Tampilkan postingan dengan label Paulus. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Paulus. Tampilkan semua postingan

Kamis, 17 April 2014

Apakah Allah laki-laki atau perempuan?

Apakah Allah laki-laki atau perempuan?
            Dalam meneliti Alkitab ada dua fakta yang menjadi jelas: Pertama, Allah itu Roh, dan tidak memiliki karakteristik atau keterbatasan manusia; kedua, bahwa semua bukti dalam Alkitab sepakat bahwa Allah mengungkapkan diriNya kepada manusia dalam wujud laki-laki. Pertama-pertama, natur sejati Allah haruslah dipahami. Allah adalah pribadi, hal ini jelas karena Allah menyatakan semua karakteristik dari sebuah kepribadian: Allah memiliki pikiran, kehendak, intelek dan perasaan. Allah berkomunikasi, memiliki relasi, dan tindakan-tindakan Allah secara pribadi nyata dalam seluruh Kitab Suci.

            Sebagaimana dikatakan oleh Yohanes 4:24, “Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran." Karena Allah adalah makhluk rohani, Allah tidak memiliki karakteristik fisik secara manusia. Namun demikian, kadang-kadang bahasa kiasan dalam Alkitab menggunakan karakteristik manusia kepada Allah untuk memungkinkan manusia memahami Allah. Penggunaan karakteristik manusia untuk menggambarkan Allah disebut “antropomorfisme.” Antropomorfisme adalah sekedar wahana Allah (makhluk rohani) untuk mengkomunikasikan kebenaran mengenai natur diriNya kepada manusia, makhluk jasmaniah. Karena manusia adalah makhluk jasmaniah, manusia terbatas dalam perngertiannya akan hal-hal yang melampaui dunia fisik, dan di dalam Kitab Suci antropomorfisme digunakan untuk menolong manusia memahami siapakah Allah itu.

            Beberapa kesulitan terjadi saat meneliti fakta bahwa manusia diciptakan dalam gambar Allah. Kejadian 1:26-27 mengatakan, “Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi." Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya [sendiri], menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.”

            Yang dimaksudkan adalah baik laki-laki maupun perempuan diciptakan dalam gambar Allah, yaitu mereka lebih agung dari semua ciptaan lainnya karena, sama seperti Allah, mereka memiliki pikiran, kehendak, intelek, perasaan dan kemampuan moral. Binatang tidak memiliki kemampuan moral, dan tidak memiliki komponen bukan-materi sebagaimana dimiliki oleh manusia. Kejadian memnberitahukan kita bahwa ketika manusia diciptakan Allah, Allah menciptakan manusia sesuai dengan gambarNya sendiri. Gambar Allah adalah komponen rohani yang hanya dimiliki oleh manusia. Allah menciptakan manusia untuk memiliki hubungan dengan Dia; manusia adalah satu-satunya ciptaan yang didesain untuk tujuan tsb.

            Namun demikian, laki-laki dan perempuan hanya diciptakan sesuai dengan gambar Allah – mereka tidak bukan duplikat dari Allah, dan bahwa ada laki-laki dan perempuan tidaklah mengharuskan Allah itu memiliki ciri-ciri laki-laki dan perempuan. Ingat, diciptakan menurut gambar Allah tidak ada sangkut pautnya dengan karakteristik fisik.

            Kita tahu bahwa Allah adalah makhluk rohani dan tidak memiliki karakteristik fisik. Namun hal ini tidaklah membatasi bagaimana Allah menyatakan diriNya kepada umat manusia. Kitab Suci mengandung semua wahyu yang diberikan Allah kepada manusia mengenai diriNya sendiri, dan merupakan satu-satunya sumber informasi yang obyektif mengenai Allah. Memperhatikan apa yang diberitahukan oleh Alkitab ada beberapa pengamatan mengenai bagaimana Allah menyatakan diri kepada umat manusia.

            Sebagai awal, Alkitab mengandung hampir 170 rujukan pada Allah sebagai “Bapa.” Seseorang disebut bapa hanyalah kalau dia adalah seorang laki-laki. Kalau yang ingin dikomunikasikan adalah Allah memilih untuk menyatakan diri kepada manusia dalam wujud perempuan, maka kata yang akan dipakai pastilah “ibu” dan bukan “bapa.” Baik dalam Perjanjian Lama dan Baru kata ganti maskulin digunakan berulang-ulang untuk Allah.

            Yesus Kristus berkali-kali merujuk pada Allah sebagai Bapa, dan pada kesempatan-kesempatan yang lain menggunakan kata ganti maskulin untuk merujuk pada Allah. Dalam kitab-kitab Injil saja, Kristus menggunakan istilah “Bapa” hampir 160 kali untuk secara langsung merujuk pada Allah. Yang perlu diperhatikan adalah pernyataan Kristus dalam Yohanes 10:30. Di sana Dia mengatakan, “Aku dan Bapa[Ku] adalah satu." Jelaslah bahwa Yesus Kristus datang dalam wujud seorang laki-laki untuk mati di salib untuk membayar dosa dunia, dan sama seperti Allah Bapa, dinyatakan kepada manusia dalam wujud laki-laki. Alkitab mencatat berbagai contoh lainnya di mana Kristus menggunakan kata benda dan kata ganti maskulin untuk merujuk pada Allah.

            Surat-surat Perjanjian Baru (dari Kisah Rasul sampai Wahyu) juga mengandung hampir 900 ayat di mana kata “theos” – kata benda maskulin dalam Bahasa Yunani – digunakan sebagai rujukan langsung pada Allah. Dalam Bahasa Inggris kata ini kebanyakan diterjemahkan sebagai “God” (Allah).

            Dalam begitu banyaknya rujukan kepada Allah dalam Kitab Suci, jelas kelihatan ada konsistensi di mana Allah disebut dengan menggunakan gelar-gelar, kata benda dan kata ganti maskulin. Walaupun Allah bukanlah manusia, tapi Roh, Dia memilih wujud maskulin untuk mengungkapkan diriNya kepada umat manusia. Sama halnya, Yesus Kristus, yang secara terus menerus diperkenalkan dengan gelar-gelar, kata benda dan kata ganti maskulin, mengambil wujud seorang laki-laki saat Dia berjalan di bumi ini. Para nabi Perjanjian Lama dan para Rasul Perjanjian Baru merujuk pada Allah dan Yesus Kristus dengan nama dan gelar maskulin. Allah memilih untuk mengungkapkan diri dalam wujud semacam ini untuk memudahkan manusia memahami siapakah Allah itu. Menuntut bahwa Allah memilih wujud perempuan untuk menyatakan diri kepada manusia adalah bertentangan dengan pola yang diperlihatkan dalam Kitab Suci. Sekali lagi, kalau saja Allah memilih wujud feminin, akan ada bukti-buktinya dalam Alkitab. Bukti itu sama sekali tidak ada. Sekalipun Allah memberi kelonggaran untuk menolong manusia memahami diriNya, adalah penting untuk tidak berusaha “mengurung” Allah dengan membatasi Dia dengan apa yang tidak pantas untuk natur diriNya.



By Creyted Matius Sobolim

Selasa, 04 Juni 2013

SUMBER-SUMBER DAN KRONOLOGI TENTANG PAPULUS

  PAULUS

oleh 
Matius Sobolim, S. Th. 





Image
Paulus




I. SUMBER-SUMBER DAN KRONOLOGI

(1) Sumber-sumber untuk biografi Paulus terutama adalah surat-surat Paulus dan Kisah Para Rasul. Adapun surat-surat yang pasti berasal dari Paulus adalah: Roma, 1 & 2 Korintus, Galatia, Filipi, 1 Tesalonika, Filemon, Surat 2 Tesalonika dan Kolose menurut kebanyakan para eksegit berasal dari Paulus pula. Pandangan soal surat Efesus itu terbagi. Surat-surat Gembala jelas dianggap sebagai tulisan sesudah Paulus. Kemudian mengenai pembedaan antara Kisah Para Rasul dan surat-surat Paulus orang akan mengutamakan surat-suratnya.

(2) Tidak sepucukpun surat Paulus yang diwariskan kepada kita mempunyai ketentuan tanggal yang pasti, sehingga memungkinkan pembuatan kronologi hidup Paulus yang tepat. Memang ada dua buah kepastian tanggal yang tepat di dalam Kisah Para Rasul:

(a) Kematian Herodes Agripa (tahun 44; Kisah Para Rasul 12:20-23)

(b) Periode jabatan Prokonsul Gallio (51/51 atau 52/53, Kisah Para Rasul 18:12-17). Apabila Paulus dihadapkan Gallio pada bulan Juni/Juli 52, maka dapat dikatakan, bahwa ia datang di Korintus menjelang akhir 50 atau awal 51.

Dengan demikian, konsili para Rasul (tahun 15 = Galatia 2:1-10) dapat ditentukan tanggalnya pada tahun 49 dan tobatnya Paulus yang ditentukan 14 (atau 17) tahun sebelumnya (Galatia 2:1; bandingkan: Galatia 1:18), yaitu sekitar tahun 35/36 atau 33/34.

Perjalanan misionarisnya yang ketiga barangkali dimulai pada tahun 53. Perjalanan itu berlangsung lebih kurang lima tahun. Tiga tahun dilakukannya di Efesus (Kisah Para Rasul 19:8,10; 20:31). Dan berakhirnya perjalanan itu di Yerusalem, dimana Paulus lalu ditangkap. Di Yerusalem dan di Kaisarea ia ditahan oleh Feliks (Kisah Para Rasul 24:23) dan Festus selama dua tahun (Kisah Para Rasul 24:27). Ia lalu dikirim ke Roma.

Musim semi tahun 61 ia tiba di Roma dan tinggal di dalam penjara menjalani hukuman yang agak ringan selama dua tahun (Kisah Para Rasul 28:17-31). Penahanan ini barangkali diakhiri dengan sebuah pelepasan (Filemon 1:22). Paulus lalu melanjutkan karyanya pada tahun-tahun berikut sampai pada pelaksanaan pembunuhannya. Pada tahun-tahun tersebut hanya ditemukan berita-berita dari surat-surat Gembala. Kebanyakan menyebutkan tahun 67 sebagai tahun kematian Paulus (sudah sejak Eusibius).

Surat-surat tertua (1/2 Tesalonika) ditulis tahun 51/52. Dan Galatia maupun 1 Korintus 54/57; 2Kor dari tahun 57; Roma ditulisnya akhir tahun 57 atau awal 58; surat-surat dari penjara sekitar tahun 61/63.

II. SEJARAH HIDUPNYA

(1) Asal dan masa mudanya. Paulus dilahirkan di Tarsus daerah Silisia, sebuah pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan Yunani (Kisah Para Rasul 21:39*). Ia berasal dari sebuah keluarga Yahudi (Filipi 3:5) yang berbahasa Aram (Kisah Para Rasul 13:9) dan kaya (Kisah Para Rasul 22:28).

Pada saat kematian Stefanus (tahun 33/34 atau 35/36) Paulus masih "seorang pemuda", artinya kira-kira baru umur 30 tahun sehingga ia diperkirakan lahir pada tahun-tahun pertama perhitungan waktu kristen.

Hari ke-8 setelah lahir ia disunati (Filipi 3:5) dan diberi nama Saul (nama Romawi: Paulus: Kisah Para Rasul 13:9). Sejak kecil ia belajar bahasa Yunani, bahasa pergaulan di Tarsus. Sekitar umur 15 tahun ia diperkirakan datang ke Yerusalem dan menjadi pengikut seorang yang giat dari golongan kaum Farisi (Kisah Para Rasul 22:3; Galatia 1:14). Sesuai dengan kebiasaan Yahudi ia belajar mengerjakan salah satu pekerjaan tangan (ia adalah seorang pembuat kemah; Kisah Para Rasul 18:3) yang dilakukannya di tengah-tengah kesibukan karya kerasulannya, dan dipakainya untuk penghidupan (Kisah Para Rasul 18:3; 1 Korintus 4:12; 1 Tesalonika 2:9) sehingga ia tidak tergantung pada siapapun juga (1 Korintus 9:15).

(2) Paulus yakin, bahwa ia harus melakukan pengejaran terhadap para pengikut pewarta kristen purba. Yang paling penting adalah bertobatnya. Paulus sendiri menyatakan, bahwa ia bertobat karena digerakkan oleh sebuah wahyu khusus dari Kristus (1 Korintus 15:8; Galatia 1:15-16; bandingkan: Galatia 9:1). Pernyataan itu sesuai dengan kesaksian Kisah Para Rasul (Kisah Para Rasul 9:3-6; 22:6; 23:13-18). Di dalam wahyu khusus Kristus itu Paulus sekaligus dipanggil menjadi rasul orang kafir (bandingkan Roma 15:15-16; Galatia 2:7). Bagi Paulus panggilannya lewat wahyu khusus dari Kristus yang telah bangkit memberinya nilai kedudukan rasul yang sama dengan para Rasul terdahulu lainnya (2 Korintus 10:1-13; Galatia 1:1-2:21).

(3) Rasul. Menurut Galatia 1:17 Paulus segera pergi ke tanah Arab setelah pengalamannya di Damsyik. Artinya: ia pergi ke daerah kerajaan Nabati. Kemudian waktu, setelah ia pulang kembali ke Damsyik, ia lalu meninggalkannya lagi bukan atas kemauannya sendiri, melainkan ia harus mengungsi ke Yerusalem disebabkan oleh penguasa yang menjadi wakil raja Aretas (2 Korintus 11:32-33).

Tidak lama kemudian ia berangkat dari situ untuk pergi kembali ke daerah Siria dan Silisia tanpa mengadakan hubungan dengan jemaat-jemaat Yahudi (Galatia 1:18-24).

Dari Tarsus Paulus dibawa Barnabas ke Antiokhia. Kedua-duanya bekerja dengan rajin dan memperoleh hasil selama waktu setahun (Kisah Para Rasul 11:25-26). Dari situlah Paulus berangkat melakukan berbagai perjalanan misionaris.

(a) Perjalanan misionaris pertama (tahun 44-49; Kisah Para Rasul 13:1-14:28). Semula Paulus pergi bersama Barnabas ke Siprus. Kemudian mereka pergi ke Asia Kecil lewat Ikonium dan Listra ke Derbe. Mereka pulang lewat jalan keberangkatannya kembali ke Antiokhia. Masalah yang menjadi bahan pertentangan adalah: Apakah orang kristen asal kafir ikut dituntut memenuhi hukum Perjanjian Lama, terutama melaksanakan sunat. Hal itu diputuskan di dalam Konsili para Rasul (tahun 49) sesuai dengan pandangan Paulus. Sekaligus ia diakui sebagai rasul untuk orang-orang kafir, seperti Petrus untuk orang-orang Yahudi (Galatia 2:7).

(b) Perjalanan misionaris kedua (tahun 49-52; Kisah Para Rasul 15:36-18:22). Paulus pergi menuju benua Eropa lewat Asia Kecil dengan ditemani Silas dan Timotius. Paulus mendirikan sebuah jemaat yang hampir melulu terdiri dari orang kristen asal kafir (Kisah Para Rasul 16:11-40; 1 Tesalonika 2:2). Di Tesalonika Paulus menimbulkan sebuah permusuhan luar biasa dari pihak orang-orang Yahudi: Ia digugatkan ke pemimpin kota. Atas adanya gugatan itu Paulus harus meninggalkan kota dan melanjutkan perjalanan ke Athena. Ia sedih sekali (1 Tesalonika 3:3-4) dan setengahnya putus harapan (bandingkan: 1 Korintus 2:3) atas kegagalannya di Athena. Putusannya sudah tetap untuk meninggalkan jalan kefasihan serta kebijaksanaan manusiawi, waktu ia datang di Korintus (1 Korintus 2:2-3). Di situ ia tinggal di Galatia di rumah Akwila dan Priskila. Beberapa orang Yahudi dan banyak orang kafir ditobatkannya, terutama dari kalangan masyarakat rendahan (1 Korintus 1:26). Diperkirakan, bahwa pada pertengahan tahun 52 ia digugatkan oleh orang-orang Yahudi pada Gallio. Ia dituduh sebagai penyebar agama "yang melawan hukum". Gallio menolak gugatan mereka. Paulus lalu pergi ke Antiokhia.

(c) Dari Antiokhia Paulus berangkat untuk perjalanan misionarisnya yang ketiga (1 Korintus 53-58; Kisah Para Rasul 18:23; 21:14), yang dilakukannya melintasi Asia Kecil menuju ke Efesus. Di situ ia tinggal selama tiga tahun dan "ada banyak kesempatan baginya untuk melakukan pekerjaan yang besar dan penting" (1 Korintus 16:9). Di situ pula ditulisnya surat kepada jemaat di Galatia dan surat pertama kepada jemaat di Korintus. Ia terpaksa pergi karena timbulnya sebuah pengejaran. Kemudian ia datang di Korintus lewat Makedonia (Kisah Para Rasul 20:3). Ia berangkat ke Yerusalem membawa dana seraya dipenuhi berbagai macam pikiran (Kisah Para Rasul 20:13-21:17). Ia mengandung maksud untuk berada di Yerusalem pada hari Pentekosta. Di situ ia ditangkap karena menajiskan kenisah (Kisah Para Rasul 21:27-34).

(4) Di penjara. (Kisah Para Rasul 16:19-40; 21:17-28:31). Dari Yerusalem Paulus dibawa ke Prokurator Feliks di Kaisarea dengan penjagaan kuat. Di situ ia tingGalatia dua tahun di dalam penjara. Waktu Festus menggantikan Feliks, Paulus naik banding pada Kaisar. Oleh sebab itu ia perlu dikirim ke (60) Roma (Kisah Para Rasul 23:23-28:14). Dari Roma ditulisnya surat-surat penjara: Efesus, Kolose, Filemon, dan barangkali juga Filipi. Dalam kedua surat terakhir menyingsinglah harapan akan pembebasan yang sudah dekat (Filipi 1:26; 2:24; Filemon 1:22). Kisah para Rasul nampaknya juga menyindir hal itu. Mengenai tahun-tahun terakhir hidup Paulus, -- di luar keterangan dari Klemens dari Roma --, kita hanya dapat mengetahuinya dari ungkapan-ungkapan yang secara kebetulan timbul di dalam surat-surat Gembala.

III. PRIBADINYA

(1) Pribadi manusiawi

Paulus hanya dapat ditangkap dari peristiwa yang disebut pengalamannya di Damsyik. Sampai pada kebatinannya yang sedalam-dalamnya ia terbawa oleh bimbingan Tuhan lewat wahyu Kristus (Galatia 1:15-16; 2:20; Filipi 3:12), menjadi "budak Kristus Yesus" (Roma 1:1; Galatia 1:1). Hubungannya dengan orang-orang lain secara keseluruhan ditentukan oleh pengalamannya akan Allah di Damsyik (1 Korintus 9:22; bandingkan: Roma 15:1-3; Filipi 2:1).

(2) Surat-surat Paulus itu pada pandangan pertama bermaksud menjadi bantuan bagi jemaat-jemaat yang bersangkutan. Itulah sebabnya, bahwa di dalam surat-surat itu hanya dibicarakan masalah-masalah tertentu yang sudah dipilihnya dan kadang-kadang dijawabnya dengan semangat yang meluap-luap. Oleh karenanya dapatlah ditangkap bahwa bukan hanya corak bahasa yang tidak sama tingginya, atau kalimat-kalimat yang dipotong secara mendadak dan lain-lain, melainkan juga ada pertentangan antara berbagai ungkapan di dalam masing-masing surat.

IV. THEOLOGI

(1) Sumber-sumbernya

Tidak dapat disangkal lagi adanya hubungan yang akrab sekali antara jalan pikiran Paulus dengan jalan pikiran Farisi Palestina (berpikir dalam istilah ganda yang saling berlawanan; uraian Alkitab; Roma 3:10-18; 1 Korintus 10:1-5; Galatia 4:21-26, 30). Perlu diperhitungkan pula pengaruh aliran-aliran apokaliptis tertentu (Roma 5:14; 1 Korintus 15:26-28, 45), maupun teologi yang kita temui di dalam Kitab-kitab Kumran. Berlawanan dengan karya-karya awal abad 20, kini dinilai lebih kecil ketergantungan Paulus pada kesalehan misteri Helenisme. Sebaliknya kini lebih jelas diakui, betapa kuat Paulus diwarnai oleh warisan rasuli lain yang lebih tua (1 Korintus 11:23-27; 15:3-7; Filipi 2:6-11; bandingkan: Roma 1:3-4). Di situ hubungan Paulus dengan Yesus yang menyejarah tetap merupakan masalah (2 Korintus 5:8).

(2) Pesan

Meskipun tidak mungkin memperkembangkan sebuah sistim theologinya lewat surat-suratnya, namun surat-surat itu menunjukkan pengertian-pengertian dasar tertentu, yang khas bagi Paulus. Secara menyeluruh kunci theologinya dibentuk dari Kristus yang disalibkan dan bangkit dari maut. Allah telah memanggil dan memberi kemampuan pada Paulus menjadi rasul Kristus (Galatia 1:15).

Oleh karena itu Kristus-lah satu-satunya isi Injilnya (Roma 1:16-17; 1 Korintus 1:17). Hanya di dalam Kristus berpancarlah pengetahuan Allah yang sebenarnya bagi Paulus (2 Korintus 4:6). Di dalam penderitaan dan kematian Kristus terletaklah wahyu akan kehendak Allah yang menyelamatkan dengan tanpa syarat (Roma 3:25; 8:3-4). Di dalam kebangkitan-Nya dan pemuliaanNya nampaklah tanda dan jaminan kemenangan tetap dari belas kasih illahi (Roma 8:31-39), yang bermaksud mendamaikan kita denganNya (2 Korintus 5:18-21).

Di dalam dasar itulah Paulus tidak lelah-lelahnya menekankan rahmat penebusan (Galatia 2:16*) yang diberikanNya secara gratis. Oleh rahmat itulah manusia dibebaskan dari tuntutan hukum yang tidak kenal ampun (Galatia 3:10,13; Kolose 2:14). Hanya iman manusia yang penuh percaya masih tetap merupakan jawaban yang sesuai dengan karya Tuhan yang penuh rahmat (Roma 1:17; 3:28; 4:18; dan lain-lain). Di sini tidak ada pertentangan dengan Yakobus 2:14-19 karena jelas dibuktikan oleh Roma 7:4; Galatia 5:22; Filipi 1:11 dan lain-lain. Umum mengakui hal ini. Karya keselamatan Allah yang tidak mengenal batas itu mengandung arti pula bagi Paulus, bahwa setiap orang selaku anggota umat manusia, ikut ambil bagian di dalam keselamatan illahi (Roma 5:12-19; 1 Korintus 15:21-23, 45-49). Seluruh umat manusia dipersatukan dan dibangun Kristus di dalam tubuhNya (Efesus 2:16; Kolose 1:18). Atas dasar itu kesatuan gereja merupakan salah satu puncak tertinggi dari perhatian rasul (1 Korintus 1:10; 3:3-4; 11:17-22; bandingkan: Roma 15:5; Filipi 2:1-5; Efesus 4:1-32). Akhirnya keseluruhan pelayanan bagi Allah ditanggung oleh kesadaran orang, bahwa ia ada di dalam perjalanan menuju Allah keselamatan itu dan menuju Yesus Kristus, Tuhannya (Filipi 1:23; 2:16). Meskipun harapannya atas kedatangan Kristus berubah (bandingkan: Filipi 1:23; 1 Tesalonika 4:15 dst.), namun bagi Paulus tetap ada sebuah kepastian, bahwa pada akhirnya Allah akan menjadi "segala dalam segalanya" (1 Korintus 15:24-28).