berfungsi sebagai kata benda nama diri. Istila itu bertentangan dengan pandangan orang
Yunani dan Romawi tentang negara. Kaum abdi negara memang ”hamba” tetapi negara
sendiri tidak berhamba kepada sipapun juga. Sebaliknya negara merupakan
penguasa tertinggi yang menuntut loyalitas atau kesetiaan mutlak dari pihak
rakyat.
Disini Paulus tidak langsung mempersoalkan loyalitas kepada negara, bahkan
ia menyuruh orang Kristen taat kepada negara. Namun, ketaatan itu ditempatkan
dalam kerangka yang sama sekali baru dengan menyebut ”hamba Allah”. [23]Arti
dasar istilah dia,konoj diakonos ialah hamba yang melayani dimeja makan, yang atas
perinta tuanya membagi-bagi makanan. Fungsi penguasa sebagai hamba Allah, atas
perinta Tuhan negara membagi-baikan pemberian-Nya, kepada orang yang perbuat
baik, atau penguasa membagikan kebaikan.Arti
”kebaikan” itu kita dapat disimpulkan dari 1 Timotius 2:2. Agar kita dapat
hidup tenang dan tentram dalam segala kesalehan dan kehormatan.
Dengan demikian fungsi pemerintahan
itu memang paling bermanfaat bagi mereka yang berbuat baik, sebab justru
merekala yang layak melindungi dari orang jahat. Tetapi apakah Paulus tidak
tahu mengenai banyak kasus penyelewengan dan pemerasan yang terjadi dalam atministrasi negara Romawi?
Bukankah Paulus sendiri dan orang-orang Kristen yang lain mengalami
penganiayaan?. Banyak pertanyaan yang kita dapat tentang bagaimana, sikap
pemerintahan yang kaku, namun Roma 13, menutut kita untuk dapat mematuhi kepada
Pemerintah. [24]Alasanya
terletak pada perkataan Paulus Roma 12:17-19, dan pengakuan bahwa bagaimanapun
juga pemerintahan adalah hamba Allah. Pemerintah itu mungkin tidak melaksanakan
tugasnya dengan baik, tetapi kejahatan itu tidak dapat dikalakan dengan
kejahatan, melainkan dengan kebaikan (12:21). Maka perluh kita perhatikan bahwa
”yang baik dalam pasal 13:1-4 tidak lain dari kebaikan yang dianjurkan dalam
12:9-21. jadi, bukan kebaikan sipil semata-mata, melainkan kebaikan yang
dianjurkan dalam khotbah di Bukit. Matius 5: 10. dalam ayat ini kata membawa pedang melambangkan hak yang
dimiliki pemerintah atas hukuman mati.[25]
ma,cairan dari kata ma,caira Pedang, atau forei/ ia menandang pedang artinya: berkuasa sebagai polisi
dan dapat menghukum. [26]Hak
atas hukuman mati tidak sekedar menakut-nakiti dan tidak percuma, tetapi
sungguh-sungguh. Hak tersebut menjadi satu alasan dimana kita harus takluk
kepada pemerinta.Jadi pemerintah tidak
hanya melindungi orang baik. Ia harus juga mengekang orang jahat.Dalam hubungan
ini Paulus memakai semacam kiasan: ”Penguasa Menyandang Pedang”. Demgan
demikian kiasan Paulus disini menunjukan kemampuan dan wewenang penguasa
menghukum orang-orang jahat.
Penyelidikan
Ayat 5
Sebab itu perlu kita
menaklukkan diri, bukan saja oleh karena kemurkaan Allah, tetapi juga oleh
karena suara hati kita.
13:5 dio. avna,gkh u`pota,ssesqai( ouv mo,non dia. th.n
ovrgh.n avlla. kai. dia. th.n sunei,dhsinĂ…
[27]Menaklukan
diri dalam bahasa Yunani memakai kata kerja yang sama seperti ”takluk” dalam
ayat 1, ”perlu”. Yunaninya avna,gkh anangke yang berarti juga
”nasip” jadi lebih kuat dari pada sekedar ”perluh”. [28]avna,gkh nominative feminine singular dari avna,gkh. Sintaksisnya adalah. [29]kasus
penamaan penggunaan utama kasus ini adalah sebagai subjek dari sebuah kalimat.jadi
bahasa Yunani memakai istilah ”. avna,gkh
anangke nasib. Mutlak perluh, terpaksa kita takluk
kepada pemerintah. Alasan disebut dalam bagian kedua nas ini. Mala ada dua
alasan: Oleh karena kemurkaan Allah dan
oleh karena suara hati kita. Kita mencatat bahwa kedua alasan tersebut
tidak seimbang. Yang kedua lebih berat dari pada yang pertama.keduanya
berkaitan dengan nasehat dalam kedua ayat terdahulu; jika seorang berbuat
baik... tetapi jika engkau berbuat jahat. [30]Dava
Hagelberg. Kita harus tunduk, karena dua alasan, yaitu, 1. Karena murka tersebut, yaitu murka Allah yang disebutkan dalam
pasal 13:2 (”hukuman”) dan dalam pasal 13:4 (”Pedang dan murka’); dan yang
ke-2. Karena suara hati dengan arti
bahwa pasti suara hati kita terganggu kalau kita melawan dia yang telah
ditetapkan sebagai “hamba Allah”pasal 13:4 dan 13:6). [31]Dengan
demikian jelaslah juga bahwa ”Paksa” yang disebut dalam bagian pertama nas ini
tidak sama bagi kedua bela pihak. Bagi orang yang taat karena takut akan hukuman, sebab paksaan itu datang
dari luar, maka layak mendapat nama itu. Sebaliknya, bagi orang yang takluk
karena menyukai hukum Tuhan ”paksaaan” itu lebih pantas disebut dorongan batin.
Berkat dorongan itu, ia dengan senang hati melaksanakan hukum Tuhan dan dengan
demikian memenuhi tuntutan agar ia taat kepada pemerintah duniawi, yang telah
diberi tugas mempertahankan hukum itu.
B. IMPLIKASIH TEOLOGIS.
1.
Orang Kristen yang baik hendaklah tunduk pada pemerintah (ay. 1-2)
a. Pemerintah adalah hamba Tuhan
(ay. 1)
b. Tunduk kepada pemerintah merupakan wujud
ketaatan kepada Allah (ay.2a)
c. Setiap orang yang tidak tunduk, akan
datang hukuman bagi dirinya (ay. 2b)
2. Setiap orang yang melakukan perbuatan baik akan menerima pujian (ay.
3)
3. Pemerintah adalah orang yang melakukan kehendak Allah (ay. 4)
4. Tunduk kepada Allah oleh karena atas kesadaran diri (ay. 5)
III.
KESIMPULAN.
Paulus
mengingatkan bahwa seorang warga negara
yang baik harus menaati peraturan yang ada dalam pemerintahan, kepatuhan
adalah merupakan satu bagian yang dimiliki oleh seseorng orang.dengan demikian
siapa yang mematuhi pada atauran pemerintahan dia akan diberi ujian. Sedangkan orang yang tidak menaati
pemerintahan, pasti kena hukuman. Sedangkan pemerintah yang kita menghormati
adalah yang ditetapkan oleh Allah, bukan dari manusia, sebab fungsi seorang
pemerintahan adalah untuk menegakan keadilan dan menagani permasalahan, hal-hal
yang mendatangkan kekacauan. Pemerintah berhak bertindak sesuai dengan aturan yang
berlaku. Itula sebabnya kita harus menghormati pemerinta sebagai wakil Allah,
di dunia ini. Jikalau barang siapa yang tidak mematuhi aturan pemerintah
akibatnya hidup tidak tenang sepanjang masa.
IV. DAFTAR PUSTAKA
LAI. Lembaga
Alkitab Indonesia cetakan keduabelas Jakarta: 2002.
Guthrie. Ed., Tafsiran Alkitab Masa Kini Matiuus-Wahyu,
VolIII.
(Jakarta : Bina Kasih,
1991) .
Bible Work Ver 7, Analysis – PGM
Morphologi + Gingrich, arti dari kata
dia,konoj
Van den End, Tafsiran Kitab Roma Jakarta: ( BPK Gunung Mulia 2006 )
Barclay William , Pemahaman Alkitab Setiap Hari Surat Roma
( Jakarta :
Gunung Mulia 2007 ).
Pantoro Budyo, Sintaksis Perjanjian Baru
Bahasa Yunani ( Malang Sekolah
Tinggi Alkitab Nusantara 2008 ) .
B.F.
Drewes B.F, kunci Bahasa Yunani
Perjanjian Baru, surat Roma hingga kitab
Wahyu ( Jakarta: BPK
Gunung Mulia 2002 ) .
Hagelberg Dave, Tafsiran Roma dari
bahasa Yunani Orang Yang benar karena
iman akan hidup ((Bandung: Yayasan Kalam Hidup 2004 ) .
[1]
Donald, Guthrie. Ed., Tafsiran Alkitab
Masa Kini Matiuus-Wahyu, Vol III. (Jakarta : Bina Kasih, 1991) 457.
[2]
Ibid.
[3]
Ibid. 460
[4] Bible works Ver 7, Word Analysis- BYM Morphologi +
Gingrich, arti dari yuch,
[5]
Budyo Pantoro, Sintaksis Bahasa yunani Perjanjian
Baru ( Malang Sekolah tinggi Alkitab
Nusantara 2008 ) 47.
[6] A.
Simanjuntak, Tafsiran Alkitab masa kini
Matius – Wahyu ( Jakarta: Gunung Mulia 1980 )
[7]
Bible Works Ver 7, Word Analysis – BYM
Morphologi + Gingrich, arti dari kata u`pere,cw
[8]
Dave Hagelberg, M.Th. Tafsiran Roma dari Bahasa Yunani Orang yang benar karena
iman akan hidup (Bandung: Yayasan Kalam Hidup 2004 ) 250.
[9]
William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap
Hari Surat Roma ( Jakarta : Gunung Mulia 2007 ) 258.
[10] Bible
Work Ver 7, Analysis – BYM Morphologi + Gingrich, arti dari kata avntita,ssw
[11]
Budyo Pantoro, Sintaksis Bahasa yunani
Perjanjian Baru ( Malang Sekolah tinggi Alkitab Nusantara 2008 ) 34.
[12]
Op.cit 254.
[13]
Dr. Heinrich Von Siebenthal, Kunci Bahasa
Yunani Perjanjian Baru Surat
Roma hingga Kitab Wahyu ( Jakarta BPK Gunung Mulia 2002 ) 41.
[14] Dr. Th Van den End, Tafsiran Kitab Roma Jakarta: ( BPK Gunung Mulia 2006 )699.
[15] Bible Work Ver 7,
Analysis – BYM Morphologi + Gingrich, arti dari kata a;rcwn
[16] Pdt. B.F. Drewes,M.Th. DR. Heinrich
vo Siebenthal, kunci Bahasa Yunani
Perjanjian Baru, surat Roma hingga kitab Wahyu (
Jakarta: BPK
Gunung Mulia 2002 ) 41.
[17] Budyo
Pantoro, Sintaksis Perjanjian Baru Bahasa Yunani ( Malang Sekolah Tinggi Alkitab Nusantara 2008
) 47.
[18] Dr. Th Van den End, Tafsiran Kitab Roma Jakarta: ( BPK
Gunung Mulia 2006 ) 699.
[19] Op. Cit kunci
Bahasa Yunani Perjanjian Baru, surat Roma hingga kitab Wahyu 41-42.
[20] Dr. Th Van den End, Tafsiran Kitab Roma Jakarta: ( BPK
Gunung Mulia 2006 ).
[21] William Barclay, Pemahaman Alkitab Setiap Hari Surat Roma ( Jakarta : Gunung Mulia
2007 ) 259-261.
[22] Bible Work Ver 7, Analysis – PGM Morphologi + Gingrich, arti dari kata dia,konoj
[23] Dr. Th Van den End, Tafsiran Kitab Roma Jakarta: ( BPK
Gunung Mulia 2006 )701.
[24] Ibid 702.
[25] Pdt. B.F. Drewes,M.Th. DR. Heinrich
vo Siebenthal, kunci Bahasa Yunani
Perjanjian Baru, surat Roma hingga kitab
Wahyu ( Jakarta: BPK Gunung Mulia 2002 ) 42.
[26]
Dave Hagelberg M.Th. Tafsiran Roma
dari bahasa Yunani Orang Yang benar karena iman akan hidup ((Bandung:
Yayasan Kalam Hidup 2004 ) 254.
[27] Ibid 703
[28] Bible Work Ver 7, Analysis – PGM
Morphologi + Gingrich, arti dari kata avna,gkh
[29] Budyo Pantoro, Sintaksis Bahasa yunani Perjanjian Baru ( Malang Sekolah tinggi
Alkitab Nusantara 2008 ) 47.
[30] Dave Hagelberg M.Th. Tafsiran Roma dari bahasa Yunani Orang Yang benar karena iman akan
hidup ((Bandung: Yayasan Kalam Hidup 2004 ) 255.
[31] Dr. Th Van den End, Tafsiran Kitab Roma Jakarta: ( BPK
Gunung Mulia 2006 )704.