APA YANG DIMAKSUD DENGAN PERTOBATAN
PERTOBATAN (METANOIA)
Oleh
Matius Soboliem, S. Th.
Pertobatan berasal dari akar kata tobat (Ing;
repentance) yang secara harafiah dikenal dan diterapkan oleh seluruh agama
bahkan aliran kepercayaan, dimana seorang/sekelompok orang menyesal atas kesalahan,
pelanggaran, kejahatan ataupun dosa yang telah diperbuatnya dan berbalik kepada
ajaran agama atau kepercayaan yang diyakininya sebagai suatu kebenaran. Dan
biasanya sebagai konsekuensi logis dari suatu pertobatan adalah orang tersebut
“dikarantinakan” selama beberapa waktu ataupun melakukan meditasi spritual
bahkan adapula yang harus menjalani hukuman badan dan diindokrinasi kembali
tentang ajaran agama/kepercayaan yang dianutnya.
Dalam ajaran Kristen, bentuk pertobatan apapun, jika itu terjadi diluar Kristus (bertobat tapi tidak percaya kepada TUHAN Yesus) maka tidak diperhitungkan sebagai bagian dari proses keselamatan kekal. Dengan lain perkataan, pertobatan yang terjadi diluar Tuhan Yesus, adalah sia-sia sebab tidak adanya jaminan pengampuan dosa untuk menerima kehidupan yang kekal setelah kematian (Yohanes 14:6).
Dalam ajaran Kristen, bentuk pertobatan apapun, jika itu terjadi diluar Kristus (bertobat tapi tidak percaya kepada TUHAN Yesus) maka tidak diperhitungkan sebagai bagian dari proses keselamatan kekal. Dengan lain perkataan, pertobatan yang terjadi diluar Tuhan Yesus, adalah sia-sia sebab tidak adanya jaminan pengampuan dosa untuk menerima kehidupan yang kekal setelah kematian (Yohanes 14:6).
Tindakan pertobatan yang bertolak
belakang dengan salib Kristus bersifat sementara dan sangat rentan untuk
kembali hidup didalam dosa. Alkitab mencatat bahwa dibawah kolong langit ini,
tiada nama lain yang olehnya manusia bisa selamat karena dosanya telah
diampuni, selain nama Tuhan kita Yesus Kristus. (Lukas 24:47, “dan lagi: dalam
nama-Nya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan
kepada segala bangsa,……”; Kisah Para Rasul 4:12, “Dan keselamatan tidak ada di
dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab di bawah kolong langit ini tidak
ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat
diselamatkan.").
Dibawah ini akan dijelaskan tentang pertobatan dari sudut pandang teologis Kristiani :
A. TERMINOLOGI PERTOBATAN
Pertobatan dapat didefinisikan
sebagai tindakan yang secara sadar dilakukan oleh seorang yang telah
diregenerasikan untuk berbalik dari dosa kepada Allah dalam Kristus Yesus yang
dapat dilihat dari suatu perubahan kehidupan sepenuhnya, yang dinyatakan
didalam bentuk suatu cara berpikir, merasa dan berkehendak yang baru.
Pertobatan merupakan pengalaman yang bersifat satu kesatuan, tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi bagian-bagian. Walaupun aspek-aspek dari pertobatan dibawah ini dapat dibedakan, tetapi tidak boleh dipisahkan.
Pertobatan merupakan pengalaman yang bersifat satu kesatuan, tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi bagian-bagian. Walaupun aspek-aspek dari pertobatan dibawah ini dapat dibedakan, tetapi tidak boleh dipisahkan.
- Suatu aspek intelektual (pikiran). Pertobatan sejati melibatkan, pengenalan akan kekudusan dan keagungan Allah dalam alam pikiran (pengakuan/pengenalan secara intelektual). Pengenalan Yesaya akan kekudusan Allah-lah yang membawa dirinya untuk berkata, “Celakalah aku! Aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir” (Yesaya 6:5). Di sini dapat dilihat bahwa secara intelektual, Yesaya menyadari dan mengakui bahwa salah satu dari anggota tubuhnya tidak berkenan kepada Allah karena dosa. Pertobatan harus mencakup pengakuan atas dosa dan kesalahan kita, yang merupakan pelanggaran terhadap hukum Allah dan penolakan terhadap kehendak-Nya atas hidup kita. Juga harus terdapat pemahaman akan kasih setia Allah dan akan kesiapan Allah untuk mengampuni, karena jika terpisah dari pemahaman ini, maka pengakuan dosa hanya akan menyebabkan ketakutan dan keputusasaan. Pertobatan intelektual merupakan suatu bentuk penaklukan terhadap pikiran manusia yang bersifat kedagingan kedalam suatu bentuk pemikiran rohani yang terdapat dalam Kristus Yesus (2 Korintus 10:5).
- Suatu aspek emosional (perasaan). Harus terdapat suatu dukacita yang dirasakan didalam hati karena dosa dan akibat dari dosa itu sendiri. Rasul Paulus, ketika menulis surat kepada jemaat di Korintus memberi gambaran tentang “dukacita menurut kehendak Allah”. Perlu dicatat, “dukacita” yang dimaksudkan Paulus, tidaklah identik dengan pertobatan tetapi “menghasilkan pertobatan yang membawa keselamatan” (2 Korintus 7:10). Bentuk dukacita dari Allah ini dikontraskan dengan “dukacita duniawi”.
- Suatu aspek volisional (kehendak/kemauan). Pertobatan dalam aspek intelektual & emosional, belumlah lengkap jika tidak diikuti dengan perubahan dalam kemauan kita yang benar-benar harus tampak lewat buah-buah pertobatan yang dihasilkan. Tuhan Yesus menyatakan dengan jelas bahwa pertobatan sejati melibatkan komitmenn total dan tidak kurang daripada ini : “Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; …..” (Mat. 10:37-39). “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku” (Mat. 16:24). “Demikian pulalah tiap-tiap orang diantara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku” (Luk. 14:33).