KALAU YESUS ADALAH
ALLAH, BAGAIMANA DIA BERDOA KEPADA ALLAH DAN APAKAH YESUS BERDOA KEPADA DIRINYA
SENDIRI ?
Ev. Matius Sobolim, M. Th.
Untuk memahami kenapa Yesus dalam kapasitasnya sebagai Allah di dunia berdoa kepada BapaNya sebagai Allah di surga, kita perlu mengerti bahwa Bapa yang kekal dan Anak yang kekal memiliki hubungan yang kekal sebelum Yesus menjadi manusia. Yohanes 5:19-27 menjelaskan soal ini, khususnya di 5:23, di mana Yesus mengajarkan bahwa Bapa mengutus sang Anak, termasuk penjelasan di Yohanes 15:10. Yesus bukan menjadi Anak Allah ketika Dia dilahirkan di Betlehem. Dari kekekalan, Yesus senantiasa adalah Anak Allah, sekarang dan untuk selamanya. Melalui Yesaya 9:6, kita diberitahu bahwa seorang Putra telah diberikan dan seorang Anak dilahirkan. Yesus senantiasa merupakan bagian dari hubungan Tritunggal bersama dengan Roh Kudus. Ketritunggalan selalu ada; Allah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus. Bukan tiga allah, namun satu Allah dalam tiga Pribadi. Yesus mengajarkan bahwa Dia dan Bapa adalah satu (Yohanes 10:30).[1]
Yang dimaksudkan Yesus adalah Dia dan
Bapa, dan tentunya Roh Kudus, memiliki substansi dan esensi yang sama: Allah
atau keilahian. Ketiga Pribadi ini keberadaanNya setara sebagai Allah.
Ketiganya sudah dan terus menerus memiliki hubungan yang kekal. Ketika Yesus, sang Anak Allah yang kekal,
menjadi manusia yang tak berdosa Dia juga mengambil wujud seorang hamba,
meninggalkan kemuliaan surgawiNya (Filipi 2:5-11). Sebagai Allah-manusia, Dia
belajar untuk taat (Ibrani 5:8) kepada BapaNya ketika Dia dicobai oleh Iblis,
difitnah oleh manusia, ditolak oleh sesamaNya, dan akhirnya disalibkan. DoaNya kepada Bapa surgawinya adalah untuk
meminta kuasa (Yohanes 11:41-42) dan hikmat (Markus 1:35; 6:46).[2]
DoaNya memperlihatkan bahwa dalam kemanusiaanNya
Dia bergantung kepada Bapa untuk menjalankan rencana BapaNya untuk penebusan
(perhatikan doa Yesus sebagai Imam Besar dalam Yohanes 17). Juga tunduk kepada kehendak BapaNya untuk
mati disalib demi membayar hutang dosa manusia yang telah melanggar hukum
Allah, yang hanya bisa ditebus melalui kematianNya (Matius 26:31-46). Dia kemudian bangkit secara fisik dari
kubur, memenangkan pengampunan dan hidup kekal untuk manusia yang menerimaNya
sebagai Juruselamat secara pribadi.
Tidak ada masalah jika sang Anak, sebagai
Allah, berdoa atau bercakap-cakap dengan Bapa sebagai Allah. Sebagaimana yang
telah disebutkan, mereka memiliki hubungan kekal sebelum Kristus berinkarnasi
menjadi manusia. Dalam kemanusiaanNya, hubungan ini digambarkan dalam Injil sehingga kita
dapat melihat bagaimana Anak Allah dalam kemanusiaanNya menjalankan kehendak
BapaNya sehingga penebusan tersedia bagi semua orang (Yohanes 6:38).
Ketaatan Kristus, secara terus menerus, kepada Bapa surgawiNya supaya diberikan kekuatan, dan fokusnya supaya bisa terus dipelihara terlihat dari kehidupan doaNya. Doa Yesus dituliskan supaya itu bisa menjadi contoh bagi kita. Keilahian Yesus Kristus tidaklah berkurang ketika Ia sedang di dalam dunia dan ketika Dia berdoa kepada Allah Bapa di surga. Dia mengajarkan bahwa sekalipun sebagai manusia yang tidak berdosa, tetap perlu untuk memiliki kehidupan doa yang vital supaya bisa menjalankan kehendak BapaNya. Yesus berdoa kepada Bapa menunjukkan hubunganNya dalam ketritunggalan dengan Bapa. SikapNya bisa menjadi contoh bagi kita, bahwa manusia mesti bersandar kepada Allah melalui doa supaya diberi kekuatan dan hikmat yang kita perlukan. Jika Kristus, sebagai Allah-manusia, masih menjalankan kehidupan doa yang bersemangat, demikian pula seharusnya para pengikut Kristus zaman ini. Kegagalan orang Kristen menjawab pertanyaan ini menunjukkan kegagalan orang Kristen dalam memahami Ketritunggalan Allah. Mari kita simak penjelasannya! Banyak sekali ayat-ayat Alkitab yang menunjukkan aktivitas Tuhan
Yesus
ketika berdoa.[3] Dalam Markus 1:35, dijelaskan bahwa
Yesus selalu bangun pagi-pagi benar ketika hari masih gelap untuk mencari
tempat yang sunyi dan berdoa. Matius 14:23 juga menjelaskan bahwa
ketika hari sudah mulai malam, Yesus menyuruh banyak orang untuk pulang, lalu
ia naik ke atas bukit seorang diri untuk berdoa. Bahkan, Lukas 22:39-46 juga
menjelaskan aktivitas Yesus berdoa di Taman Getsemani hingga keringatnya
menjadi titik-titik darah yang bertetesan ke tanah. Tidak hanya itu, Yesus juga
mengajarkan Doa Bapa Kami kepada murid-murid-Nya. Hal
ini tentu sangat wajar jika Yesus adalah manusia seutuhnya. Namun, kita tentu
mempelajari bahwa Yesus pun adalah Tuhan seutuhnya.[4]
Jika Yesus adalah manusia seutuhnya dan Tuhan seutuhnya, lalu mengapa Ia harus
berdoa?
Ada
banyak orang yang berkata, Yesus sedang berperan sebagai manusia seutuhnya. Hal
inilah yang membuat Yesus harus melakukan aktivitas doa sebagai bukti bahwa Ia
adalah manusia seutuhnya. Jika ini adalah alasannya, lalu kepada siapa Ia
berdoa? Apakah Ia berdoa kepada diri-Nya sendiri yang juga adalah Tuhan
seutuhnya? Ada juga yang bilang, Yesus sedang
memberikan teladan yang baik kepada semua orang tentang bagaimana seharusnya
seseorang berdoa kepada Tuhan. Jika ini adalah alasannya, lalu apakah Ia sedang
bersandiwara ketika berdoa? Apakah aktivitas doa yang membuat keringatnya
menjadi titik-titik darah adalah sandiwara belaka? Saya sangat tidak puas dengan
jawaban-jawaban itu. Jawaban yang sesungguhnya sangatlah sederhana. Namun, saya
yakin banyak orang Kristen yang kurang setuju dengan hal ini.
Ini
jawabannya. Ketika Tuhan Yesus berdoa, Ia benar-benar sedang berdoa. Kepada siapa? Ia benar-benar sedang berdoa
kepada Bapa-Nya. Bapa adalah Pribadi yang mengutus Tuhan Yesus Kristus ke dalam
dunia. Tuhan Yesus adalah Pribadi yang diutus oleh Bapa. Mungkin, Anda akan bertanya,
“Bukankah Yesus dan Bapa adalah satu?” Baik, saya jawab. Ya, Yesus dan Bapa
adalah satu kesatuan. Namun, bukan berarti Yesus itu sama dengan Bapa. Yesus
bukan Bapa dan Bapa bukan Yesus, tetapi mereka adalah satu. Jadi,
mengapa Yesus harus berdoa kepada Bapa? Karena Yesus bergantung pada Bapa-Nya. Yesus tunduk pada Bapa-Nya.
Lagipula, aktivitas doa Yesus adalah aktivitas hubungan yang normal antara Anak
dan Bapa. Doa adalah bentuk komunikasi dalam hubungan-Nya yang sangat intim
pada Bapa-Nya.
Mungkin, ada pula yang bertanya, “Jika Yesus itu bukan Bapa dan Bapa bukan Yesus, lalu siapa yang menjadi Allah?” Baik, saya jawab. Yesus adalah Allah Anak dan Bapa adalah Allah Bapa. Mereka adalah pribadi yang berbeda tetapi berada dalam satu-kesatuan Allah Tritunggal. Mungkin ada yang bertanya kembali, “Jika demikian, berarti Allah kita ada dua dong, Allah Anak dan Allah Bapa? Bukankah Allah itu Esa?” Untuk menjawab pertanyaan ini nantikan renungan saya berikutnya tentang Allah Tritunggal. Hal terpenting yang bisa kita pelajari adalah kesungguhan Yesus dalam menaati Bapa-Nya benar-benar dilakukan dalam keterbatasan-Nya sebagai manusia. Ia benar-benar bergantung kepada Bapa-Nya dalam doa sehingga Ia dikuatkan dalam melalui segala penderitaan yang akan Ia hadapi.
[1] © Copyright
Got Questions Ministries
[2]
Ibid. Got Questions Ministries
[3] Renungan
harian Kristen hari ini akan mengajak Anda untuk
menjawab pertanyaan yang sangat sering diajukan oleh orang-orang Kristen,
mengapa Tuhan Yesus berdoa? Bukankah Ia Tuhan? Pertanyaan ini biasanya akan
berbuntut pada pertanyaan yang lain, kepada siapakah Ia berdoa?
[4]Bagas Karyadi, M.Th.
Facebook: fb.com/bagas.karyadi melalui
pencarian dalam Google, kata kunci.
Mengapa Yesus Harus berdoa kepada Bapa?