Tuhan Yesus |
FINALITAS
KRISTUS SEBAGAI TUHAN DAN JURUSELAMAT
A. Yesus Kristus adalah Pusat dari
Kekristensan
Finalitas Kristus ada pada
diri-Nya sendiri dan tidak tergantung pada apapun juga, seperti teologi
Kristen, Pengakuan Iman Gereja, dan Apologetika Kristen. Walaupun hal itu
penting, namun finalitas Kristus melampui semuanya itu karena Dia Allah yang
Omniprence, Omnipotence, Omniscience dan Immutability. Maksudnya Finalitas
Kristus tidak tercipta di dalam proses waktu karena Ia adalah yang awal (Alfa)
dan yang akhir (Omega).
Jati diri Yesus sebagai
Tuhan dan Juruselamat ada karena Ia sendiri yang menyatakan-Nya. Yesus berkata
: “Tetapi apa katamu,
siapakah Aku ini?“ Maka jawab Simon Petrus: ”Engkau adalah Mesias, Anak Allah
yang hidup!“ Kata Yesus kepadanya: “Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab
bukan manusia yang menyatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga.“[36]
Jika kita mengaku sebagai
seorang Kristen, tetapi salah di dalam pengenalan kita akan Yesus, maka hal ini
akan berakibat fatal dalam keseluruhan hidup kita. Kefatalan ini akan
tersingkap di dalam hal bersikap, berpikir, berbicara dan bertingkah laku yang
tidak sesuai dengan prinsip-prinsip yang Yesus ajaran. Demikianpun dengan
penganut teologi religionum yang menolak finalitas Kristus sebagai Tuhan dan
Juruselamat satu-satunya. Walaupun Alkitab sudah jelas-jelas menyaksikan bahwa
Yesus Tuhan dan Juruselamat satu-satunya. Yesus berkata,
“Akulah Jalan dan Kebenaran
dan Hidup, tidak seorangpun datang kepada Bapa kecuali melalui Aku.”[37]
“Dan keselamatan tidak ada
di dalam siapapun juga selain di dalam Dia, sebab dibawah kolong langit ini
tidak ada nama lain. Yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat
diselamatkan.”[38]
Kaum Universalisme,
Inklusivisme, Relativisme dan Pluralisme, tetap saja menolak perkataan Yesus dan
kesaksian dari Lukas ini tentang keselamatan di dalam Yesus.
Penolakan kaum Teologi
Religionum terhadap finalitas karya Yesus ini nyata, seperti apa yang dikatakan
oleh Stanley Samartha (Teolog India),
“All Christian approaches
to other religions based on a theory of anonymous Christianity or cosmic
Christology.
Dan juga apa yang dikatakan
oleh Ioanes Rakhmat, yang memegang konsep sub-ordinasionisme dan menolak Yesus
Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat,
“Dengan adanya
sub-ordinasionisme fungsional di dalam Injil Yohanes, penulis Injil ini
(Yohanes) memandang figur “Anak Manusia” sebagai suatu “oknum” atau “hakikat”
adikodrati yang lebih rendah kedudukan-Nya dari Allah, yang dalam
ketaklukan-Nya kepada Allah menerima tugas pengutusan untuk turun ke dalam
dunia. Kedudukan Anak Manusia yang “lebih rendah“ ini menyiratkan bahwa oknum
“Anak Manusia“ itu adalah oknum atau suatu hakikat adikodrati yang terpisah dari
Allah.“
Apa yang tercatat di di
dalam Injil Yohanes justru tidak sama dengan apa yang dipaparkan oleh Ioanes.
Jadi mana yang salah, yach sudah jelas adalah Ioanes dan Alkitab itu tidak
salah di dalam penyataannya. Seluruh isi dari Injil Yohanes yang mempunyai
tujuan yaitu:
“Supaya kamu percaya, bahwa
Yesuslah Mesias, Anak Allah, dan supaya kamu oleh imanmu memperoleh hidup dalam
nama-Nya.“[41]
Jadi apa yang di duga oleh
Ioanes dan juga Hick bahwa Yesus Kristus bukan Tuhan dan Juruselamat menurut
Injil Yohanes adalah salah dan tidak sesuai dengan maksud atau tujuan dari
Yohanes sendiri sebagai penulis.
Jika kita membaca Injil
Yohanes justru kita akan menemukan konsep tentang ke Allahan Yesus Kristus
sebagai Tuhan dan Juruselamat. Misalnya apa yang tercatat di dalam:
“Karena begitu besar kasih
Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal,
supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh
hidup yang kekal.“[42]
“Kata Yesus kepadanya:
Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada
Bapa, kalau tidak melalui Aku.“[43]
Dan lebih jauh lagi penyataan
ajaran Yohanes tentang “Ego Emi“ yang diikuti predikat:
“Akulah Roti Hidup“[44]
“Akulah Terang Dunia“[45]
“Akulah Pintu“[46]
“Akulah Gembala yang baik“[47]
“Akulah kebangkitan dan
hidup“[48]
“Akulah Jalan Kebenaran dan
Hidup“[49]
“Akulah Pokok Anggur yang
benar“[50]
Setelah kita melihat tujuh
predikat “Ego Emi“ diatas, Injil Yohanes mencatat ada lagi “Ego Emi“ yang
tidak diikuti predikat, misalnya:
“Sebab jikalau kamu tidak
percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu.“[51]
“Apabila kamu telah
meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa ’Akulah Dia’“[52]
Perkataan di atas
menjelaskan bahwa Yesus sungguh-sungguh Tuhan dan Juruselamat. Jadi Yohanes
tidak pernah bermaksud mengajarkan supaya orang Kristen bersikap Universalisme,
Relativisme, Inklusive dan Pluralisme. Justru sebaliknya melalui Injil Yohanes
kita di ajar untuk Eksklusive di dalam mempertahan kebenaran Kristus yang
bersifat absolut,[53] mutlak dan Final.
B. Yesus Kristus adalah Pencipta
Firman Tuhan berkata bahwa
Yesus Kristus adalah Pencipta, Pemelihara dan Penopang alam semesta ini. Untuk
lebih jelasnya mari kita memperhatikan ayat-ayat yang menyatakannya:
“Segala sesuatu dijadikan
oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari
segala yang telah dijadikan.“[54]
“Ia adalah cahaya kemuliaan
Allah dan gambar wujud Allah dan menopang segala yang ada dengan Firman-Nya
yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia
duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat yang tertinggi.“[55]
Ayat-ayat di atas
menjelaskan kepada kita bahwa Yesus sungguh-sungguh Tuhan Pecipta. Jika Yesus
bukan Tuhan mengapa ia mau menerima sembah dari manusia, dimana sembah ini
layak ditujukan kepada Tuhan. Yesus menerima pujian dari Tomas dan bukannya Ia
menegur Tomas yang bimbang imannya. Dengan rasa hormat Tomas menyembah Yesus
dan berkata:
“Ya Tuhanku dan Allahku!
Kata Yesus kepadanya: Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya.
Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.“[56]
Yesus yang sama pula yang
menolak ketika Iblis menyuruh Dia untuk menyembahnya. Yesus mengusir Iblis itu
dan berkata:
“Engkau harus menyembah
Tuhan, Allahmu dan hanya kepada Dia sajalah engkau berbakti!“[57]
Jadi jika Yesus bukan Allah
tidak mungkin ia mau menerima penyembahan dari manusia dan dapat menghardik
Iblis agar tunduk kepada prinsip penyembahan yang benar.
Tokoh Pluralisme Asia yaitu
Choan Seng Song sangat tidak menyetujui jika orang Kristen menyembah Yesus
Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Karena bagi dia tindakan itu adalah
penyembahan kepada berhala.[58] Bagi Song Yesus sendiri bukan Tuhan dan
Yesus tidak pernah menyatakan diri-Nya Tuhan. Saya kira Song dan tokoh-tokoh
Inklusive-Relativisme (Paul F. Knitter, Lesslie Newbigin & Raimundo
Pannikar, dll) yang lainnya tidak mempercayai penyataan Alkitab yang bersifat
absolute (mutlak), khusus dan tidak ada salahnya dalam isinya (Infallibility).
Karena sudah jelas-jelas ayat-ayat yang kita bahas di atas menunjukan Yesus
Kristus itu Tuhan dan Juruselamat.
Para tokoh-tokoh teologi
Religionum ini selalu mempunyai presuposisi bahwa semua sejarah dalam dunia ini
adalah penyataan Allah dan kebenaran Allah, termasuk di dalamnya aspek
keselamatan. Dengan pandangan yang seperti ini mereka menganggap Yesus hanya
manusia biasa yang ada dalam sejarah dan tidak unik. Karena bagi mereka Yesus
sama dengan tokoh-tokoh dari pendiri agama yang lain. Mereka lupa bahwa
Yesus Kristus itu adalah Allah Pencipta.
Kita percaya bahwa Allah
ada di dalam sejarah dan diatas sejarah. Yang mengontrol sejarah dan yang
melampaui sejarah. Tokoh-tokoh teologi religionum tidak memisahkan antara
sejarah dunia sebagai bentuk Kronos dan sejarah kebenaran sebagai penyataan
Allah yang bersifat khusus sebagai bentuk Kairos. Jadi bagi mereka semua
sejarah di dalam proses waktu keberadaannya sama dan tidak ada yang unik.
Dengan demikian mereka juga tidak dapat membedakan mana tindakan Iblis dan juga
tindakan Allah, bagi mereka semuanya ini dapat campur aduk.
Yesus Kristus sudah ada
sebelum dunia dijadikan dan sebelum Ia turun ke dunia menjadi serupa dengan
manusia. Kristus tidak pernah “menjadi” Anak Allah, pada saat kelahiran-Nya di
dunia dan pada saat Ia hidup di dunia ini (Inkarnasi). Pada mulanya “Dahulu”
sampai “Sekarang” Yesus Kristus tetap adalah Anak Kekal Allah, yang ada dan
kekal bersama-sama dengan Allah Bapa. Yesus Kristus berani berkata bahwa:
“Sebelum Abraham jadi, Aku
telah ada”[59]
Perkataan Yesus ini tidak
mungkin bohong, karena apa yang dilakukan Yesus di dalam karya-Nya sebagai
Tuhan dan Juruselamat dapat membuktikan bahwa ia bukan penipu (pembohong) dan
juga bukan orang yang berkata-kata seperti orang gila saja.
C. Yesus Kristus adalah Allah
Menurut John Hick dan Paul
F. Knitter Yesus bukanlah Anak Allah dan Mesias. Karena menurut mereka Yesus
tidak mengatakan hal itu secara langsung. Jika ada orang-orang Kristen yang
mengaku bahwa Yesus adalah Anak Allah, Kristus, dan oknum ke dua dari Allah
Tritunggal. Hal ini dikarenakan kesalahan para penulis Injil yang telah
menambahkannya menurut iman dan pemikiran mereka sendiri tentang Yesus. Jadi
bagi mereka semuanya itu hanya mitos dari para penulis Injil. [60] Pandangan mereka ini sangat tidak sesuai
dengan apa yang Yesus katakan sendiri, siapa Dia (Yesus) sesungguhnya.
Di dalam Yesus menyatakan
diri-Nya sebagai Allah, hal itu disampaikannya dengan jelas dan tuntas. Yesus
berkata:
“Aku dan Bapa adalah satu”[61]
Perkataan Yesus ini
merupakan perkataan yang revolusioner pada saat itu karena tidak pernah mereka
mendengar perkataan yang seperti itu. Sehingga pada waktu para pemimpin agama
mendengar perkataan ini. Yesus dianggap menghujat karena Ia menganggap diri-Nya
Anak Allah.[62] Ketika persidangan berlangsung Imam
besar bertanya kepada Yesus,
“Katakanlah kepada kami,
apakah Engkau Mesias, Anak Allah, atau tidak“
Jawab Yesus, “Engkau telah
mengatakannya.“[63]
Yesus berkata dengan benar
bahwa Ia adalah Allah, tetapi penyataan Yesus ini tidak dapat diterima oleh
para pemimpin agama pada saat itu. Dan berdasarkan kalimat Yesus ini mereka
sepakat untuk menyalibkan Yesus. Ketika Yesus dipersalahkan, Ia tetap menghadapinya
dengan keanggunan dan kesabaran. Tindakan Yesus ini menunjukan bahwa Ia
merupakan pribadi yang agung dan memiliki mutual hidup yang berbeda dari
manusia biasa. Jikalau Yesus bukan Allah bagaimana Ia dapat melalui semuanya
itu dengan baik dan mendoakan orang-orang yang menyalibkan diri-Nya di kayu
salib.
Keunikan[64] Yesus Kristus sebagai Tuhan, juga Ia
nyatakan melalui hak istimewa dan wewenang Allah yang Ia miliki, yaitu:
1.
Yesus mengatakan bahwa Ia mempunyai wewenang untuk mengampuni dosa.[65]
2.
Yesus juga berkata, bahwa Ia akan datang ditengah-tengah awan-awan di langit,
duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa.[66]
3.
Yesus juga berkata bahwa “Bapa tidak menghakimi siapapun, melainkan telah
menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak.“[67]
4.
Yesus juga memiliki wewenang dan kuasa untuk membangkitkan orang mati.[68]
Yesus juga memiliki
sifat-sifat yang hanya Allah miliki sendiri. Misalnya, Yesus menyatakan bahwa
Ia itu Mahakuasa dan memiliki segala kuasa.[69] Sebagai contoh:
1.
Di dalam kehidupan-Nya, Yesus mendemonstrasikan kuasa-Nya atas alam dan
meneduhkan angin rebut.[70]
2.
Mengubah air menjadi anggur.[71]
4.
Berkuasa atas dunia roh jahat.[73]
5.
Berkuasa atas kematian dengan membangkitkan Lazarus dari kubur.[74]
6.
Mempunyai kuasa atas segala penguasa di udara.[75]
7.
Yesus Mahatahu dengan mengetahui segala sesuatu, apa yang ada di dalam pikiran
manusia sebelum mereka mengucapkannya.[76]
8.
Yesus Mahahadir dan berjanji untuk menyertai semua murid-Nya sampai akhir
jaman.[77]
D. Yesus Kristus adalah Manusia
Yesus bukan saja
sungguh-sungguh Allah (100%) tetapi juga sungguh-sungguh manusia (100%).
Pemahaman tentang pribadi Kristus yang utuh ini (Kristologi) akan membuat kita
sadar dan bangga punya Allah seperti Yesus. Jika Yesus bukan manusia yang
sungguh-sungguh, bagaimana Ia dapat menebus dosa-dosa kita melalui diri-Nya sebagai
pengganti (Redemtion by substitutions) di kayu Salib. Dan bagaimana Yesus dapat
menjadi Imam Besar yang dapat menghibur dan menguatkan kita. Karena Ia sudah
pernah mengalami apa yang kita alami sebagai manusia dan oleh karena itu Ia
sangat mengerti setiap pergumulan kita dan berempati kepada kita, sebagai
anak-anak-Nya. Firman Tuhan berkata:
“Sebab oleh karena Ia
sendiri telah menderita karena pencobaan, maka Ia dapat menolong mereka yang
dicobai.“[78]
“Sebab Imam Besar yang kita
punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan
kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah telah dicobai, hanya tidak berbuat
dosa.”[79]
Walaupun keberadaan Yesus
di dalam kandungan Maria hadir secara supranatural, tetapi proses persalinannya
normal sebagaimana seorang anak lahir dari rahim ibunya.[80] Yesus sebagai anak yang tumbuh dengan
normal juga mengalami pertumbuhan secara jasmani dan mental. Firman Tuhan
berkata:
“Anak itu bertambah besar
dan menjadi kuat, penuh hikmat…Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah
besar dan bertambah hikmat-Nya dan besar-Nya dan makin dikasihi oleh Allah dan
manusia.”[81]
Yesus juga memiliki tubuh
dan jiwa, sama seperti layaknya manusia. Yesus dapat merasakan lapar[82] dan haus.[83] Yesus dapat mengalami kelelahan karena
perjalanan yang jauh,[84] Ia memerlukan tidur.[85] Yesus memiliki belas kasihan dan kasih.[86] Yesus dapat marah kepada orang-orang
yang menajiskan rumah Bapa-Nya[87] dan kepada mereka yang
menolak kebenaran Allah.[88] Yesus dapat menangis dan bersedih.
Puncaknya pada waktu Ia mengalami penderitaan dan jiwanya mengalami kesusahkan
yang luar biasa ketika di kayu Salib.[89]
Alkitab mencatat 72 kali di
dalam empat Injil Yesus menyebut diri-Nya sebagai Anak Allah. Pada waktu Yesus
menyebut dirinya Anak Allah, saat yang bersamaan Ia juga menyatakan diri-Nya
sebagai Allah, kepada kita sebagai anak-anak-Nya. Kemanusian dan keallahan
Yesus tidak saling bercampur, walaupun ada di dalam keberadaannya. Oleh karena
itulah kemanusiaan Yesus itu sangat unik dan sempurna. Mengapa saya katakan
demikian, karena sebagai manusia,
“Yesus tidak mempunyai dosa
keturunan dan juga tidak pernah berbuat dosa“
“Yesus tidak pernah
memberikan persembahan korban dan
meminta pengampunan dosa
bagi diri-Nya sendiri“
“Yesus mengajarkan supaya
setiap orang bertobat dan perlu mengalami kelahiran kembali,
kecuali diri-Nya tidak“
“Yesus menantang
orang-orang untuk menunjukan dosa sekecil apapun yang pernah Ia lakukan,
jika memang ada“
Jadi kemanusia Yesus itu
sungguh-sungguh (100%), demikian juga dengan keallahan-Nya (100%). Ke dua
esensi ini harus kita percayai dan kita pertahankan dari serang-serangan
“Defective Theology“ termasuk juga teologi religionum. Dan kita juga tidak
perlu memperdebatkan manakah dari ke dua tabiat Yesus ini yang lebih besar atau
lebih super dan akhirnya mengorbankan keunikan jati diri Yesus sebagai Tuhan
dan Juruselamat.[90]
John Hick sebagai tokoh
teologi religionum menolak konsep inkarnasi Yesus datang ke dunia sebagai
manusia. Di dalam bukunya “The Myth of God Incarnate“[91] ia percaya bahwa peristiwa inkarnasi
Yesus adalah “mitos”. Setelah tidak puas dengan pemikirannya ini, lalu ia
mengeluarkan buku baru yaitu “The Metaphor of God Incarnate”.[92] Di dalam buku ini Hick berubah konsepnya
tentang “inkarnasi sebagai mitos dan ke inkarnasi sebagai metaphor”. Semua ini
dilakukan untuk mengkritik kaum eksklusif yang percaya peristiwa inkarnasi
Yesus adalah sebagai peristiwa supranatural. Bagi Hick keselamatan manusia tidak
memerlukan perantara seperti Yesus dan juga tidak perlu pengampunan dari Yesus.
Karena Yesus hanya manusia biasa yang mau membawa manusia untuk memohon
pengampunan kepada Bapa. Pendapat Hick ini didukung oleh pandangannya tentang
Doa Bapa Kami yang diajarkan Yesus dimana kita diminta untuk meminta
pengampunan kepada Bapa dan juga tentang perumpamaan anak yang hilang, dimana
pengampunan tidak memerlukan perantara.[93] Bagi Hick semuanya menjelaskan bahwa
pusat dari kekristen dan keselamatan adalah Bapa dan bukan Kristus.
Hick tidak melihat teks
dalam konteks yang tepat di dalam keseluruhan Alkitab, sehingga bangunan
Kristologinya berantakan dan bersifat partsial. Hick tidak melihat Alkitab
secara menyeluruh tentang Kristologi. Sebagai contoh Alkitab berkata:
“Hampir segala sesuatu
disucikan menurut hukum Taurat dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak
ada pengampunan.”[94]
“Hai anakKu, dosamu sudah
diampuni.....Supaya kamu tahu , bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa
mengampuni dosa”[95]
Ayat-ayat di atas dengan
jelas mengatakan bahwa konsep pengampunan harus melalui darah dan Yesus telah
mencurahkan darah-Nya di kayu salib. Dan Yesus pada waktu ia hidup juga
memiliki hak prerogative Allah Bapa untuk mengampuni dan menyelamatkan.
Jadi dalam bagian ini baik
Hick dan tokoh-tokoh teologi religionum yang lain tidak konsisten di dalam
membaca dan memahami teks secara keseluruhan. Mereka berani mengambil teks
sebagian-sebagian demi mendukung pendapat mereka yang sesat dan ini sangat
tidak sesuai dengan prinsip-prinsip hermeneutika.
E. Yesus Kristus adalah
Juruselamat
Jikalau Yesus bukan
sepenuhnya Allah, bagaimana mungkin Ia dapat menjadi Juruselamat bagi kita
semua. Dan jika Ia adalah Allah tetapi tidak melakukan sesuatu untuk menebus
dosa-dosa kita, maka Ia juga bukan Juruselamat bagi kita. Alkitab menyaksikan
bahwa Yesus menjadi Juruselamat karena Ia melakukan pekerjaan penebusan bagi
dosa-dosa kita dan Yesus dapat memenuhi syarat untuk menjadi Juruselamat kita
semua. Perlu saya ingatkan Yesus bukan hanya dapat menyelamatkan manusia
berdosa, tetapi Ia sudah menyelamatkan manusia berdosa.
Kesempurnaan hidup Yesus
merupakan suatu keharusan yang mutlak sebagai pra-syarat sebagai Tuhan dan
Juruselamat:
1.
Kesucian hidup yang sempurna. Yesus berkata “Siapakah di antaramu yang
membuktikan bahwa Aku berbuat dosa?”[96] dan musuh-musuh-Nya tidak membuktikan.
Hal ini menunjukkan Yesus sungguh-sungguh manusia yang sempurna. Di dalam PL
semua korban yang dipersembahkan harus baik dan tak bercacat cela. Ini sebagai
syarat mutlak di dalam pengampunan. Jika demikian Yesus memenuhi syarat sebagai
korban penghapus dosa-dosa umat manusia.
2.
Ketaatan yang sempurna. Setelah Adam pertama gagal di dalam menjalankan
ketaatannya, maka Yesus sebagai Adam kedua dapat membuktikan bahwa Ia sempurna
di dalam menjalankan ke taatanya kepda Allah.[97]
3.
Pengantara dan Imam Besar yang sempurna. Keterhilangan dan keterjualan manusia
ke dalam dosa, membuat manusia terbelenggu dengan dosa. Hanya Yesus yang
dapat meyelesaikan problema keberdosaan manusia ini, dengan jalan Ia sendiri
menjadi penebus dan pengantara antara manusia yang berdosa kepada Allah yang
suci. Yesus adalah Allah yang mengerti pergumulan dan penderitaan dari
anak-anak-Nya dan Yesus merindukan supaya anak-anak-Nya ini selalu hidup
berkenan kepada Allah dan memuliakan Allah dalam keseluruhan hidupnya.[98]
Dinamika hidup berkemenangan
di dalam kekristenan karena Yesus yang telah mati dan bangkit pada hari yang
ketiga. Yesus sendiri yang menubuatkan tentang kematian-Nya dan
kebangkitan-Nya.[99] Kematian Yesus yang pro-aktif dan
kebangkitan-Nya yang nyata membuktikan bahwa Ia sungguh Allah yang layak
menjadi Juruselamat. Tidak ada pemimpin agama atau pendiri-pendiri agama yang
seperti Yesus, dimana Ia tetap hidup menyertai pengikut-Nya.
Kebangkitan Yesus
membuktikan bahwa apa yang tercatat di dalam Injil dan keseluruhan
Alkitab tentang Kristus itu bukan “mitos dan metaphor” seperti apa yang
dipercayai oleh tokoh-tokoh teologi religionum. Kebangkitan Yesus memberi
kepastian bahwa yang kita percayai tentang Yesus di dalam sejarah Alkitab,
sungguh-sungguh benar dan bukan rekayasa dari para penulis Alkitab, tetapi
sungguh-sungguh inspirasi dari Allah. Paulus berkata,
“Jika Kristus tidak
dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam
dosamu.”[100]
Kepastian keselamatan dan
pengampunan yang di dasarkan pada kubur yang kosong dan Kristus yang telah
bangkit dari kematian. Membuktikan apa yang Yesus katakan mengenai seluruh
hidup dan karya-Nya adalah sungguh-sungguh benar, bukan mitos dan hal itu
menyatakan Yesus adalah Tuhan.
Tuhan Yesus bukan saja
menubuatkan kematian-Nya dan kebangkitan-Nya saja, tetapi juga mengenai
kenaikan-Nya ke sorga dan pemuliaan-Nya.[101] Para murid Yesus dapat melihat
peristiwa kenaikan Tuhan Yesus ke sorga.[102] Setelah naik ke sorga, Allah Bapa
memberikan kepada-Nya tempat yang mulia di sorga. Allah telah,
“mendudukkan Dia disebelah
kanan-Nya di sorga, jauh lebih tinggi dari segala pemerintah dan penguasa dan
kekuasaan dan kerajaan dan tiap-tiap nama yang dapat disebut.”[103]
Kristus mempunyai kedudukan
yang berkuasa dan mulia di sorga. Kenaikkan-Nya ke sorga dan pemuliaan-Nya
sangat mendukung seluruh karya penebusan-Nya sebagai Juruselamat satu-satunya.
Kita percaya bahwa Kristus sudah pergi untuk menyiapkan tempat bagi kita di
sorga.[104]
BAB VI : KESIMPULAN
1. Gereja secara umum dan jemaat
tidak menyadari tentang bahayanya ajaran teologi religionum ini. Mengapa sangat
berbahaya karena teologi ini dapat melahirkan bentuk agama yang baru dan
termasuk membuang segala keunikan iman Kristiani yang kita percayai.
2. Gereja tidak berani
mengkritiskan ajaran teologi ini, sebagai bentuk ajaran yang salah dan
menyesatkan (Defective Theology). Hal ini dapat terjadi karena banyak gereja
yang sudah tidak memiliki spirit lagi di dalam menegakan kebenaran Firman Tuhan
dan akhirnya gereja menjadi gereja yang kompromi dan toleransi dengan semua
ajaran agama-agama lain. Dengan kata lain gereja sudah kehilangan jati dirinya
dan fungsinya sebagai alat Tuhan. Hal ini bukan berarti semua gereja telah
sakit, saya percaya masih ada gereja-gereja yang sehat di dalam
keberadaan dan pertumbuhannya.
3. Saya percaya gerakan ini tidak
akan berhasil karena teologi religionum adalah filsafat agama yang dilahirkan
oleh orang-orang yang mengaku beragama, tetapi pada dasarnya mereka tidak
menghormati keunikan agama mereka sendiri (khususnya dari kaum theology
Liberal). Gerakan ini akan gagal karena tidak ada dasar Alkitab yang
mendukungnya dan sudah pasti Allah tidak akan turut campur.
4. Kesulitan kita di dalam
menghadapi kaum “Teologi Religionum” secara umum adalah:
A. Secara Antropologis
mereka menyakini bahwa setiap manusia adalah sebagai insan yang beragama dan
mereka berhak untuk membangun dimensi religiositas yang unik secara
sendiri-sendiri.
B. Secara Theologis semua
system agama di dunia ini, besar atau kecil, yang amat primitif, sederhana
maupun yang telah berkembang, maju dan komplek, semuanya mengakui adanya
keselamatan menurut jalan mereka masing-masing.
Dan setiap agama yang sudah mapan umumnya
mempunyai Kitab Sucinya masing-masing sebagai perwujudan baku dari wahyu yang
mereka terima dari “Realitas Ilahi”. Orang Muslim mempunyai Al Quran dan orang
Hindu memiliki Kitab Weda dan orang Budha memiliki Kitab Tripitaka, dll.
C. Secara Filosofi setiap
para penganut agama-agama tertentu secara umum pandangannya sudah dipengaruhi
oleh konsep nilai-nilai keimanan yang mereka yakini itu benar. Sehingga hal ini
mempengaruhi pandangan hidupnya dan perilakunya sehari-hari. Terkadang
phenomena ini dapat menjadi lapisan kebudayaan yang menutupi lapisan yang lebih
dalam lagi, yaitu persoalan agama itu sendiri.
Perbandingan Teologi
Liberal, Teologi Religionum dan Teologi Reformed
No.
|
Pembahasan
|
Teologi Liberal
|
Teologi Religionum
|
Teologi Reformed
|
1.
|
Alkitab
|
|
|
|
a.
|
Alkitab (Penyataan)
|
Bukan Wahyu Allah secara full (Limited)
|
Bukan Wahyu Umum & juga Wahyu Khusus
|
Sebagai Wahyu Allah secara khusus
|
b.
|
Sumber
|
Dari Allah, Manusia & Setan
|
Produk sejarah secara umum (keselamatan)
|
100% dari Allah (Inspirasi Allah melalui
para penulis Alkitab)
|
c.
|
Sifat
|
Dapat salah (Mitos)
|
Interpretasi para penulis saja
(Methapore-rekaan)
|
Unik, Final
|
2.
|
Allah
|
|
|
|
a.
|
Hakekat-Nya
|
Umum: bagi semua orang (Universal)
|
Umum: ada dalam semua agama
|
Khusus & tidak pernah berubah
|
b.
|
Sifat-Nya: Kasih & Keadilan
|
Kasih yang lebih menonjol
|
Kasih bagi semua orang
|
Kasih & keadilan-Nya seimbang
|
c.
|
Penyataan-Nya
|
Ada di dalam sejarah
|
Pusat Sejarah (keselamatan)
|
Progresif di dalam Trinitas
|
3.
|
Kristus
|
|
|
|
b.
|
Juruselamat
|
Bukan Juruselamat melainkan Bapa
|
Salah satu Juruselamat
|
Satu-satunya Juruselamat
|
c.
|
Pengampunan
|
Bukan sumber pengampunan
|
Bukan sumber pengampunan
|
Sumber pengampunan dosa
|
4.
|
Penginjilan
|
|
|
|
a.
|
Pusat
|
Manusia
|
Manusia
|
Kristus
|
b.
|
Berita
|
Sosial Gospel
|
Freedom of Dehumanisation
|
Keberdosaan manusia, Pengampunan melalui
Kristus dan Keselamatan di dalam Kristus
|
5.
|
Theologi
|
|
|
|
a.
|
Pusat
|
Allah Bapa
|
Allah Bapa
|
Kristus
|
b.
|
Berita
|
Toleransi Agama
|
Teologi Agama-agama
|
Allah Tritunggal di dalam fungsi &
hakekat-Nya, dll.
|
Salam dan Doa
Pdt. Tumpal H. Hutahaean.
[3]. Mengapa saya kata bahwa
teologi Religionum ini merupakan “Gerakan” karena mereka sudah memiliki
teologi dan sistem hermeneutika sendiri. Di Indonesia mereka memakai
kendaraan “Tim Balitbang PGI” secara intitusi dan para pimpinan Gereja melalui
seminar-seminar yang mereka adakan. Dan tidak berhenti disitu saja mereka juga
giat menyajikan buku-buku yang mendukung seluruh pemikiran mereka. Adapun
beberapa buku yang sangat mendukung adanya gerakan ini adalah:
a. Tim Balitbang PGI,
Meretas Jalan Teologi Agama-agama di Indonesia – Theologia Religionum (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2003). Tokoh yang perlu kita perhatikan berkaitan dengan
pemikiran teologi religionum adalah Martin Sinaga dan Th. Sumartana, dll.
b. Soetarman SP, Weinata
Sairin, Ioanes Rakhmat, Fundamentalis, Agama-agama & Teknologi (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1993).
c. Victor I, Tanja,
Spritualitas, Pluralisme & Pembangunan di Indonesia (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1993).
d. World Council of
Churches, trans. Eka Darmaputera, Iman sesamaku & imanku (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1994). Buku ini dipakai untuk memperkaya penghayatan teologi kita
melalui “Dialog antar Agama“.
e. Leslie Newbigin, Injil
Dalam Masyrakat Majemuk (Jakarta, BPK Gunung Mulia, 1999). Pemikiran dia sangat
jelas “Pluralism-Inklusif“ dalam bab 13 & 14.
f. A.A. Yewangoe,
Agama-agama & Kerukunan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001). Penulis sekarang
menjabat sebagai ketua PGI dan pemikiran beliau sangat dipengaruhi oleh
pemikiran Paul F. Knitter.
g. Paul F. Knitter, Satu
Bumi Banyak Agama (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), dengan kata pengantar:
HansKung
h. Olaf H. Schumann,
Menghadapi Tantangan, Memperjuangkan Kerukunan (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2004), dengan pengantar: Prof. DR. Komaruddin Hidayat (Salah satu pemikir Islam
yang modern).
i. Asnath N. Natar, Cahyana
E. Purnama, Karmito, Teologi Operatif (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004).
j. John Hick, ed, The Myth
of God Incarnate (London: SCM Press, 1977) & John Hick, The Metaphor of God
Incarnate: Christology in a Pluralistic Age (Louisville: Wesminster Press,
1993).
k. Dll.