Tampilkan postingan dengan label Antropologi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Antropologi. Tampilkan semua postingan

Selasa, 28 Mei 2013

REFERENSI PELAJARAN PENCIPTAAN MANUSIA

REFERENSI PELAJARAN PENCIPTAAN MANUSIA

1. Ajaran-Ajaran Alkitab Tentang Elemen-Elemen Konstituen Dari Natur Manusia.

Ev. Matius Sobolim, S. Th.
Penjelasan yang ada sampai sekarang tentang natur manusia dalam Alkitab jelas dikotomis. Di satu pihak Alkitab mengajarkan kita untuk melihat natur manusia sebagai satu kesatuan dan bukan dalam dualitas, yang terdiri dari dua elemen berbeda yang masing-masing bergerak sepanjang garis sejajar tetapi tidaklah sungguh-sungguh bersatu membentuk satu organisme tunggal. Pendapat terdapatnya paralelisme semata di antara kedua elemen natur manusia, yang ditemukan dalam filsafat Yunani dan juga dalam karya-karya ahli filsafat berikutnya, sama sekali bertentangan dengan Alkitab.

Kendatipun pandangan filsafat itu mengetahui adanya natur yang kompleks dalam diri manusia pandangan filsafat ini tidak pernah menjelaskan kenyataan ini sebagai hasil dari dua subyek dalam diri manusia. Setiap tindakan manusia selalu dilihat sebagai satu tindakan dari keseluruhan diri manusia. Yang berdosa adalah manusianya, bukan jiwanya; yang mati adalah manusia, bukan tubuhnya dan juga bukan hanya jiwa saja tetapi manusia itu baik tubuh maupun jiwanya yang ditebus dalam Kristus. Kesatuan ini telah dinyatakan dalam ayat-ayat paling awal dalam Alkitab - ayat pertama yang menyatakan kerumitan natur manusia - yaitu, Kej 2:7 "ketika itulah Tuhan Allah membentuk manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup." Keseluruhan ayat itu berhubungan dengan manusia: "Allah membentuk manusia.... dan manusia menjadi makhluk yang hidup." Karya Allah ini tidak boleh ditafsirkan sebagai suatu proses mekanis, seolah-olah Ia pertama kali membentuk tubuh itu dari debu tanah dan kemudian memberi jiwa ke dalamnya.

Ketika Allah membentuk tubuh, Ia membentuknya sedemikian sehingga oleh Roh-Nya manusia segera menjadi makhluk yang hidup. Ayub 33:4; 32:8. Kata "jiwa" dalam ayat ini tidaklah mempunyai arti sebagaimana kita sering mengartikannya - suatu arti yang agak asing dalam Perjanjian Lama - akan tetapi menunjukkan arti suatu keberadaan yang hidup, dan merupakan suatu penjabaran tentang manusia sebagai satu keseluruhan. Istilah Ibrani yang sama, nephesh chayyah (makhluk yang hidup) juga dipakai untuk menunjukkan binatang dalam Kej 1:21, 24,30. Jadi ayat ini kendatipun menunjukkan adanya dua elemen dalam diri manusia, tetaplah menekankan kesatuan organis dalam diri manusia. Dan pengertian seperti ini dapat kita temukan dalam seluruh Alkitab.

Pada saat yang sama ayat ini juga berisi bukti-bukti tentang susunan dari dua elemen natur manusia. Akan tetapi kita harus sangat hati-hati agar kita tidak mengharapkan perbedaan lebih lanjut antara tubuh sebagai elemen material, dan jiwa sebagai elemen spiritual dari natur manusia dalam Perjanjian Lama. Perbedaan ini mulai dipakai karena pengaruh filsafat Yunani. Antitesisnya - tubuh dan jiwa - sekalipun dalam pengertian Perjanjian Baru, tidaklah ditemukan dalam Perjanjian Lama. Pada kenyataannya, Bahasa Ibrani tidaklah mempunyai satu katapun yang menunjukkan tubuh sebagai suatu organisme dari jenis yang berbeda. Laidlaw berkata dalam bukunya yang berjudul The Bible Doctrine of Man' : "Antitesisnya jelas yaitu tentang yang rendah dan yang lebih tinggi; yang duniawi dan yang surgawi, yang hewani dan Ilahi.

Kesatuan ini bukanlah melulu dua elemen, sebagai dua faktor yang bersatu menjadi kesatuan yang serasi - 'manusia menjadi makhluk hidup'. Jelas terbukti bahwa inilah perbedaan yang ditulis dalam Kej 2:7. Ada beberapa variasi pemakaian kata yang dipakai dalam Perjanjian Lama untuk menunjukkan elemen yang lebih rendah dalam diri manusia atau bagian-bagiannya, seperti "daging," "debu," "tulang," "usus," "ginjal" dan juga pemakaian bentuk metafora "pondok tanah liat" (Ayb 4:19). Dan ada juga sejumlah kata yang dipakai untuk menunjuk elemen yang lebih tinggi seperti "roh," "jiwa," "hati," dan "pikiran".

Segera sesudah kita beralih dari Perjanjian Lama menuju Perjanjian Baru kita segera bertemu dengan pernyataan antitetis yang sangat kita kenal baik, seperti "tubuh dan jiwa", "daging dan roh". Kata bahasa Yunani yang setara jelas adalah pengaruh dari filsafat Yunani, tetapi juga dipakai dalam Septuaginta sehingga kemudian kata yang sama dipakai dalam Perjanjian Baru, sehingga dengan demikian istilah yang dipakai dalam Perjanjian Baru ini tetap memiliki kekuatan Perjanjian Lama. Pada saat yang sama pengertian antitetis tentang materi dan bukan materi sekarang juga terkait dengan istilah itu.

Orang-orang yang berpegang pada pendapat trikotomi berusaha mencari dukungan dari Alkitab, sebagaimana mereka memahaminya ada dua bagian konstituen dari natur manusia sebagai tambahan pada elemen materi atau elemen yang telah rendah itu, yaitu jiwa (Ibr: nephesh; Yun: psuche) dan roh (Ibr. ruach; Yun: pneuma). Akan tetapi kenyataan bahwa istilah-istilah ini sering sekali dipakai dalam Alkitab, tidak harus disimpulkan bahwa keduanya menyatakan komponen bagian dan bukannya aspek yang berbeda dari natur manusia. Suatu telaah yang cermat terhadap Alkitab jelas menunjukkan bahwa Alkitab memakai kata-kata tersebut secara bergantian.

Kedua istilah ini menunjukkan elemen spiritual atau elemen yang lebih tinggi dalam diri manusia tetapi memakainya dari sudut pandang yang berbeda. Akan tetapi harus segera juga dipahami bahwa perbedaan istilah dalam Alkitab ini tidaklah sesuai dengan prbedaan yang sering dipakai dalam filsafat, bahwa jiwa adalah elemen spiritual dalam diri manusia seperti yang dikaitkan dengan dunia binatang, sedangkan roh adalah elemen yang sama dalam hubungannya dengan dunia spiritual yang lebih tinggi dan dengan Allah.

Kenyataan berikut menunjukkan perbedaan dengan pandangan filsafat ini: Ruach-pneuma sama halnya dengan nephesh-psuche dipakai dalam penciptaan binatang, Pkh 3:21; Why 16:3. Kata psuche juga dipakai untuk menunjuk kepada Tuhan : Yes 42:1; Yer 9:9; Amos 6:8; Ibr 10:38. Orang mati yang sudah tidak bertubuh lagi disebut psuchai, Why 6:9; 20:4. Pelaksanaan keagamaan yang tertinggi disebut dilakukan oleh psuche Mark 12:30; Luk 1:46; Ibr 6:18, 19; Yak 1:21. Untuk melepaskan psuche berarti harus melepaskan semuanya. Jelas kita ketahui bahwa Alkitab memakai kedua kata itu saling bergantian. Mari kita perhatikan paralelisme yang dipakai dalam Luk 1:46-47; "Jiwaku memuliakan Tuhan dan hatiku bergembira karena Allah Juruselamatku." Alkitab menyebut manusia sering dengan istilah "tubuh dan jiwa" (Mat 6:25; 10:28) dan di bagian lain disebutkan "tubuh dan roh" (Pkh 12:7; 1Kor 5:3,5). Kematian sering disebut sebagai berhentinya jiwa (Kej 35:18; 1Raj 17:21; Kis 15:26) dan juga berhentinya roh (Mzm 31:5; Luk 23:46; Kis 7:59). Lebih jauh lagi, baik "jiwa" maupun "roh" dipakai untuk menunjukkan elemen bukan materi dari orang mati (1Pet 3:19; Ibr 12:23; Why 6:9; 20:4).

 Perbedaan Alkitab yang penting adalah demikian: kata "roh" menunjukkan elemen spiritual dalam diri manusia sebagai prinsip kehidupan dan tindakan yang mengatur tubuh; sedangkan istilah "jiwa" menunjuk elemen yang sama sebagai subjek dari tindakan di dalam diri manusia, dalam Perjanjian Lama, Mzm 10:1,2; 104:1; 146:1; Yes 42:1; band. juga dengan Luk 12:19. Dalam berbagai keadaan secara khusus kata itu menunjuk kedalaman diri manusia sebagai tempat kedudukan perasaan manusia. Semua ini selaras dengan Kej 2:7: "Dan Tuhan Allah ... menghembuskan ke dalam hidungnya nafas hidup; dan manusia menjadi makhluk yang hidup." Jadi dapatlah dikatakan bahwa manusia mempunyai roh, yang juga adalah jiwa. Jadi Alkitab menunjukkan hanya dua saja elemen konstitusional dalam natur manusia yaitu tubuh dan roh atau jiwa. Pernyataan Alkitab ini juga selaras dengan kesadaran diri manusia. Kendatipun manusia sadar akan kenyataan bahwa dirinya terdiri dari elemen-elemen material dan spiritual, tak ada seorangpun yang sadar ia memiliki roh yang berbeda dengan jiwa.

Namun ada dua ayat yang tampaknya bertentangan dengan pernyataan dikotomis dari Alkitab yaitu 1Tes 5:23 "Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus" dan satu lagi dalam Ibr 4:12, "Sebab Firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sunsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita." Akan tetapi harus selalu diingat bahwa: (a) Merupakan suatu peraturan yang harus dipegang teguh dalam eksegesis bahwa pernyataan-pernyataan perkecualian tidak boleh ditafsirkan sebagai analogia Scriptura atau sebagai pernyataan Alkitab yang biasa.

Dengan melihat fakta ini beberapa orang yang mempertahankan trikotomi menerima bahwa ayat-ayat ini tidak harus membuktikan point mereka. (b) Berdasarkan Alkitab, pemakaian kata roh dan jiwa secara bersamaan tidaklah membuktikan keduanya adalah dua substansi berbeda dan Mat 22:37 tidak membuktikan bahwa Yesus menganggap hati dan jiwa dan pikiran adalah tiga substansi berbeda. (c) Dalam 1Tes 5:23 Rasul Paulus hanyalah ingin menekankan perkataan "Semoga Allah damai sejahtera menyucikan kamu semua seutuhnya," melalui suatu pernyataan epexigetis, di mana aspek-aspek berbeda dari eksistensi manusia disebutkan, dan di mana ia merasakan sangat bebas untuk menyebutkan jiwa dan roh bersamaan sebab Alkitab membedakan antara keduanya. Tentunya disini Paulus tidak akan pernah berpikir bahwa keduanya adalah dua substansi berbeda, sebab ia berkata di dalam surat-suratnya dalam Rom 8:10; 1Kor 5:5; 7:34; 2Kor 7:1; Ef 2:3; Kol 2:5. (d) Ibr 4:12 tidak boleh dianggap berarti bahwa Firman Tuhan sementara menebus ke dalam diri manusia kemudian roh dan jiwa yang kemudian dimaksudkan bahwa keduanya adalah dua substansi berbeda; tetapi ayat ini menyatakan bahwa Firman Tuhan memisahkan pemikiran dan keinginan hati manusia.

2.    HUBUNGAN ANTARA TUBUH DAN JIWA.

            Hubungan yang pasti antara tubuh dan jiwa telah dijelaskan dalam berbagai cara tetapi tetaplah merupakan misteri yang amat besar. Pembicaraan berikut adalah teori-teori paling penting yang berkaitan dengan masalah ini :

a.    Monistik.
Ada banyak teori yang keluar dari asumsi bahwa tubuh dan jiwa adalah subtansi primitif yang sama. Sesuai dengan pendapat Materialisme, substansi primitif ini adalah materi dan roh adalah hasil dari materi. Sedangkan menurut pendapat Idealisme absolut dan Spiritualisme yang merupakan substansi primitif adalah roh dan roh ini menjadi tujuan bagi dirinya sendiri dalam apa yang disebut sebagai materi. Materi adalah hasil dari roh. Keberatan terhadap teori monistik ini adalah bahwa dua hal yang sedemikian berbeda seperti tubuh dan jiwa tidaklah dapat saling dihasilkan satu dari yang lain.

b.    Dualistik.
Sebagian teori yang berasal dari asumsi akan adanya dualitas esensial dari materi dan roh dan menyatakan relasi mereka yang saling berkait satu dengan yang lain didalam berbagai cara:
3.    Occasionalisme.
Menurut teori yang dikemukakan oleh Cartesius ini, materi dan roh masing-masing bekerja sesuai dengan hukum masing-masing, dan hukum- hukum ini saling berbeda sehingga tidak ada kemungkinan untuk melakukaan tindakan bersama. Apa yang tampaknya seperti itu hanya dapat dijelaskan berdasarkan prinsip bahwa pada peristiwa yang satu, Allah oleh pelaku bebas dalam diri-Nya menghasilkan suatu tindakan yang sama dalam yang lain.
    1. Paralelisme.
Leibniz mengemukakan teori tentang keselarasan yang telah ditetapkan sebelumnya. Teori ini juga berlandaskan asumsi bahwa tidak ada interaksi langsung antara material dan spiritual, tetapi teori ini tidak mengasumsikan bahwa Allah menghasilkan tindakan-tindakan yang bersama melalui interferensi terus-menerus. Akan tetapi teori ini justru menyatakan bahwa Allah membuat tubuh dan jiwa sedemikian sehingga yang satu dengan tepat berhubungan dengan yang lain. Ketika tubuh bergerak, ada juga gerakan dalam jiwa sesuai dengan hukum keselarasan yang telah ditetapkan sebelumnya.
    1. Dualisme Realistik.
Kenyataan-kenyataan sederhana yang kepadanya kita harus selalu kembali dan yang terkait dalam teori dualisme realistik adalah sebagai berikut: tubuh dan jiwa adalah substansi yang berbeda, yang tidak saling berinteraksi walaupun cara interaksinya tidak memakai pengujian manusia dan tetap merupakan misteri bagi kita. Persatuan antara keduanya dapat disebut persatuan hidup; keduanya saling terkait secara organis, jiwa yang bertindak di dalam tubuh dan tubuh bertindak atas jiwa. Sebagian dari tindakan-tindakan dari tubuh tergantung pada jiwa yang sadar, sedangkan yang lainnya tidak. Tindakan-tindakan jiwa dihubungkan dengan tubuh sebagai alatnya dalam hidup sekarang ini; akan tetapi dari eksistensi berlanjut dan kegiatan jiwa setelah kematian dapat diketahui bahwa jiwa ini dapat bekerja tanpa tubuh. Pandangan ini selaras dengan Alkitab dalam bagian ini. Sejumlah besar dari psikologi dewasa ini sungguh bergerak dalam alur materialisme. Ekstrim yang paling ujung adalah seperti apa yang terlihat dalam Behaviorisme tentang pikiran, dengan penyangkalan terhadap jiwa, dan bahkan juga tentang kesadaran. Semua yang dipelajari oleh Behaviorisme adalah studi tentang tingkah laku manusia.

APAKAH KITA TERDIRI DARI TIGA BAGIAN? APAKAH KITA TERDIRI DARI TUBUH, JIWA DAN ROH

APAKAH KITA TERDIRI DARI TIGA BAGIAN? APAKAH KITA TERDIRI DARI TUBUH, JIWA DAN ROH
 
 
Ev. Matius Sobolim, S. Th.
Pertanyaan: Apakah kita terdiri dari tiga bagian? Apakah kita terdiri dari tubuh, jiwa dan roh – atau – tubuh, jiwa-roh?
Jawaban: Kejadian 1:26-27 menyatakan, “Berfirmanlah Allah: "Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita, supaya mereka berkuasa atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas ternak dan atas seluruh bumi dan atas segala binatang melata yang merayap di bumi." Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka” (Kejadian 1:26-27).

Ayat-ayat ini mengindikasikan bahwa ada sesuatu yang membedakan manusia dari ciptaan-ciptaan lainnya. Manusia diciptakan untuk memiliki relasi dengan Allah dan karena itu Allah menciptakan kita dengan aspek materi dan non-materi. Aspek materi adalah apa yang dapat diraba: tubuh fisik, organ-organ tubuh, dll. dan dapat dikatakan hanya berada selama orang tsb masih hidup. Bagian non-materi adalah bagian yang tidak dapat dilihat: jiwa, roh, intelek, keinginan, hati nurani, dll. Semua ini dianggap melampaui jangka hidup individu yang bersangkutan.

Semua umat manusia memiliki bagian materi dan non-materi dalam keberadaan mereka. Jelas bahwa setiap orang memiliki tibuh yang terdiri dari daging, darah, tulang belulang, organ-organ dan sel-sel. Namun demikian, adalah bagian yang tidak dapat dilihat dari manusia yang sering diperdebatkan. Apa yang dikatakan Alkitab mengenai hal ini? Kejadian 2:7 mengatakan bahwa Manusia diciptakan sebagai makhluk yang hidup. Bilangan 16:22 - “Tetapi sujudlah mereka berdua dan berkata: "Ya Allah, Allah dari roh segala makhluk! Satu orang saja berdosa, masakan Engkau murka terhadap segenap perkumpulan ini?" Ayat ini menyebut Allah sebagai Allah dari roh segala makhluk. Amsal 4:23 - “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.” Ayat ini mengindikasikan bahwa hati adalah pusat dari kehendak dan perasaan manusia. Kisah Rasul 23:1 - “Sambil menatap anggota-anggota Mahkamah Agama, Paulus berkata: "Hai saudara-saudaraku, sampai kepada hari ini aku tetap hidup dengan hati nurani yang murni di hadapan Allah."” Roma 12:1 “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati. Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna.” Di sini kita dapat melihat berbagai aspek non-materi dari diri manusia, dan bahwa setiap manusia memiliki hal-hal yang bersifat materi dan non-materi. Daftar di atas hanyalah beberapa saja.

Jadi walaupun kebanyakan diskusi mengenai aspek non-materi dari manusia berpusat pada jiwa dan roh, Alkitab menggambarkan hal yang lebih dari kedua hal tsb. Entah bagaimana, aspek-aspek yang disebutkan di atas (jiwa, roh, hati, hati nurani dan akal budi) bersangkut paut satu dengan yang lainnya. Jiwa dan roh, jelas adalah bagian non-materi yang utama dari diri manusia. Kemungkinan besar keduanya meliputi aspek-aspek lainnya. Dengan mengingat hal ini, apakah manusia bersifat dikotomi (terbagi dua: tubuh/jiwa-roh) atau trikotomi (terbagi tiga: tubuh/jiwa/roh)?

Adalah sulit untuk bersikap dogmatik. Kedua pandangan diatas memiliki dasar masing-masing. Ayat kunci adalah Ibrani 4:12, “Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.” Ayat ini memberitahukan kita dua hal (1) jiwa dan roh dapat dipisahkan. (2) Perbedaan antara jiwa dan roh adalah sesuatu yang hanya dapat dilakukan oleh Firman Tuhan. Sebagai manusia kita tahu pasti bahwa kita memiliki tubuh, jiwa, roh dan banyak lagi! Daripada memusatkan diri pada aspek-aspek ini, adalah lebih baik memusatkan diri pada Sang Pencipta, yang karenaNya kita dijadikan dengan “dahsyat dan ajaib” (Mazmur 139:14).

TRIKOTOMI ATAU DIKOTOMI??

TRIKOTOMI ATAU DIKOTOMI
Suatu Penelahaan Teologis Terhadap Konsep
Natur Konsitusional Manusia
I. PENDAHULUAN
Manusia merupakan mahkluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Manusia memiliki unsur-unsur hidup yang sangat unik dan penuh dengan misteri. Ketika penilitian tentang manusia ingin dilanjutkan pada doktrin-doktrin yang lebih spesipik maka hal yang perlu didalami terlebih dahulu adalah unsur-unsur dari pembangun manusia itu. Telaah terhadap unsur pembangun manusia telah dilakukan sehingga muncul berbagai pandangan yang berbeda-beda dan masing-masing memiliki dasar alkitabiah masing-masing pula. Makalah berikut ini diangkat untuk membahas tentang dua pandangan yang berbeda yaitu konsep trikotomi dan dikotomi. Konsep ini masing-masing memiliki landasan Alkitab. Namun sebagai mahasiswa teologi hal ini perlu diangkat sebagai bahan pertimbangan dalam mendalami doktrin manusia dan melakukan telaah terhadap Alkitab untuk menempatkan teologi kita pada posisi yang tepat dan dapat dipertanggungjawabkan.

. II. PEMBAHASAN
A. Konsep Trikotomi dan Dikotomi.
A.1 Trikotomi
Trikotomi adalah konsep yang memiliki pandangan bahwa natur manusia terdiri dari tiga bagian, yaitu tubuh, jiwa dan roh. Pandangan ini berdasarkan pada pengertian bahwa, Allah menciptakan manusia, dengan memberikan tiga unsur utama di dalam diri manusia yaitu tubuh, jiwa dan roh. Sebagaimana juga dalam pandangan para filsuf Yunani, memandang bahwa tubuh, jiwa dan roh adalah satu kesatuan, yang ada dalam manusia yang hidup.
Tubuh adalah unsur lahiriah manusia, unsur daging yang dapat dilihat, didengar, disentuh, dan sebagainya
Jiwa adalah unsur batiniah manusia yang tidak dapat dilihat. Jiwa manusia meliputi beberapa unsur, pikiran, emosi (perasaaan) dan kehendak. Dengan pikirannya, manusia dapat berpikir, Dengan perasaannya manusia dapat mengasihi dan dengan kehendaknya, manusia dapat memilih.

Roh adalah prinsip kehidupan manusia. Roh adalah nafas yang dihembuskan oleh Allah ke dalam manusia dan kembali kepada Allah, kesatuan spiritual dalam manusia. Roh adalah sifat alami manusia yang 'immaterial' yang memungkinkan manusia berkomunikasi dengan Allah, yang juga adalah Roh.
Pencetus awal dari teori ini adalah Irenius yang mengajarkan bahwa orang percaya memiliki tiga komponen di dalam diri mereka: tubuh, jiwa dan roh, sedangkan orang yang tidak percaya hanya memiliki jiwa dan tubuh.Teolog lain yang dikaitkan dengan konsep ini adalah Apollinarius yang beranggapan bahwa manusia terdiri dari tubuh, jiwa dan roh atau akal budi. (Pneuma atau nous). Sebenarnya pemikiran trikotomi ini berasal dari filsafat yunani, khususnya pandangan Plato yang juga melihat manusia itu terdiri atas tiga unsur. Plato dan para filsuf Yunani lainnya menempatkan anti tesis yang tajam antara hal-hal yang terlihat dan yang terlihat. menurut mereka dunia substansi material bukan diciptakan oleh Allah melainkan secara kekal bertentangan dengan Allah.
Kebanyakan para penganut teori ini mendasarkan pandangannya pada perkataan Paulus dalam I Tesalonika 5:23 dan penulis Ibrani dalam Ibrani 4:12 yang secara jelas menyebutkan tiga unsur tersebut yang berbunyi demikian: "Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya, dan semoga roh (πνευμα, spirit), jiwa(ψυχη, soul) dan tubuhmu (σωμα, body) terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita." I Tes. 5:23
"Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam daripada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum,; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita." Ibr. 4:12

A.2 Dikotomi
Dikotomi adalah pandangan yang percaya bahwa natur manusia terdiri dari dua bagian saja, yaitu tubuh dan roh (jiwa termasuk di dalamnya). Pandangan ini merupakan pandangan yang paling populer sepanjang sebagian besar sejarah gereja. Konsep dikotomi ini di anut sejak sekitar awal mula pemikiran Kristen. Menyusul konsili di konstantinopel pada tahun 381, pendapat ini menjadi makin populer sehingga dapat dikatakan menjadi kepercayaan yang secara resmi diterima oleh gereja
Kebanyakan para penganut teori ini mendasarkan pandangannya pada argumentasi berikut ini:
1. Ketika Allah menciptakan manusia, Allah menghembuskan ke dalam manusia hanya satu prinsip saja, yaitu jiwa/napas yang hidup. Kej. 2:7
Para penganut dikotomi memandang istilah jiwa dan roh di dalam Alkitab bukan sebagai dua substansi yang berbeda, tetapi merupakan istilah yang sering dipakai secara bergantian/bisa dipertukarkan oleh penulis Alkitab, misalnya dalam Mat. 6:25; 10:28 (Manusia disebut dengan istilah tubuh dan jiwa) dan Pkh. 12:7; I Kor. 5:3,5 (manusia disebut dengan istilah tubuh dan roh). Contoh lainnya adalah Kej. 41:8; Maz. 42:6; Mat. 20:28; 27:50; Yoh. 12:27; Ibr. 12;23; Why. 6:9.
2. Penyebutan jiwa dan roh secara bersamaan seperti dalam I Tesalonika 5:23 dan Ibrani 4:12, tidak harus ditafsirkan sebagai adanya dua substansi yang berbeda. Sebab jika ditafsirkan demikian, maka manusia tidak hanya dibagi dalam tiga substansi saja, melainkan lebih, misalnya dalam Mat. 22:37 menyebutkan secara bersamaan hati, jiwa dan akal budi (pikiran).
3. Pada umumnya kesadaran manusia hanya menunjukkan adanya dua bagian dalam diri manusia, yaitu unsur yang badaniah/jasad (yang dapat dilihat) dan unsur rohaniah (yang tidak dapat dilihat) .

B. Pandangan Alkitab Terhadap Unsur Pembentuk Manusia
Jika diselidiki dengan lebih jelas maka akan ditemukan bahwa Alkitab tidak melukiskan manusia secara ilmiah dan faktanya. Alkitab juga tidak memakai bahasa Ilmiah yang baku. Alkitab memakai istilah seperti jiwa, roh dan hati sebagai padanan kata yang bisa saling menggantikan. Hal ini karena bagian tubuh tidak secara terutama dilihat dari sudut pandang perbedaan dan kesalingterkaitan mereka dengan bagian-bagian yang lain, tetapi untuk menandai atau menekankan aspek-aspek yang berbeda dari manusia yang utuh, di dalam hubngannya dengan Allah. Anthony A. Hoekema dalam bukunya yang bejudul Manusia:Ciptaan Menurut Gambar Allah mengatakan bahwa “Alkitab pertama-tama tidak tertarik pada bagian-bagian yang membentuk manusia atau struktur psikologisnya tetapi lebih pada hubungan-hubungan yang didalamnya manusia berdiri”
Yang menjadi awal permasalahan dalam Alkitab adalah ketika sampai pada Kejadian 2:7 “Ketika Itulah Tuhan Allah membentuk manusia itu dari debu dan tanah dan menghembuskan napas hidup kedalam hidungnya ; demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup”. Dalam ayat ini dengan gamblang dijelaskan akan konsep pembentukan manusia. Ayat ini juga berisi bukti-bukti akan susunan elemen natur manusia dimana rumusan tubuh manusia adalah debu tanah + napas hidup = makhluk (manusia) hidup atau jiwa yang hidup (Merupakan pegangan yang kuat bagi penganut Dikotomi). Namun ada dua ayat yang tampaknya bertentangan dengan pernyataan dikotomis dari Alkitab yaitu 1Tes 5:23 "Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus" dan satu lagi dalam Ibr 4:12, "Sebab Firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sunsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita.". Dari ayat ini seolah-olah tubuh, jiwa dan roh di tempatkan pada porsi yang berbeda. (Merupakan pegangan yang kuat bagi penganut trikotomi)
Rupanya yang menjadi inti permasalahan dalam pandangan unsur konstituen manusia terdapat pada kata Jiwa/nephes(PL)/Psyche(PB) dan Roh/Ruach(PL)/ pneuma(PB). Paham trikotomi menyebutkan hal ini sebagai suatu substansi yang harus dibedakan sementara paham dikotomi memandang kata ini sebagai suatu padanan karena Alkitab sering menggunakan kata ini secara bergantian.
Lihatlah hasil penjabaran berikut ini untuk kata jiwa dan kata roh:
a. Kata Jiwa Dalam Alkitab
Tiga kata Ibrani dalam Perjanjian Lama dan satu dalam kata Yunani dalam Perjanjian Baru yang menggambarkan tentang jiwa. Yaitu:
a. Neshamah diterjemahkan sekali dalam Yesaya 57:16, "padahal Akulah yang membuat nafas hidup.
b. Nedibah diterjemahkan sekali dalam Ayub 30:16, bagian pertama "Oleh sebab itu jiwaku hancur dalam diriku."
c. Nephes adalah merupakan kata lain dalam perjanjian Lama yang diterjemahkan dengan "nyawa", "mahluk" atau "jiwa", berasal dari nasphash yang berarti "untuk bernapas". Muncul 752 kali dan diterjemahkan dengan 43 kata yang berbeda.
d. Psuche adalah merupakan ucapan kata Yunani dalam Perjanjian Baru yang dinyatakan sebanyak 105 kali dan diterjemahkan dalam enam kata yang berbeda. Psuche mempunyai arti yang sama dengan nephes dalam bahasa Ibrani.
B. Kata Roh dalam alkitab
Dari kata ruach, digunakan 377 kali dalam Perjanjian Lama, menunjuk kepada percikan tenaga yang hakiki bagi kehidupan eksistensi individual. Dalam Alkitab pada umumnya sering diterjemahkan sebagai :
a. "roh", "angin", atau "napas" (Kejadian 8:1)
b. Digunakan juga untuk menunjuk kepada vitalitas (Hakim 15:19), keberanian (Yosua 2;11), kemarahan atau amarah (Hakim 8:3), watak (Yesaya 54:6), sifat tabiat (Yehezkiel 11:19), dan tempat emosi (I Samuel 1:15).
c. Sering digunakan untuk menyatakan Roh Allah, seperti yang terdapat dalam Yesaya 63:10.
d. Pneuma adalah kata yang sama dalam Perjanjian Baru Pneuma menunjuk kepada 'suasana hati', 'sikap', atau 'keadaan perasaan' (Roma 8:15, I Kor 4:21, II Tim 1:7, I Yoh 4:6), pelbagai aspek kepribadian (Gal 6:1, Roma 12:11).
Dari penjabaran diatas maka paham trikotomi yang mengatakan bahwa “Jiwa adalah unsur batiniah manusia yang tidak dapat dilihat. Jiwa manusia meliputi beberapa unsur, pikiran, emosi (perasaaan) dan kehendak.dapat terbantahkan karena terkadang kata roh pun diangkat untuk mengungkap hal itu.
Telaah Louis berkhof terhadap Alkitab dalam bukunya tentang Teologi Sistematika (Doktrin manusia) mengungkapkan seperti ini.
Mari kita perhatikan paralelisme yang dipakai dalam Luk 1:46-47; "Jiwaku memuliakan Tuhan dan hatiku bergembira karena Allah Juruselamatku." Alkitab menyebut manusia sering dengan istilah "tubuh dan jiwa" (Mat 6:25; 10:28) dan di bagian lain disebutkan "tubuh dan roh" (Pkh 12:7; 1Kor 5:3,5). Kematian sering disebut sebagai berhentinya jiwa (Kej 35:18; 1Raj 17:21; Kis 15:26) dan juga berhentinya roh (Mzm 31:5; Luk 23:46; Kis 7:59). Lebih jauh lagi, baik "jiwa" maupun "roh" dipakai untuk menunjukkan elemen bukan materi dari orang mati (1Pet 3:19; Ibr 12:23; Why 6:9; 20:4). Perbedaan Alkitab yang penting adalah demikian: kata "roh" menunjukkan elemen spiritual dalam diri manusia sebagai prinsip kehidupan dan tindakan yang mengatur tubuh; sedangkan istilah "jiwa" menunjuk elemen yang sama sebagai subjek dari tindakan di dalam diri manusia, dalam Perjanjian Lama, Mzm 10:1,2; 104:1; 146:1; Yes 42:1; band. juga dengan Luk 12:19. Dalam berbagai keadaan secara khusus kata itu menunjuk kedalaman diri manusia sebagai tempat kedudukan perasaan manusia. Semua ini selaras dengan Kej 2:7: "Dan Tuhan Allah ... menghembuskan ke dalam hidungnya nafas hidup; dan manusia menjadi makhluk yang hidup." Jadi dapatlah dikatakan bahwa manusia mempunyai roh, yang juga adalah jiwa. Jadi Alkitab menunjukkan hanya dua saja elemen konstitusional dalam natur manusia yaitu tubuh dan roh atau jiwa. Pernyataan Alkitab ini juga selaras dengan kesadaran diri manusia. Kendatipun manusia sadar akan kenyataan bahwa dirinya terdiri dari elemen-elemen material dan spiritual, tak ada seorangpun yang sadar ia memiliki roh yang berbeda dengan jiwa”
III. KESIMPULAN
Dari hasil penjabaran diatas maka penulis lebih berpihak konsep dikotomi karena memang demikian yang diajarkan oleh Alkitab (Matius 10:28 ; 1 Korintus 7:34). Alkitab mengajarkan bahwa jiwa dan roh bukan dua elemen manusia yang berbeda, tetapi satu kesatuan dan dipakai secara bergantian. Ambil contoh, di dalam 1 Korintus 7:34, kata “jiwa” di dalam terjemahan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) diterjemahkan spirit di dalam King James Version (KJV) yang dalam bahasa Yunani adalah pneuma, lalu kata “jiwa” di dalam Matius 10:28 menurut terjemahan LAI diterjemahkan soul di dalam KJV yang dalam bahasa Yunani adalah psuchē. Lalu, Tuhan Yesus dan Paulus sama-sama tidak memisahkan pengertian antara jiwa dan roh
Penulis melihat beberapa hal yang merupakan kelemahan dari konsep trikotomi, diantaranya bahwa konsep trikotomi membedakan jiwa dan roh tanpa landasan Alkitab yang kuat. Kemudian, jika konsep trikotomi mendefenisikan jiwa adalah menyangkut Pikiran, emosi dan kemauan. Benarkah? Apakah roh tidak ada pengetahuan, tidak ada emosi, tidak ada kemauan? Apakah roh tidak mempunyai fungsi intelektualitas, tidak mempunyai fungsi benci-kasih?. Allah itu roh atau jiwa? Jika Allah itu Roh, apakah Allah tidak memiliki intelektualitas, emosi, dan kemauan? Pada kenyataannya adalah Allah memiliki unsur-unsur itu. Ia memilki intelektualitas, emosi dan kemauan.