Senin, 21 April 2014

APA TUJUAN GEREJA


Apa tujuan gereja? 
SOBOLIEMATIUS
Kisah Rasul 2:42 dapat dianggap sebagai pernyataan tujuan gereja, “Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.” Dengan demikian, menurut Kitab Suci, tujuan/kegiatan gereja adalah: (1) mengajarkan pengajaran-pengajaran yang Alkitabiah, (2) menyediakan tempat bagi orang-orang percaya untuk bersekutu, (3) menjalankan Perjamuan Kudus, dan (4) berdoa.
            Gereja perlu mengajarkan dasar-dasar pengajaran dari Alkitab supaya iman kita memiliki dasar yang kokoh. Efesus 4:14 memberitahu kita, “Sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan.” Gereja adalah tempat untuk bersekutu, tempat di mana orang Kristen dapat mengasihi dan menghormati satu dengan yang lain (Roma 12:10), saling menasihati (Roma 15:14), penuh kasih mesra dan saling mengampuni (Efesus 4:32), saling menasihati dan membangun (1 Tesalonika 5:11), dan yang paling penting, saling mengasihi (1 Yohanes 3:11).

            Gereja adalah tempat di mana orang-orang percaya dapat melakukan Perjamuan Kudus, memperingati kematian Kristus, dan bagaimana Kristus telah mencucurkan darah untuk kita (1 Korintus 11:23-26). Konsep ”memecahkan roti” (Kisah Rasul 2:42) juga berarti menikmati hidangan bersama-sama. Ini adalah contoh lain mengenai persekutuan. Tujuan yang terakhir menurut Kisah Rasul 2:42 adalah berdoa. Gereja ada tempat yang mengutamakan doa, mengajar orang berdoa, dan mempraktekkan doa. Filipi 4:6-7 mendorong kita, “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.”

            ”Pengutusan” lain yang diberikan kepada gereja adalah untuk memproklamirkan Injil keselamatan melalui Yesus Kristus (Matius 28:18-20; Kisah Rasul 1:8). Gereja dipanggil untuk setia dalam memberitakan Injil melalui kata-kata dan perbuatan. Gereja adalah ”mercusuar” masyarakat – yang mengarahkan orang kepada Tuhan dan Juruselamat kita Yesus Kristus. Gereja dipanggil untuk memberitakan Injil dan untuk menyiapkan anggota-anggotanya untuk memberitakan Injil (1 Petrus 3:15).

            Beberapa tujuan akhir dari gereja diberikan dalam Yakobus 1:27, “ Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia.” Gereja ada untuk melayani orang-orang yang dalam kekurangan. Ini bukan saja dalam pekabaran Injil, namun juga dalam menyediakan kebutuhan fisik (makanan, pakaian, tempat berteduh) sebagaimana dibutuhkan dan sepantasnya. Gereja perlu mempersiapkan orang-orang yang percaya di dalam Kristus dengan perlengkapan-perlengkapan untuk mengalahkan dosa dan untuk bebas dari pengaruh kotor dunia ini. Hal ini dilakukan dengan prinsip-prinsip yang sudah diberikan di atas – pengajaran yang Alkitabiah dan persekutuan Kristiani.

            Setelah mengatakan semua itu, jadi apa tujuan gereja? Saya suka dengan ilustrasi dalam 1 Korintus 12:12-27. Gereja adalah ”tubuh” Allah – kita adalah tangan, mulut dan kakiNya dalam dunia ini. Kita melakukan apa yang Kristus akan lakukan kalau saja Dia hadir secara fisik di bumi ini. Gereja perlu menjadi ”Kristen” – ”menjadi serupa dengan Kristus” dan mengikuti Kristus. 



APA PERBEDAAN GEREJA UNIVESAL DAN GEREJA SETEMPAT


Apa perbedaan antara gereja universal dan gereja setempat?

SOBOLIEMMATIUS 
Untuk memahami perbedaan antara gereja setempat dan gereja universal orang harus memahami definisi dasar dari masing-masing. Gereja setempat adalah kelompok orang-orang percaya dalam Yesus Kristus yang berkumpul di tempat tertentu secara teratur. Gereja universal terdiri dari orang-orang yang percaya dalam Yesus Kristus di seluruh dunia. Istilah gereja berasal dari paling sedikit dua kata. Salah satu kata tsb. berhubungan dengan berkumpul bersama atau “jemaat” (1 Tesalonika 2:14; 2 Tesalonika 1:1). Kata ini adalah kata yang berhubungan dengan karya Allah dalam menyelamatkan dan menyucikan orang-orang percaya sebagai “orang-orang yang dipanggil keluar.” Ketika kata gereja ditemukan di dalam Alkitab Bahasa Inggris kata inilah yang digunakan. Kata kedua adalah kata yang berbicara mengenai kepemilikan dan secara harafiah berarti “kepunyaan Allah.” Ini adalah kata yang kemudian berubah menjadi “gereja.” Kata bahasa Yunani ini hanya digunakan dua kali dalam Perjanjian Baru dan tidak pernah digunakan secara langsung untuk menamakan gereja (1 Korintus 11:20; Wahyu 1:10).

            Gereja setempat biasanya didefinisikan seabgai perkumpulan setempat dari orang-orang yang mengakui iman dan kesetiaan kepada Kristus. Paling sering kata bahasa Yunani, ekklesia, digunakan untuk merujuk pada jemaat setempat (1 Tesalonika 1:1; 1 Korintus 4:17; 2 Korintus 11:8). Ini tidak berarti hanya ada satu gereja tertentu di satu daerah. Ada banyak gereja setempat di kota-kota yang besar.

            Gereja universal adalah nama yang diberikan kepada gereja di seluruh dunia. Dalam hal ini konsep gereja bukanlah perkumpulan, namun orang-orang di dalamnya., Gereja adalah gereja sekalipun tidak ada pertemuan yang resmi. Dalam Kisah pasal 8 dan ayat 3 orang dapat menyaksikan bahwa gereja adalah gereja bahkan ketika mereka ada di rumah. Ketika menganalisa teks sebenarnya dari Kisah 9:31, orang dapat memperhatikan bahwa kata gereja-gereja sesuai terjemahan Alkitab King James seharusnya diterjemahkan sebagai gereja, yang menggambarkan gereja universal, dan bukan sekedar gereja-gereja setempat. Ada orang yang mencoba menggambarkan gereja universal sebagai gereja yang tidak kelihatan. Berhati-hati, jangan lakukan hal ini. Gereja universal tidak pernah digambarkan dalam Alkitab sebagai tidak kelihatan dan tidak dimaksudkan sebagai tidak kelihatan. Berikut ini adalah ayat-ayat Alkitab lainnya yang berbicara mengenai gereja universal: (1 Korintus 12:28; 15:9; Matius 16:18; Efesus 1:22-23; Kolose 1:18).



APA PENTINGNYA PERJAMUAN KUDUS?


Apa pentingnya Perjamuan Kudus?

Soboliemmatius 

Mempelajari Perjamuan Kudus adalah pengalaman yang menyentuh sanubari karena dalamnya makna yang dikandung. Adalah pada saat merayakan Pasah pada malam menjelang kematianNya Yesus menetapkan sebuah perjamuan baru yang bermakna yang kita peringati sampai saat ini, dan yang merupakan pengungkapan tertinggi dalam ibadah Kristiani. Perjamuan Kudus adalah ”khotbah dalam perbuatan,” memperingati kematian dan kebangkitan Tuhan kita, dan memandang ke masa yang akan datang di mana Dia akan datang kembali dalam keuliaan.

Hari Pasah adalah perayaan yang paling suci dalam kalender agama Yahudi. Perayaan itu memperingati tulah terakhir di Mesir ketika anak-anak sulung orang Mesir mati dan anak-anak sulung orang Israel selamat karena darah dari anak domba yang dipercikkan di ambang pintu mereka. Anak domba dipanggang dan dimakan bersama dengan roti tidak beragi. Allah memerintahkan bahwa sepanjang masa hari raya itu harus diperingati. Kisah ini dicatat dalam Keluaran 12.

                Dalam perayaan itu, Yesus dan murid-muridnya menyanyi satu atau beberapa Mazmur Pujian (Mazmur 111-118). Yesus, mengambil roti, mengucap syukur kepada Allah. Sambil memecahkan roti itu dan memberikannya kepada mereka, Dia berkata, “Ambil, makanlah, inilah tubuhKu yang diserahkan bagi kamu.” Demikian pula Dia mengambil cawan sesudah makan dan memberikannya kepada mereka untuk diminum. Dia berkata, "Cawan ini adalah perjanjian baru yang dimeteraikan oleh darah-Ku; perbuatlah ini, setiap kali kamu meminumnya, menjadi peringatan akan Aku!" Dia mengakhiri perjamuan itu dengan menyanyikan nyanyian rohani dan kemudian mereka keluar menuju ke Bukit Zaitun. Di sanalah Yesus dikhianati, sebagaimana telah dinubuatkan, oleh Yudas. Pada keesokan harinya Yesus disalibkan.

                Kisah mengenai Perjamuan Kudus terdapat dalam Matius 26:26-29, Markus 14:17-25, Lukas 22:7-22, dan Yohanes 13:21-30. Dengan pewahyuan illahi, Rasul Paulus menulis mengenai Perjamuan Kudus dalam 1 Korintus 11:23-29. (Hal ini karena Paulus tidak berada di ruang atas saat Perjamuan Kudus ditetapkan). Paulus memasukkan kata-kata yang tidak terdapat dalam kitab-kitab Injil, “Jadi barangsiapa dengan cara yang tidak layak makan roti atau minum cawan Tuhan, ia berdosa terhadap tubuh dan darah Tuhan. Karena itu hendaklah tiap-tiap orang menguji dirinya sendiri dan baru sesudah itu ia makan roti dan minum dari cawan itu. Karena barangsiapa makan dan minum tanpa mengakui tubuh Tuhan, ia mendatangkan hukuman atas dirinya” (1 Korintus 11:27-29).

                Kita mungkin bertanya apa maksudnya makan roti dan minum cawan dengan ”cara yang tidak layak.” Itu mungkin berarti kita tidak menghiraukan makna sebenarnya dari roti dan cawan, dan melupakan harga yang begitu mahal yang harus dibayar oleh Juruselamat kita untuk keselamatan kita. Atau itu mungkin berarti membiarkan perayaan itu menjadi upacara yang mati dan formal, atau datang ke Meja Perjamuan dengan dosa yang masih belum diakui. Sesuai dengan instruksi Paulus, setiap orang harus memeriksa dirinya sendiri sebelum makan roti dan minum dari cawan itu.

                Pernyataan lain yang dibuat oleh Paulus yang tidak terdapat dalam kitab-kitab Injil adalah “ Sebab setiap kali kamu makan roti ini dan minum cawan ini, kamu memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang” (1 Korintus 11:26). Kalimat ini membatasi jangka waktu dari Perjamuan Kudus – sampai Tuhan kita datang. Dari kisah yang singkat ini, kita belajar bagaimana Yesus menggunakan dua unsur yang paling rapuh sebagai simbol dari tubuh dan darahNya, dan menjadikan keduanya sebagai peringatan untuk kematianNya. Itu bukan sebuah monumen yang terbuat dari marmer atau logam, namun terbuat dari roti dan anggur.

                Dia menyatakan bahwa roti adalah mengenai tubuhNya yang dipecah-pecahkan, - tidak ada satupun tulangNya yang patah, namun tubuhnya disiksa sedemikian rupa sehingga sulit untuk dikenali (Mazmur 22:13-18, Yesaya 53:4-7). Anggur menyatakan darahNya, menunjukkan kematian yang mengerikan yang akan segera dialamiNya. Dia, sang Anak Allah yang sempurna, menjadi penggenapan dari begitu banyaknya nubuatan dalam Perjanjian Lama mengenai sang Penebus (Kejadian 3:15; Mazmur 22; Yesaya 53, dll). Ketika Dia berkata, ”Lakukanlah ini untuk menjadi peringatan akan Aku,” hal ini mengindikasikan bahwa upacara ini harus diteruskan di hari-hari yang akan datang. Ini juga menyatakan bahwa Pasah, yang menuntut pengorbanan seekor domba dan yang menantikan kedatangan sang Anak Domba Allah yang akan mengangkat dosa isi dunia, sekarang sudah usang. Perjanjian Baru mulai berlaku ketika Kristus, sang Anak Domba Paskah (1 Korintus 5:7), dikorbankan (Ibrani 8:8-13). Sistim korban binatang tidak lagi dibutuhkan (Ibrani 9:25-28).




APA PENTINGNYA BAPTISAN KRISTEN?


Apa pentingnya baptisan Kristen?

       
YESI, ANNI, MATIUS 
  Menurut Alkitab, baptisan Kristen adalah kesaksian dari apa yang terjadi di dalam kehidupan orang percaya. Baptisan Kristen melukikan identifikasi orang percaya dengan kematian Kristus, penguburanNya dan kebangkitanNya. Alkitab menyatakan, “Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru (Roma 6:3-4). Dalam baptisan Kristen, dimasukkan ke dalam air menggambarkan dikuburkan dengan Kristus. Keluar dari air menggambarkan kebangkitan Kristus.

         Dalam baptisan Kristen ada dua persyaratan sebelum seseorang dibaptiskan: (1) orang yang dibaptis harus sudah percaya pada Yesus Kristus sebagai Juruselamat, dan (2) orang itu harus mengerti apa makna dari baptisan. Jikalau seseorang mengenal Yesus sebagai Juruselamat, memahami bahwa baptisan Kristen adalah langkah ketaatan dalam memperkenalkan imannya kepada Kristus secara terbuka, dan ingin dibaptiskan, maka tidak ada alasan untuk menghalangi orang percaya tsb dari menerima baptisan. Menurut Alkitab, baptisan Kristen adalah langkah ketaatan, pernyataan iman seseorang secara terbuka bahwa dia percaya kepada Kristus sebagai satu-satunya jalan keselamatan. Baptisan Kristen adalah sesuatu hal penting karena itu adalah langkah ketaatan, pernyataan iman kepada Kristus secara terbuka dan komitmen kepadaNya, dan menyamakan diri dengan kematian, penguburan dan kebangkitan Kristus.




APA KATA ALKITAB MENGENAI PERTUMBUHAN GEREJA?


APA KATA ALKITAB MENGENAI PERTUMBUHAN GEREJA?

Sekalipun Alkitab tidak secara khusus membicarakan pertumbuhan gereja, prinsip
Anikmas  
pertumbuhan gereja adalah pemahaman bahwa Yesus mengatakan, “Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya” (Matius 16:18). Paulus meneguhkan bahwa gereja berdasar pada Yesus Kristus (1 Korintus 3:11). Yesus Kristus juga adalah Kepala gereja (Efesus 1:18-23) dan hidup gereja (Yohanes 10:10). Setelah mengatakan demikian, patut diingat bahwa “pertumbuhan” adalah istilah yang relatif. Ada berbagai macam pertumbuhan, dan beberapa di antaranya sama sekali tidak berhubungan dengan angka.

Gereja bisa saja hidup dan bertumbuh sekalipun angka keanggotaan/kehadiran tidak berubah. Kalau orang-orang dalam gereja itu bertumbuh dalam kasih karunia dan pengenalan akan Tuhan Yesus, tunduk pada kehendakNya dalam kehidupan mereka, baik secara pribadi maupun bersama-sama, itulah gereja yang mengalami pertumbuhan yang sejati. Pada saat yang sama, gereja dapat menambah kegiatan setiap minggu, memiliki jumlah yang besar dan tetap mati secara rohani.

Semua jenis pertumbuhan mengikuti pola tertentu. Sebagaimana makhluk yang bertumbuh, gereja setempat memiliki orang-orang yang menanamkan benih (penginjil) dan yang menyiram (pendeta/pengajar), dan mereka yang menggunakan karunia-karunia rohani mereka bagi pertumbuhan rohani mereka di gereja setempat. Namun perhatikan bahwa adalah Allah yang memberi pertumbuhan (1 Korintus 3:7). Mereka yang menanam dan mereka yang menyiram sama-sama akan mendapat pahala, masing-masing menurut jerih lelah mereka (1 Korintus 3:8).

Haruslah ada keseimbangan antara menanam dan menyiram supaya gereja setempat dapat bertumbuh, dan ini berarti bahwa dalam gereja yang sehat setiap orang harus mengenali karunia rohaninya sehingga dia dapat berfungsi sepenuhnya dalam tubuh Kristus. Kalau menanam dan menyiram tidak lagi seimbang, gereja tidak akan berhasil sesuai dengan rencana Allah. Tentunya harus ada ketergantungan dan ketaatan pada Roh Kudus setiap hari sehingga kuasaNya dapat disalurkan dalam diri mereka yang menanam dan menyiram sehingga pertumbuhan dari Allah dapat terwujud.

Akhirnya, gambaran dari gereja yang hidup dan bertumbuh ditemukan dalam Kisah 2:42-47 di mana dikatakan bahwa orang-orang percaya, “bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.” Kemudian dikatakan pula bahwa mereka saling melayani satu dengan yang lainnya dan menjangkau mereka yang perlu mengenal Tuhan, dan “tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.” Ketika hal-hal ini ada, gereja akan mengalami pertumbuhan rohani, tanpa memperdulikan apakah bertambah atau tidak secara angka.  





APA KATA ALKITAB MENGENAI DISIPLIN GEREJA/ PENGUCILAN


Apa kata Alkitab mengenai disiplin gereja/pengucilan? 

Matius Sobolim, S. Th 

Pengucilan adalah seseorang secara resmi dikeluarkan dari daftar keanggotaan gereja dan secara tidak resmi memisahkan diri dari individu tsb. Matius 18:15-20 memberikan prosedur dan otoritas kepada gereja untuk melakukan hal ini. Kita diinstruksikan bahwa seorang individu (biasanya pihak yang tersinggung) datang kepada individu yang menyinggung. Kalau dia tidak menyesalinya, maka dua atau tiga orang akan pergi untuk mengkonfirmasikan situasinya dan penolakan untuk bertobat. Kalau tetap tidak ada pertobatan, masalah itu dibawa di depan gereja. Ini bukanlah proses yang “disukai,” sama seperti orangtua tidak pernah senang kalau harus mendisiplin anak-anak mereka. Namun sering ini dibutuhkan. Tujuannya bukan untuk bersikap tegaan atau untuk menunjukkan sikap “saya lebih suci.” Sebaliknya hal ini dilakukan karena kasih terhadap yang individu itu, dalam ketaatan dan hormat kepada Allah, dan dalam rasa takut kepada Allah demi untuk orang-orang lain dalam gereja.

            Alkitab memberi contoh perlunya pengucilan dalam gereja setempat, gereja di kota Korintus (1 Korintus 5:1-13). Dalam bagian Alkitab ini, Rasul Paulus juga memberikan beberapa maksud dari pengucilan dalam Alkitab. Salah satu alasan (tidak ditemukan secara langsung dalam bagian Alkitab tsb.) adalah demi untuk kesaksian Kristus Yesus (dan gerejaNya) di hadapan orang-orang yang belum percaya. Sesudah Daud berdosa dengan Betsyeba, salah satu konsekwensi dari dosanya yang disebutkan oleh Allah adalah bahwa nama dari Allah yang sejati dan esa akan dihina oleh musuh-musuh Allah (2 Samuel 12:14). Alasan kedua adalah bahwa dosa itu seperti kanker; kalau dibiarkan, akan menjalar kepada mereka yang berada di sekitarnya sebagaimana sedikit ragi mengkhamiri seluruh adonan (1 Korintus 5:6-7). Lagipula, Paulus menjelaskan bahwa Yesus telah menyelamatkan kita sehingga kita terpisah dari dosa, bahwa kita harus “tidak beragi” atau bebas dari hal-hal yang secara rohani mencemarkan (1 Korintus 5:7-8). Keinginan Kristus bagi pengantin perempuannya, Gereja, adalah agar gereja suci dan tak bernoda (Efesus 5:25-27). Pengucilan juga dimaksudkan untuk kebaikan jangka panjang dari orang yang didisiplin oleh gereja. Paulus dalam 1 Korintus 5:5 mengatakan bahwa pengucilan adalah cara untuk “serahkan dalam nama Tuhan Yesus kepada Iblis, sehingga binasa tubuhnya, agar rohnya diselamatkan pada hari Tuhan.” Ini berarti bahwa dalam pengucilan Allah menggunakan Iblis (atau salah satu dari pengikutnya) sebagai alat disiplin untuk bekerja dalam hidup orang berdosa secara fisik untuk menghasilkan pertobatan yang sejati dalam hatinya.

            Kadang tindakan disiplin gereja berhasil menimbulkan kesedihan rohani dan pertobatan sejati. Ketika ini terjadi orang tsb. dapat dikembalikan kepada persekutuan. Orang yang terlibat dalam 1 Korintus 5 bertobat dan Paulus menasihati gereja untuk memulihkan dia kepada persekutuan gereja (2 Korintus 2:5-8). Sayangnya, tindakan pendisiplinan, sekalipun dilakukan dalam kasih dan dengan cara yang benar, tidak selalu berhasil membawa pemulihan seperti itu, namun tetap dibutuhkan untuk menghasilkan tujuan-tujuan lain yang disebutkan di atas.

Kemungkinan kita semua sudah pernah menyaksikan kelakuan seorang anak yang dibiarkan melakukan apa yang saja yang diinginkan dengan disiplin yang amat rendah atau sama sekali tidak ada. Itu bukanlah suatu pemandangan yang menarik. Cara mendidik anak semacam ini bukanlah kasih karena akan mencelakakan masa depan anak. Kelakuan semacam ini mencegah anak membentuk hubungan yang bermakna dan untuk berhasil dalam keadaan apapun, baik secara sosial maupun dalam pekerjaan. Demikian pula, disiplin dalam gereja, sekalipun tidak menyenangkan atau mudah, bukan hanya diperlukan, namun juga adalah kasih. Lebih dari itu, itu adalah perintah Allah.





APA KATA ALKITAB MENGENAI BENTUK PEMERINTAHAN GEREJA?


Apa kata Alkitab mengenai bentuk pemerintahan gereja?


Matius Sobolim, S. Th
Dalam FirmanNya, adalah jelas sekali bagaimana Tuhan menginginkan gerejanya diorganisir dan dijalankan dalam dunia ini. Pertama-tama, Kristus adalah Kepala gereja dan otoritas tertinggi (Efesus 1:22, 4:15, Kolose 1:18). Kedua, gereja setempat berdiri sendiri, bebas dari kuasa dan pengaturan pihak luar, dengan hak untuk mengatur diri sendiri dan bebas dari campur tangan pribadi ataupun organisasi manapun (Titus 1:5). Ketiga, gereja diatur oleh kepemimpinan rohani yang terdiri dari dua jabatan utama – penatua dan diaken.

            “Penatua” adalah dewan kepemimpinan di antara orang-orang Israel sejak zaman kitab-kitab Musa (Pentateukh). Kita mendapatkan mereka membuat keputusan-keputusan politik (2 Sameul 5:3; 2 Samuel 17:4, 15), menasihati raja (1 Raja-Raja 20:7) dan mewakili rakyat dalam kaitannya dengan hal-hal rohani (Keluaran 7, 17:5-6, 24:1, 9; Bilangan 11:16, 24-25). Terjemahan mula-mula Perjanjian Lama dalam Bahasa Yunani (LXX) menggunakan presbuteros untuk penatua. Ini adalah kata bahasa Yunani yang sama yang dalam Perjanjian Baru juga diterjemahkan sebagai “penatua.”

            Perjanjian Baru berkali-kali merujuk pada penatua yang melayani dalam peranan sebagai pemimpin gereja (Kisah 14:23; 15:2; 20:17;Titus 1:5; Yakobus 5:14) dan nampaknya setiap gereja memiliki lebih dari satu penatua karena biasanya kata tsb. dijumpai dalam bentuk jamak. Satu-satunya kekecualian merujuk pada kasus-kasus di mana seorang penatua disebut secara khusus karena alasan-alasan tertentu (1 Timotius 5:1; 1 Timotius 5:19). Di Gereja Yerusalem, mereka adalah bagian dari kepemimpinan bersama-sama dengan para Rasul (Kisah 15:2-16:4).

            Zodhiates, dalam karyanya The Complete Word Study Dictionary: NewTestament, mendefinisikan kelompok penatua sbb: “Para penatua dari gereja-gereja Kristen, para presbiter, yang kepadanya dipercayakan arah dan pemerintahan dari tiap gereja, setara dengan episkopos, penilik jemaat, bishop (Kisah 11:30; 1 Timotius 5:17).” Jadi Zodhiates menyamakan “penatua” dengan penilik jemaat atau bishop (episkopos diterjemahkan dengan istilah itu). Dia memandang istilah “penatua” sebagai rujukan pada wibawa dari jabatan tsb, sementara bishop atau penilik jemaat merujuk pada otoritas dan kewajiban (1 Petrus 2:25; 5:1; 2, 4). Dia mencatat bahwa dalam Filipi 1:1 Paulus menyapa para bishop dan diaken, namun tidak mencantumkan para penatua (karena penatua adalah satu dan sama dengan bishop). Demikian pula 1 Timotius 3:2, 8 memberi kualifikasi para bishop dan diaken, namun tidak menyinggung para penatua karena alasan yang sama. Titus 1:5 dan 1:7 kelihatannya juga menghubungkan kedua istilah ini.

            Sehubungan dengan kata “gembala” (poimen), dalam kaitannya dengan manusia sebagai pemimpin gereja, hanya ditemukan satu kali dalam Perjanjian Lama dalam Efesus 4:11, “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar.” Kebanyakan orang menghubungkan kedua istilah “gembala dan pengajar” sebagai rujukan kepada satu pribadi yang sama dengan dua pembawaan. Dalam definisinya mengenai poimen, Zodhiates menjelaskan bahwa istilah “gembala” merujuk pada “pembimbing rohani dari gereja tertentu.”

            Ada dua bagian Alkitab (Kisah 20:28 dan 1 Petrus 5:1-2) yang menghubungkan ketiga istilah ini bersama-sama dan nampaknya mengindikasikan ketiga istilah ini sebagai rujukan pada satu jabatan yang sama. Sebagaimana dikatakan sebelumnya, diaken adalah kelompok yang berbeda dalam gereja dan memiliki daftar kualifikasi yang dalam banyak hal serupa dengan bishop (1 Timotius 3:8-13). Mereka membantu gereja sebagaimana diperlukan seperti dapat dilihat dalam Kisah 6.

            Dari ayat-ayat di atas, nampaknya selalu ada pluralitas penatua, namun hal ini tidak menyangkal Allah memberi penatua tertentu karunia khusus untuk mengajar dan memberi penatua-penatua lainnya karunia administrasi, dll (Roma 12:3-8, Efesus 4:11), juga tidak menutup kemungkinan Dia memanggil mereka ke dalam pelayanan di mana mereka dapat menggunakan karunia-karunia itu (Kisah 13:1). Karena itu seorang penatua bisa saja muncul sebagai “gembala,” yang lainnya melakukan kebanyakan dari visitasi anggota karena dia memiliki karunia berbelas kasihan, yang lain dapat “mengatur” dalam pengertian menangani detil-detil organisasi, dll. Banyak gereja yang diorganisir dengan sistim gembala dan diaken menjalankan fungsi pluralitas penatua dengan cara membagi beban pelayanan (diaken mengajar kelas Sekolah Minggu, dll) dan bekerja sama dalam pengambilan keputusan. Dalam Alkitab Anda juga akan mendapatkan bahwa ada banyak masukan dari jemaat dalam pengambilan keputusan. Karena itu seorang pemimpin “diktator” sebagai pengambil keputusan (baik disebut penatua, bishop atau gembala) adalah tidak Alkitabiah (Kisah 1:23, 26; 6:3, 5; 15:22, 30; 2 Korintus 8:19). Sama halnya dengan gereja dengan jemaat sebagai pengambil keputusan tertinggi yang tidak memperhatikan masukan dari para penatua atau pemimpin gereja.

            Secara ringkas, Alkitab mengajarkan kepemimpinan terdiri dari pluralitas penatua bersama dengan sekelompok diaken yang melayani sebagai pelayan gereja. Namun bukanlah bertentangan dengan pluralitas penatua kalau satu dari antara penatua tsb. melayani lebih utama dalam peran “penggembalaan.” Allah memanggil beberapa menjadi “gembala/pengajar” (sambil memanggil beberapa menjadi misionari dalam Kisah 13) dan memberi mereka sebagai hadiah untuk gereja (Efesus 4:11). Karena itu gereja bisa saja memiliki banyak penatua, namun tidak semua penatua itu dipanggil untuk melayani dalam peranan penggembalaan. Namun sebagai bagian dari penatua, gembala atau “penatua pengajar” tidak memiliki otoritas lebih tinggi dalam pengambilan keputusan dibandingkan dengan penatua-penatua lainnya.


KALAU YESUS ADALAH ALLAH, BAGAIMANA DIA BERDOA KEPADA ALLAH DAN APAKAH YESUS BERDOA KEPADA DIRINYA SENDIRI ?

  KALAU YESUS ADALAH ALLAH, BAGAIMANA DIA BERDOA KEPADA ALLAH DAN APAKAH YESUS BERDOA KEPADA DIRINYA SENDIRI ? Ev. Matius Sobolim, M. Th. ...