REFERENSI PELAJARAN PENCIPTAAN MANUSIA
1. Ajaran-Ajaran Alkitab
Tentang Elemen-Elemen Konstituen Dari Natur Manusia.
Ev. Matius Sobolim, S. Th. |
Penjelasan yang ada sampai sekarang tentang natur manusia dalam Alkitab
jelas dikotomis. Di satu pihak Alkitab mengajarkan kita untuk melihat natur
manusia sebagai satu kesatuan dan bukan dalam dualitas, yang terdiri dari dua
elemen berbeda yang masing-masing bergerak sepanjang garis sejajar tetapi
tidaklah sungguh-sungguh bersatu membentuk satu organisme tunggal. Pendapat
terdapatnya paralelisme semata di antara kedua elemen natur manusia, yang
ditemukan dalam filsafat Yunani dan juga dalam karya-karya ahli filsafat
berikutnya, sama sekali bertentangan dengan Alkitab.
Kendatipun pandangan filsafat itu mengetahui adanya natur yang kompleks
dalam diri manusia pandangan filsafat ini tidak pernah menjelaskan kenyataan
ini sebagai hasil dari dua subyek dalam diri manusia. Setiap tindakan manusia
selalu dilihat sebagai satu tindakan dari keseluruhan diri manusia. Yang
berdosa adalah manusianya, bukan jiwanya; yang mati adalah manusia, bukan
tubuhnya dan juga bukan hanya jiwa saja tetapi manusia itu baik tubuh maupun
jiwanya yang ditebus dalam Kristus. Kesatuan ini telah dinyatakan dalam
ayat-ayat paling awal dalam Alkitab - ayat pertama yang menyatakan kerumitan
natur manusia - yaitu, Kej 2:7 "ketika itulah Tuhan Allah membentuk
manusia itu dari debu tanah dan menghembuskan nafas hidup ke dalam hidungnya;
demikianlah manusia itu menjadi makhluk yang hidup." Keseluruhan ayat itu
berhubungan dengan manusia: "Allah membentuk manusia.... dan manusia
menjadi makhluk yang hidup." Karya Allah ini tidak boleh ditafsirkan sebagai
suatu proses mekanis, seolah-olah Ia pertama kali membentuk tubuh itu dari debu
tanah dan kemudian memberi jiwa ke dalamnya.
Ketika Allah membentuk tubuh, Ia membentuknya sedemikian sehingga oleh
Roh-Nya manusia segera menjadi makhluk yang hidup. Ayub 33:4; 32:8. Kata
"jiwa" dalam ayat ini tidaklah mempunyai arti sebagaimana kita sering
mengartikannya - suatu arti yang agak asing dalam Perjanjian Lama - akan tetapi
menunjukkan arti suatu keberadaan yang hidup, dan merupakan suatu penjabaran
tentang manusia sebagai satu keseluruhan. Istilah Ibrani yang sama, nephesh
chayyah (makhluk yang hidup) juga dipakai untuk menunjukkan binatang dalam Kej
1:21, 24,30. Jadi ayat ini kendatipun menunjukkan adanya dua elemen dalam diri
manusia, tetaplah menekankan kesatuan organis dalam diri manusia. Dan
pengertian seperti ini dapat kita temukan dalam seluruh Alkitab.
Pada saat yang sama ayat ini juga berisi bukti-bukti tentang susunan dari
dua elemen natur manusia. Akan tetapi kita harus sangat hati-hati agar kita tidak
mengharapkan perbedaan lebih lanjut antara tubuh sebagai elemen material, dan
jiwa sebagai elemen spiritual dari natur manusia dalam Perjanjian Lama.
Perbedaan ini mulai dipakai karena pengaruh filsafat Yunani. Antitesisnya -
tubuh dan jiwa - sekalipun dalam pengertian Perjanjian Baru, tidaklah ditemukan
dalam Perjanjian Lama. Pada kenyataannya, Bahasa Ibrani tidaklah mempunyai satu
katapun yang menunjukkan tubuh sebagai suatu organisme dari jenis yang berbeda.
Laidlaw berkata dalam bukunya yang berjudul The Bible Doctrine of Man' :
"Antitesisnya jelas yaitu tentang yang rendah dan yang lebih tinggi; yang
duniawi dan yang surgawi, yang hewani dan Ilahi.
Kesatuan ini bukanlah melulu dua elemen, sebagai dua faktor yang bersatu
menjadi kesatuan yang serasi - 'manusia menjadi makhluk hidup'. Jelas terbukti
bahwa inilah perbedaan yang ditulis dalam Kej 2:7. Ada beberapa variasi
pemakaian kata yang dipakai dalam Perjanjian Lama untuk menunjukkan elemen yang
lebih rendah dalam diri manusia atau bagian-bagiannya, seperti
"daging," "debu," "tulang," "usus,"
"ginjal" dan juga pemakaian bentuk metafora "pondok tanah
liat" (Ayb 4:19). Dan ada juga sejumlah kata yang dipakai untuk menunjuk
elemen yang lebih tinggi seperti "roh," "jiwa,"
"hati," dan "pikiran".
Segera sesudah kita beralih dari Perjanjian Lama menuju Perjanjian Baru
kita segera bertemu dengan pernyataan antitetis yang sangat kita kenal baik,
seperti "tubuh dan jiwa", "daging dan roh". Kata bahasa
Yunani yang setara jelas adalah pengaruh dari filsafat Yunani, tetapi juga
dipakai dalam Septuaginta sehingga kemudian kata yang sama dipakai dalam
Perjanjian Baru, sehingga dengan demikian istilah yang dipakai dalam Perjanjian
Baru ini tetap memiliki kekuatan Perjanjian Lama. Pada saat yang sama
pengertian antitetis tentang materi dan bukan materi sekarang juga terkait
dengan istilah itu.
Orang-orang yang berpegang pada pendapat trikotomi berusaha mencari
dukungan dari Alkitab, sebagaimana mereka memahaminya ada dua bagian konstituen
dari natur manusia sebagai tambahan pada elemen materi atau elemen yang telah
rendah itu, yaitu jiwa (Ibr: nephesh; Yun: psuche) dan roh (Ibr. ruach; Yun:
pneuma). Akan tetapi kenyataan bahwa istilah-istilah ini sering sekali dipakai
dalam Alkitab, tidak harus disimpulkan bahwa keduanya menyatakan komponen
bagian dan bukannya aspek yang berbeda dari natur manusia. Suatu telaah yang
cermat terhadap Alkitab jelas menunjukkan bahwa Alkitab memakai kata-kata
tersebut secara bergantian.
Kedua istilah ini menunjukkan elemen spiritual atau elemen yang lebih
tinggi dalam diri manusia tetapi memakainya dari sudut pandang yang berbeda.
Akan tetapi harus segera juga dipahami bahwa perbedaan istilah dalam Alkitab
ini tidaklah sesuai dengan prbedaan yang sering dipakai dalam filsafat, bahwa
jiwa adalah elemen spiritual dalam diri manusia seperti yang dikaitkan dengan
dunia binatang, sedangkan roh adalah elemen yang sama dalam hubungannya dengan
dunia spiritual yang lebih tinggi dan dengan Allah.
Kenyataan berikut menunjukkan perbedaan dengan pandangan filsafat ini:
Ruach-pneuma sama halnya dengan nephesh-psuche dipakai dalam penciptaan
binatang, Pkh 3:21; Why 16:3. Kata psuche juga dipakai untuk menunjuk kepada
Tuhan : Yes 42:1; Yer 9:9; Amos 6:8; Ibr 10:38. Orang mati yang sudah tidak
bertubuh lagi disebut psuchai, Why 6:9; 20:4. Pelaksanaan keagamaan yang
tertinggi disebut dilakukan oleh psuche Mark 12:30; Luk 1:46; Ibr 6:18, 19; Yak
1:21. Untuk melepaskan psuche berarti harus melepaskan semuanya. Jelas kita
ketahui bahwa Alkitab memakai kedua kata itu saling bergantian. Mari kita
perhatikan paralelisme yang dipakai dalam Luk 1:46-47; "Jiwaku memuliakan
Tuhan dan hatiku bergembira karena Allah Juruselamatku." Alkitab menyebut
manusia sering dengan istilah "tubuh dan jiwa" (Mat 6:25; 10:28) dan
di bagian lain disebutkan "tubuh dan roh" (Pkh 12:7; 1Kor 5:3,5).
Kematian sering disebut sebagai berhentinya jiwa (Kej 35:18; 1Raj 17:21; Kis
15:26) dan juga berhentinya roh (Mzm 31:5; Luk 23:46; Kis 7:59). Lebih jauh
lagi, baik "jiwa" maupun "roh" dipakai untuk menunjukkan
elemen bukan materi dari orang mati (1Pet 3:19; Ibr 12:23; Why 6:9; 20:4).
Perbedaan Alkitab yang penting
adalah demikian: kata "roh" menunjukkan elemen spiritual dalam diri
manusia sebagai prinsip kehidupan dan tindakan yang mengatur tubuh; sedangkan
istilah "jiwa" menunjuk elemen yang sama sebagai subjek dari tindakan
di dalam diri manusia, dalam Perjanjian Lama, Mzm 10:1,2; 104:1; 146:1; Yes
42:1; band. juga dengan Luk 12:19. Dalam berbagai keadaan secara khusus kata
itu menunjuk kedalaman diri manusia sebagai tempat kedudukan perasaan manusia.
Semua ini selaras dengan Kej 2:7: "Dan Tuhan Allah ... menghembuskan ke
dalam hidungnya nafas hidup; dan manusia menjadi makhluk yang hidup." Jadi
dapatlah dikatakan bahwa manusia mempunyai roh, yang juga adalah jiwa. Jadi
Alkitab menunjukkan hanya dua saja elemen konstitusional dalam natur manusia
yaitu tubuh dan roh atau jiwa. Pernyataan Alkitab ini juga selaras dengan
kesadaran diri manusia. Kendatipun manusia sadar akan kenyataan bahwa dirinya
terdiri dari elemen-elemen material dan spiritual, tak ada seorangpun yang
sadar ia memiliki roh yang berbeda dengan jiwa.
Namun ada dua ayat yang tampaknya bertentangan dengan pernyataan dikotomis
dari Alkitab yaitu 1Tes 5:23 "Semoga Allah damai sejahtera menguduskan
kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan
tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus" dan satu lagi dalam Ibr 4:12,
"Sebab Firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pedang bermata dua
manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan
sunsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita." Akan
tetapi harus selalu diingat bahwa: (a) Merupakan suatu peraturan yang harus
dipegang teguh dalam eksegesis bahwa pernyataan-pernyataan perkecualian tidak
boleh ditafsirkan sebagai analogia Scriptura atau sebagai pernyataan Alkitab
yang biasa.
Dengan melihat fakta ini beberapa orang yang mempertahankan trikotomi
menerima bahwa ayat-ayat ini tidak harus membuktikan point mereka. (b) Berdasarkan
Alkitab, pemakaian kata roh dan jiwa secara bersamaan tidaklah membuktikan
keduanya adalah dua substansi berbeda dan Mat 22:37 tidak membuktikan bahwa
Yesus menganggap hati dan jiwa dan pikiran adalah tiga substansi berbeda. (c)
Dalam 1Tes 5:23 Rasul Paulus hanyalah ingin menekankan perkataan "Semoga
Allah damai sejahtera menyucikan kamu semua seutuhnya," melalui suatu
pernyataan epexigetis, di mana aspek-aspek berbeda dari eksistensi manusia
disebutkan, dan di mana ia merasakan sangat bebas untuk menyebutkan jiwa dan
roh bersamaan sebab Alkitab membedakan antara keduanya. Tentunya disini Paulus
tidak akan pernah berpikir bahwa keduanya adalah dua substansi berbeda, sebab
ia berkata di dalam surat-suratnya dalam Rom 8:10; 1Kor 5:5; 7:34; 2Kor 7:1; Ef
2:3; Kol 2:5. (d) Ibr 4:12 tidak boleh dianggap berarti bahwa Firman Tuhan
sementara menebus ke dalam diri manusia kemudian roh dan jiwa yang kemudian
dimaksudkan bahwa keduanya adalah dua substansi berbeda; tetapi ayat ini
menyatakan bahwa Firman Tuhan memisahkan pemikiran dan keinginan hati manusia.
2. HUBUNGAN ANTARA TUBUH
DAN JIWA.
Hubungan yang pasti
antara tubuh dan jiwa telah dijelaskan dalam berbagai cara tetapi tetaplah
merupakan misteri yang amat besar. Pembicaraan berikut adalah teori-teori paling
penting yang berkaitan dengan masalah ini :
a. Monistik.
Ada banyak teori yang
keluar dari asumsi bahwa tubuh dan jiwa adalah subtansi primitif yang sama.
Sesuai dengan pendapat Materialisme, substansi primitif ini adalah materi dan
roh adalah hasil dari materi. Sedangkan menurut pendapat Idealisme absolut dan
Spiritualisme yang merupakan substansi primitif adalah roh dan roh ini menjadi
tujuan bagi dirinya sendiri dalam apa yang disebut sebagai materi. Materi
adalah hasil dari roh. Keberatan terhadap teori monistik ini adalah bahwa dua
hal yang sedemikian berbeda seperti tubuh dan jiwa tidaklah dapat saling
dihasilkan satu dari yang lain.
b. Dualistik.
Sebagian teori yang berasal dari asumsi akan adanya dualitas esensial dari
materi dan roh dan menyatakan relasi mereka yang saling berkait satu dengan
yang lain didalam berbagai cara:
3. Occasionalisme.
Menurut teori yang
dikemukakan oleh Cartesius ini, materi dan roh masing-masing bekerja sesuai
dengan hukum masing-masing, dan hukum- hukum ini saling berbeda sehingga tidak
ada kemungkinan untuk melakukaan tindakan bersama. Apa yang tampaknya seperti
itu hanya dapat dijelaskan berdasarkan prinsip bahwa pada peristiwa yang satu,
Allah oleh pelaku bebas dalam diri-Nya menghasilkan suatu tindakan yang sama
dalam yang lain.
- Paralelisme.
Leibniz mengemukakan
teori tentang keselarasan yang telah ditetapkan sebelumnya. Teori ini juga
berlandaskan asumsi bahwa tidak ada interaksi langsung antara material dan
spiritual, tetapi teori ini tidak mengasumsikan bahwa Allah menghasilkan
tindakan-tindakan yang bersama melalui interferensi terus-menerus. Akan tetapi
teori ini justru menyatakan bahwa Allah membuat tubuh dan jiwa sedemikian
sehingga yang satu dengan tepat berhubungan dengan yang lain. Ketika tubuh
bergerak, ada juga gerakan dalam jiwa sesuai dengan hukum keselarasan yang
telah ditetapkan sebelumnya.
- Dualisme Realistik.
Kenyataan-kenyataan
sederhana yang kepadanya kita harus selalu kembali dan yang terkait dalam teori
dualisme realistik adalah sebagai berikut: tubuh dan jiwa adalah substansi yang
berbeda, yang tidak saling berinteraksi walaupun cara interaksinya tidak
memakai pengujian manusia dan tetap merupakan misteri bagi kita. Persatuan
antara keduanya dapat disebut persatuan hidup; keduanya saling terkait secara organis,
jiwa yang bertindak di dalam tubuh dan tubuh bertindak atas jiwa. Sebagian dari
tindakan-tindakan dari tubuh tergantung pada jiwa yang sadar, sedangkan yang
lainnya tidak. Tindakan-tindakan jiwa dihubungkan dengan tubuh sebagai alatnya
dalam hidup sekarang ini; akan tetapi dari eksistensi berlanjut dan kegiatan
jiwa setelah kematian dapat diketahui bahwa jiwa ini dapat bekerja tanpa tubuh.
Pandangan ini selaras dengan Alkitab dalam bagian ini. Sejumlah besar dari
psikologi dewasa ini sungguh bergerak dalam alur materialisme. Ekstrim yang
paling ujung adalah seperti apa yang terlihat dalam Behaviorisme tentang
pikiran, dengan penyangkalan terhadap jiwa, dan bahkan juga tentang kesadaran.
Semua yang dipelajari oleh Behaviorisme adalah studi tentang tingkah laku
manusia.