Tampilkan postingan dengan label Percaya. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Percaya. Tampilkan semua postingan

Selasa, 03 November 2020

IMAN DAN KEPERCAYAAN

IMAN Dan KEPERCAYAAN 

Ev. Matius, M. Th

I. Iman dan Kepercayaan Dalam PL

Walaupun kata 'iman' (Ibrani 'emun) sering muncul dalam PB bh Indonesia, dalam PL hanya dua kali yakni Ul 32:20 (TBI menerjemahkan 'kesetiaan') dan Hab 2:4 (TBI menerjemahkan 'percayanya'). Tapi ini tidak berarti bahwa gagasan iman tidak penting, banyak istilah lain, misalnya Ibrani batakh, yang dalam TBI biasanya diterjemahkan 'percaya'.

Kita dapat mulai dengan Mzm 26:1 dan ay-ayat yang serupa, Aku telah hidup dalam ketulusan; kepada Yahweh aku percaya dengan tidak ragu-ragu'. Sering orang berkata bahwa menurut PL orang diselamatkan berdasarkan pada perbuatannya, tapi ayat tadi menempatkan soal itu dalam letaknya yang sebenarnya. Memang pemazmur menyebut 'ketulusan hatinya', tapi hal ini tidak berarti bahwa ia percaya kepada dirinya atau perbuatan-perbuatannya. Yang dia percayai ialah Allah. Ketulusan hatinya adalah bukti kepercayaannya ke pada Allah.

PL adalah Kitab yang besar, yang menyatakan kebenaran tentang keselamatan dengan berbagai cara. Para penulis tidak selalu membuat pembedaan yang mungkin kita inginkan bila membaca PB. Tapi jika teliti disimak maka akan nyata bahwa dalam PL seperti juga dalam PB, yang dituntut ialah sikap yang benar terhadap Allah, artinya iman atau kepercayaan. Bnd Mzm 37:3 dab, 'Percayalah kepada Tuhan dan lakukanlah yg baik... dan bergembiralah karena Tuhan; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu. Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak'. Di sini jelas bahwa pemazmur berusaha supaya hidupnya benar, dan jelas juga bahwa pada dasarnya ia mengajak orang supaya berharap kepada Allah, dan ini hanya cara lain mengajak orang hidup dari iman. Kadang-kadang orang didesak supaya mempercayai Firman Allah (Mzm 119:42), tapi yang lebih biasa dicari ialah supaya mereka percaya kepada Allah sendiri. 'Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar pada pengertianmu sendiri' (Ams 3:5).

Bagian akhir dari ay ini tidak memberi tempat bagi percaya kepada kekuatan sendiri: 'Siapa percaya kepada hatinya sendiri adalah orang bebal' (Ams 28:26), dan pikiran ini sering muncul. Manusia tidak boleh mengandalkan kebenarannya sendiri (Yeh 33:13). Efraim dihajar karena 'mengandalkan diri pada keretamu, pada banyaknya pahlawan-mu'. Mengandalkan berhala dicela keras (Yes 42:17Hab 2:18). Yeremia memperingatkan supaya jangan percaya kepada apa pun yang dari manusia, 'Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yg hatinya'menjauh dari Tuhan' (Yer 17:5).

Daftar hal-hal yang tidak boleh diandalkan masih bisa ditambah, tapi daftar ay-ayat yang mendesak orang supaya mengandalkan Tuhan masih lebih, panjang dan mengesankan. Jelas bahwa masyarakat PL menganggap Tuhan satu-satunya yang 'layak menjadi andalan. Mereka tidak mengandalkan sesuatu apa pun yg mereka lakukan, atau yang dilakukan oleh orang lain, atau yang dilakukan oleh ilah-ilah lain. Andalan atau yg diharapkan oleh mereka hanya Tuhan. Kadang-kadang hal ini diungkapkan dengan kiasan, 'Dia-lah bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku; Allah-ku, gunung batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku; Allah-ku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku' (Mzm 18:2-3). Memang iman dapat dipautkan dengan pasti pada Allah yg seperti itu.

Di sini Abraham harus disebut secara khusus. Seluruh hidupnya membuktikan, bahwa ia sungguh-sungguh percaya kepada Allah, dengan iman yang mendalam. Mengenai dia tertulis, 'Percayalah ia kepada Tuhan, maka Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran' (Kej 15:6). Ayat ini diambil oleh penulis-penulis PB dan kebenaran dasar di dalamnya dikembangkan lebih lengkap.

II. Iman dan Kepercayaan Dalam PB

a. Pemakaian umum

Dalam PB kata benda pistis dan kata kerja pisteuo keduanya muncul lebih 240 kali, dan kata sifat pistos 67 kali. Tekanan yg diberikan kepada iman harus dilihat dengan latar belakang karya penyelamatan Allah dalam Kristus. Yang menjadi inti PB ialah gagasan Allah mengutus AnakNya menjadi Juruselamat dunia. Kristus beroleh penyelamatan manusia dengan mengalami kematian yang mendamaikan manusia dengan Allah di salib-Nya.

Iman ialah sikap yang di dalamnya seseorang melepaskan andalan pada segala usahanya sendiri untuk mendapat keselamatan, entah itu kebajikan, kebaikan susila atau apa saja, kemudian sepenuhnya mengandalkan Yesus Kristus, dan mengharap hanya dari Dia segala sesuatu yg dimaksud oleh 'keselamatan'. Sewaktu kepala penjara di Filipi bertanya, 'Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat supaya aku selamat?' Dijawab oleh Paulus dan Silas tanpa ragu-ragu, 'Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat' (Kis 16:30 dab). Setiap orang yg percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh 3:16). Iman ialah satu-satunya jalan, melalui mana manusia beroleh keselamatan.

Kata kerja pisteuo kerap kali diikuti oleh 'bahwa', yang menandakan bahwa obyek iman ialah realita-realita tertentu. Hal ini penting, seperti Yesus jelaskan kepada orang Yahudi, 'Sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Aku-lah Dia, kamu akan mati dalam dosamu' (Yoh 8:24). Tapi Yakobus menyatakan bahwa setan-setan pun percaya hanya ada satu Allah, namun 'iman' ini tidak menguntungkan mereka (Yak 2:19). Pisteuo bisa disusuli keadaan ketiga (dativum), jika maksudnya ialah mempercayai atau menerima sebagai hal yang benar apa yang dikatakan seseorang. Maka Yesus mengingatkan orang Yahudi bahwa 'Yohanes datang untuk menunjukkan jalan kebenaran kepadamu, dan kamu tidak percaya kepadanya' (Mat 21:32). Di sini kata 'percaya' tidaklah mengandung arti 'mengandalkan diri' kepada Yohanes: orang Yahudi tidak percaya apa yang dikatakannya.

Hal itu bisa juga kena kepada Yesus, seperti dalam Yoh 8:45, 'Kamu tidak percaya kepada-Ku', atau ayat berikutnya, 'Aku mengatakan kebenaran, mengapa kamu tidak percaya kepada-Ku?' Tapi tidak boleh kita lupakan bahwa kepercayaan mempunyai isi kognitif. Karena itu susunan kalimat ini kadang-kadang mengacu kepada iman yang menyelamatkan seperti dalam Yoh 5:24, 'Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal'. Orang yg sungguh percaya kepada Allah, tentu akan bertindak selaras dengan iman itu, Dengan perkataan lain, kepercayaan yg sungguh bahwa apa yang dinyatakan Allah memang benar, akan nampak dalam iman yang benar pula.

Susunan tata bahasa khas untuk iman yg menyelamatkan, ialah kata kerja pisteuo disusuli kata eis. Arti harfiahnya ialah percaya 'ke dalam'. Maksudnya ialah iman yang mengeluarkan seseorang dari dirinya sendiri, dan menaruh dirinya di dalam Kristus (bnd ungkapan yang sering dipakai Paulus mengenai orang Kristen yaitu'di dalam Kristus'). Pengalaman ini dapat juga disebut 'kesatuan dengan Kristus melalui iman'. Maksudnya bukan melulu iman dalam arti persetujuan intelektualis, tapi iman yg melaluinya orang percaya berpaut pada Juruselamat-nya dengan segenap hatinya. Orang percaya dalam pengertian ini tinggal di dalam Kristus dan Kristus di dalam dia (Yoh 15:4). Iman tidak berarti menerima hal-hal tertentu sebagai benar, tapi menyerahkan diri (mengandalkan diri) kepada suatu diri, yaitu diri Kristus.

Kadang-kadang pisteuo disusuli epi, 'di atas'. Iman mempunyai dasar yg kuat dan teguh. Susunan tata bahasa ini didapati dalam Kis 9:42. Di situ, sesudah tersiar kebangkitan Tabita, 'banyak orang menjadi percaya kepada Tuhan' (epi ton kurion). Orang-orang sudah menyaksikan sendiri apa yg dapat dilakukan oleh Kristus, maka mereka mengalaskan iman mereka 'di atas' Dia. Kadang-kadang iman dialaskan kepada Allah Bapak, misalnya Rm 4:24, 'Kita percaya kepada (epi) Dia yang telah membangkitkan Yesus Tuhan kita dari antara orang mati'.

Yang sangat khas PB ialah pemakaian mutlak kata kerja itu. Sewaktu Yesus berada di daerah Samaria, banyak orang 'menjadi percaya' karena perkataan-Nya (Yoh 4:41). Tidak perlu ada tambahan pada apa yang mereka percayai, atau kepada siapa mereka percaya. Iman begitu khas dalam Kekristenan sehingga orang Kristen dapat disebut pendek saja 'orang percaya'. Pemakaian ini luas di seluruh PB dan tidak terbatas hanya pada seorang penulis saja. Kita dapat menyimpulkan bahwa iman merupakan dasar Kekristenan.

Ihwal waktu dari kata kerja pisteuo mengandung acuan. Waktu aoristus mengacu kepada tindakan yg terjadi pada waktu lalu. Dan bila dipakai demikian akan menandakan sifat yang menentukan dari iman. Jika seseorang menjadi percaya ia menyerahkan dirinya secara menentukan kepada Kristus. Waktu presens mengandung gagasan 'berjalan terus' atau berulang-ulang. Ini menandakan bahwa iman bukanlah sesuatu yg berlalu, tapi berlangsung terus-menerus. Waktu perfektum mengandung kedua gagasan di atas dan membicarakan tentang tindakan masa kini yang merupakan kesinambungan tindakan pada waktu lalu. Tentang iman, ini menandakan bahwa orang yang menjadi percaya memasuki suatu keadaan yang menetap. Perlu diperhatikan bahwa kata benda pistis kadang-kadang dilengkapi dengan kata sandang, maksudnya, keseluruhan batang tubuh ajaran Kristen, seperti waktu Paulus menghimbau orang Kolose 'hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu' (Kol 2:7).

b. Pemakaian khusus

(i) Dalam Injil-injil Sinoptik iman sering dihubungkan dengan penyembuhan. Yesus berkata kepada perempuan yang menjamah jubah-Nya di tengah-tengah orang banyak, 'Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau' (Mat 9:20). Tapi iman dalam arti yang lebih luas dilukiskan juga dalam Injil-injil ini. Markus mencatat perkataan Yesus, 'Tidak ada yg mustahil bagi orang yg percaya!' (Mrk 9:23). Begitu juga Dia berkata bahwa seseorang akan melakukan pekerjaan besar, sekiranya mempunyai iman kendati hanya sebesar biji sesawi (Mat 17:20Luk 17:6). Jelas, Yesus menuntut iman tertuju kepada diriNya sendiri. Tuntutan khas Kristen bahwa orang harus beriman kepada Yesus gamblang didasarkan pada tuntutanNya sendiri.

(ii) Dalam Injil Yoh iman menduduki tempat sangat mencolok, terlihat dari munculnya kata kerja pisteuo sampai 98 kali. Memang ganjil, kata benda pistis tidak pernah dipakainya. Mungkin sebabnya ialah kata pistis dipakai di kalangan sejenis Gnostik. Ada tanda bahwa Yohanes memperhitungkan lawan-lawan seperti itu, dan bisa saja ia menghindari untuk memakai istilah yang sangat mereka gemari. Atau mungkin dia lebih menyukai arti yang lebih dinamis yang diberikan oleh kata kerja itu. Apa pun alasannya, ia lebih sering memakai kata kerja pisteuo (dibandingkan penulis PB lainnya, sampai 3 kali lebih banyak dari ketiga temannya penulis Injil Sinoptik itu). Susunan katanya yg khas ialah penggunaan kata depan eis, 'percaya kepada'.

Hal terpenting ialah hubungan orang percaya dengan Kristus. Justru Yohanes berulang-ulang berbicara tentang percaya kepada-Nya atau percaya dalam nama Kristus (mis Yoh 3:18). Bagi orang zaman itu'nama' mengungkapkan seluruh kedirian seseorang, keberadaan orang itu seutuhnya. Maka 'percaya dalam nama Kristus' berarti mutlak percaya kepada diri Yesus seutuhnya. Yoh 3:18 berkata, 'Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman'. Ajaran khas Yohanes ialah, bahwa ihwal kekekalan ditentukan kini dan di sini. Iman tidak melulu menjamin hidup yang kekal pada suatu masa depan yang tidak diterangkan, tapi juga memberi hidup yg kekal sekarang ini. 'Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh (ekhei, waktu presens, jadi sekarang sudah) hidup yang kekal' (Yoh 3:36; bnd 5:24).

(iii) Dalam Kis, yang melaporkan upaya penginjilan yang maju pesat, ungkapan khas yang dipakai ialah (waktu) aoristus dari pisteuo, yang mengacu kepada tindakan keputusan. Lukas menceritakan beberapa peristiwa yang mendampakkan orang-orang menaruh kepercayaan kepada Kristus. Susunan pengalimatan yang lain ada juga, dan baik iman yang terus menerus maupun buahnya yang menetap disebut, tapi keputusan itulah yang paling khas.

(iv) Bagi Paulus, iman adalah sikap khas Kristen. Tidak seperti Yohanes, Paulus memakai kata benda pistis lebih dua kali lipat dari kata kerja pisteuo. Kata pistis dikaitkan dengan beberapa gagasannya utama. Jadi dalam Rm 1:16 ia berkata bahwa Injil 'adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya'. Bahwa agama Kristen lebih dari sekedar pola nasihat yang baik sangat berarti bagi Paulus. Injil tidak hanya mengatakan kepada manusia apa yg wajib mereka lakukan, tapi juga memberi kekuatan kepada mereka untuk melakukannya. Beberapa kali Paulus mempertentangkan kata-kata belaka dengan kekuatan, umumnya guna menekankan bahwa kekuatan Roh Kudus harus diperlihatkan dalam hidup orang Kristen. Dan kekuatan ini dapat berperan dalam hidup seseorang hanya jika ia percaya. Tidak ada yang bisa mengganti iman.

Banyak perselisihan Paulus berkisar pada silang nalar dengan pengikut Yudaisme. Kelompok ini mempertahankan bahwa tidak cukup bagi orang Kristen hanya dibaptis -- mereka harus disunat, dan bila mereka diterima masuk agama Yahudi dengan jalan sunat itu, mereka harus menggenapi seluruh hukum Taurat Musa. Kelompok Yudais ini membuat ketaatan kepada Taurat prasyarat yang harus dipenuhi sebelum memperoleh keselamatan, paling tidak dalam arti keselamatan secara utuh.

Paulus menentangnya. Ia menandaskan bahwa manusia tidak dapat berbuat apa pun juga untuk mendatangkan keselamatan dirinya. Segala sesuatu telah genap seutuhnya dilakukan oleh Kristus, justru tidak seorang pun dapat menambahkan apa-apa untuk menyempurnakan pekerjaan Kristus yang sudah tuntas itu. Demikianlah Paulus menekankan bahwa manusia dibenarkan oleh iman (Rm 5:1). Doktrin pembenaran oleh iman adalah pusat pemberitaan Paulus. Apakah dengan memakai istilah ini atau tidak, gagasan itu selalu dia kemukakan. Dengan penuh semangat ia menentang setiap pemikiran yang mengajarkan dan mengandalkan perbuatan baik. 'Kamu tahu, bahwa tidak seorang pun yang dibenarkan karena melakukan hukum Taurat, tapi hanya oleh iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kami pun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan karena iman dalam Kristus dan bukan karena melakukan hukum Taurat'. Sebab 'tidak ada seorang pun yang dibenarkan karena melakukan hukum Taurat' (Gal 2:16). Jelas bagi Paulus iman berarti melepaskan segala kepercayaan yang mengandalkan kemampuan diri untuk mendapat keselamatan sebagai imbalan dari jasa atau amal bakti. Beroleh keselamatan hanyalah dengan percaya sepenuhnya menerima karunia Allah di dalam Kristus, mengandalkan Kristus dan hanya Dia, untuk memperoleh segenap arti keselamatan.

Ciri khas lain dalam teologi Paulus ialah peranan Roh Kudus yang begitu luas dan mencolok. Paulus berpendapat bahwa semua orang Kristen didiami oleh Roh Kudus (Rm 8:9, 14) dan hal ini dia hubungkan juga dengan iman. Karena itu tentang Yesus, dia tulis kepada orang Efesus, 'Di dalam Dia kamu juga -- karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu -- di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu. Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita...' (Ef 1:13 dab). Meterai melambangkan hak pemilikan, suatu kiasan yg dimengerti pada suatu zaman, tatkala banyak orang buta aksara. Roh Kudus yang diam dalam diri orang percaya menandakan hak milik Allah, dan tanda ini dibubuhkan kepada seseorang hanya sesudah dia percaya. Ayat yang dikutip di atas berkata mengenai Roh Kudus sebagai jaminan bagian kita'. Di sini Paulus memakai suatu kata yang pada abad pertama berarti panjar, yang sekaligus adalah jaminan bahwa sisa harga akan dilunasi kemudian. Jadi, jika seseorang menjadi percaya, ia menerima Roh Kudus sebagai bagian dari kehidupan di 'dunia yang akan datang', juga jaminan bahwa sisanya pasti menyusul.

(v) Penulis Surat Ibr melihat bahwa iman selalu merupakan ciri khas umat Allah. Dalam ps 11, yaitu gedung lukisannya yg indah, penulis mengenang orang-orang terhormat pada masa lampau, sambil menunjukkan bagaimana masing-masing mengemukakan tema luhurnya bahwa 'tanpa iman, tak mungkin orang berkenan kepada Allah' (Ibr 11:6). Penulis secara khusus tertarik pada pertentangan iman dengan penglihatan. Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang diharapkan dan bukti dari segala yang tidak kita lihat (Ibr 11:1). Ia menekankan bahwa orang yg tidak mempunyai apa pun secara lahiriah yang bisa menopangnya dalam perjalanannya, toh tetap berpegang teguh kepada janji janji Allah. Dengan perkataan lain, mereka hidup dan berjalan di dalam iman; bukan dalam penglihatan.

(vi) Di antara penulis PB, baiklah kita memberi perhatian kepada Yakobus. Ada pendapat bahwa dalam hal iman dia bertentangan dengan Paulus. Apabila Paulus mempertahankan bahwa orang dibenarkan karena iman, bukan karena perbuatan, Yakobus mempertahankan 'bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, bukan hanya karena imannya' (Yak 2:24). Tapi ini hanyalah selisih verbalisasi saja. Jenis 'iman' yang ditentang oleh Yakobus bukanlah kepercayaan pribadi yang membara kepada Juruselamat yg hidup seperti dibicarakan oleh Paulus. Yang dibicarakan Yakobus ialah iman, yang diterangkan Yakobus sendiri, 'Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setan pun juga percaya akan hal itu dan gemetar' (2:19). Maksud Yakobus ialah ihwal akal budi menyetujui kebenaran-kebenaran tertentu, tapi tidak. mendukung pendapat bahwa hidup selaras dengan kebenaran-kebenaran itu akan mendampakkan keselamatan (2:15 dab). Betapa jauhnya Yakobus dari menentang iman dalam arti seutuhnya, sehingga di mana saja dia mempradalilkannya. Pada awal suratnya secara wajar ia berbicara tentang 'ujian terhadap imanmu' (1:3), dan dia menasihati pembacanya supaya 'sebagai orang yg beriman kepada Yesus Kristus, Tuhan kita yang mulia itu, janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka' (2:1). Ia mengecam iman yang salah, tapi menganggap bahwa tiap orang akan mengakui perlunya iman yang benar.

Lagipula arti 'perbuatan' bagi Yakobus tidaklah sama dengan arti seperti dimaksudkan Paulus. Paulus memikirkan ketaatan kepada tuntutan perintah Taurat yang dipandang sebagai sistem, yang olehnya seseorang dapat meraih keselamatan karena jasa. Bagi Yakobus Taurat ialah 'Taurat yang memerdekakan' (2:12). Yg dia sebut 'perbuatan' adalah sama dengan 'buah-buah Roh' yg dibicarakan oleh Paulus. Perbuatan-perbuatan kasih timbul sebagai dampak dari sikap yang benar terhadap Allah. Perbuatan itu adalah buah iman. Yakobus keberatan terhadap pernyataan bahwa iman ada kendati tanpa buah yang membuktikannya.

Iman jelas merupakan salah satu konsepsi penting dalam seluruh PB. Di mana-mana iman dituntut dan keutamaannya ditekankan. Iman membuang segala kepercayaan pada sumber-sumber kekuatan sendiri. Iman berarti pasrah menyerahkan diri sendiri tanpa syarat kepada rahmat Allah. Iman berarti memegang teguh janji Allah di dalam Kristus dengan memautkan seluruh kepercayaan kepada karya Kristus yang genap seutuhnya demi keselamatan, dan kepada kekuasaan Roh Kudus demi kekuatan sehari-hari. Iman mencakup kepercayaan yang utuh dan ketaatan mutlak kepada Allah.

KEPUSTAKAAN. D. M Baillie, Faith in God, 1964; W. F Howard, Christianity according to St. John, 1943; 13.13 Warfield in HDB; W. A Whitehouse dalam RTWB; J. G Machen, What is Faith?, 1925; G. C Berkouwer, Faith and Justification, 1954; J Hick, Faith and Knowledge', 1966; NIDNTT, hlm 587-606; TDNT 6, hlm 1-11; TDNT 6, hlm 174-228. LM/MHS