Eksposisi Surat Paulus kepada Timotius yang Pertama
oleh : Matius Soboliem, S. Th.
I TIMOTIUS 1:12-13
Ay 12: “Aku bersyukur kepada Dia, yang menguatkan aku, yaitu Kristus Yesus,
Tuhan kita, karena Ia menganggap aku setia dan mempercayakan pelayanan ini kepadaku”.
1) Kata-kata Paulus dalam ay 12
ini menunjukkan bahwa Yesus Kristuslah yang telah meletakkan dirinya di dalam
pelayanan, dan Paulus bersyukur untuk hal itu.
a) Kristuslah yang meletakkan
seseorang di dalam pelayanan.
Matthew Henry:
“It is Christ’s work to put men into
the ministry, Acts 26:16-17. God condemned the false prophets among the Jews in
these words, I have not sent these prophets, yet they ran: I have not spoken to
them, yet they prophesied, Jer. 23:21. Ministers, properly speaking, cannot
make themselves ministers; for it is Christ’s work, as king and head, prophet
and teacher, of his church. ... Those whom he puts into the ministry he fits
for it; whom he calls he qualifies. Those ministers who are no way fit for
their work, nor have ability for it, are not of Christ’s putting into the
ministry, though there are different qualifications as to gifts and graces” (= Merupakan pekerjaan Kristus untuk
meletakkan orang-orang ke dalam pelayanan, Kis 26:16-17. Allah mengecam
nabi-nabi palsu di antara orang-orang Yahudi dengan kata-kata ini, ‘Aku tidak
mengutus nabi-nabi ini, namun mereka berlari: Aku tidak berfirman kepada
mereka, namun mereka bernubuat, Yer 23:21. Pelayan-pelayan / pendeta-pendeta,
sebenarnya tidak bisa membuat diri mereka sendiri sebagai pelayan / pendeta,
karena itu adalah pekerjaan Kristus, sebagai Raja dan Kepala, Nabi dan Guru,
dari GerejaNya. ... Mereka yang Ia letakkan ke dalam pelayanan Ia sesuaikan
untuk itu; yang Ia panggil Ia jadikan sehingga memenuhi syarat. Pelayan-pelayan
yang sama sekali tidak cocok untuk pekerjaan mereka, atau tidak mempunyai
kemampuan untuk itu, tidak diletakkan oleh Kristus ke dalam pelayanan,
sekalipun ada kecakapan-kecakapan yang berbeda berkenaan dengan karunia-karunia
dan kasih karunia-kasih karunia).
Yer 23:21 - “‘Aku tidak
mengutus para nabi itu, namun mereka giat; Aku tidak berfirman kepada
mereka, namun mereka bernubuat”.
KJV: ‘I have not sent these prophets, yet they ran: I
have not spoken to them, yet they prophesied’ (= Aku tidak mengutus
nabi-nabi ini, namun mereka berlari: Aku tidak berfirman kepada mereka,
namun mereka bernubuat).
Kis 26:16-17 - “(16)
Tetapi sekarang, bangunlah dan berdirilah. Aku menampakkan diri kepadamu untuk
menetapkan engkau menjadi pelayan dan saksi tentang segala sesuatu yang telah
kaulihat dari padaKu dan tentang apa yang akan Kuperlihatkan kepadamu nanti.
(17) Aku akan mengasingkan engkau dari bangsa ini dan dari bangsa-bangsa lain.
Dan Aku akan mengutus engkau kepada mereka”.
b) Seseorang seharusnya bersyukur
kepada Kristus kalau dirinya diletakkan oleh Kristus di dalam pelayanan.
Matthew Henry:
“A call to the ministry is a great
favour, for which those who are so called ought to give thanks to Jesus Christ” (= panggilan ke dalam pelayanan merupakan
suatu kemurahan yang besar, untuk mana mereka yang dipanggil seperti itu
seharusnya bersyukur kepada Yesus Kristus).
John Wesley:
“The meaning is, I thank him for
putting me into the ministry, and enabling me to be faithful therein” (= Artinya adalah, aku bersyukur kepadaNya
karena memasukkan aku ke dalam pelayanan, dan memampukan aku untuk setia di
dalamnya).
Barclay: “He thanked him because he chose him. Paul
never had the feeling that he had chosen Christ, but always that Christ had
chosen him. It was as if, when he was heading straight for destruction, Jesus
Christ had laid his hand upon his shoulder and arrested him in the way. It was
as if, when he was busy throwing away his life, Jesus Christ had suddenly
brought him to his senses”
(= Ia bersyukur kepadaNya karena Ia memilihnya. Paulus tidak pernah merasa
bahwa ia telah memilih Kristus, tetapi selalu bahwa Kristus telah memilih dia.
Itu adalah seakan-akan, pada waktu ia sedang menuju langsung pada kehancuran,
Yesus Kristus telah meletakkan tanganNya pada bahunya dan menahannya di jalan.
Itu adalah seakan-akan, pada waktu ia sedang sibuk membuang hidupnya, Yesus
Kristus dengan tiba-tiba telah menyadarkannya) - hal 42.
Bdk. Yoh 15:16 - “Bukan
kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah
menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap,
supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam namaKu, diberikanNya kepadamu”.
Barclay: “He thanked him because he had appointed him.
We must be very careful to note that to which Paul felt himself appointed. He
was appointed to service. Paul never thought of himself as appointed to honour,
or to leadership within the Church. He was saved to serve. Plutarch tells that
when a Spartan won a victory in the games, his reward was that he might stand
beside his king in battle. A Spartan wrestler at the Olympic games was offered
a very considerable bribe to abandon the struggle; but he refused. Finally,
after a terrific effort, he won his victory. Someone said to him: ‘Well, Spartan,
what have you got out of this costly victory you have won?’ He answered: ‘I
have won the privilege of standing in front of my king in battle.’ His reward
was to serve and, if need be, to die for his king. It was for service, not
honour, that Paul knew himself to be chosen” (= Ia bersyukur kepadaNya karena Ia telah menetapkan / memilih dia. Kita
harus sangat hati-hati untuk memperhatikan sesuatu kepada apa Paulus merasa
dirinya sendiri ditetapkan / dipilih. Ia ditetapkan / dipilih untuk pelayanan.
Paulus tidak pernah berpikir tentang dirinya sendiri sebagai ditetapkan /
dipilih untuk kehormatan, atau untuk kepemimpinan di dalam Gereja.
Ia
diselamatkan untuk melayani. Plutarch menceritakan bahwa pada waktu seorang
Spartan memenangkan suatu kemenangan dalam pertandingan, pahalanya adalah bahwa
ia bisa berdiri di sisi rajanya dalam pertempuran. Seorang pegulat Spartan
dalam pertandingan Olimpiade ditawari suatu suapan yang sangat banyak untuk
meninggalkan pergumulan; tetapi ia menolak. Akhirnya, setelah suatu usaha yang
luar biasa, ia memenangkan kemenangannya. Seseorang berkata kepadanya:
‘Spartan, apa yang kamu dapatkan dari kemenangan yang mahal yang telah engkau
menangkan?’. Ia menjawab: ‘Aku telah memenangkan hak untuk berdiri di depan
rajaku dalam pertempuran’. Pahalanya adalah melayani dan, jika perlu, mati
untuk rajanya. Untuk pelayananlah, bukan untuk kehormatan, bahwa Paulus tahu
dirinya dipilih) - hal 42-43.
Barnes’ Notes:
“If there is anything for which a
good man will be thankful, and should be thankful, it is that he has been so
directed by the Spirit and providence of God as to be put into the ministry. It
is indeed a work of toil, and of self-denial, and demanding many sacrifices of
personal ease and comfort. It requires a man to give up his splendid prospects
of worldly distinction, and of wealth and ease. It is often identified with
want, and poverty, and neglect, and persecution. But it is an office so
honorable, so excellent, so noble, and ennobling; it is attended with so many
precious comforts here, and is so useful to the world, and it has such promises
of blessedness and happiness in the world to come, that no matter what a man is
required to give up in order to become a minister of the gospel, he should be
thankful to Christ for putting him into the office” (= Jika ada sesuatu apapun untuk mana
seseorang yang baik / saleh akan bersyukur, dan seharusnya bersyukur, itu
adalah bahwa ia telah diarahkan sedemikian rupa oleh Roh dan providensia Allah
sehingga diletakkan ke dalam pelayanan. Itu memang merupakan suatu pekerjaan
yang berat, dan penyangkalan diri, dan menuntut banyak pengorbanan ketenteraman
dan kesenangan pribadi. Itu menuntut seseorang untuk menyerahkan prospeknya
yang bagus tentang kehormatan duniawi, dan tentang kekayaan dan kesenangan. Itu
sering disamakan / digabungkan dengan kekurangan, dan kemiskinan, dan
pengabaian, dan penganiayaan. Tetapi itu adalah suatu jabatan / tugas yang
begitu terhormat, begitu bagus, begitu mulia, dan memuliakan; itu disertai
dengan begitu banyak penghiburan yang berharga di sini, dan begitu bermanfaat
bagi dunia, dan itu mempunyai janji-janji berkat dan kebahagiaan dalam dunia
yang akan datang, sehingga tak peduli apa yang dituntut untuk diserahkan dari
seseorang untuk menjadi seorang pelayan injil, ia harus bersyukur kepada
Kristus untuk meletakkannya dalam jabatan / tugas itu).
2) ‘yang menguatkan aku’.
Kata ‘menguatkan’
dalam bahasa Yunani adalah ENDUNAMOSANTI.
Bahwa Kristus telah menguatkan / memberi kekuatan kepadanya dalam
melayani, bagi Paulus merupakan penggenapan janji Kristus dalam Kis 1:8.
Bdk. Kis 1:8 - “Tetapi
kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu
akan menjadi saksiKu di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai
ke ujung bumi.’”.
Dalam Kis 1:8 ini Kristus menjanjikan ‘kuasa’ kepada murid-murid, dan kata ‘kuasa’ dalam bahasa Yunani adalah DUNAMIS.
Pulpit Commentary: “It comprises
strength of faith, strength to testify and to preach, strength to endure and
suffer. St. Paul’s whole course is the best illustration of the nature of the dunamis (DUNAMIS) which
Christ gave him” [= Itu terdiri dari kekuatan iman, kekuatan untuk bersaksi dan
berkhotbah / memberitakan, kekuatan untuk bertahan dan menderita. Seluruh
perjalanan Paulus merupakan ilustrasi yang terbaik dari sifat dari DUNAMIS
(kekuatan / kuasa) yang Kristus berikan kepadanya] - hal 4.
Ada beberapa ayat lain yang menunjukkan bahwa Paulus menyadari
bahwa Kristuslah yang menguatkan / memberi kekuatan kepadanya dalam melayani
Tuhan.
·
Fil 4:13 (KJV): ‘I
can do all things through Christ which strengtheneth me’ (= Aku bisa
melakukan segala sesuatu melalui Kristus yang menguatkan aku). Kata ‘menguatkan’ di sini dalam bahasa
Yunani adalah ENDUNAMOUNTI.
·
2Tim 4:17 - “tetapi Tuhan telah mendampingi aku dan menguatkan
aku, supaya dengan perantaraanku Injil diberitakan dengan sepenuhnya dan semua
orang bukan Yahudi mendengarkannya. Dengan demikian aku lepas dari mulut singa”.
Kata ‘menguatkan’
di sini dalam bahasa Yunani adalah ENEDUNAMOSEN.
·
Kis 9:22 - “Akan tetapi Saulus semakin besar
pengaruhnya dan ia membingungkan orang-orang Yahudi yang tinggal di
Damsyik, karena ia membuktikan, bahwa Yesus adalah Mesias”.
KJV: ‘But Saul increased the more in strength, and
confounded the Jews which dwelt at Damascus, proving that this is very Christ’
(= Tetapi Paulus makin bertambah dalam kekuatan / kuasa, dan
membingungkan orang-orang Yahudi yang tinggal di Damsyik, dengan membuktikan
bahwa ini adalah Kristus itu).
Bagian yang saya garis bawahi secara hurufiah adalah: ‘was
filled with power’ (= dipenuhi dengan kuasa). Bagian ini diterjemahkan dari
kata bahasa Yunani ENEDUNAMOUTO.
Bagian ini menunjukkan bahwa Paulus bukan hanya bersyukur atas
pemilihan dari Tuhan sebagai rasul / pelayan, tetapi juga atas penguatan yang
Tuhan berikan, tanpa mana ia tidak mungkin bisa bertahan / setia dalam
pelayanannya.
Barclay: “He thanked him because he had empowered him.
Paul had long since discovered that Jesus Christ never gives a man a task to do
without also giving him the power to do it. Paul would never have said, ‘See
what I have done,’ but always, ‘See what Jesus Christ has enabled
me to do.’ No man is good enough, or strong enough, or pure enough, or wise
enough to be the servant of Christ. But if he will give himself to Christ, he
will go, not in his own strength, but in the strength of the Lord” (= Ia bersyukur kepadaNya karena Ia telah
menguatkannya. Sejak lama Paulus telah menemukan bahwa Yesus Kristus tidak
pernah memberi seseorang suatu tugas untuk melakukan tanpa juga memberikannya
kuasa / kekuatan untuk melakukannya. Paulus tidak pernah berkata: ‘Lihatlah apa
yang telah aku lakukan’, tetapi selalu, ‘Lihatlah apa yang Yesus
Kristus telah mampukan aku untuk melakukan’. Tidak ada orang yang cukup baik,
atau cukup kuat, atau cukup murni, atau cukup bijaksana, untuk menjadi pelayan
Yesus Kristus. Tetapi jika ia memberikan dirinya sendiri kepada Kristus, ia
akan berjalan, bukan dalam kekuatannya sendiri, tetapi dalam kekuatan dari
Tuhan) - hal 43.
Paulus yang mengalami bahwa Kristus telah memberikan kekuatan
kepadanya sehingga ia bisa bertahan dalam pelayanan, juga memerintahkan kita
untuk menjadi kuat, dalam kekuatan yang Kristus berikan kepada kita dalam
pelayanan.
Bdk. Ef 6:10 - “Akhirnya, hendaklah
kamu kuat di dalam Tuhan, di dalam kekuatan kuasaNya”.
Kata-kata ‘hendaklah kamu
kuat’ diterjemahkan dari kata bahasa Yunani ENDUNAMOUSTHE.
3) ‘karena Ia menganggap aku setia’.
Calvin mengatakan (hal 34) bahwa kata-kata ‘karena Ia menganggap aku setia’ bukanlah merupakan alasan
mengapa Ia ‘mempercayakan pelayanan ini
kepadaku’.
Kelihatannya ada orang-orang yang menafsirkan bagian ini dengan
mengatakan bahwa Allah telah melihat lebih dulu (God had foreseen) iman
Paulus atau kesetiaan Paulus, dan karena itu Allah lalu memilihnya menjadi
rasul.
Calvin membantah dengan mengatakan sebagai berikut:
“I deny, therefore, that the meaning is,
that he was admitted to the rank of an apostle, because God had foreseen his
faith; for Christ could not foresee in him anything good but what the Father
had bestowed on him” (= Karena itu, saya menyangkal / membantah, bahwa arti dari bagian ini
adalah bahwa ia diterima kepada pangkat / barisan dari rasul, karena Allah
telah melihat lebih dulu imannya; karena Kristus tidak bisa melihat lebih dulu
dalam dia apapun yang baik kecuali apa yang Bapa telah berikan kepadanya) - hal 34.
Menurut Calvin, panggilan pelayanan itu / panggilan menjadi rasul
itu, hanya membuktikan bahwa ia dianggap setia oleh Kristus.
- Kelihatannya apa yang dibantah di atas oleh Calvin mirip dengan apa yang ia tegaskan di sini, tetapi sebetulnya berbeda. Panggilan pelayanan bukan disebabkan karena kesetiaan Paulus, tetapi hanya menunjukkan kesetiaan Paulus.
- Rupanya Paulus diserang / difitnah oleh banyak orang, dan dengan kata-kata ini Paulus menyatakan bahwa ia tak peduli dengan kata-kata manusia. Ia hanya peduli dan ia puas dengan otoritas dan jaminan dari Kristus, yang adalah Hakim, yang menyatakan bahwa ia setia.
1Kor 4:3-5 - “(3) Bagiku
sedikit sekali artinya entahkah aku dihakimi oleh kamu atau oleh suatu
pengadilan manusia. Malahan diriku sendiripun tidak kuhakimi. (4) ... Dia, yang
menghakimi aku, ialah Tuhan. (5) Karena itu, janganlah menghakimi sebelum
waktunya, yaitu sebelum Tuhan datang. Ia akan menerangi, juga apa yang
tersembunyi dalam kegelapan, dan Ia akan memperlihatkan apa yang direncanakan
di dalam hati. Maka tiap-tiap orang akan menerima pujian dari Allah”.
Penerapan:
Dalam melayani Tuhan bisa ada banyak serangan / kritikan dan
bahkan fitnahan. Kalau kita terus mengarahkan pandangan kita kepada hal-hal
itu, mungkin kita akan berhenti melayani karena kecewa. Kita harus memandang,
bukan pada penilaian / kata-kata manusia tentang diri kita, tetapi pada
penilaian / kata-kata Tuhan tentang diri kita.
Ay 13: “aku yang tadinya seorang penghujat dan seorang penganiaya dan seorang
ganas, tetapi aku telah dikasihaniNya, karena semuanya itu telah kulakukan
tanpa pengetahuan yaitu di luar iman”.
1) Mengapa
di sini Paulus tahu-tahu bercerita tentang dirinya sendiri?
Homer A. Kent, Jr.: “When Paul wished to
give Timothy a most effective illustration of sound gospel teaching as
contrasted with the disastrous effects of legalism, he related his own personal
experience” [= Pada waktu
Paulus ingin memberikan kepada Timotius suatu ilustrasi yang paling efektif
tentang ajaran injil yang sehat yang kontras dengan hasil yang mendatangkan
malapetaka dari ajaran yang bersifat legalisme (keselamatan karena
perbuatan baik), ia menceritakan
pengalaman pribadinya sendiri] - hal 85.
William Hendriksen: “What we actually see
here is Paul as a radiant example of what God’s law, lawfully used, can
accomplish in the life of a former persecutor. Let the false teachers at
Ephesus take note of this, so that they may no longer look upon the law as a
toy or as a tool for the aggrandizement of their own ego” (= Apa yang sesungguhnya kita lihat di sini
adalah Paulus sebagai suatu contoh yang bersinar dari apa yang bisa dicapai
oleh hukum Taurat Allah, yang digunakan secara benar, dalam kehidupan seorang
yang dulunya adalah seorang penganiaya. Hendaklah guru-guru palsu di Efesus
memperhatikan hal ini, sehingga mereka tidak lagi melihat pada hukum Taurat
sebagai suatu mainan atau sebagai suatu alat untuk pembesaran / perluasan dari
ego mereka sendiri) - hal 73.
2) ‘aku yang tadinya seorang penghujat dan penganiaya dan seorang ganas,
tetapi aku telah dikasihaniNya, karena semuanya itu telah kulakukan tanpa
pengetahuan yaitu di luar iman’.
a) Ia menghujat Kristus dan menganiaya
orang-orang kristen. Tetapi ini dilakukan di luar pengetahuan (karena ia tidak
mengerti), karena ia mengira bahwa ia justru harus melakukan hal itu.
Kis 26:9-11 - “(9)
Bagaimanapun juga, aku sendiri pernah menyangka, bahwa aku harus keras
bertindak menentang nama Yesus dari Nazaret. (10) Hal itu kulakukan juga di
Yerusalem. Aku bukan saja telah memasukkan banyak orang kudus ke dalam penjara,
setelah aku memperoleh kuasa dari imam-imam kepala, tetapi aku juga setuju,
jika mereka dihukum mati. (11) Dalam rumah-rumah ibadat aku sering menyiksa
mereka dan memaksanya untuk menyangkal imannya dan dalam amarah yang
meluap-luap aku mengejar mereka, bahkan sampai ke kota-kota asing.’”.
Bdk. Yoh 16:1-3 - “(1)
‘Semuanya ini Kukatakan kepadamu, supaya kamu jangan kecewa dan menolak Aku.
(2) Kamu akan dikucilkan, bahkan akan datang saatnya bahwa setiap orang yang
membunuh kamu akan menyangka bahwa ia berbuat bakti bagi Allah. (3) Mereka
akan berbuat demikian, karena mereka tidak mengenal baik Bapa maupun Aku”.
Ironside: “A man can be very sincere in wrong things” (= Seseorang bisa sangat tulus dalam hal-hal
yang salah) - hal 36.
b) Ketidak-tahuannya bukanlah alasan
mengapa ia diampuni. Ketidaktahuannya meletakkan ia di daerah yang
memungkinkannya untuk diampuni, tetapi ia diampuni semata-mata karena belas
kasihan Allah,.
Jamieson, Fausset & Brown: “His ignorance was
culpable; for he might have known, if he had sought aright: but it is less
culpable than sinning against light and knowledge. His ignorance gave him no
claim on, but put him within the range of, God’s mercy” (= Ketidak-tahuannya merupakan suatu
kesalahan / patut dicela, karena ia bisa mengetahui seandainya ia mencari
dengan benar: tetapi itu tidak sebersalah seperti berdosa terhadap terang dan
pengetahuan. Ketidak-tahuannya tidak memberinya hak untuk mengclaim
belas kasihan Allah, tetapi meletakkannya dalam batasan dari belas kasihan
Allah).
Ketidaktahuan Paulus memang bukanlah alasan mengapa Allah memberi
belas kasihan. Alasan Allah memberinya belas kasihan ada dalam diri Allah
sendiri.
Ro 9:15 - “Sebab Ia
berfirman kepada Musa: ‘Aku akan menaruh belas kasihan kepada siapa Aku mau
menaruh belas kasihan dan Aku akan bermurah hati kepada siapa Aku mau bermurah
hati.’”.
c) Perbedaan antara Paulus dengan orang-orang Farisi
dalam Mat 12:24.
Calvin: “Paul was not altogether free from a wicked
disposition; but he was hurried along by thoughtless zeal, so as to think that
what he did was right. Thus he was an adversary of Christ, not from deliberate
intention, but through mistake and ignorance. The Pharisees, who through a bad
conscience slandered Christ, were not entirely free from mistake and ignorance;
but they were instigated by ambition, and a base hatred of sound doctrine, and
even by furious rebellion against God, so that maliciously and intentionally,
and not in ignorance, they set themselves in opposition to Christ” (= Paulus tidak sepenuhnya bebas dari suatu
watak / kecondongan yang jahat; tetapi ia digerakkan cepat-cepat oleh semangat
tanpa pikiran, sehingga ia mengira bahwa apa yang ia lakukan adalah benar.
Karena itu, ia menjadi seorang musuh Kristus, bukan dari suatu kesengajaan,
tetapi dari kesalahan dan ketidak-tahuan. Orang-orang Farisi, yang dengan hati
nurani yang buruk memfitnah Kristus, tidaklah sepenuhnya bebas dari kesalahan
dan ketidak-tahuan; tetapi mereka dihasut oleh ambisi, dan suatu kebencian yang
jelek / hina terhadap ajaran yang sehat, dan bahkan oleh pemberontakan yang
hebat terhadap Allah, sehingga dengan jahat dan sengaja, dan bukan dalam
ketidak-tahuan, mereka mengarahkan diri mereka sendiri menentang Kristus)
- hal 37.
Catatan: yang dimaksud oleh
Calvin dengan ‘orang-orang Farisi’
di sini pasti adalah orang-orang Farisi dalam Mat 12:24, kepada siapa Kristus
mengatakan ayat tentang penghujatan kepada Roh Kudus (Mat 12:31-32).
Mat 12:22-32 - “(22)
Kemudian dibawalah kepada Yesus seorang yang kerasukan setan. Orang itu buta
dan bisu, lalu Yesus menyembuhkannya, sehingga si bisu itu berkata-kata dan
melihat. (23) Maka takjublah sekalian orang banyak itu, katanya: ‘Ia ini
agaknya Anak Daud.’ (24) Tetapi ketika orang Farisi mendengarnya, mereka
berkata: ‘Dengan Beelzebul, penghulu setan, Ia mengusir setan.’ (25) Tetapi
Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata kepada mereka: ‘Setiap kerajaan
yang terpecah-pecah pasti binasa dan setiap kota atau rumah tangga yang
terpecah-pecah tidak dapat bertahan. (26) Demikianlah juga kalau Iblis mengusir
Iblis, iapun terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri; bagaimanakah kerajaannya
dapat bertahan? (27) Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul,
dengan kuasa siapakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Sebab itu merekalah yang
akan menjadi hakimmu. (28) Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Roh
Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu. (29) Atau
bagaimanakah orang dapat memasuki rumah seorang yang kuat dan merampas harta
bendanya apabila tidak diikatnya dahulu orang kuat itu? Sesudah diikatnya
barulah dapat ia merampok rumah itu. (30) Siapa tidak bersama Aku, ia melawan
Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan. (31) Sebab
itu Aku berkata kepadamu: Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni, tetapi
hujat terhadap Roh Kudus tidak akan diampuni. (32) Apabila seorang mengucapkan
sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh
Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan
datangpun tidak”.
d) Penghujatan terhadap Roh Kudus dan dosa sengaja
dalam Bil 15.
Kent (hal 87) menghubungkan ini dengan hukum Taurat Perjanjian
Lama dimana orang yang melakukan dosa dengan tidak sengaja bisa diberi jalan
untuk mendapatkan pengampunan dosa, sedangkan orang yang berbuat dosa dengan
sengaja tidak diberikan jalan untuk mendapatkan pengampunan.
Bil 15:27-31 - “(27)
Apabila satu orang saja berbuat dosa dengan tidak sengaja, maka haruslah ia
mempersembahkan kambing betina berumur setahun sebagai korban penghapus dosa;
(28) dan imam haruslah mengadakan pendamaian di hadapan TUHAN bagi orang yang
dengan tidak sengaja berbuat dosa itu, sehingga orang itu beroleh pengampunan
karena telah diadakan pendamaian baginya. (29) Baik bagi orang Israel asli maupun bagi orang asing
yang tinggal di tengah-tengah kamu, satu hukum saja berlaku bagi mereka
berkenaan dengan orang yang berbuat dosa dengan tidak sengaja. (30) Tetapi
orang yang berbuat sesuatu dengan sengaja, baik orang Israel asli, baik
orang asing, orang itu menjadi penista TUHAN, ia harus dilenyapkan dari
tengah-tengah bangsanya, (31) sebab ia telah memandang hina terhadap firman
TUHAN dan merombak perintahNya; pastilah orang itu dilenyapkan, kesalahannya
akan tertimpa atasnya.’”.
Kent bahkan menyamakan dosa sengaja dalam Bil 15 ini dengan
dosa menghujat Roh Kudus dalam Perjanjian Baru.
Saya tidak setuju dengan penghubungan / penyamaan ini, karena
dalam Perjanjian Baru dosa sengajapun bisa mendapat pengampunan (perlu diingat
bahwa kebanyakan dosa adalah dosa yang disengaja!). Yang tidak bisa diampuni
adalah penghujatan terhadap Roh Kudus, yang menurut saya, merupakan penghujatan
yang dilakukan oleh orang-orang yang telah mengerti, dan sebetulnya secara
intelek percaya, tetapi tetap melakukan penghujatan (bdk Mat 12:22-32).
e) Paulus adalah orang yang sangat
berdosa yang lalu dipertobatkan dan dipakai oleh Allah.
Matthew Henry:
“What he was before his conversion:
A blasphemer, a persecutor, and injurious. ... Frequently those who are
designed for great and eminent services are left to themselves before their
conversion, to fall into great wickedness, that the mercy of God may be the
more glorified in their remission, and the grace of God in their regeneration.
The greatness of sin is no bar to our acceptance with God, no, nor to our being
employed for him, if it be truly repented of” (= Apa ia sebelum pertobatannya: Seorang penghujat, seorang penganiaya,
dan seorang yang berbahaya. ... Seringkali mereka yang direncanakan untuk
pelayanan-pelayanan yang besar dan menonjol dibiarkan kepada diri mereka
sendiri sebelum pertobatan mereka, untuk jatuh ke dalam kejahatan yang besar,
supaya belas kasihan Allah bisa makin dimuliakan dalam pengampunan mereka, dan
kasih karunia Allah makin dimuliakan dalam kelahiran baru mereka. Besarnya dosa
bukanlah suatu halangan bagi penerimaan Allah terhadap diri kita, tidak,
ataupun digunakannya kita untuk Dia, jika kita sungguh-sungguh bertobat
darinya).
f) Keberdosaan yang besar dari
Paulus menunjukkan bahwa kasih karunia Allah itu tak bersyarat, dan diberikan
semata-mata berdasarkan kedaulatan Allah saja.
William Hendriksen: “Surely, had this
grace not been sovereign, unconditional, it would never have found him!” (= Jelas bahwa andaikata kasih karunia ini
bukannya berdaulat dan tak bersyarat, itu tidak akan pernah menemukan dia!)
- hal 74.