Kamis, 04 Juli 2019

APAKAH TAURAT, ZABUR DAN INJIL?

APAKAH TAURAT, ZABUR DAN INJIL?

         Ev. Matius Soboliem, M. Th

Secara umum diketahui bahwa saudara-saudara dari umat Muslim mengenal tiga kitab suci Kristiani dari 104 pewahyuan. Kendati umat Muslim sering mendapat pengajaran bahwa ketiga kitab sebelum Al-Quran itu telah dirubah, sebagian besar umat Muslim sangatlah menghargai ketiga kitab suci tersebut. Ketiga kitab suci tersebut adalah Taurat, Zabur dan Injil.

Artikel ini tidak membahas kepercayaan umat Muslim tentang pembatalan akan ketiga kitab tersebut, ataupun juga keyakinan bahwa adanya penyimpangan dalam penulisan yang dilakukan oleh umat Yahudi dan Kristen untuk ketiga kitab suci tersebut.

Tujuan dari artikel ini adalah untuk menguji berbagai pendapat dari kalangan Muslim akan ketiga kitab tersebut. Bagaimana pengertian mereka tentang ketiga kitab tersebut?

Perlu dinyatakan disini tentang keyakinan penulis bahwa Taurat, Zabur dan Injil yang naskahnya masih ada di tengah-tengah umat Yahudi dan Kristen (Alkitab), adalah sama dengan kitab-kitab terdahulu yang diturunkan oleh Allah Yang Mahakuasa.

Umat Muslim percaya bahwa ketiga kitab suci terdahulu telah dilebur Nabi Muhammad dalam hubungannya dengan umat Yahudi dan Kristen yang hidup pada masanya. Istri pertama Nabi, Siti Khodijah diketahui beragama Kristen sebelum menjadi Muslim, sepupunya yang bernama Waraka (Warqa) diketahui juga sebagai seorang pelajar Alkitab yang serius dan bahkan ada kemungkinan juga menjadi seorang penterjemah. Jadi sangatlah menarik jika kita dapat mengetahui apa yang dikatakan Quran mengenai ketiga kitab suci ini, dan juga kita dapat mengetahui akan pemikiran umat Yahudi dan Kristen yang hidup pada masa itu. Dalam melakukan hal ini kita juga akan melakukan perbandingan dengan Kitab Injil.

Pengertian Umat Muslim tentang Tiga Kitab Suci Umat Muslim pada umumnya mengenal akan Taurat, Zabur dan Injil, pengertian mereka akan ketiga kitab ini sangat sederhana. Semuanya berpikir bahwa hal ini merupakan pewahyuan yang diberikan melalui Hazrat Musa, Daud dan Isa (yang berati damai besertanya). Tapi di bawah ini kita akan melihat beberapa pendapat lain.

Pendapat yang mengatakan bahwa Taurat setara dengan Pentateukh: Tiga bagian dari Alkitab telah dikutip oleh Alquran menjadi bagian dari wahyu yang diterimanya yaitu Pentateukh(Kitab Kejadian sampai dengan Ulangan) atau kitab Musa (Taurat); Mazmur Daud (Zabur) dan Injil Isa (Glasse, The Concise Encyclopedodia of Islam, hal. 72).

Pendapat yang mengatakan bahwa Taurat setara dengan Perjanjian Lama: Pendapat lain mengatakan bahwa Taurat lebih kurang merupakan pewahyuan yang diberikan kepada umat Yahudi.

Agama yang berhubungan dengan Ibrahim (Abraham) dan semua agama yang berhubungan dengan Yahudi dan Kristen harus menanggung konsekuensinya. Qur'an meninggikan yang satu dan mengabaikan yang lain contoh : Di antara mereka (umat dan kitabnya) ada kelompok yang berlaku benar, tapi kebanyakan dari mereka berkelakuan sangat buruk (ayat 66).

Mereka diminta untuk hidup sesuai dengan Torah (Taurat) dan Evangel(Injil), tapi seperti para pendahulu organisasi agama tradisi lainnya, kaum Yahudi dan Keristen saling bertengkar satu sama lain bahwa masing-masinglah yang mempunyai kunci ke jalan keselamatan dalam eksklusivitas mereka :'Umat Yahudi berkata bahwa umat Kristen tak mempunyai dasar atas keyakinan mereka sedang umat Kristen mengatakan yang sebaliknya, padahal mereka semuanya membaca kitab tersebut.' (II,120). (FazlurRahman, Islam halaman 27).

Dari kutipan di atas dari Fazlur Rahman diketahui bahwa Kitab yang menjadi dasar umat Yahudi dan Kristen adalah Taurat 
dan Injil, yaitu Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Pemikiran ini berasal dari kesaksian Al-Quran sendiri. Kepercayaan yang sama juga ditunjukkan oleh A.J Arberry, Muslim dari Inggris yang menyatakan kata pengantarnya dalam penterjemahan Al-Quran:

Dalam beberapa bagian dikatakan bahwa Al-Quran telah diturunkan untuk "mengkonfirmasikan yang sebelumnya", yang berarti Kitab Taurat dan Injil; yang merupakan kitab Yahudi dan Kristen, kecuali beberapa kesalahan yang dianggap sebagai kebenaran .(Arberry, The Koran Interpreted, halaman xi).

Pendapat yang mengatakan bahwa Taurat setara dengan Kitab yang hilang: Abdullah Jusuf Ali kelihatannya menyetarakan Taurat dengan Perjanjian Lama ."Secara langsung dapat dikatakan bahwa ini setara dengan Kitab Yahudi." (Ali,The Holy Qur'an:Text, Translation and Commentary halaman 282). Karena kepercayaannya akan penyimpangan dari Alkitab, ada beberapa kualifikasi berikut:

Tapi Kitab tersebut telah hilang sebelum Islam disiarkan. Bagian yang hilang adalah "Hukum" dimana kehilangan terjadi oleh penyalinan secara massal yang dilakukan secara tradisional di masa kaum Yahudi dan Rasul hidup, di mana saya mencoba untuk menelusurinya dalam buku ini. (Ali,Ibid halaaman 285).

"Penyalinan massal secara tradisional" yang dimaksud Ali adalah merujuk pada Talmud (Ali,Ibid halaaman 285) (lihat bagian Interval Between Christ and Muhammad).

Jadi menurut pendapat Ali, Taurattak lagi berlaku. Pendapat yang mengatakan bahwa Injil setara dengan Kitab yang hilang:

Sesuai dengan Injil, beberapa pendapat penyimpangan adalah benar. Pendapat penyimpangan ini pada dasarnya merujuk pada variasi tema yang sama. Namun karena hal ini, dianggap bahwa terjadi penyimpangan dalam Injil. Dengan pandangan ini muncul pendapat bahwa Injil tak lagi ada. Hal ini menyebabkan pengakuan akan adanya Perjanjian Baru sangat kecil:

Injil (dari bahasa Yunani Evangel=kabar baik=Gospel) dikatakan dalam Quran bukanlah Perjanjian Baru yang diakui sebagai kanon dalam gereja, melainkan yang diajarkan adalah yang diyakini Islam sebagai yang diajarkan Kristus. Bagian-bagian yang menyimpanglah yang selamat dan yang sekarang diakui Gereja sebagai kanon (contoh Gospel of Childhood, Gospel of Nativity, Gospel of St Barnabas- dikenal di Indonesia sebagai Injil Barnabas). (Ali Ibid, halaman 287).

Pendapat yang mengatakan bahwa Injil setara dengan Empat Kitab pertama dari Perjanjian Baru: Mengacu pada pendapat Cyril Glasee, ahli Muslim dari Barat, ia menggunakan 3 nama berbeda untuk Injil yaitu: Injil Yesus, Injil dan Perjanjian Baru:

Tiga bagian dari Alkitab diterima sebagai Al-Qur'an sebagai wahyu yaitu: Pentateukh, Kitab Musa (Taurat); Mazmur Daud (Zabur) dan Injil...

Tapi Zabur dan Injil tidak mendapat tempat dalam norma Islam, dan isinya kemungkinan besar tak diketahui atau diabaikan oleh saudara-saudara dari Muslim. Dan Injil sangat sukar sekali diterima dalam Al-Qur'an; hal ini disebabkan Injil bertentangan dengan doktrin pemahaman Islam, dan sebagaian besar karena wujud alamiah Kristus...

Umat Muslim percaya bahwa Kitab Perjanjian Baru yang digunakan oleh umat Kristen tak benar, dan telah mengalami penyesatan. (Glasse, Ibid, halaman 72)

Karena adanya perbedaan tema inilah Injil dianggap telah mengalami penyimpangan, ada kalangan Muslim yang menolak Perjanjian Baru sebagai Injil.

Pendapat yang mengatakan bahwa Injil setara dengan Perjanjian Baru:
Hughes membuat pernyataan yang menarik pada tahun 1885:

Injil digunakan dalam Al-Qur'an, dan secara tradisi oleh pengikut Nabi pada mulanya, yaitu tentang pewahyuan yang diberikan Allah pada Nabi Isa. Tapi di kemudian hari Injil diasosiasikan sebagai Perjanjian Baru (Hughes, Dictionary of Islam, halaman 211).

Bagi sebagian umat Muslim sangatlah sulit menerima fakta bahwa Hazrat Isa tidak berbicara atau menulis Injil. Adanya pengarang yang berbeda dari Perjanjian Baru merupakan konsep baru bagi mereka.

Pendapat yang mengatakan Mazmur setara dengan Hazrat Daud Mazmur atau Zabur bukan merupakan isu yang besar. Kecuali pendapat dari Cyril Glasse di atas.

Pendapat yang mengatakan bahwa Taurat, Zabur dan Injil setara dengan Alkitab:
Puncak dari semua ini adalah pendapat dari Abdul Rahman Azzam, pemimpin Muslim yang dihormati dan pendiri dari Liga Arab, dan merupakan salah seorang yang mempengaruhi Malcolm X menjadi Islam Ortodoks:

Imam Ibnu Al Qayyim berkata: Allah yang dimuliakan telah mengirim para nabiNya dan memberikan pewahyuan melalui buku untuk menunjukkan keadilan di bumi dan di surga."(Azzam, The Eternal Message of Muhammad hal. 102)

Ketika mengomentari kutipan ini, Azzam berkata," Melalui semua buku pewahyuan dilakukan oleh Allah yaitu: Alkitab, Al-Quran."(Azzam Ibid, hal. 102). Azzam telah menyetarakan ketiga kitab (Taurat, Zabur dan Injil) ini dengan Alkitab yang kita kenal sekarang.

SEPULUH AYAT ALKITAB TENTANG FIRMAN ALLAH

SEPULUH AYAT ALKITAB TENTANG
      FIRMAN TUHAN

          Ev. Matius Sobolim, M. Th


Firman Tuhan sangatlah penting bagi kehidupan orang Kristen. Melalui Firman Tuhan, kita dapat mengetahui kehendak Tuhan dan dapat mendengar janjiNya atas hidup kita. Berikut adalah ayat-ayat Alkitab tentang Firman Tuhan.

 Ibrani 4:12

Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.

For the word of God is alive and active. Sharper than any double-edged sword, it penetrates even to dividing soul and spirit, joints and marrow; it judges the thoughts and attitudes of
the heart.

 2 Timotius 3:16-17

Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.

All Scripture is God-breathed and is useful for teaching, rebuking, correcting and training in righteousness, so that the servant of God may be thoroughly equipped for every good work.

 Mazmur 119:105

Sabda-Mu adalah pelita bagi langkahku, cahaya untuk menerangi jalanku.

Your word is a lamp for my feet, a light on my path.

 Yakobus 1:22

Tetapi hendaklah kamu menjadi pelaku firman dan bukan hanya pendengar saja; sebab jika tidak demikian kamu menipu diri sendiri.

Do not merely listen to the word, and so deceive yourselves. Do what it says.

 Yesaya 40:8

Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya.

The grass withers and the flowers fall, but the word of our God endures forever.

Matius 7:24

Setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan melakukannya, ia sama dengan orang yang bijaksana, yang mendirikan rumahnya di atas batu.

Therefore everyone who hears these words of mine and puts them into practice is like a wise man who built his house on the rock.

 Matius 24:35

Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu.

Heaven and earth will pass away, but my words will never pass away.

 Matius 4:4

Tetapi Yesus menjawab: “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.”

Jesus answered, “It is written: ‘Man shall not live on bread alone, but on every word that comes from the mouth of God.’”

 Yohanes 1:1

Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah.

In the beginning was the Word, and the Word was with God, and the Word was God.

 Mazmur 33:4

Sebab firman TUHAN itu benar, segala sesuatu dikerjakan-Nya dengan kesetiaan.

Ev. Matius Sobolim, M.Th

Rabu, 27 Februari 2019

APOLOGETIKA DALAM GEREJA MULA-MULA

PERMOHONAN DALAM GEREJA CERITA
Matthew Soboliem, M. Th 

Apologetika telah dimulai dari gereja mula-mula yang menghadapi tuduhan iman Kristen yang parah. Bagaimana gereja menghadapi tuduhan ini? Para ayah gereja memahami tugas meminta maaf karena orang-orang Kristen mula-mula menghadapi banyak tuduhan bahwa mereka melakukan hal-hal yang mengerikan. Sebelum Yerusalem dihancurkan pada 70 M, Kekaisaran Romawi memandang kekristenan sebagai bagian dari Yudaisme. Namun, setelah kehancuran Yerusalem dan Diaspora (penyebaran orang Yahudi), ada pemisahan antara Yudaisme dan Kristen. Masalahnya, Yudaisme adalah salah satu agama yang diakui oleh pemerintah Romawi, tidak demikian dengan agama Kristen. Iman Kristen adalah ilegal dan dapat dihukum. Akibatnya, para pemikir Kristen kemudian muncul dan menjawab tuduhan yang diarahkan pada agama Kristen. [1]
Dalam permintaan maaf pada waktu itu (misalnya, Permintaan Maaf Yustinus Martyr dan Athenagoras '), kami menemukan empat tuduhan umum terhadap agama Kristen. Pertama, orang Kristen dituduh melakukan provokasi - sebagai pemberontak yang menyangkal kedaulatan pemerintah. Pada sekitar 29 SM, pemujaan kaisar dimulai, terutama di kota Pergamus, praktik ini berlanjut hingga abad kedua Masehi. Menekankan Kaisar Kaisar (Caesar is God), membakar dupa untuk kaisar, atau bersumpah atas nama kaisar adalah tanda kesetiaan kepada kekaisaran. Orang-orang Kristen menolak untuk menyembah kaisar sehingga mereka dianggap pemberontak. Para pembela seperti Justin Martyr menyatakan bahwa pemerintah harus dihormati (Roma 13: 1-7) dan ia menunjukkan bahwa orang-orang Kristen adalah warga negara teladan yang membayar pajak dan mematuhi hukum sipil, tetapi mereka tidak dapat mengenali Caesar sebagai Tuhan karena Yesus satu-satunya Tuhan yang pantas disembah. Karena itu, Justin meminta pihak berwenang untuk tidak menghukum orang Kristen dengan alasan berita palsu.
Kedua, gereja pertama kali dituduh sebagai ateis atas dasar penolakan mereka untuk menyembah dewa-dewa Romawi. Contohnya adalah Polikarpus, uskup Gereja di Smyrna, yang ketika ia berusia delapan puluh tahun dihakimi di hadapan Kaisar Markus Aurelius dengan dakwaan sebagai ateis. Kaisar tidak ingin menjadikan martir uskup yang disegani, berusaha mencari celah untuk membebaskannya. Saat mengadili Polikarpus di tengah arena yang dipenuhi oleh warga Romawi, Markus Aurelius berjanji untuk mengampuni Polikarpus dengan satu syarat, yang menyangkal iman Kristennya dengan mengatakan, "Singkirkan para ateis!" Anda ateis! "Kaisar menjadi jengkel dan menghukum Polikarpus mati di tempat yang sama. Justinus Martyr, yang juga terbunuh pada masa pemerintahan Markus Aurelius, menulis dalam buku Permintaan Maaf bahwa orang-orang Kristen bukanlah ateis, tetapi mereka yang benar-benar percaya pada Tuhan, yang menerima keberadaan Tuhan yang berdaulat dan berdaulat serta menolak politeisme bangsa Romawi.
Tuduhan ketiga dan keempat muncul sebagai akibat dari desas-desus tentang pertemuan rahasia Kristen yang diadakan di tempat-tempat seperti kuburan bawah tanah. "Perjamuan Tuhan" (di mana gereja mula-mula makan bersama, termasuk Perjamuan Tuhan, karena pernyataan mereka adalah satu kesatuan dengan Kristus dan yang lainnya) melahirkan kisah tentang praktik inses dan pelanggaran lainnya. Tuduhan terbaru datang dari perayaan Ekaristi itu sendiri. Orang-orang Kristen mula-mula dituduh sebagai kanibal. Dikabarkan bahwa dalam pertemuan-pertemuan itu orang-orang Kristen memakan daging manusia dan meminum darah manusia. Para pembela menanggapi dakwaan ini dengan menjelaskan Sakramen Perjamuan Tuhan dan memohon kepada pemerintah untuk memeriksa kebenaran berita sebelum mengutuknya.
Selain tuduhan-tuduhan ini, orang-orang Kristen juga dianggap sebagai orang yang terbelakang secara intelektual, terutama karena doktrin Tritunggal nampaknya menjadi kontradiksi di mata para filsuf Yunani. Pada waktu itu, ide-ide Plato dan Stoa mendominasi, dan para filsuf menuduh orang Kristen sebagai penulis mitos. Salah satu contoh konflik ini dapat dibaca dalam Kisah Para Rasul 17, sebuah kisah terkenal tentang Paulus di bukit Mars.
Itu adalah tentang deskripsi pertahanan iman dalam tiga abad pertama Kekristenan. Para filsuf Yunani menuduh orang Kristen bertentangan dan juga menentang konsistensi doktrin seperti Inkarnasi atau Kebangkitan. Para pembela iman mula-mula menanggapi dengan baik tuduhan itu.
Selama berabad-abad, gereja dihadapkan dengan tugas mengklarifikasi fakta yang ia yakini dari pandangan menyimpang. Disiplin apologetika tidak hilang pada abad kedua; tetapi berlanjut hingga hari ini. Setiap saat, di mana pun agama Kristen tumbuh dan berkembang, pandangan menyimpang, kesalahpahaman, dan bahkan tuduhan jahat selalu disertai. Oposisi terhadap Kekristenan akan terus memfitnah Kekristenan sebagai pelaku kejahatan (ini jelas dinyatakan dalam I Petrus 3:16), oleh karena itu, para pembela Kristen harus terus waspada untuk melawan tuduhan palsu ini.




[1] Penerjemah: Ming Chen, dari Sproul, RC, Defending Your Faith, 2003, Crossway Books

ISUE-ISUE KONTEMPORER TEOLOGIA PERJANJIAN LAMA TENTANG DOSA DALAM PRESPEKTIF PERJANJIAN LAMA

PEREMPUAN MASALAH KEPEMIMPINAN TEOLOGI TENTANG

DOSA   DALAM PRESPEKTIF USIA LAMA 




TUGAS AKHIR



               Ev. Matius Sobolim, M. Th

Oleh:
Matthew Sobolim
NIM: 16.047

Diserahkan ke:
Dosen: Dr. Ferdinan S. Manafe




INSTITUTE DOKTER INDONESIA
BATU, 27 JAN UARI 2019



BAB I
PENDAHULUAN

Dosa adalah semua tindakan, perasaan, atau pikiran yang tidak sesuai dengan hukum Allah. Ini termasuk melanggar perintah-perintah Allah dengan melakukan apa yang salah dengan Allah. Alkitab juga mengatakan bahwa mereka yang menahan diri untuk tidak melakukan kebenaran juga adalah orang berdosa. Dalam bahasa asli Alkitab, dosa mengatakan "miss from target", atau target. Sebagai contoh, sekelompok tentara Israel pada zaman kuno sangat pintar melemparkan batu dan "tidak pernah ketinggalan". "Never miss" bisa berarti "tidak pernah berdosa". (Hakim 20:16) Jadi, jika seseorang kehilangan, atau gagal, patuh pada hukum Allah yang sempurna, ia berdosa. Dosa melampaui kasih Allah atau sesama manusia. Dosa menghasilkan gangguan pada hubungan antara manusia dan Tuhan. Dosa , karena cinta manusia untuk dirinya sendiri . Jauhi hadap an Allah. D an b erbuat dosa yang tidak sesuai dengan kehendak ALLAH , baik melalui pikiran, perkataan, perbuatan secara aktif . [1]  
   Kemudian, dosa dapat diuji dalam banyak cara. Salah satunya adalah pendekatan empiris atau induktif . Seseorang dapat mengamati kekuatan manusia modern atau cara hidup dalam Alkitab, kemudian menarik kesimpulan tentang perilaku mereka dan sifat dosa. Dalam hal ini, karakteristik umum dosa disimpulkan dari berbagai contoh kasus. Pendekatan kedua disebut paradicma. Penulis dapat memilih satu jenis dosa tertentu (satu istilah untuk dosa), kemudian mengulanginya sebagai contoh umum dosa. Kemudian menganalisis jenis-jenis dosa lain atau istilah-istilah Alkitab lainnya dengan merujuk pada model utama ini dan menerapkannya sebagai variasi atau penjelasan dari paradigma kita. Pendekatan ketiga berangkat dari mempertahankan semua istilah dalam Alkitab yang mengarah pada dosa. Karena itu, akan ada berbagai makna. Konsep-konsep ini kemudian diselidiki untuk menemukan elemen-elemen penting dari dosa. Faktor mendasar ini kemudian dapat digunakan sebagai pusat perhatian dalam belajar dan memahami sifat kasus-kasus dosa tertentu. Pendekatan ini akan digunakan sebagai pendekatan utama dalam diskusi ini nanti. [2]





BAB II
DOSA DI AGE OF AGE



TERMINOLOGI DOSA
Alkitab menggunakan beberapa istilah untuk dosa. Kata Ibrani yg paling umum adalah khatta't khatta't d a l a m berbagai bentuk dari akar kata yg sama, ' awon , ' awon pesya pesya ` ra `; `ra`; dan kata-kata Yunani adalah hamartia, hamartema, parabasist, paraphoma, poneria, anomias , dan para adikas . hamartia, hamartema, parabasis, paraphoma, poneria, anomias dan adikia . Ada perbedaan makna yang terkandung dalam setiap istilah yang mencerminkan berbagai aspek, dan dari sana orang mengenali dosa. Dosa adalah kegagalan, kebingungan atau kesalahan, kejahatan, pelanggaran, ketidaktaatan, ketidakadilan atau ketidakadilan. Dosa itu jahat dalam segala bentuknya. Kata benda Ibrani פשע - pesya ' , pê'-syïn-'ayin , pê'-syïn-'ayin , berasal dari kata kerja dengan akar kata yang sama dengan פשע - pyaya' senantiasa berusaha dengan tindakan memberontak, melawan, mencoba . Dengan demikian, dosa dalam arti pes - pesya 'adalah dosa yang terkait dengan pemberontakan, perlawanan, pertentangan dengan otoritas, baik untuk manusia maupun dengan Tuhan. [3]        
Dosa menggambarkan Alkitab sebagai pelanggaran hukum Allah dan pemberontakan terhadap Allah (Ulangan 9: 7; Yosua 1:18). Dosa datang dari Lucifer, "Bintang Timur, Putra Fajar," yang paling indah dan perkasa dari semua malaikat. Karena tidak puas, ia ingin menjadi Allah yang Mahatinggi dan ini menyebabkan kejatuhannya, serta awal dari dosa (Yesaya 14: 12-15). Dengan nama baru, Setan membawa dosa kepada umat manusia di taman Eden ketika dia mencobai Adam dan Hawa dengan godaan yang sama, "Kamu akan menjadi seperti Allah." Kejadian 3 menjelaskan pemberontakan mereka melawan Allah dan perintah-Nya. Sejak saat itu dosa diturunkan ke semua generasi umat manusia dan kita, sebagai keturunan Adam, mewarisi dosa darinya. [4]

DOSA DALAM WAKTU
Dosa dal am PL adalah apa yang tidak dapat diterima bagi Allah, atau umat manusia; tidak boleh tidak menaati Allah atau pemberontakan terhadap-Nya seperti yang dinyatakan dalam (1 Raja-raja 8:50); dan tidak bisa disamakan dengan kejahatan, yang merupakan pelanggaran masyarakat. Apa pun yang salah dalam hubungannya dengan Allah adalah dosa . Pada saat dosa masuk ke dalam dunia, murkalah Allah di nyatakan (Kej. 3:24) dan dijelaskan bahwa fakta kematian akhirnya harus dikaitkan pada dosa (Kej. 2:17).
Dosa telah ada di alam semesta sebelum Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa. Ini terbukti dari hadirnya teaser di Taman Eden dengan godaannya. Tetapi Alkitab tidak memberikan bukti tentang kejatuhan Setan dan para malaikatnya ke dalam dosa, kecuali asal mula dosa dalam hubungannya dengan manusia. Gen 3 menggambarkan jalannya pencobaan . Serangan Setan diarahkan terhadap integritas dan kebenaran Allah (Kej. 3: 4). Dan silat katanya y an g meyakinkan Hawa adalah, bahwa Hawa bersama suaminya akan menjadi sama seperti Allah, yakni akan mengenal y an g baik dan y an g jahat (Kej 3: 5). Kepada keinginan durhaka inilah perhatian Hawa dipusatkan, dan secara khusus dalam tanggapannya terungkap bisikan, 'Pohon itu menarik hati karena memberi pengertian', y an g justru adalah tahapan menuju aib dan kemurtadan dalam hati dan pikiran Hawa. Reaksi Hawa menunjukkan bahwa Setan berhasil memulai kepercayaan Hawa, dan bahwa Hawa menegaskan klaim Setan terhadap kebenaran Allah. Reaksi itu juga menunjukkan bahwa Hawa ingin menjadi seperti Allah tahu y an g baik dan y an g jahat. [5]  

ADAM PERTAMA ADALAH PENYEBAB DOSA
Ini adalah kondisi yang disebut asal dosa . Sama seperti kita mewarisi karakteristik fisik orang tua kita, kita mewarisi sifat dosa Adam. Raja Daud menyesali sifat kejatuhan manusia dalam Mazmur 51: 7 "Memang, karena kesalahan aku lahir, dalam ketelanjangan ibuku." Jenis dosa lain juga dikenal sebagai "dosa yang diperhitungkan". Dalam dunia finansial dan hukum, kata Ibrani yang diterjemahkan ke dalam Impor berarti mengambil sesuatu dari orang lain dan membawanya ke orang lain. Sebelum hukum Musa diberikan, dosa tidak diperhitungkan kepada manusia meskipun manusia tetap berdosa karena dosa asal. Kemudian, tindakan manusia sendiri atau bersama yang menyimpang dari kehendak dan hukum Allah. Tindakan ini menyebabkan keberdosaan. Orang berdosa tidak bisa menyelamatkan diri dari kuasa dosa. Karena Israel ditunjuk sebagai jalan keluar, mengorbankan dosa dan persembahan bersalah. [6] Jenis keinginan atau keinginan disorot untuk melacak asal-usul dosa. Hawa memberikan tempat kepada Iblis, y an g hanya dapat diduduki Allah saja. Hawa menyetujui serangan Iblis y an g bersifat paling menghujat atas kedaulatan Allah. Hawa menginginkan bagi dirinya sendiri hak-hak istimewa Allah. Dalam kesediaannya berbincang-bincang dengan penggoda, dalam ketiadaan niatnya menolak saran-saran penggoda yg demikian kasar dan lan s ung, dalam persetujuan hatinya secara diam-diam terletak tahapan langkah-langkahnya y an g mendahului tindakannya memakan buah terlarang itu. [7]  
Di situlah asal mula dosa dan sifat asli. Dosa tidak dimulai pada tindakan y an g terang-terangan; dosa datang dari hati dan pikiran . Rattle of heart mengungkapkan dirinya dalam tindakan melanggar perintah Tuhan; Adam dan Hawa pertama-tama menyimpang dari Tuhan, kemudian mereka melakukan pelanggaran nyata. Mereka tersapu oleh keinginan mereka sendiri dan dicobai. Bagaimana ini bisa terjadi dalam kasus mereka, itulah rahasia asal mula dosa. Beban dosa dari dosa pertama muncul dalam fakta bahwa dosa menghujat kedaulatan Allah dan perintahnya dalam hal kekuatan, kebaikan, kebijaksanaan, keadilan, kesetiaan, dan kasih karunia. Pelanggaran berarti membuang kekuasaan Allah, meragukan kebaikan hatiNya, meneng ing kari hikmat-Nya, menolak keadilan-Nya, memutarbalikkan kebenaran-Nya, dan menghinakan kasih karunia-Nya. Lawan dari semua kesempurnaan Allah adalah dosa. Dan menentangnya adalah sifat dosa yang konstan. Kata Ibrani tentang membalikkan fakta tentang asal mula adalah membalik atau memelintir, menekuk, atau menekuk (Yesaya 21: 3). [8]

KONSEKUENSI BERBAHAYA
Sebagai akibat dari dosa pertama Adam dan Hawa implikasi untuk Penghancuran.  Bukti Alkitab memberikan dasar untuk celaan, bengkok, dan salah. Kerusakan dalam bahasa (Inggris: Kerusakan ).  Dengan demikian, kejahatan adalah tidak adanya kebenaran asli dan cinta ilahi Tuhan, termasuk polusi moralitas manusia dan kecenderungan untuk melakukan kejahatan. Baik Alkitab maupun pengalaman manusia tidak menegaskan ketidakmurnian ini. Alkitab mengajarkan bahwa setiap orang harus dilahirkan kembali menunjukkan bahwa gangguan ini hadir untuk semua orang. Penipisan yang Luas: Alkitab menjelaskan bahwa sifat manusia telah sepenuhnya hancur. Terlepas dari demokrasi, ajaran "kejahatan komprehensif" mudah untuk merangkum kesalahpahaman dan salah tafsir. Penting untuk mengetahui apa yang tidak dimaksudkan sebagai ketidaktaatan total dalam Alkitab dan apa artinya. Dari sudut pandang negatif, kerusakan total berarti bahwa orang berdosa sama sekali tidak memiliki sifat yang disukai manusia; dilakukan oleh orang berdosa, atau berakhir dengan dosa; atau orang berdosa sangat membenci Tuhan.  Dari sudut pandang Positif, kerusakan total berarti bahwa setiap orang berdosa tidak dapat mengasihi Allah seperti yang disyaratkan oleh Hukum (Ulangan 6: 4-5). [9] Dosa Adam dan Hawa bukanlah peristiwa y an g berdiri sendiri tanpa kaitan. Konsekuensi dari mereka, keturunan mereka dan dunia segera muncul. Kebusukan y an g ditimbulkan dosa dan y an g dalamnya semua manusia lahir ke bumi, adalah kebijakan keterhisaban manusia langsung terlibat dalam dosa Adam. Daud dengan akurat menyimpulkan, 'Memang, dalam pelanggaranku aku dilahirkan, dalam pelanggaran ibuku dikandung' (Mzm 51: 7). Dan sebagaimana adanya, Tuhan Yesus berkata, 'Apa yang dilahirkan dari daging, adalah daging' (Yoh 3: 6).  
Kesaksian Alkitab tentang salib yang tidak fleksibel yang rata dan menyeluruh jelas. Kej 6: 5; 8:21 menetapkan bobot dan kualitas 'kejahatan besar manusia di bumi dan kecenderungan hatinya untuk selalu menghasilkan kejahatan', dan 'hati jahatnya'. Kutipan ini dengan jelas menyatakan kecenderungan manusia untuk berekspresi tentang penggunaannya dalam Alkitab adalah wajar dan tepat, untuk mengekspos sifat keingintahuan manusia. Dakwaan Kej Adian 6: 5 tidak dibatasi pada zaman pra Air Bah saja, dan ini jelas dari ( Kej Adian 8:21 ) . Justru sifat 'ke ber dosaan' itu sudah kokoh, mantap dan berlangsung terus. Karena itu t id ak satu pun upaya manusiawi akan mampu mengobatinya. Seseorang tidak dapat menghapus kesaksian yang terukir dalam pernyataan Allah ini. T id ak ada kemungkinan lain kecuali bahwa fakta kebusukan hati itu adalah bersifat menyeluruh, baik dilihat dari kehebatan bobotnya maupun dari luasnya. Fakta itu mencakup hati manusia y an g paling hakiki dan merupakan ciri khas dari karakter manusia.

Kesepakatan Alkitab berikutnya tentang "dosa" manusia adalah sama. Yahweh menyelidiki hati dan menguji batin manusia (bnd Yer 17:10), dan hasilnya, 'Betapa liciknya hati, lebih licik dari segala sesuatu, hatinya sudah membatu: siapakah y an g dapat mengetahuinya?' (Yer . 17: 9). Rasul Paulus dalam Rm 3: 10-18 mengutip beberapa nas PL, khususnya Mzm 14 dan 53, di mana ditampilkan tuduhan-tuduhan y an g paling berat terhadap manusia. Tidak ada y an g terkecuali ! Ini jelas terlihat bagus baik dalam konteks maupun dalam dugaan itu sendiri. Ay at -ay at y an g menyusul R o m a 3: 9 memperkuat kenyataan bahwa baik orang Yahudi maupun orang Yunani mereka semuanya adalah sama dan sama-sama di bawah kuasa dosa. Ay at -ay at itu juga menunjukkan betapa busuknya hati akibat dosa. Oleh pernyataan 'tidak ada yg benar, seorang pun tidak' dan pernyataan-pernyataan berikutnya, maka dari sudut mana pun manusia dilihat, dirinya secara menyeluruh alpa total akan apa y an g baik atau berkenan di mata Allah.

Karena Dosa Pemberontakan Manusia terhadap Tuhan . Ada sejumlah kata PL yang menggambarkan dosa sebagai pemberontakan, suatu gagasan yang agak menonjol dalam pemikiran Ibrani. Istilah paling umum dari kata-kata ini adalah Pasha Pasha dari Pasha Pasha . Kata-katanya sering diterjemahkan sering sebagai kata sifat; tetapi pengertian dasarnya adalah pemberontakan. [10] Perubahan sikap Adam dan Hawa terhadap Allah menunjukkan pemberontakan yang terjadi dalam hati mereka. 'Sembunyikan pria dan istrinya terhadap Tuhan Yahweh, diantara pohon-pohon di taman' (Kej 3: 8), dan 'tutupi dirinya dengan tali' (Kej 3: 7). Padahal manusia diciptakan untuk hidup di hadapan Tuhan dan bersekutu dengan-Nya. Tetapi sekarang mereka jatuh dalam dosamereka takut bertemu Tuhan. Makarasa malu dan ketakutan yang sekarang merajai hati mereka (bnd Kej 2:25; 3: 7,10) menunjukkan bahwa perpecahan sudah terjadi. 
 
Karena Dosa dan Sikap Tuhan terhadap Manusia . Perubahan tidak hanya terjadi pada sikap manusia terhadap Tuhan, tetapi juga dalam sikap Tuhan terhadap manusia. Penghakiman, hukuman, kutukan, dan penggusuran dari Taman Eden, semua ini menandakan perubahan. Dosa datang di satu sisi, tetapi konsekuensinya melibatkan kedua belah pihak. Dosa menyebabkan kemarahan dan penyesalan Allah, dan itu harus terjadi karena dosa sepenuhnya bertentangan dengan sifat Allah. Tidak mungkin bagi Allah untuk berbuat dosa, karena tidak mungkin bagi Allah untuk menyangkal diri-Nya.

Hasil dosa ditransmisikan ke seluruh umat manusia . Sejarah manusia berikutnya merangkum daftar kejahatan (Kej. 4: 8, 19, 23, 24; 6: 2, 3, 5). Dan tulah jahat yang mewabah akhirnya berakhir dalam kehancuran umat manusia, menyelamatkan 8 orang (Kej. 6: 7, 13; 7: 21-24). Jatuh ke dalam dosa adalah permanen dan komprehensif, tidak hanya untuk Adam dan Hawa, tetapi juga untuk semua keturunan mereka; dalam kasus dosa dan kejahatan terkandung dalam solidaritas manusia, terlibat langsung dalam tindakan dosa dan menanggung semua konsekuensi. Dosa tidak pernah merupakan pelanggaran yang disengaja. Setiap keinginan untuk melakukan kejahatan lebih busuk daripada kejahatan itu sendiri. Perbuatan dosa adalah pertanda dari hati yang berdosa (Ams 4:23; 23: 7). Itu selalu merupakan dosa yang selalu melibatkan sakit hati, pikiran, keegoisan dan kemauan. Ini benar karena terbukti dalam peristiwa dosa pertama, dan berlaku untuk semua tindakan dosa. Karena dosa Adam digulingkan dan dikenakan pada semua keturunannya, semua manusia terlibat langsung dalam gelombang pasang. Bila tidak, maka dosa Adam menjadi tanpa arti, demikian juga pertanggungan dan keterhisaban itu akan tinggalcerita. Maka dapatlah dimengerti penegasan Paulus, 'Oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa' (Roma 5:19).

Karena Dosa Alam Semesta : Konsekuensi jatuh ke dalam dosa meluas ke alam semesta. "Terkutuklah negeri ini untukmu" (Kej 3:17; bnd 8:20). Manusia adalah mahkota dari semua ciptaan, diciptakan menurut gambar Allah, dan karenanya adalah wakil Allah (Kej 1:26). Bencana kejatuhan manusia ke dalam dosa mendatangkan bencana laknat atas alam semesta, yang atasnya manusia telah dikaruniai kekuasaan. Dosa adalah suatu peristiwa di bidang manusia, tetapi hasilnya adalah penguasa seluruh alam semesta. [11]
Akibatnya Dosa Manusia menderita karena Kematian. Kematian adalah ringkasan dari hukuman karena dosa. Inilah peringatan yang bertalian dengan larangan di Taman Eden (Kej 2:17), dan merupakan pengejawantahan langsung kutuk ilahi atas orang berdosa (Kej 3:19). Maut sebagai gejala alamiah, adalah porandanya unsur-unsur kedirian manusia yang pada asalinya adalah utuh dan padu sejalin. Esai ini menggambarkan fakta kematian, yaitu perpisahan, dan jelas terungkap dalam pemisahan manusia dari Tuhan, yang dimanifestasikan dalam penggusuran manusia dari Taman Eden. Karena dosa, orang takut mati.

TANGGUNG JAWAB ATAS DOSA
Karena dosa adalah sikap menentang Allah, maka Allah t id ak bisa 'membiarkan dosa dengan sikap acu tak acuh terhadapnya. Tuhan bertindak menentangnya. Dan tindakan-Nya y an g khusus adalah murka-Nya. Alkitab akan berulang kali menyebutkan murka Allah, untuk mendorong kita memperhitungkan fakta dan anti-murka. P erjanjian L ama menggunakan beberapa istilah untuk murka. Ketentuan b a h asa Ibrani yg paling sering digunakan adalah ' af af dalam arti marah, dan kharon' af kharon 'af untuk mengungkapkan kehebatan murka Allah ( Bangsa Israel Membuat Patung Emas dan menyembah kepadanya ( Kel 4:14 ) ; Tidak mengikuti perintah Allah dengan sepenuh hati St. 32:12 ). 

Orang-orang Israel memberontak untuk makan dengan cara yang tidak masuk akal. Jadi terimalah itu bukan dengan hormat, tetapi dengan sikap menyerah. Hal ini menjadi dosa terhadap Allah ( Bil . 11:10; 22:22 ) ; Pemberontakan Akhan membuat Allah Murkah bangkit dan menjatuhkan hukuman yang tak kenal ampun ( Yos 7: 1 ) ; (Ayub 42: 7 ) ; Allah mengangkat tangannya terhadap orang-orang yang tidak saleh ( Mzm 21: 9 ) ; Yes 10: 5; Nah 1: 6; Zep 2: 2); kata hema hema juga berulang-ulang digunakan (bnd Ul 29:23; Mzm 6: 2; 79: 6; 90: 7; Yer 7:20; Nah 1: 2); (lih. Pt 78:49; Yes 9:19; 10: 6; Ez 7:19; Hos 5:10) dan qetsef qetsef (lih. Ul 29:28; Mzm 38: 1; Yer 32:37; : 2) sering digunakan dan perlu disebutkan; juga za'am yang melahirkan kemarahan (lihat Mz 38: 4; 69: 25; 78:50; Yes 10: 5; Ez 22:31; Nah 1: 6). Jadi, jelas terlihat bahwa dalam PL banyak ay at tentang dosa yang menimbulkan murka Allah. Sering beberapa istilah sama-sama tampil dalam satu ay at untuk menguatkan dan meneguhkan pikiran y an g dilukiskannya. Istilah-istilah itu sendiri mengandung kehebatan pada dirinya dan dalam susunan kalimat di mana kata-kata itu dipakai, untuk mengungkapkan ketidaksenangan y an g membara, rasa murka y an g menyala-nyala dan pembalasan y an g kudus.        
Karena itu murka Allah adalah suatu pernyataan y an g sungguh, dan bahasa serta ajaran Alkitab mengukirkan ke dalam hati manusia kesungguhan tersebut y an g menjadi ciri khasnya. Ada tiga hal pokok y an g perlu diketahui. Pertama, murka Allah janganlah diartikan dalam bentuk dan sifat kemarahan y an g kalap tidak menentu, seperti lazimnya kemarahan manusia. Murka Allah adalah rasa tidak senang atas dasar pertimbangan y an g benar-benar matang dan tegas dituntut oleh kekudusan-Nya. Kedua, murka Allah tidak harus ditafsirkan sebagai didorong oleh balas dendam, tetapi kemarahan orang - orang kudus; t id ak ada sekelumit pun sifat kedengkian dalamnya. Murka Allah bukanlah permusuhan y an g timbul dari hati y an g busuk, melainkan kebencian y an g benar dan pada tempatnya. Ketiga, itu tidak bisa menurunkan murka Allah ke pengadilan. Murka Allah adalah pengejawantahan positif dari ketidakpuasan, tepat seperti apa y an g menyenangkan hati Allah memberikan kepuasan kepada-Nya. Janganlah meniadakan dari Allah apa y an g kita sebut perasaan hati. Murka Allah memiliki padanannya dalam hati manusia, y an g terungkap sempurna dalam teladan hidup Yesus sendiri (bnd Mrk 3: 5; 10: 14).

Justru t impul tanggung jawab karena dosa adalah murka Allah. Dan karena dosa t id ak pernah tanpa oknum persona l , tapi justru dalamnya, dan pelakunya, yakni oknum persona l itu, maka murka Allah tertuang dalam ketidaksenangan y an g tertuju kepada manusia; Manusia adalah objek kemarahan kita. Siksaan y an g bersifat hukuman y an g diderita manusia adalah ekspresi murka Allah. Rasa bersalah dan siksaan adalah cerminan kesadaran kita akan ketidaksenangan Tuhan. Bobot inti kebinasaan terakhir adalah siksaan y an g tak berbatas akibat murka Allah (bnd Yes 30:33; 66:24; Dan 12: 2; dan dalam Perjanjian Baru M a rk us 9:43, 45, 48).

KONTINUITAS AGAMA DOSA ADAM AGAMA
KE   DALAM  ZAMAN PERJANJIAN BARU MASA KINI
Perjanjian Baru juga memandang dosa Adam sebagai dosa pemberontakan dan perselingkuhan. Istilah yang paling umum adalah kata benda apeiqeia apiteia dengan kata kerja yang terkait dengan mereka apqetew dan kata sifat apeiqh apeites secara keseluruhan istilah ini digunakan 29 kali. Dalam kedua kasus Roma 1:30 dan 2 Timotius 3: 2, istilah-istilah ini menunjukkan ketidakadilan kepada orang tua, tetapi lebih banyak mengacu pada kedaulatan Allah. Orang Israel pada masa Musa gagal memasuki tanah perjanjian karena ketidaksetiaan mereka kepada Allah (Ibrani 3:18; 4: 6). [12]

Paulus menegaskan bahwa dosa Adam dikutuk untuk semua umat manusia . Dosa pertama, dosa Adam, dosa Adam memiliki arti dan dampak khusus bagi seluruh umat manusia. ( R o m a 5:12, 14-19 dan 1 Kor 15:22 ) memberi penekanan pada pelanggaran y an g satu itu oleh manusia y an g satu itu, dan hanya karena pelanggaran y an g satu itulah dosa, hukuman dan maut memerintah dan membanjiri seluruh umat manusia. Dosa itu disebut 'seperti y an g telah dibuat oleh Adam', 'pelanggaran satu orang', 'pelanggaran', 'ketidaktaatan satu orang' (R o m . 5:14, 15, 16, 19). Jelas, pelanggaran pertama Adam. Jadi frasa dalam Roma 5:12 'karena semua orang telah berbuat dosa', menunjukkan dosa semua umat manusia dalam dosa Adam. Itu tidak menunjuk pada dosa-dosa nyata seluruh umat manusia, terutama ketidaktahuan manusiawi yang melekat. Selanjutnya, kalimat dari ay at. 12 tadi jelas menyatakan bagaimana 'semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut' (ay . 15) . [13]

Roma 5:12 menyatakan bahwa melalui Adam dosa memasuki dunia dan maut ditanggungkan kepada semua orang karena "upah dosa adalah maut" (Roma 6:23). Melalui Adam, kecenderungan untuk melakukan dosa memasuki manusia dan manusia untuk menjadi orang berdosa. Ketika Adam berdosa, sifatnya diubah oleh dosa dan pemberontakannya menghasilkan kematian dan kejatuhan rohani yang diwahyukan kepada semua manusia yang dilahirkan setelahnya. Manusia adalah orang berdosa bukan karena mereka bersalah; Mereka berdosa karena mereka adalah orang berdosa. (R o m a . 14:23). Maka penyembahan berhala adalah dosa utama (R o m. 1:23). Ada satu kata Yunani dalam PB yang memiliki arti ketinggalan dari gawang (Yohanes 8:46; Rm 5:12).

Kata lainnya adalah pelanggaran hukum (2Kor. 6:14) atau kerusakan moral (1Yohanes 3:12) Semua orang tunduk pada dosa dan penghujatan dan bukan   iman (Rm. 5:12) Situasi ini tidak dapat diubah dengan upaya manusia R o m. 7) dan hanya atas inisiatif Allah sendiri perubahan dapat terjadi (Yohanes 3: 3). Pada dasarnya dosa dikalahkan oleh kehidupan, kematian, dan kebangkitan Yesus, dan kita dilepaskan dari kuasa-Nya yang dicekik oleh persekutuan kita dengan Kristus dalam iman dan baptisan. dan 1 Tim 2:14 berkomentar tentang pencobaan (Yak 1: 13-14). dan 1 Tim 2:14 berkomentar tentang pencobaan (Yak 1: 13-14). Sebagai rangkuman: setiap orang terperangkap dalam pengetahuan tentang kebenaran Allah, termasuk bangsa-bangsa lain, yang tidak pernah menerima wahyu Allah secara khusus. Kegagalan untuk mempercayai Rahmat Ilahi, khususnya ketika disampaikan kepada publik dan khususnya, disebut ketidaktaatan atau pemberontakan: Setiap orang yang tidak mematuhi raja ditangkap oleh musuh. Jangan menuruti firman Tuhan. [14]


ADMINISTRATIVE ADMINISTRATIVE ASSEMBLY {RESCUE}
Kendati dosa Adam pertama adalah hal ihwal y an g sangat menyedihkan, Alkitab menawarkan pengharapan dan optimisme menghadapinya. Inti berita Alkitab adalah prakarsa akbar Ilahi mengatasi dosa, yaitu rencana Allah menyelamatkan manusia y an g berpusat pada Tuhan Yesus Kristus, Adam yg terakhir, Anak y an g Kekal, Juruselamat manusia. Dosa dikalahkan oleh karya kelahiran Kristus yang ajaib, ketaatan-Nya yang benar kepada Allah, terutama kematian-Nya di kayu salib, kebangkitan-Nya, kenaikan-Nya ke surga ke tangan kanan-Nya, pemerintah-Nya atas sejarah umat manusia dan kedatangan- nya y an g kedua kali dengan penuh kemuliaan. Kuasa penyitaan dosa sudah dibinasakan, tuntutannya y an g sadis dan aneh ditelanjangi, kedok siasat najisnya dibuka dan dibuang, akibat-akibat dari kejatuhan Adam dibungkamkan, diimbangi dan diimbali, sehingga kehormatan dan keakbaran Allah diperbolehkan dan dikukuhkan, kekudusan-Nya dimantapkan, dan Kemuliaan Dia sangat lebar. Itu adalah perintah Alkitab dalam Alkitab, Allah dalam Kristus telah mengalahkan dosa!

 Dampak dari penaklukan itu dinyatakan dalam kehidupan umat Allah, mereka yang dengan iman kepada Yesus Kristus dan karya penyelamatannya yang sempurna, dibebaskan dari kesalahan dan hukuman dosa. Dan mereka mengalami penaklukan dosa melalui penyatuan mereka dengan Kristus. Proses pengalaman ini akan mencapai puncaknya di hari-hari terakhir , ketika Kristus dalam kemuliaan-Nya datang untuk kedua kalinya. Pada saat itu umat Allah akan dikuduskan dengan sempurna, dosa akan dihapus dari ciptaan Allah, dan langit dan bumi baru akan menjadi kenyataan di mana kebenaran harus diterapkan.

BAB III
KESIMPULAN
Sebagai akibat dari dosa pertama Adam, Tuhan mengadakan permusuhan timbal balik antara Iblis dan Perempuan itu. Antara Adam dan semua ciptaan di bumi dikutuk (Kejadian 3: 15-20). Setiap orang ada dalam dosa Adam. Kesimpulan itu juga y an g harus diambil dari 1 Kor 15:22 'di dalam Adam semua orang mati'. Kematian adalah upah dosa, dan konsekuensi dari dosa (Rm. 6:23). Karena semua mati di Adam, penyebabnya adalah karena semua dosa di Adam.
Menurut Alkitab, jenis solidaritas pada keterhisaban dengan Adam, y an g menjelaskan segenap umat manusia terhisab dalam dosa Adam, sama dengan jenis solidaritas dengan Kristus, yakni terhisab dalam karya penyelamatan Kristus bagi semua orang y an g dipersatukan dengan Dia. Deskripsi tentang keselarasan antara Adam dan Kristus dalam Rm 5: 12-19; 1 Kor 15:22, 45-49 menjelaskan jenis hubungan y an g sama antara kedua tokoh itu dengan manusia. Kita tidak perlu mendalilkan sesuatu kenyataan dalam hal Adam dan umat manusia melebihi apa y an g kita jumpai dalam hal Kristus dan umat-Nya. Kristus adalah Kepala y an g mewakili umat-Nya. Kekepalaan demikianlah y an g mutlak mendasari solidaritas segenap umat manusia dalam keterhisabannya berdosa dalam dosa Adam. 

Kesejajaran Adam sebagai manusia pertama dengan Kristus sebagai Adam terakhir, menunjukkan bahwa kebijakan yg berlaku dan mendasari tercapainya perdamaian dalam Kristus, adalah sama dengan kebijakan y an g berlaku y an g menghisabkan manusia berdosa dan pewaris kerajaan maut.

Sejarah kemanusiaan dapat digambarkan sebagai sisi yang berlawanan: satu, kematian dan dua kutukan , hakim dan pembenaran kehidupan. Y an g pertama timbul dari kesatuan manusia dengan Adam, y an g kedua dari kesatuan dengan Kristus. Hanya kedua inilah sarana y an g ada, di dalamnya manusia hidup dan bergerak. Pemerintahan umat manusia Allah diatur dalam bentuk kedua belah pihak. Jika kita mengabaikan Adam maka kita tidak akan benar-benar mengerti Kristus. Semua y an g mati - mati di dalam Adam; semua y an g dihidupkan - dihidupkan di dalam Kristus.  











PELAJARI
______Buku: Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru dalam Terjemahan Baru, diorganisasi oleh: LAI Bible Society.
Jakarta, 2001
______Bible Karya Versi 07
E Brunner, Manusia Pemberontakan, R Niebuhr, Sifat dan Tujuan Manusia, 1941 dan 1943; J
Murray, 1939;
Imputasi Dosa Adam, 1959; G. C Berkouwer, Sin, 1971; W Gunther, W
Erickson J. Millard. Christian Volume Two Theology.  
            Malang: Gandum Mas. 2003
Duewel L Wesley. Keamanan Tuhan Yang Luar Biasa.
            Malang: Jayasan Pinta. 1995
Taylor S. Richard. Doktrin Suci.
Malang: Sekolah Menengah Nusantara, 1985
Plaisier Jan Arie. Manusia adalah Tuhan. Pasukan dalam Antropologi Kristen.
            Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002
Ryrie C. Charles. Teologi Dasar Panduan Populer untuk Memahami Kebenaran Alkitab.
            Yogyakarta, 1991
Thiessen C, Henry. Direvisi Oleh Dourksen D. Vernon. Sistem teologis.
            Malang: Gandum Mas, 200




[1] WRF Browning,Kamus Alkitab, Kamus Alkitab. Panduan Dasar Untuk We-Book, Tempat, Angka, dan Ketentuan Alkitab. (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), 84.
[2] Milliard J. Erickson,Volume Two Theology of Christianity(Malang: Wheat Mas, 2003), 159.
[3] Sarapan menurut Alkitab. Pendidikan Kristen / Perpustakaan Kristen. Definisi dosa:
[4] Ibid., Sarapan Alkitab.
[5] WesleyL. Duewel,Keamanan Besar Dari Allah(Malang: Jayasan Pinta, 1995), 12-13.
[6] Arie Jan Plaisier. Man, Gambar Tentara Allah dalam Antropologi Kristen(Jakarta: PT BPK Gunung Mulia), 54.
[7] Ibid., 14
[8] Millard J. EricksonVolume Two Theology of Christianity(Malang: Wheat Mas, 2003), 173.
[9] HenryC. Thiessen. Direvisi Oleh Vernon D. Doerksen,Teologisistimatika,(Malang:GourmetMas, Moulding, 2008), 293-294.  
[10] Millard J, Erickson,Volume Two Christian Theology(Malang: Wheat Mas, 2003),170.
[11] Opcit., Arie Jan Plaisier, 58
[12] Ibid, Millard J, Erickson, 171. 
[13] Opcit., Arie Jan Plaisier, 72.
[14] Ibid.,. Millard J. Erickson., 174.