Jumat, 15 Februari 2019

KEMATIAN ORANG-ORANG KUDUS

KEMATIAN ORANG-ORANG KUDUS


Oleh: Ev. Matius Sobolim

Mati, Kematian Orang-Orang Kudus. Kematian Oran-orang Kudus adalah kematian yang wajar dan sangat spesial didalam Tuhan Yesus Kristus. Penderitaan yang dialama oleh orang percaya adalah proses menuju kesempurnaan. Untuk memahami hal itu penulis mengajak Para pembaca bisa melihat ayat nast dibawa ini.
1. Mati di dalam Kristus.
1Kor 15:18; 1Tes 4:14
2. Berbahagia.
Wahy 14:13
3. Keuntungan.
Fili 1:21
4. Kadang-kadang diinginkan.
Luk 2:29
5. Penuh dengan:
5.1 Iman.
Ibr 11:13
5.2 Perlindungan.
Ams 14:32
5.3 Perhentian.
Yes 57:2
6. Dinanti-nantikan.
Ayub 14:14
7. Dihadapi dengan penyerahan.
Kej 50:24; Yos 23:14; 1Raj 2:2
8. Dihadapi dengan tidak takut.
1Kor 15:55
9. Berharga di mata Tuhan.
Mazm 116:15
10. Allah yang memimpin mereka sampai - .
Mazm 48:14
11. Allah menyertai mereka dalam - .
Mazm 23:4
12. Dihindarkan dari segala malapetaka yang akan didatangkan Tuhan.
2Raj 22:20; Yes 57:1
13. Tidak diperhatikan orang fasik.
Yes 57:1
14. Menuju kepada:
14.1 Istirahat.
Ayub 3:17; 2Tes 1:7
14.2 Hiburan.
Luk 16:25
14.3 Hadirat Kristus.
2Kor 5:8; Fili 1:23
14.4 Mahkota kehidupan.
Wahy 2:10
14.5 Mahkota kebenaran.
2Tim 4:8
14.6 Suatu kebangkitan yang penuh sukacita.
Yes 26:19; Dan 12:2
15. Tidak diperhatikan oleh orang fasik.
Yes 57:1
16. Orang yang masih hidup dihibur dengan - .
1Tes 4:13-18
17. Orang fasik ingin supaya kematiannya seperti - .
Bil 23:10
18. Contoh-contoh:
18.1 Abraham.
Kej 25:8
18.2 Dorkas.
Kis 9:37
18.3 Elisa.
2Raj 13:14,20
18.4 Harun.
Bil 20:28
18.5 Ishak.
Kej 35:29
18.6 Musa.
Ul 34:5
18.7 Penjahat yang bertobat.
Luk 23:43
18.8 Yakub.
Kej 49:33
18.9 Yosua.
Yos 24:29

Di silakan agar pembaca bisa menggunakannya untuk bahan khotbah.

Sobolimmatius@gmail. com

APA YANG DIMAKSUD DENGAN TEMPAT KUDUS

APA YANG DIMAKAUD DENGAN "TEMPAT KUDUS"?

        Ev. Matius Soboliem, M. Th.

    Kata Ibrani miqdasy dan yang terkait dengan itu qodesy, menghunjuk pada suatu tempat yang dikhususkan untuk menyembah Allah atau ilah-ilah. Penggunaan kata-kata ini dalam Alkitab hampir semuanya untuk tempat di mana Yahweh disembah, walaupun studi tentang bahasa-bahasa sekitar seperti baha Kanaan menunjukkan bahwa istilah yang sama digunakan juga bagi ibadah penduduk Palestina sebelumnya. Penggalian-penggalian mengungkapkan banyaknya ragam tempat kudus yang bertarikh mundur hingga ke milenium 4 sM. Yang terlengkap dari semua yang kini kita kenal ialah yang digali di daerah Megido. Sejumlah besar yang terdiri dari sekian macam benda dan perlengkapan peribadatan kini dapat dijadikan bahan studi.
         Tempat kudus tertua orang Israel ialah kemah yang dapat dipindah-pindahkan yang dikenal sebagai kemah suci, di mana tabut perjanjian yang berisi loh batu Kesepuluh Hukum Allah disimpan (Kel 25:8 dst). Penjelasan rinci mengenai berbagai bagian dari bangunan ini disajikan dalam Kel 25-31 dan 36-40. Dan uraian mengenai upacara terkait dipaparkan dalam Im. Dengan menetapnya orang Israel bermukim di negeri itu, Daud merencanakan dan Salomo melaksanakan pembangunan tempat ibadah permanen (1 Taw 22:19; 28:10, dan seterusnya). Penyelewengan yang terjadi pada zaman pemerintahan raja-raja, mengakibatkan masuknya tata ibadah lain ke dalam Bait Allah. Yehezkiel dan Zefanya menegur umat Allah karena telah menajiskan tempat kudus-Nya (Yeh 5:11; 23:39; 28:18 dab; Zef 3:4).
        Tempat-tempat kudus tertua Israel didirikan di lahan-lahan di mana Tuhan menampakkan diri kepada umatNya atau 'menyebabkan nama-Nya tinggal'. Akhirnya Yerusalem menjadi pusat ibadah yang resmi. Dalam PB tempat kudus (naos) berarti Rumah Tuhan, tempat kediaman Allah, apakah harfiah (mis Mrk 14:58; 15:38; Yoh 2:19) atau kiasan (mis 1 Kor 3:16; 6:19), padahal hieron (Bait Allah) berarti halaman suci yang berpagar (mis Mrk 11:11, 15; Luk 2:27, 46; Yoh 2:14). JAT/S
         Salah satu bagian Bait Salomo, yang juga disebut 'ruang tengah' (1Raj. 7:50) berdekatan dengan ruang yang paling dalam, yang disebut 'ruang mahakudus' atau 'ruang dalam yang mahasuci'. Di tempat kudus terdapat  mezbah untuk membakar dupa, sepuluh kaki dian, dan sebuah meja untuk roti persembahan (1Raj. 7:48). Susunan tersebut ditiru dalam Bait Allah yang kedua (520-515 sM), dan dalam skala yang amat besar, di dalam Bait Herodes (kadang-kadang disebut sebagai Bait Allah ketiga).2) Tempat suci atau tempat perlindungan). Orang Israel yang mengembara di padang gurun percaya bahwa Allah hadir menyertai mereka dalam suatu '*Kemah Pertemuan' yang dapat dibawa serta berkeliling (Kel. 29:4) dan kemudian di Bait Suci setelah Salomo membangunnya. Kehadiran Allah adalah bagian paling kudus, yaitu bagian terdalam dari Kemah itu, yang hanya boleh dimasuki oleh Imam Besar. 2) Ada enam kota yang ditentukan sebagai tempat suci atau perlindungan (Yos. 20:7-9) ke mana orang dapat mendapat perlindungan dari orang yang menuntut pembalasan nyawa terhadap orang yang dengan tidak sengaja membunuh seseorang.

http.www. sobolimmatius@hmail.com

ORANG-ORANG KUDUS YANG MENDERITA

APAKAH ORANG-ORANG KUDUS YANG MENDERITA ?


            Matius Sobolim, M. Th

I. Orang-Orang Kudus Yang Menderita
          Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia menunjukan pada, sesuatu yang menyusahkan ditanggung dalam hati, seperti kesengsaraan, penyakit: ia telah merasakan berbagai menderita menanggung sesuatu yang tidak menyangkan. Dalama Bahasa Yunaninya: θλιψις thlipsis; λυπη lupe; παθεμα pathema; πασχω pascho including the forms παθω (patho ; συνεχω sunecho.
         Pengalaman derita yang universal menjadi masalah utama bagi Yudaisme maupun Kristen, yang mempercayai kebaikan Allah. Secara umum ada dua macam penderitaan yang dikenal dalam Alkitab: penderitaan yang kita alami karena kemanusiaan kita, dan yang didatangkan atas umat Allah, karena  iman orang Yahudi dan Kristen.
         
           Yang pertama mencakup derita sakit, derita kehilangan, derita kekhawatiran dan depresi; yang kedua disebabkan oleh penganiayaan atau pengekangan diri pribadi. Beberapa bagian PL menyatakan bahwa sebagian penderitaan manusia disebabkan oleh dosa (Kej. 3:14-19). Pembuangan bangsa Israel diartikan sebagai hukuman atas dosa bangsa tersebut (2Raj. 17). Para 'penghibur'  Ayub cenderung yakin bahwa Ayub mestinya melakukan kejahatan berat, sehingga harus menderita seperti yang dialaminya. Ayub menolak kesimpulan itu (bnd. Yoh. 9:3), dan dalam Ayb. 38-41, Ayub menerima jawaban dari Allah sendiri, yang sangat berkuasa: masalahnya melampaui pengertian manusia, dan Ayub harus tenang dan menyerahkannya pada  hikmat Allah.

         Para penulis apokalyptis memiliki pandangan bahwa penderitaan yang diderita tanpa salah akan diberi upah di dunia sesudah mati (Dan. 12:2).Ada lagi macam penderitaan yang diterima demi kebaikan, atau yang bahkan dipeluk, seperti yang dilakukan Hamba Yang Menderita dari Deutero Yesaya. Dalam PB pengikut Kristus dinasihati untuk memikul salib 'setiap hari' (Luk. 9:23) dan menanggung permusuhan dan penganiayaan. Itulah pesan terutama dari 1 Petrus. Penderitaan seperti itu bukan sekadar imitatio Christi saja, melainkan dikatakan juga untuk melengkapi apa yang masih kurang dari beban penderitaan Gereja (Kol. 1:24).
Yang dimaksud dengan 'penderitaan' atau passion dalam studi PB ialah penderitaan dan kematian Yesus; dan passion sebagai kisah penderitaan mencakup seluruh masa penderitaan Yesus, mulai dari Perjamuan Akhir (Mrk. 14), penahanan, pengadilan, penyaliban dan pemakaman, sebagaimana dicatat di dalam keempat Injil. Tetapi, penggunaan istilah passion atau penderitaan Yesus itu hanya kita jumpai dalam Kis. 1:3.Keempat kisah penderitaan Yesus itu cenderung mengecilkan tanggung jawab Pilatus atas penyaliban Yesus dan lebih membebani para pemimpin Yahudi. Kecenderungan itu dipandang mencerminkan keadaan Gereja setelah tahun 70, dalam hubungannya dengan Kerajaan Roma maupun dengan Yudaisme waktu itu. Ada keinginan agar Gereja tidak memberi kesan melakukan kegiatan-kegiatan bawah tanah dalam Kerajaan Roma, dan juga perlu untuk mengukuhkan pengertian bahwa Gereja yang sudah semakin terdiri dari anggota-anggota  bukan Yahudi itu, sebagai umat perjanjian, dan telah mengatasi kedudukan Yahudi. Tetapi, pandangan bahwa Yesus mestinya mati dirajam menurut hukum Yahudi (Im. 24:14) adalah mustahil.

       Penyaliban (yaitu hukuman Romawi) sudah terlalu kukuh terbukti.Mat. 27:24-25 menceritakan bahwa Pilatus mencuci tangannya untuk menyatakan bahwa Ia tidak bersalah apa pun, sementara orang Yahudi menyatakan, mereka rela supaya darah Yesus ditanggungkan atas mereka dan atas anak-anak mereka. Dalam Injil Lukas, yang mempunyai cerita pengadilan tambahan di depan Herodes, dikemukakan bagaimana Pilatus tiga kali menyatakan bahwa Yesus tidak bersalah, dan hal itu diulangi oleh kepala pasukan di dekat salib (Luk. 23:47). Yohanes 19:12 menceritakan bagaimana Pilatus mempunyai niat untuk membebaskan Yesus, tetapi terhalang oleh ancaman orang Yahudi yang akan mengadukan dia ke Roma. Tetapi, puncak dari prestasi kerja Pilatus dalam penilaian Kristen tercapai pada waktu dinyatakan sebagai orang suci oleh Gereja Koptik, yang memperingati mati syahidnya pada tanggal 25 Juni.
        
         Kata Yunani paskho adalah istilah umum untuk sesuatu yg dilakukan terhadap seseorang; dalam Kis 1:3 kata ini khusus dikenakan pada penderitaan Yesus. Kata Yunani thlipsis mempunyai arti umum 'tekanan', beban yg berat bagi hati orang. Kata itu dipakai juga mengenai Siksaan Besar (Mrk 13:19; 2 Tes 1:6 dab; Why 7:14); ESKATOLOGI. Dalam PL tak ada kata yg artinya penderitaan secara umum. Tapi 'penderitaan' dipakai dalam TBI untuk menerjemahkan banyak kata yg artinya sakit, dukacita, malang, siksaan.

II. Ajaran
         Dalam Alkitab penderitaan dianggap gangguan atas dunia ciptaan ini. Seluruh ciptaan diciptakan dalam keadaan baik dan bebas dari penderitaan (Kej 1:31). Sesudah dosa terjadi maka penderitaan pun timbul dalam bentuk pertentangan, kesakitan, kebinasaan ... dan maut (Kej 3:15-19). Di langit dan bumi baru, seluruh penderitaan dihapuskan (Why 21:4; Yes 65:17 dab). Pekerjaan Kristus adalah melepaskan orang dari penderitaan, kebinasaan dan maut (Rm 8:21; 1 Kor 15:26), maupun dari dosa (Mat 1:21). Walaupun Iblis dianggap mempunyai kekuatan untuk membuat manusia menderita (2 Kor 12:7; Ayb 1:12; 2:6), toh manusia menderita tidak terlepas dari kedaulatan Allah, dan Allah mengontrol serta mendatangkan penderitaan (Am 3:6; Yes 45:7; Mat 26:39; Kis 2:23).

          Beban penderitaan selalu dirasa berat oleh umat Allah  (Kej 47:9; 2 Sam 14:14). Adanya penderitaan senantiasa menjadi persoalan, karena dianggap didatangkan oleh Allah (Mzm 39:10). Justru penderitaan harus dihubungkan dengan fakta yakni kasih Allah, keadilan dan kebenaranNya (Mzm 73). Maka di tengah-tengah penderitaan, manusia dipaksa untuk menentukan sampai di mana dia bisa hidup oleh iman, dan seberapa jauh dapat ditolaknya keinginan hatinya untuk mendapati keterangan yg rasional.

          Masalahnya tidak akan sebegitu gawat bila semangat solidaritas dalam persekutuan masyarakat sangat kuat. Juga bila setiap pribadi, sebagai anggota dari masyarakatnya atau keluarganya bertanggung jawab dalam segala macam keadaan, sanggup menerima hukuman dan penderitaan yg menimpa umatnya sebagai tanggung jawabnya pribadi (Yos 7). Tapi masalahnya akan menjadi lebih gawat bila hubungan yg bertanggung jawab dari setiap pribadi terhadap Allah diberi penekanan (Yer 31:29; Yeh 18:2-4). Iman sejati, bergulat menggumuli soal dan beban penderitaan, tidak menuntut untuk segera mengetahui lengkap mengapa Allah membiarkan penderitaannya. Iman sejati dapat menunggu kendati dalam keadaan paling gawat sekalipun (Hab 2:2-4). Iman demikian menemukan dalam kehadiran dan kebaikan Allah unsur yg lebih menentukan pada keadaan yg sedang dihadapinya, kendati penderitaan teramat pahit (Mzm 73:21-23). Iman sejati bersedia menentang kebobrokan yg sedang berlangsung dan berjaya, sekaligus memberlakukan tata tertib baru yg sempurna sesuai yg berlaku dalam Kerajaan Allah, dari tata mana ia terima nikmat pendahuluannya (Mzm 73:24-26; Rm 8:18; 2 Kor 4:16-18).

         Tapi orang beriman tidaklah kebal terhadap kodrat kengerian dari masalah yg membingungkan ini. Kitab Ayb menunjukkan betapa Ayub mengalami penderitaan sampai ke tingkat yg paling mengerikan dan membingungkan dan yg tidak terjelaskan. Pada saat itu ia menolak menghibur dirinya dengan teori-teori rasional yg melulu membuat jalan-jalan Allah takluk kepada perhitungan-perhitungan manusia. Dalam pergumulan itu Ayub sempat kehilangan semangat dan putus asa. Tapi pada akhirnya ia sanggup bangkit kembali. Dalam penglihatan ia melihat Allah sendiri menantangnya, dan oleh penglihatan itu Ayub mencapai kepastian dapat menang mengatasi segala kesukarannya kendati ia belum mampu -- dan ia tahu ia takkan kunjung mampu memberikan penjelasan rasional mengenai segala ihwal dalam kehidupan ini.
         Memang sudah dikemukakan bahwa penyelesaian-penyelesaian seperti itu tidak tepat diterapkan secara umum, namun kadang-kadang diberikan alasan-alasan yg dapat jelas dimengerti tentang penderitaan tertentu (bnd Mzm 37). Beberapa pendapat mengenai soal ini timbul dan padu jadi satu. Penderitaan bisa sebagai akibat dosa (Hos 8:7; Luk 13:1-5, Gal 6:8), menimpa baik perseorangan (Mzm 1) maupun kelompok kecil masyarakat atau seluruh bangsa (Am 1-2). Penderitaan kadang-kadang dapat dipandang sebagai hukuman yg dijatuhkan Allah, atau hajaran guna memperbaiki cara hidup umat-Nya (Ams 3:12; Hak 2:22-3:6), atau untuk menguji maupun memurnikan manusia (Mzm 66:10; Yak 1:3,12; 1 Ptr 1:7; Rm 5:3) atau mendekatkannya kepada Allah dalam rangka ketaatan dan persekutuan yg baru (Mzm 119:67; Rm 8:35-37).

         Jadi penderitaan bisa mendampakkan kebaikan (Rm 8:28 dab) dan bisa sebaliknya.
Dalam memberikan kesaksian tentang penderitaan Mesias (1 Ptr 1:10-12), para penulis PB diajari bagaimana Allah dapat memberi makna baru dari penderitaan. Pengalaman mereka mematuhi Allah bertalian dengan maksud-Nya menyelamatkan Israel, mengajar mereka bahwa kasih Allah harus langsung terlibat dalam malang dan malu dari orang-orang yg hendak diselamatkan-Nya (Hos 1-3; Yer 9:1-2; 20:7-10; Yes 63:9), bahkan menanggung celaan dan penentangan yg mereka hadapi. Karena itulah Kristus dalam menggenapi secara sempurna kehendak-Nya yg menyelamatkan itu menjadi Hamba yg menderita. Penderitaan demikian tidaklah timbul begitu saja sebagai akibat dari kesetiaan-Nya kepada Allah dalam melaksanakan panggilanNya, tapi memang merupakan panggilan yg sesungguhnya yg wajib digenapi-Nya (Yes 53).

         Dalam penderitaan khas seperti itu nampak makna baru dari vicarious (rela bertindak atau berbuat demi orang lain, dan ikhlas menanggung segala risikonya), juga nampak suatu tujuan baru. Dengan perkataan lain, penderitaan khas itu menyatakan bahwa SATU Orang bisa menanggung derita dan menderita sebagai pengganti semua orang yg menjadi obyek penderitaan itu, dan sekaligus mewakili segenap orang yg mau menerima 'SATU Orang itu' (lih Yes 53; 1 Ptr 2:24).
Penderitaan mempunyai makna baru bagi orang-orang yg menjadi anggota tubuh Kristus. Mereka turut menderita dalam penderitaan Kristus (2 Kor 1:5 dab; Mrk 10:39; Rm 8:17), dan menganggap dirinya wajib menanggung penderitaan atau terpanggil kepada penderitaan (Flp 1:29; 1 Ptr 4:1-2). Halnya demikian, karena anggota tubuh harus berpautan dengan Kepala baik dalam penderitaan (Flp 3:10; Rm 8:29) maupun kemuliaan-Nya. Apa pun bentuk penderitaan orang Kristen, itu dapat dianggap sebagai salib yg wajib dipikul dalam rangka mengikuti Yesus di jalan salib-Nya (Mat 16:24; Rm 8:28-29). Penderitaan demikian yg memang tak dapat dielakkan, menuju kepada kebangkitan dan kemuliaan (Rm 8:18; Ibr 12:1-2; Mat 5:10; 2 Kor 4:17).
Adalah wajar menanggung sengsara jika seseorang hendak masuk ke dalam Kerajaan Allah (Kis 14:22; Yoh 16:21). Kedatangan zaman baru dilukiskan sebagai didahului oleh kesakitan yg dialami seorang ibu sewaktu melahirkan, dan gereja turut mengalami penderitaan ini secara menentukan (Mat 24:21-22; Why 12:1-2,13-17; bnd ump Dan 12:1; Mi 4:9-10; 5:2-4).

          Penderitaan Kristus pada hakikatnya adalah 'pada', puma dan genap untuk membebaskan semua orang (Yes 53:4-6; Ibr 10:14). Jadi penderitaan yg ditanggung oleh setiap pengikut Kristus sebagai partisipasinya dalam penderitaan Kristus, dapat disebut menggenapkan apa yang belum tercakup dalam penderitaan Kristus (Kol 1:24), melulu karena kasih karunia, dan sama sekali bukan upaya keharusan untuk menebus diri sendiri. Hal itu adalah supaya kita dapat bersekutu dengan Dia dalam penderitaan-Nya yg vicarious -- menggantikan dan melepaskan.

KEPUSTAKAAN.
in the Old Testament, 1904; S. R Driver dan G. B Gray, Job, ICC, 1921; ERE; C. S Lewis, The Problem of Pain, 1940; H. E Hopkins, The Mystery of Suffering, 1959; W Eichrodt, Man in the Old Testament, 1951; H. H Rowley, Submission in Suffering, 1951; J Scharbert dan J Schmidt, 'Suffering', EBT 3, 1970, hlm 890-897; J Bowker, The Problem of Suffering in the World Religions, 1970; B Gartner, NIDNTT 3, hlm 719-726. RSW/MHS.

Sobolimmatius@gmail.com

APA YANG DIMAKSUD DENGAN PERSEKUTUAN ORANG-ORANG KUDUS

APA YANG DI MAKSUD DENGAN PERSEKUTUAN ORANG-ORANG KUDUS 

      Ev. Matius Sobolim, M. Th.

        Kepercayaan klasik yang disahkan dalam pengakuan iman bahwa orang Kristen setia yang telah mati masih menikmati hubungan dengan orang-orang percaya di dunia. Benih gagasan ini terdapat dalam Kol. 1:12. Petunjuk yang membingungkan dalam 1Kor. 15:29 mengenai praktik pembaptisan untuk orang yang sudah mati, mengandaikan adanya hubungan yang berkelanjutan. Permintaan untuk mendoakan orang-orang kudus pertama kali ditemukan pada abad ketiga di katakombe (kuburan)Romawi.  

Mereka yang setia dan mengasihi Allah (Mzm. 31:24) dan menyerahkan diri untuk pelayanan Allah (Dan. 7:27), seperti orang-orang suci. Dalam PB orang-orang suci itu adalah orang-orang Kristen yang berbeda dari orang-orang tidak percaya (1Kor. 6:2); mereka itu milik Yesus Kristus dan orang-orang yang dikasihi Allah (Rm. 1:6-7). Mereka adalah anggota dari persekutuan-persekutuan tertentu, misalnya Yerusalem (Kis. 9:13), atau  Lida (Kis. 9:32). Dalam Kitab Wahyu mereka adalah martir iman (Why. 17:6).

AYAT-AYAT REFRENSI TENTANG SEBUTAN ORANG-ORANG KUDUS
16. Anak-anak perempuan  
       merdeka.Gal 4:31
17. Anak-anak perjanjian. Rom
      9:8; Gal 4:28
18. Anak-anak siang. 1Tes 5:5
19. Anak-anak terang. Luk 16:8; Ef 5:8; 1Tes 5:5
20. Anak-anak Tuhan. Ul 14:1
21. Anak-anak Yakub. Mazm
      105:6
22. Anak-anak yang kekasih. Ef
      5:1
23. Anak-anak yang taat. 1Pet
      1:14
24. Anggota Kristus. 1Kor 6:15;
       Ef 5:30
25. Bangsa yang diselamatkan
      oleh Tuhan. Ul 33:29
26. Bangsa yang kudus.
       Kel 19:6; Ul 26:19; Yes
       62:12; 1Pet 2:9
27. Bangsa yang terpilih. 1Pet
       2:9
28. Bani Sion. Mazm 149:2;
      n Yoel 2:23
29. Batu hidup. 1Pet 2:5
30. Benda-benda belas
      kasihan-Nya.Rom 9:23 31.
     Domba Kristus. 
     Yoh 10:1-16; 21:16
32. Garam dunia. Mat 5:13
33. Hamba kebenaran. Rom
      6:18
34. Hamba Kristus. 1Kor 7:22;
       Ef 6:6
35. Imamat kudus. 1Pet 2:5
36. Imamat yang rajani.
      1Pet 2:9
37. Kawan-kawan pelayan.
      Wahy 6:11
38. Kawan sewarga dari orang
      -orang kudus. Ef 2:19
39. Kerajaan dan imam-imam
       bagi Allah. Wahy 1:6
40. Kerajaan imam. Kel 19:6
41. Milik kesayangan Tuhan.
       Kel 19:5; Mazm 135:4;
       Tit 2:14
42. Murid Kristus. Yoh 8:31;
      15:8
43. Orang asing dan
       pendatang bagi Allah. Im 25:23; Mazm 39:13
44. Orang bebas milik Tuhan.
      1Kor 7:22
45. Orang Kristen. Kis 11:26;
      26:28
46. Orang-orang mulia. Mazm
      16:3
47. Orang-orang percaya. Kis
      5:14; 1Tim 4:12
48. Orang-orang pilihan Allah.
      1Taw 16:13
49. Orang-orang saleh. Mazm
      4:4; 2Pet 2:9
50. Orang-orang yang
       dibebaskan Tuhan.
       Yes 35:10; 51:11
51. Orang-orang yang setia.
       Mazm 12:2; 101:6
52. Orang-orang yang setia di
      negeri. Mazm 101:6
53. Orang pilihan Allah. Kol
      3:12; Tit 1:1
54. Orang yang benar. Hab 2:4
55. Perabot rumah untuk
       maksud yang mulia.
       2Tim 2:21
56. Pewaris dari kasih karunia,
      yaitu kehidupan. 1Pet 3:7
57. Pohon Tarbantin
       kebenaran. Yes 61:3
58. Sahabat Allah. 2Taw 20:7;
       Yak 2:23
59. Sahabat Kristus. Yoh 15:15
60. Sahabat-sahabat mempelai
       laki-laki. Mat 9:15
61. Saksi-saksi Allah. Yes 44:8
62. Sama ahli waris dengan
       Kristus. Rom 8:17
63. Saudara. Mat 23:8;
       Kis 12:17
64. Saudara Kristus. Luk 8:21;
       Yoh 20:17
65. Saudara-saudara yang
       kudus. 1Tes 5:26; Ibr 3:1
66. Saudara-saudara yang
       kudus dan yang percaya
      dalam Kristus. Kol 1:2
67. Saudara yang kekasih.
      1Kor 15:58; Yak 2:5
68. Sokoguru di dalam Bait
       Suci.Wahy 3:12
69. Surat Kristus. 2Kor 3:3
70. Terang dunia. Mat 5:14
71. Umat Allah. Ibr 4:9;
      1Pet 2:10
72. Umat yang dekat pada
       Allah. Mazm 148:14
73. Waris keselamatan.
       Ibr 1:14
74. Yang diberkati oleh
       Bapa.Mat 25:34
75. Yang diberkati Tuhan.
       Kej 24:31; 26:29
76. Yang dikasihi Allah.
       Rom 1:7
77. Yang dipanggil menjadi
       milik Kristus.Rom 1:6

Selamat Menikmati Firman Allah dan membantu anda untuk bahan khotbah

Sobolimmatius@gmail.com

PEMBENARAN DIBENARKAN

              MEMBENARKAN


           Ev. Matius Sobolim, M. Th

A. Latar Belakang
Benar, Membenarkan, Dibenarkan Karena kelakuan baik atau memenuhi syarat terhadap tuntutan hukum. Namun kebenaran juga selalu merujuk pada kebenaran datang dari pihak lain kepada seseorang atau sebagai pangakuan tanpa syarat apapun dari si benerima pembenaran. Dalam.hal ini penulis membahas dimana cara Allah membenarkan manusia dalam keadaan ternoda oleh dosa.

B.  KEBENARAN
Kata Benar atau dibenarkan dalam Bahasa Yunani adalah xδικαιος dikaiov: benar, adil, baik, jujur, tidak bersalah. α, ον tulus; benar; adil, tidak bersalah. Kata Benar Lawannya kata: dusta, bohong. Allah adalah sungguh-sungguh benar dan Yesus Kristus adalah kebenaran (Yoh 14:6) dan firman Allah ialah kebenaran (Yoh 17:17). Orang-orang Kristen berasal dari kebenaran itu (1Yoh 3:19).
Dalam arti: adil. Yang satu-satunya benar atau adil ialah Allah. Dan Ia membenarkan orang-orang berdosa karena iman, artinya: menempatkan mereka ke dalam hubungan yang sebenarnya dengan diri-Nya, sehingga dapat disebut: orang-orang benar (= orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus).
Dalam PL 'kebenaran' Allah adalah keterpercayaan-Nya (Yes. 65:16). Lalu, laporan-laporan yang telah diperiksa dan diuji secara pribadi ditetapkan sebagai benar dan terpercaya/ teruji (1Raj. 10:6-7). Dalam PB ada pengertian kebenaran sebagai pengetahuan yang tepat (1Tim. 4:3; 2Tim. 2:25), yang adalah suatu konsep Yunani; tetapi ada pula pengertian terpercaya dari PL (2Kor. 7:14) dan yang harus ditaati (Gal. 5:7). Sebagian besar dari Injil Yohanes adalah penjelasan dari kebenaran Allah (Yoh. 3:33), yang dinyatakan oleh Kristus (Yoh. 8:26), dan Kristus sendiri adalah kebenaran (Yoh. 14:6). --> Roh Kudus, Roh Kebenaran itu, akan datang (Yoh. 15:26) dan Gereja akan dipimpin oleh-Nya dalam seluruh kebenaran (Yoh. 16:13).
Dalam bahasa Ibrani yang dimaksud adalah kenyataan terbukti benar atau tidak bersalah -- digunakan untuk menyatakan seorang raja yang baik (Yes. 32:1) atau sekutu yang handal atau tetangga yang terpercaya (Am. 5:7). Allah itu benar, karena ia setia pada perjanjian-Nya, membebaskan Israel dari musuh-musuhnya dan memberi harapan untuk masa depan (Yes. 23:5). Dalam PB kata 'kebenaran' sering ditemui dalam Injil Matius, di mana yang dimaksud adalah kebenaran etis dengan melakukan kehendak Allah (Mat. 5:6, 10). Arti ini kurang radikal dibandingkan dengan yang dikemukakan Rasul Paulus. Pada Paulus kebenaran itu tidak sekadar perilaku benar di hadapan Allah, tetapi suatu hubungan yang benar dengan Allah. Prakarsanya adalah dari Allah; diterima dalam iman dan berwujud dalam perilaku yang benar (Rm. 3:21-26). Kebenaran dinyatakan ada pada Yesus dalam 1Yoh. 2:1, dalam arti sama sekali sesuai dengan kehendak Allah.

C. AYAT-AYAT YANG BERKAITAN DENGAN PEMBRNARAN

1. Dinubuatkan.Yes 56:1; Yeh 16:14
2. Dinyatakan dalam injil. Rom 1:17
3. Asalnya dari Allah. Yes 54:17
4. Dilukiskan sebagai:
4.1 Kebenaran iman. Rom 4:13; 9:30; 10:6
4.2 Kebenaran Allah tanpa Taurat. Rom 3:21
4.3 Kebenaran Allah oleh sebab iman kepada Yesus Kristus. Rom 3:22
4.4 Kristus menjadi kebenaran atas kita.1Kor 1:30
4.5 Kita dijadikan kebenaran Allah di dalam Kristus. 2Kor 5:21
5. Kristus adalah kegenapan hukum Taurat untuk - .Rom 10:4
6. Kristus disebut Tuhan keadilan kita. Yer 23:6
7. Kristus akan mengadakan kebenaran yang kekal. Dan 9:24
8. Suatu pemberian cuma-cuma. Rom 5:17
9. Kebenaran Allah tetap selama-lamanya.Yes 51:6
10. Janji-janji - diadakan melalui iman. Rom 4:13
11. Orang-orang kudus:
11.1 Beroleh - karena percaya. Rom 4:5,11,24
11.2 Diselubungi dengan jubah Yes 61:10
11.3 Bermegah di dalam - . Mazm 89:17
11.4 Ingin agar kedapatan di dalam - . Fili 3:9
11.5 Bermegah di dalam - . Yes 45:24,25
12. Nasihat agar mencari - .Mat 6:33
13. Bangsa-bangsa lain mencapai - . Rom 9:30
14. Kebahagiaan orang yang mempunyai. Mat 5:6
15. Orang Yahudi:
15.1 Tidak mengenal. Rom 10:3
15.2 Tersandung pada kebenaran oleh sebab iman. Rom 9:32
15.3 Tidak takluk pada - Allah. Rom 10:3
16. Contoh-contoh:
16.1 Abraham. Rom 4:9,22; Gal 3:6
16.2 Paulus. Fili 3:7-9

D. Kesimpulan
Allah membenarkan manusia tanpa syarat. Namun, Manusia juga harus meresponi pembenaran itu. Cara meresponi kebenaran Allah adalah taat dan setia melakukan perintah-perintahnya.

Kamis, 14 Februari 2019

KESELAMATAN (SOTERIA)

KESELAMATAN , SOTERIOLOGI


              Ev. Matius Soboliem

         Penyelamat;  Selamat, Keselamatan ;  dalam Bahasa Yunai: ρουμαι rhoumai ; σωτηρ soter ; σωτηρια soteria ;  σωτηριον soterion ; Juru Selamat. Sedangkan dalalam Versi-Versi Alkitab. Digunakan untuk Allah dalam PL (Yes. 43:3, dll.). Sebagai yang melepaskan Israel dari pembuangan, dan dalam PB untuk Yesus dalam arti serupa (Luk. 2:11). Digunakan untuk Yesus sebagai Juruselamat dunia (Yoh. 4:42) dan sering digunakan dalam --> Surat-surat Pastoral (mis. 1Tim. 1:1). Tetapi, pada umumnya jarang dalam PB. Gelar juruselamat biasa digunakan untuk dewa-dewa kafir dan juga untuk para penguasa yang melindungi rakyatnya (Luk. 22:25), seperti *Ptolomeus I dan kaisar-kaisar Roma. Dalam Surat-surat Pastoral keselamatan yang diberikan Yesus adalah keselamatan atau kelepasan dari dosa. Sebagai gelar Kristologis dalam tulisan-tulisan PB yang kemudian, mungkin dipengaruhi oleh penggunaan gelar tersebut dalam bahasa  Yunani umum adalah ουμαι rhoumai ; σωτηρ soter ; σωτηρια soteria ;  σωτηριον soterion ; Juru Selamat.

         Semula yang dimaksudkan adalah maksud Allah untuk menyelamatkan umat dari bahaya; kemudian juga berarti janji Allah mendirikan kerajaanNya.  Karunia Allah kepada umat perjanjian-Nya berupa pertolongan apabila menghadapi musuh (1Sam. 7:8, dll.). Lebih kemudian lagi, keputusan Allah untuk menegakkan perintah-Nya (Yes. 52:10). Dalam PB Yesus (nama dari akar bahasa Ibrani yang berarti 'menyelamatkan') mendatangkan keselamatan atau  Kerajaan Allah (Mat. 1:21; 21:31-32; Luk. 19:10; Yoh. 4:42; Flp. 3:20).

         Tetapi *imanlah yang menyelamatkan perempuan yang sakit pendarahan (Mrk. 5:34) dalam arti sederhana, bahwa kesehatannya pulih.  Kematian dan kebangkitan Yesus adalah saat-saat paling menentukan dalam rangka keselamatan menurut PB. Mereka Yang percaya menerima keselamatan; mereka didamaikan dengan Allah sekarang (Rm. 13:11-14), dan diselamatkan dari hukuman di waktu yang akan datang (1Tes. 1:9-10). Pengalaman dikuasai oleh Roh adalah panjar dari sukacita keselamatan yang akan datang dalam Kerajaan Allah (Rm. 8:23; Ef. 1:14).

         Ajaran mengenai  keselamatan, yang dasarnya ada di PL dan PB. Orang Israel diselamatkan dari  perbudakan di Mesir; dalam pengalaman Kristen ada kebutuhan untuk dilepaskan dari perbudakan dosa dan kematian. Gambar-gambar dan harapan-harapan PL diangkat dan diinterpretasikan kembali oleh orang-orang Kristen, termasuk bahasa korban dari PL. Paulus (Rm. 3:25) menegaskan bahwa Allah menjadikan Kristus  korban penebusan oleh darah-Nya. Pengertian seperti itu tidak sesuai dengan keadilan  bahwa seorang tidak bersalah harus dihukum menggantikan seorang penjahat. Pengertian lain dari soteriologi adalah mengikuti  kasih dan anugerah Allah: Allah dalam Kristus melangkah sejauh itu untuk menyatakan kasih-Nya, dan dengan demikian memenangkan jawaban pertobatan dari manusia. Keselamatan yang dijanjikan Kristus itu seperti janji kebebasan kepada tawanan (Luk. 4:18), dan beberapa teolog modern ingin melihat dalam tawanan itu juga kuasa memperhamba dari ekonomi dan konflik.
          Ibrani yesyu'a dan Yunani soteria, berarti tindakan atau hasil dari pembebasan atau pemeliharaan dari bahaya atau penyakit, mencakup keselamatan, kesehatan dan kemakmuran. Pergeseran arti 'keselamatan' dalam Alkitab bergerak dari ihwal fisik ke kelepasan moral dan spiritual. Demikianlah bagian-bagian paling depan PL berkembang dari menekankan cara-cara hamba Allah yg secara perseorangan terlepas dari tangan musuh-musuh mereka, ke pembebasan umat-Nya dari belenggu dan bermukimnya di tanah yg makmur; bagian-bagian paling akhir PL memberikan tekanan yg lebih besar pada keadaan-keadaan dan kualitas-kualitas keterberkatan secara moral dan religius, dan memperluasnya sampai melampaui batas-batas kebangsaan. PB dengan jelas menunjukkan keterbudakan manusia kepada dosa, bahaya dan kekuatan dosa, dan kelepasan dari dosa yg hanya dapat diperoleh dalam Kristus. Alkitab memberikan pernyataan-pernyataan yg makin lama makin jelas tentang bagaimana Allah menyediakan dasar keselamatan, menawarkannya, dan bagaimana Dia sendiri pada diriNya adalah satu-satunya keselamatan manusia.

I. Dalam PL
Keselamatan menurut PL mempunyai unsur-unsur baik yg tertuju kepada manusia maupun yg tertuju kepada Allah. Manusia terancam bahaya penyakit, musibah fisik, penganiayaan oleh lawan dan kematian. Dalam persekutuan umat pilihan Allah, keterbelengguan (ketertawanan) merupakan pengalaman nyata, yg daripadanya kelepasan mutlak diperlukan, dan gagasan-gagasan tentang keselamatan terutama yg bersifat kesukaan dan duniawi. Bahaya yg lebih gawat adalah di mana perseorangan dan masyarakat berdiri di hadirat Allah, yg kehendak-Nya sudah mereka langgar dan yg murka-Nya telah menimpa mereka.
Alat-alat keselamatan, langsung atau tidak langsung, disediakan melalui para Bapak leluhur, hakim, pemberi hukum, imam, raja, dan nabi. Hukum, baik bersifat ritual maupun moral, akibat dosa manusia, tidak mampu memberikan keselamatan yg penuh, tapi menunjukkan ciri dan tuntutan Allah dan kondisi kesejahteraan manusia. Juga dalam batas-batas tertentu 'mengerem' kesalahan manusia; tapi penyalahgunaannya sebagai aturan moral melahirkan legalisme dua muka. Pertama, keterikatan secara lahiriah kepada peraturan-peraturan telah kehilangan kenyataan spiritual yg terdalam. Kedua, pencapaian manusia dibeberkan di hadapan Allah dalam tuntutan yg bersifat membenarkan diri sendiri, untuk memperoleh keselamatan.
Kekakuan upacara terancam oleh bahaya yg sama, tapi sementara kemuncak penyelenggaraan upacara -- Hari Pendamaian -- hanya menggenapi pengampunan atas dosa-dosa yg tidak disengaja, maka rinciannya menunjuk ke depan kepada datangnya keselamatan sejati. Penekanan nabi-nabi akan betapa perlunya perubahan batiniah, menggarisbawahi bobot kesalahan perbuatan manusia. Juga membimbing kepada ramalan tentang keselamatan mesianis yg apokaliptik, bila Allah, sesuai janji-Nya, akan datang sendiri dalam keselamatan sebagai Allah yg adil dan Juruselamat (Yes 44:17; Dan 7:13 dab). Ajaran PL tentang keselamatan mencapai puncaknya dalam gambar Hamba yg menderita (lih Yes 53); dalam hal ini PL menyediakan adegan untuk keselamatan dalam PB.

II. Dalam PB
a. Injil Sinoptik
Kata keselamatan diucapkan hanya satu kali oleh Yesus (Luk 19:9). Ay itu dapat mengacu kepada diriNya sendiri sebagai kandungan keselamatan yg memberikan pengampunan kepada Zakheus, atau kepada sesuatu yg nyata oleh perubahan tindakan yg dilakukan oleh pemungut cukai itu. Tapi Tuhan Yesus menggunakan (rata kerja 'selamat' dan istilah-istilah yg serupa, untuk menyatakan pertama-tama apa yg akan dilakukan-Nya dalam kedatangan-Nya (Mrk 3:4 secara implikatif, dan secara langsung Luk 4:18; 9:56; Mat 18:11; 20:28), dan kedua, apa yg dituntut dari manusia (Mrk 8:35; Luk 7:50; 8:12; 13:24; Mat 10:22). Luk 18:26 dan konteksnya, menunjukkan bahwa keselamatan menghimbau hati yg menyesal, sifat seperti kanak-kanak, ketidakberdayaan diri yg pasrah menerima, dan penyangkalan segala sesuatu demi Kristus kondisi-kondisi yg mustahil dapat dipenuhi manusia tanpa bantuan.
Kesaksian orang-orang lain terhadap karya penyelamatan Tuhan Yesus, baik langsung (Mat 8:17) maupun tidak langsung (Mrk 15:31). Ada juga kesaksian dari nama-Nya sendiri (Mat 1:21, 23). Semua penggunaan kata 'selamat' yg berbeda-beda ini, menyatakan bahwa keselamatan sudah hadir dalam pribadi dan pelayanan Kristus, terutama dalam kematian-Nya.

b. Injil Keempat
Kebenaran ganda itu digarisbawahi dalam Injil keempat, di mana setiap ps menyatakan segi-segi yg berbeda dari keselamatan. Demikianlah dalam 1:12 dab orang dilahirkan sebagai anak-anak Allah karena mempercayai Kristus; dalam 2:5 keadaan diobati dengan mengerjakan 'apa yg dikatakan kepadamu'; dalam 3:5 kelahiran kembali oleh Roh mutlak penting guna memasuki Kerajaan, tapi 3:14,17 menjelaskan bahwa hidup baru itu tidak mungkin lepas dari kepercayaan akan kematian Kristus, karena tanpa kematian Kristus maka manusia berada di bawah penghukuman (Yoh 3:18); dalam 4:22 keselamatan itu datang melalui bangsa Yahudi melalui wahyu yg disalurkan dalam sejarah lewat umat Allah -- dan merupakan anugerah yg mendampakkan perubahan batiniah dan memperlengkapi manusia bagi ibadah.Dalam 5:14 seseorang yg sudah dipulihkan harus tidak berbuat dosa lagi, agar sesuatu yg lebih buruk tidak terjadi; dalam 5:39 Alkitab bersaksi tentang kehidupan (keselamatan) di dalam Anak, kepada Siapa hidup dan pengadilan diserahkan; dalam 5:24 orang percaya sudah melewati maut menuju ke kehidupan; dalam Yoh 6:35 Yesus menyatakan diriNya sendiri adalah roti kehidupan, kepada-Nya saja orang harus datang (Yoh 6:68) untuk perkataan yg menghidupkan kepada kehidupan yg kekal; dalam Yoh 7:39 air melambangkan kehidupan Roh yg menyelamatkan, yg akan datang sesudah Yesus dipermuliakan.

          Dalam 8:12 penginjil menunjukkan kesejahteraan karena bimbingan terang, dan dalam Yoh 8:32, 36 kebebasan oleh kebenaran di dalam Anak; dalam Yoh 9:25, 37, 39 keselamatan merupakan penglihatan spiritual; dalam 10:10 jalan masuk bagi manusia ke kehidupan yg selamat dan berkelimpahan dan yang dari Bapak adalah melalui Kristus; dalam 11:25 dab hidup kebangkitan menjadi milik orang-orang percaya; dalam Yoh 11:50 (bnd 18:14) tujuan penyelamatan dari kematian Kristus digambarkan; dalam 12:32 Kristus yg ditinggikan dalam kematian menghimbau orang kepada-Nya; dalam 13:10 pembasuhan pertama yg dilakukan-Nya mengartikan keselamatan ('bersih seluruhnya'); dalam 14:6 Kristus adalah jalan yg benar dan hidup menuju hadirat Bapak; dalam 15:5 tinggal di dalam Dia, Pokok Anggur, merupakan rahasia dari sumber-sumber kehidupan; dalam 16:7-15 demi nama-Nya Roh akan mengatasi kendala-kendala keselamatan dan mempersiapkan realisasinya; dalam 17:2, 3, 12 Kristus menjagai mereka yg mempunyai pengetahuan tentang Allah yg benar dan tentang diriNya; dalam 19:30 keselamatan digenapi; dalam 20:21-23 kata-kata damai dan pengampunan menyertai pemberian Roh; dalam 21:15-18 kasih-Nya yg menyembuhkan memancarkan kasih dalam pengikut-Nya dan memulihkan sang pengikut untuk pelayanan.

c. Kisah Para Rasul
Kis melacak pemberitaan (bnd 16:17) keselamatan dalam dampaknya, pertama atas orang banyak yg dihimbau dengan kata-kata 'berilah dirimu diselamatkan dari angkatan yg jahat ini' (Kis 2:40) melalui pertobatan (yg adalah merupakan anugerah dan bg dari keselamatan, 11:18), pengampunan dosa, dan penerimaan Roh Kudus; kemudian atas orang sakit, yg tidak tahu kebutuhannya yg sesungguhnya, yg disembuhkan dengan Nama Yesus, satu-satunya Nama dengan mana kita harus diselamatkan; dan ketiga, atas isi rumah penanya, 'Apakah yg harus saya lakukan supaya selamat?' (Kis 16:30 dab).
d. Surat-surat Paulus
Paulus menyatakan bahwa Kitab Suci dapat memberi manusia 'hikmat dan menuntun ke keselamatan oleh iman kepada Yesus Kristus' (2 Tim 3:15 dab), dan menyediakan sarana-sarana yg penting untuk menikmati keselamatan yg penuh. Dengan memperluas dan menerapkan konsep PL tentang keadilan Tuhan yg menjadi bayang-bayang bagi keadilan yg menyelamatkan dalam PB, Paulus menunjukkan betapa tidak ada keselamatan oleh hukum. Sebab hukum hanya dapat menunjukkan kehadiran dan memancing aktivitas dosa, dan membungkamkan manusia dalam kesalahannya di hadapan Allah (Rm 3:19; Gal 2:16). Keselamatan disediakan sebagai anugerah dari Allah yg adil, yg berbuat dalam rahmat kepada pendosa yg tidak layak. Pendosa yg oleh anugerah iman, percaya kepada keadilan Kristus yg sudah menebus dia dengan kematian-Nya dan membenarkan dia oleh kebangkitan-Nya. Allah, demi Kristus, membenarkan pendosa yg tak layak itu (yaitu memperhitungkan baginya keadilan Kristus yg sempurna), mengampuni dosa-dosanya, mendamaikan dia dengan diriNya sendiri di dalam dan melalui Kristus yg sudah 'membuat perdamaian melalui darah salib-Nya' (2 Kor 5:18; Rm 5:11; Kol 1:20), mengangkatnya menjadi keluarga-Nya (Gal 4:5 dab; Ef 1:13; 2 Kor 1:22), memberinya meterai, kesungguhan, dan buah sulung dari RohNya di dalam hatinya, dan dengan demikian menjadikannya makhluk baru. Oleh Roh yg sama sarana keselamatan berikutnya memampukan dia berjalan dalam kehidupan yg baru, sambil makin mematikan perbuatan-perbuatan daging (Rm 8:13) sampai akhirnya ia dijadikan sama dengan Kristus (Rm 8:29) dan keselamatannya digenapi dalam kemuliaan (Flp 3:21).

e. Surat Ibrani
Keselamatan 'akbar' Ibr melampaui bayangan keselamatan PL. Keselamatan PB dilukiskan dengan bahasa korban; korban-korban yg sering diulang dalam upacara PL, mengenai terutama dosa-dosa yg tidak disengaja dan hanya menyediakan keselamatan yg dangkal, digantikan dengan korban satu-satunya yg dipersembahkan oleh Kristus, Dia sendiri yg adalah Imam dan sekaligus korban (Ibr 9:26; 10:12). Pencurahan hidup-Nya dan darah-Nya dalam kematian-Nya mengerjakan penebusan, sehingga sejak itu manusia dengan hati nurani yg bersih dapat masuk ke hadirat Allah berdasarkan perjanjian baru, yg disahkan oleh Allah melalui pengantaraan-Nya (Ibr 9:15; 12:24). Surat Ibr yg menggarisbawahi penekanan macam itu kepada hal Kristus menyelesaikan soal dosa dengan penderitaan-Nya dan kematian-Nya guna menyediakan keselamatan kekal, memandang juga kepada kedatangan-Nya yg kedua kali, yg pada waktu itu tidak untuk menanggung dosa, melainkan untuk menggenapi keselamatan umat-Nya dan pasti menganugerahkan kemuliaan yg menyertai mereka (9:28).

f Surat Yakobus
Yak mengajarkan bahwa keselamatan bukanlah hanya'oleh iman' saja, tapi juga oleh 'perbuatan' (Yak 2:24). Tujuannya ialah untuk membuyarkan harapan siapa saja yg menggantungkan keselamatannya hanya pada pengetahuan intelektual tentang keberadaan Allah, tanpa adanya perubahan hati yg mendampakkan perbuatan-perbuatan yg adil. Yakobus bukannya membuang iman yg benar, tapi menekankan bahwa kehadiran orang beriman nampak melalui perbuatan yg pada gilirannya menunjukkan daya penyelamatan dari agama yg benar, yg sedang bekerja melalui firman Allah dalam hati. Ia tak kalah dalam minatnya untuk membawa kembali orang-orang berdosa dari kesalahan jalannya dan menyelamatkan nyawanya dari kematian (Yak 5:20).

g. 1 dan 2 Petrus
Kitab 1 Petrus menekankan hal yg sama dengan Ibr mengenai mahalnya keselamatan (Yak 1:19) yg dicari-cari dan dinubuatkan para nabi. Tapi kini sudah menjadi realitas bagi mereka, yg bagaikan domba yg sesat telah kembali kepada Gembala jiwanya (Yak 2:24 dab). Segi keakanannya dapat dikenal oleh mereka 'yg dipelihara ... kepada keselamatan yg telah tersedia untuk dinyatakan' (1 Ptr 1:5).
Dalam 2 Petrus keselamatan mencakup luput dari kerusakan yg ada dan terjadi di dunia ini melalui nafsu, dengan cara turut mengambil bagian dalam kodrat ilahi (1:4). Dalam dunia yg penuh dosa ini, orang percaya merindukan langit baru dan bumi baru di mana bersemi keadilan, namun mengakui bahwa penundaan kedatangan akhir zaman (parousia) terkait pada kesabaran Tuhan dan penundaan itu sendiri merupakan salah satu segi keselamatan (3:13, 15).

h. 1, 2, dan 3 Yohanes
Bagi 1 Yoh bahasa korban Ibr merupakan kesepakatan nalar. Kristus adalah keselamatan kita dengan menjadi tebusan bagi dosa-dosa kita, sebagai akibat dari kasih Allah. Adalah Allah sendiri oleh kasih-Nya di dalam darah kehidupan Kristus yg dicurahkan, yg menghapus dosa-dosa kita dan menyucikan kita. Seperti dalam Injil Keempat, keselamatan berarti dilahirkan dari Allah, mengenal Allah, memperoleh hidup kekal di dalam Kristus, hidup dalam terang dan kebenaran Allah, tinggal di dalam Allah dan mengetahui bahwa Ia tinggal di dalam kita melalui kasih oleh RohNya (3:9; 4:6, 13; 5:11). 3 Yoh mempunyai doa yg penting bagi kesejahteraan umum dan kesehatan jasmani (kesejahteraan alamiah) untuk menyertai kesejahteraan jiwa (ay 2).

i. Surat Yudas. Yud 3,
dalam mengacu kepada 'keselamatan kita bersama', memikirkan sesuatu yg berkaitan dengan 'iman bersama' dalam Tit 1:4, dan menghubungkannya dengan 'iman' (bnd Ef 4:5) untuk mana orang percaya harus berjuang. Keselamatan ini meliputi kebenaran-kebenaran yg menyelamatkan, hak-hak istimewa, tuntutan-tuntutan, dan pengalaman-pengalaman pembaca-pembacanya yg bermacam-macam. Dalam ay 22 dab ia dengan keras ingin menerapkan keselamatan ini kepada berbagai kelompok orang yg dalam kebimbangan, bahaya dan kemerosotan.

j. Wahyu. Why mengulangi tema (dari 1 Yoh) keselamatan sebagai pembebasan atau penyucian dari dosa melalui darah Kristus, dan pengangkatan orang percaya menjadi imamat yg berkerajaan (1:5 dab). Dalam cara mengenang pemazmur, penulis dengan puji-pujian menggambarkan keselamatan bergantung dalam keseluruhannya kepada Tuhan (Why 7:10). Ps-ps penutup Why melukiskan keselamatan sebagai daun-daun pohon kehidupan yg diperuntukkan bagi kesembuhan bangsa-bangsa. Hak mendekati pohon itu, sama seperti mendekati kota keselamatan, diberikan hanya kepada mereka yg namanya tertulis dalam kitab kehidupan.

III. Jalan keselamatan:
Titik tolak pemikiran Alkitab ialah bahwa sejak kejatuhannya, manusia -- baik sebagai perseorangan maupun sebagai masyarakat memerlukan pertolongan, yaitu keselamatan. Ia berada dalam lingkaran setan pada posisi dan kondisi yg berbahaya, bersalah dan tak berdaya. Kesalahannya telah tidak melayakkan dia menerima bantuan yg dapat melepaskannya dari keadaan dan kedudukannya itu. Tidak ada kebijakan dan kekuatan manusiawi yg mampu memecahkan masalah itu untuk dapat keluar dari dalam lingkaran itu. Allah sendiri harus mengambil prakarsa jika manusia harus diselamatkan.
Ada berbagai gambaran tentang kegawatan manusia kegagalan, kekurangan, kekosongan, keterasingan, keterbelengguan, pemberontakan, penyakit, kerusakan, pencemaran, kematian. Demikian juga banyaknya usaha yg sia-sia untuk memperbaiki keadaan itu -- pencerahan intelektual terhadap ketidaktahuan, pembaharuan moral, peningkatan estetika, penanganan medis atau psikologis, perbaikan masyarakat dengan menggunakan kehebatan teknologi canggih, strategi ekonomi dan politik, dan di atas segalanya juga teknik-teknik keagamaan yg diciptakan manusia. Sejak dini dalam kisahnya, manusia sudah harus melihat, sebagaimana ia masih harus melihat, bahwa ia tidak dapat mengupayakan keselamatannya sendiri. Sebab dosanya berakar, dan ia pada dirinya terpusat pada dirinya sendiri saja. Usaha-usaha manusia untuk menyelamatkan dirinya sendiri merupakan penentangan terburuk kepada Allah dan terkena hukuman-Nya.
Alkitab menggambarkan Allah dalam kasih yg kudus berprakarsa memikirkan dan melaksanakan 'karya penyelamatan'. Acuan-acuan Alkitab kepada apa yg sudah terjadi terdahulu atau pada 'saat kejadian dunia', telah melahirkan pertanyaan seperti kapan, dan dalam urutan yg bagaimana Allah merancang penyelamatan itu (Mat 13:35; 25:34; Yoh 17:24; Ef 1:4; Ibr 4:3; 1 Ptr 1:20; Why 13:8; 17:8). Namun teolog spekulatiflah yg bertugas membahas masalah, dalam urutan kronologis yg bagaimanakah empat istilah: penciptaan, kejatuhan, pemilihan, penyelamatan itu dinyatakan.
Alat-alat keselamatan menjadi lebih jelas. Adalah jelas bahwa Bapak, Anak dan Roh terlibat (pengalimatannya yg tradisional ialah bahwa Bapak mendekritkan, Anak mengadakan dan Roh menerapkan keselamatan). 'Poros' keselamatan itu adalah salib Kristus (Rm 1:16; 1 Kor 1:18). Dengan tidak melupakan hidup dan kebangkitan Kristus, teolog-teolog biblika sepakat bahwa dalam kematian Kristus-lah Allah melaksanakan tindakan penyelamatan yg sentral bagi manusia. Adalah Tuhan Allah sendiri, dalam kasih-Nya yg kudus, yg menyediakan keselamatan. Gambaran keselamatan itu bermacam-macam. Tapi polanya menyatakan keagungan, rahasia, kekuasaan, dan betas kasihan Allah yg sedang berkarya: dosa yg merupakan penghinaan terhadap kekudusan Allah ditiadakan dalam Kristus.
             
       Hubungan damai dengan Allah disahkan oleh Dia, yg telah membuat pendamaian melalui salib-Nya dan penebusan bagi manusia yg terasing dari Khalik-nya. Pembebasan diumumkan di pengadilan, karena Allah dalam AnakNya memikul hukuman yg seyogianya dibebankan atas manusia, dengan menyamakan diriNya sendiri dengan dosa manusia; kehormatan Allah dipuaskan oleh kesempurnaan Kristus yg diserahkan dalam ketaatan; Kristus mempersatukan kemanusiaan dalam diriNya sendiri, dan menyerahkan itu sebagai korban-Nya kepada Bapak. Kristus adalah Pemenang mutlak dalam kematian-Nya.
          
         Tekanan di sini terletak pada keselamatan yg telah disediakan Allah bagi manusia dalam Kristus, dan sekalipun tidak ada pemisahan antara mereka, penting ditunjukkan bagaimana Allah mengerjakan keselamatan dalam manusia Yesus. Adalah Roh Kudus yg mewujudkan keselamatan itu menjadi riil (konkret) bagi manusia. Pengalaman manusia tentang keselamatan melalui tiga kurun waktu, dan dapat dilukiskan dalam pengertian masa lalu, masa kini, dan masa datang; posesif, progresif dan prospektif. Sang insan sudah diselamatkan, sedang diselamatkan dan akan diselamatkan (Ef 2:8; 1 Kor 1:18; Mat 10:22; Rm 5:9, 10; 8:24).

a. Posesif.
Manusia dengan iman yg dikerjakan oleh Roh di dalam dia, dianugerahi status baru dalam Kristus; ia telah dibenarkan dan dibebaskan demi Kristus. Apabila ia dalam statusnya yg belum dibenarkan sama sekali tidak layak memperoleh keselamatan, maka sesudah dibenarkan (bukan oleh kebenarannya sendiri) ia tidak dapat menjadi tidak layak akan keselamatan atau membuat dirinya tidak dibenarkan, dalam arti menggagalkan apa yg sudah dikerjakan Tuhan untuknya. Ia sudah ditebus, didamaikan, diampuni, disucikan (Yoh 13:10), telah melewati maut menuju ke kehidupan, dan dikaruniai jaminan oleh Roh yg bersaksi bersama rohnya sendiri bahwa ia adalah anak Allah (Rm 8:16), turut menjadi pewaris bersama Kristus, memiliki hidup yg kekal dalam kualitasnya dan kekekalan waktu, dan yg mematahkan belenggu ketakutan akan maut (Ibr 2:15).

b. Progresif.
Rahmat Allah yg membawa keselamatan (Tit 2:11), yg merupakan kekuatan sebagai dampak pemberitaan tentang salib kepada mereka yg 'diselamatkan' (1 Kor 1:18) mengajarkan: (i) kebutuhan akan karya pengudusan oleh Roh; (ii) penerapan keselamatan yg telah diberikan Tuhan kepada manusia (Flp 2:12); dan (iii) penyangkalan terhadap nafsu-nafsu duniawi, yg mendampakkan hidup yg saleh dan adil dan ilahi di dunia yg sekarang. Seperti iman adalah penting dalam keselamatan yg dimengerti secara posesif, maka demikian jugalah kasih dalam keselamatan yg dimengerti secara progresif. Oleh kasih yg disemaikan oleh Roh maka hidup manusia terpelihara, mencapai kepribadian yg benar dalam merefleksikan citra Allah, dan Roh sungguh-sungguh hadir dalam pribadinya terhadap orang-orang lain yg membutuhkan keselamatan.

c. Prospektif
Keselamatan seutuhnya akan diwujudkan kelak. Manusia diselamatkan oleh pengharapan. Orang percaya ditunjuk untuk memperoleh keselamatan (1 Tes 5:9; 2 Tes 2:13; 2 Tim 2:10; Ibr 1:14). Keselamatan siap untuk dinyatakan pada akhir zaman (1 Ptr 1:5). Keselamatan 'lebih dekat bagi kita daripada waktu kita percaya' (Rm 13:11). Bagi mereka yg mencari Kristus, Ia akan datang untuk kedua kalinya, bukan untuk urusan dosa, melainkan 'untuk keselamatan' (Ibr 9:28). Pada waktu kejahatan dikalahkan tuntas dan mutlak untuk selama-lamanya, suara sorgawi akan menyerukan 'Sekarang keselamatan telah datang' (Why 12:10).

IV. Hak istimewa dan tanggung jawab dari keselamatan
Penerima keselamatan di mana pun tidak boleh membanggakan diri kepada Allah. Bahkan orang-orang pilihan diperingatkan supaya makin meneguhkan panggilan dan pemilihan mereka (2 Ptr 1:10) dan untuk mengerjakan keselamatan mereka dengan takut dan gentar (Flp 2:13). Persekutuan orang percaya yg sudah diselamatkan -- gereja -- merupakan penjaga keselamatan, dan kalimat extra ecclesiam nulla salus (di luar gereja tidak ada keselamatan) baru mengandung artinya yg sebenarnya, bila tugas hikmat memelihara kerygma dan didache tentang keselamatan diwujudkan. Gereja harus menjadi 'persekutuan orang-orang yg prihatin', umat yg diselamatkan dan menyelamatkan.
Jika keselamatan benar-benar bekerja dalam diri orang-orang percaya, maka persekutuan (koinonia) mereka di dalam Roh akan bertambah. Dan kekuatan yg menyelamatkan dari Tuhan, yg secara 'vertikal' bekerja ke bawah, membuat mereka sadar akan dampak 'horisontal' atas masyarakat dan yg harus terjadi karena memiliki keselamatan itu. Mereka yg memiliki keselamatan harus menjadi terang dunia, garam dunia, kota di atas gunung. Sejarah gereja menunjukkan bagaimana gereja telah belajar dan masih harus belajar untuk bersaksi secara nabiah tentang keselamatan dalam setiap zaman.

V. Penggenapan keselamatan.
Alkitab tidak bicara tentang keselamatan yg sedikit demi sedikit bagi seluruh umat manusia, apakah itu dalam arti mempersiapkan mereka semua bagi kemuliaan, atau pengubahan masyarakat oleh perkembangan yg berkesinambungan melalui penerapan prinsip-prinsip 'selamat'. Tapi Alkitab menjanjikan pembinasaan tuntas kejahatan secara apokaliptis ataupun eskatologis, pembebasan makhluk ciptaan yg sekarang ini mengerang dalam belenggu kerusakan menuju ke kebebasan anak-anak Allah yg berkilauan (Rm 8:21 dab) pada saat 'pengangkatan', 'penebusan tubuh', 'penciptaan kembali' (Mat 19:28), dan penciptaan 'langit baru dan bumi baru, di mana tinggal keadilan', di mana Tuhan akan dilihat secara tatap muka.

KEPUSTAKAAN.

W Foerster, G Fohrer, TDNT 7, hlm 965-1003; M Green, The Meaning of Salvation, 1965; G. C Berkouwer, Faith and Justification, 1954; Faith Sanctification, 1952; E. Brunner, The Mediator, 1947; R. W Dale, The Atonement20, 1899; J Denney, The Death of Christ, edisi 1951; P. T Forsyth, The Cruciality of the Cross z, 1948; L Morris, The Apostolic Preaching of the Cross, 1955; J Murray, Redemption Accomplished and Applied, 1955; L Newbigin, Sin and Salvation, 1956; G. B Stevens, The Christian Doctrine of Salvation, 1905. GW/BAM/S/HAO

Jumat, 08 Februari 2019

NON YAHUDI

YAHUDI KRISTEN/ KIRISTEN YAHUDI
  Ev. Matius Sobolim' M. Th
🍏🍏🍏🍏🍏🍏🍏🍏🍏🍏🍏
       Umat Kristen perdana yang melaksanakan keyahudian. Hal ini berlangsung lama, sebelum terjadinya revolusi, ketika kepercayaan mereka kepada Yesus melahirkan hubungan baru dengan  Yudaisme, dan dalam jemaat sendiri timbul konflik internal. Yudaisme bukanlah sistem monolitik.

        Di dalamnya ada orang-orang  Farisi,  Saduki, Esseni, dan mungkin orang-orang  Samaria, yang beraneka ragam. Menurut Kis. 2:46, para rasul sering kali mengunjungi Bait Allah, dan sejumlah orang-orang Farisi (Kis. 15:5) telah bergabung ke dalam jemaat. Unsur bersama yang mempersatukan jemaat Kristen awal adalah iman mereka bahwa.
Mesias itu Yesus dan bahwa Kitab Suci telah digenapi di dalam Dia. Terjadi krisis besar ketika Paulus, yang sebelumnya adalah orang Farisi, melakukan penginjilan kepada orang  bukan Yahudi dalam skala besar.  
          Keyakinannya adalah bahwa Yesus bukanlah Mesias Yahudi saja, dan kekristenan bukanlah Yudaisme yang diperbarui.  Keselamatan ditawarkan kepada semua orang oleh Yesus yang telah disalibkan dan bangkit, dan bahwa  Taurat Yahudi tidak menjadi kewajiban bagi orang-orang bukan Yahudi yang telah bertobat. Beberapa orang Kristen di Yerusalem yang menentang Paulus khawatir bahwa liberalisme ini akan menyebabkan ditinggalkannya sama sekali standar-standar etis perilaku.

       Mereka terus menaati seluruh Taurat, dan lebih merupakan orang Yahudi Kristen ketimbang orang Kristen Yahudi. Sementara yang lain ingin terus menaati kebiasaan berpantang sepanjang hidupnya dan bersedia menerima kompromi. Memang, apa yang dilakukan Paulus sendiri adalah kompromi.
      Ia sendiri menaati sebagian Taurat (mis. masuk ke Bait Allah setelah membersihkan dirinya, Kis. 21:26), sementara ia berupaya keras untuk mengecualikan orang-orang bukan Yahudi dari kewajiban itu. Setelah penghancuran Yerusalem pada 70 M, masa depan jemaat berada dalam kekristenan bukan Yahudi Paulus.
      Namun, kontroversi dalam Injil-injil Matius, Lukas, dan Yohanes menyatakan bahwa pengaruh orang Yahudi dalam jemaat masih cukup kuat hingga 100 M. Ini juga merupakan periode ketika surat Kristen Yahudi Yakobus ditulis. Sejak awal abad kedua M, penerus kekristenan Yahudi terpinggirkan menjadi kaum *Ebionit dan Nazarene, yang karya-karyanya dikutip oleh *Origenes dan Hieronimus.  elompok Ebionit memiliki  Kristologi adopsionis. Dalam PB Surat Yakobus merupakan dokumen Yahudi yang paling jelas; di dalamnya hanya ada dua petunjuk tentang Kristus (1:1 dan 2:1). keduanya malah mungkin merupakan tambahan Kristen kemudian pada tulisan Yahudi itu. Contoh-contoh Yakobus mengenai kesabaran dalam penderitaan berasal dari nabi-nabi PL dan  Ayub, bukan dari Yesus (5:10 dan seterus ya). Wahyu kepada Yohanes tentu saja berutang pada kekristenan Yahudi. Kitab tersebut menggunakan gambaran dan gaya  Yehezkiel serta  Daniel.
            Penerimaannya dalam Gereja lambat dan agak enggan, karena sifat apokalyptiknya yang asing. Gereja tidak menyangka) akar keyahudiannya dan Rm. 9-11 mengingatkan sisi yang menarik bahwa apa yang, telah dijanjikan Allah dalam *perjanjian-Nya mencakup, baik umat Yahudi maupun Kristen. Namun, ada pula ekstremis yang, berada pada kutub yang berbeda dengan kaum Ebionit. Mereka adalah *Marcion dengan pengikut-pengikutnya, yang menolak keberlakuan PL lebih lanjut, dan bahkan sebagian PB. Surat-surat Paulus sebagian Injil Lukas adalah Kitab Suci mereka yang amat kecil.Dalam PB juga terdapat tulisan-tulisan dengan latar belakang Yahudi, yang menempati posisi antara dalam Gereja. Injil Matius misalnya, sangat berutang pada PL dan sangat menekankan berlakunya Taurat.
       Namun, Kristologi Matius, yang dalamnya Yesus disamakan dengan  Hikmat (Mat 11:19; 23:34-36), jauh melampaui *adopsionisme kaum Ebionit. Surat Ibrani sepenuhnya bernada Yahudi, namun bermusuhan dengan peribadahan Bait Allah, seperti halnya kaum Ebionit (Bait Allah tidak ada lagi setelah 70 M). Tetapi, surat ini menolak pandangan (kaum Ebionit) bahwa Kristus memiliki kedudukan yang sama dengan malaikat (Ibr. 1:4-2:18).

Sabtu 09 Februari, 2019
Penjelasan tentang Non Yahudi