Armagedon /Harmagedon
Oleh
Matius Sobolim, S. Th.
Harmagedon
atau Armagedon pada umumnya merujuk kepada akhir zaman
atau bencana apokaliptik besar dan dahsyat dalam berbagai agama dan budaya.
Kata ini juga dapat merujuk kepada kekalahan besar dalam peperangan sehingga
banyak orang yang meninggal atau penggunaan senjata pemusnah massal.
Pengertian
Kata Harmagedon yang disebut di Alkitab Kristen[1]
diduga berasal dari kata bahasa Ibrani
Har Megido (הר מגידו), yang artinya "Bukit Megiddo".
Tempat yang dirujuk ini adalah sebuah dataran lembah yang disebut Megiddo, yang
merupakan lokasi dari banyak pertempuran yang menentukan pada masa purbakala
(lihat Pertempuran
di Megiddo). Salah satunya yang terjadi pada
609 SM dan digambarkan dalam Kitab 2
Raja-raja 28-30 dan 2
Tawarikh 20-25, mengakibatkan kematian Yosia, seorang raja yang muda dan karismatis yang kematiannya
mempercepat merosotnya dinasti Daud dan mungkin sekali telah mengilhami kisah-kisah tentang
datangnya kembali seorang Mesias dari garis keturunannya. Lembah ini ditandai oleh kehadiran
gundukan-gundukan arkeologis atau tel, yang merupakan hasil akumulasi reruntuhan dari pemukiman
Zaman Perunggu dan Zaman Besi yang berkembang antara 5.000 tahun lalu dan tahun
650 SM. Sebagian orang mengatakan bahwa kata Armagedon merupakan contoh
dari sebuah salah kaprah (biasanya kebetulan) yang belakangan memperoleh makna
yang baru.
Satu-satunya tempat yang menyebutkan kata Armagedon
dalam Alkitab muncul
dalam Kitab Wahyu 16:16: "Lalu ia mengumpulkan mereka di tempat, yang dalam bahasa
Ibrani disebut Harmagedon. Namun
Alkitab mencakup banyak nas yang merujuk kepada konsep tentang Armagedon. Namun
rujukan nubuat Alkitab yang
spesifik tidak menunjukkan secara jelas apakah peristiwa-peristiwa itu
benar-benar akan terjadi di sini, atau apakah pengumpulan pasukan-pasukan itu
hanya dianggap sebagai sebuah tanda. Memang sejumlah pasukan Romawi pernah
dikumpulkan di tempat ini untuk salah satu penyerangan mereka terhadap
Yerusalem pada 67 M. Hal ini sesuai dengan penafsiran preteris tentang kejadian-kejadian dalam Wahyu
16:17-21 yang merujuk kepada
kejadian-kejadian yang memuncak pada penghancuran Yerusalem pada tahun 70 M.
Sebuah
penafsiran lainnya adalah kematian mendadak Yosia, seorang pembaharu agama pada usia 30-an yang
memperlihatkan pengharapan besar untuk memperbarui negara teokratis Yahudi,
yang menghasilkan mitos-mitos tentang kepulangannya dengan kemenangan. Yosia
konon mati di tangan firaun Mesir Nekho II justru
pada saat kerajaan Daud sedang naik setelah suatu masa kekacauan dan korupsi.
Kematiannya mempercepat kemerosotan faksi yang sangat monoteistik di Yudea pada
tahun-tahun sebelum pembuangan Babel.
Gagasan bahwa seorang raja keturunan Daud suatu hari akan kembali untuk
berperang dan menang di Megiddo adalah sebuah contoh tentang mitos mengenai kepulangan
yang kekal (the myth of eternal return).
Sebelum Perang Dunia II, Perang Dunia I
biasanya dirujuk di koran-koran dan buku-buku sebagai "Armagedon",
selain juga "Perang Besar".
Agama Bahá'í
Sebagai bagian dari keseluruhan teologi dari agama
Bahá'í, literatur dan riset Bahá'í
menafsirkan penggenapan pengharapan-pengharapan di sekitar Pertempuran
Armagedon dalam tiga cara, dan ketiga-tiganya telah terjadi. Lihat Catastrophe, Armageddon and Millennium: some aspects of the
Bábí-Bahá’í exegesis of apocalyptic symbolism
untuk tinjauan mendalam mengenai bahan ini.
Yang pertama berkaitan dengan serangkaian tulisan yang
dikarang oleh Bahá'u'lláh, pendiri agama Bahá'í, untuk dikirim ke berbagai raja dan
pemimpin negara. Akta dari Yang
Dijanjikan yang membahas kekuasaan dunia
dengan kritik adalah sebuah kejadian yang menggemparkan.
Yang kedua terkait dengan kejadian-kejadian terinci
menjelang akhir Pertempuran Megiddo (1918)
dari Perang Dunia I – semacam penggenapan haraiah di mana kekuatan-kekuatan
dunia sedang bertempur. Secara khusus kemenangan Jenderal
Allenby di Megiddo, yang mencegah Kekaisaran Ottoman menyalibkan 'Abdu'l-Baha, yang saat itu merupakan pemimpin dari agama
Baha'i, dipandang oleh umat Baha'i sebagai
Pertempuran Armagedon yang harafiah.
Yang ketiga meninjau seluruh perkembangan Perang Dunia (I
dan II) (meskipun keduanya dapat dipandang sebagai satu proses yang terdiri
dari dua tahap), dan kehancuran yang dihasilkannya terhadap berbagai sarana dan
norma dunia sebelum dan sesudahnya.
Saksi-Saksi Yehuwa
Menurut
agama Saksi-Saksi Yehuwa, Armagedon adalah pertempuran di mana Setan mempersatukan
semua penguasa di muka bumi dalam melawan Raja yang ditunjuk oleh Allah, yaitu
Yesus. Jadi, Wahyu mengatakan bahwa Armagedon adalah perang besar dari Yehuwa
yang Mahakuasa. Berbeda dengan banyak kelompok Kristen, Saksi-saksi Yehuwa
tidak percaya bahwa satu ‘Antikristus’ akan terlibat dalam perang ini. Setan
sendiri akan menggerakkan kerajaan-kerajaan dunia untuk memerangi umat pilihan
Allah. Wahyu mengatakan bahwa "roh-roh setan … mengadakan perbuatan-perbuatan
ajaib, dan mereka pergi mendapatkan raja-raja di seluruh dunia, untuk
mengumpulkan mereka guna peperangan pada hari besar, yaitu hari Allah Yang
Mahakuasa. (Wahyu 16:14).
Namun kemudian, "Tuan di atas segala tuan dan Raja di atas segala
raja" karena keadilannya akan mengalahkan mereka demi kemuliaan Allah yang
mahakuasa. (Wahyu 17:12-14).
Para Saksi Yehuwa percaya bahwa terbukti dari teks ini bahwa
perang ini bukanlah peperangan antara suatu bangsa melawan yang lainnya dengan
menggunakan senjata nuklir, biologis, atau senjata pemusnah massal lainnya, karena dikatakan bahwa raja-raja di muka bumi
“seia sekata, kekuatan dan kekuasaan mereka mereka berikan kepada binatang itu”
untuk melawan Kristus”. Juga jelas bahwa tidak mungkin bahwa seluruh tentara
dunia dapat berkumpul di tempat yang relative kecil, yaitu Megiddo di Israel
masa kini. Akhirnya, Wahyu 16:16
menyebut Har-Mageddon (Bukit Megiddo) "tempat itu" di mana raja-raja
ini dikumpulkan untuk pertempuran yang terakhir.
Karena Bukit Megiddo bukanlah sebuah tempat harafiah, mereka
merasa tepatlah bahwa Alkitab menggunakank Megiddo sebagai tempat
"simbolis" untuk mengumpulkan semua raja di muka bumi dan di sana
mereka akan berusaha berperang melawan Allah dan seluruh kekuatan-Nya. Tindakan
raja-raja di muka bumi ini diprovokasi oleh pernyataan dan tanda-tanda yang
diilhami oleh roh-roh jahat. (Lihat Wahyu
16:13).
Saksi Yehuwa percaya bahwa tindakan kolektif untuk
menganiaya umat pilihan Allah di muka bumi itulah yang akan memicu perang ini.
Kitab Yehezkiel 38
mempunyai sebuah nubuat di mana Gog dari negeri Magog mengumpulkan suatu
pasukan yang terdiri dari berbagai bangsa untuk menyerang umat Allah, karena
percaya bahwa mereka tidak dilindungi. Allah menjawabnya dengan menyebabkan
mereka tewas karena saling membunuh. Allah akan menghukum mereka dengan wabah
penyakit, banjir besar, hujan es, api dan belerang. Pasal ini ditutup dengan
pernyataan Allah bahwa "mereka (bangsa-bangsa) akan mengetahui bahwa
Akulah TUHAN ('Yehuwa')".
Armagedon diikuti oleh pembentukan Kerajaan Allah di muka
bumi— suatu masa yang biasanya disebut sebagai "Pemerintahan Kristus
selama Seribu Tahun ", ketika "naga, si ular tua itu, yaitu Iblis dan
Satan ... (diikat selama) seribu tahun lamanya" (Lihat Wahyu
20:1,2). Penghakiman terakhir dan pembersihan dosa-dosa dunia pada akhir milenium, ketika
Satan "dilepaskan untuk sedikit waktu lamanya" dan diizinkan untuk
"menyesatkan bangsa-bangsa pada keempat penjuru bumi ... mengumpulkan
mereka untuk berperang" melawan "perkemahan tentara orang-orang kudus
dan kota yang dikasihi itu". Ketika Iblis kalah dalam pertempuran ini, ia
akhirnya dilemparkan ke dalam "lautan api dan belerang” (yang melambangkan
kehancuran total dan kekal). Mereka yang bergabung bersamanya pun akan
dihancurkan untuk selama-lamanya.
Masehi Advent Hari Ketujuh
Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh
mempunyai penafsiran bahwa Pertempuran Terakhir Armagedon akan terjadi setelah
masa seribu tahun yang disebutkan dalam Kitab Wahyu, di mana orang-orang benar
akan tinggal bersama Allah di dalam surga dan orang-orang yang jahat akan dihakimi.
Menurut penjelasan ini, Kristus dan orang-orang kudusnya (serta kerajaan surga
tempat tinggal mereka sekarang) akan turun ke muka bumi, dan dilindungi dari
orang-orang jahat. Kristus akan membangkitkan orang-orang jahat yang telah mati
dan kedua pihak akan terlibat dalam sebuah pertempuran terakhir antara kekuatan
baik dan jahat. Setan dan para pengikutnya akan berusaha mengalahkan para
pengikut Kristus namun mereka akan dikalahkan oleh kekuatan Kristus. Di bawah
perintah-Nya, Allah akan menghancurkan Satan dan orang-orang yang jahat untuk
selama-lamanya dengan api yang luar biasa dahsyatnya. Bumi akan dibakar dan
kemudian, setelah dibersihkan dari semua kejahatan, menurut kedua pasal
terakhir Kitab Wahyu, bumi akan dijadikan baru dan dipulihkan ke dalam
keadaannya semula sebelum dosa mula-mula masuk ke dalam dunia. Lalu Kristus dan
orang-orang kudus yang telah ditebusnya akan dinyatakan menang.