Oleh: Matius Soboliem, S. Th.
"Dan
tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Laodikia: Inilah firman dari Amin, Saksi
yang setia dan benar, permulaan dari ciptaan Allah: Aku tahu segala
pekerjaanmu, engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau
dingin atau panas! Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau
panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulutKu. Karena engkau berkata: Aku
kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan
karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan
telanjang, maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli daripadaKu emas
yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian
putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang
memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat.
Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan
bertobatlah! Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang
yang mendengar suaraKu dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan
Aku akan makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku."
Kota
Laodikia ialah sebuah kota yang terletak di Propinsi Asia dalam Kerajaan
Romawi, yang sekarang letaknya di bagian Barat Turki. Kota ini merupakan kota
yang kaya dan merupakan pusat perdagangan pada waktu itu. Kota ini terkenal
karena pabrik kain black wool, sekolah kedokteran dan sistem perbankan yang
baik. Jadi rupanya kehidupan kota ini tidak terlalu jauh berbeda dengan situasi,
perkembangan, dan kehidupan ekonomi sosial masa kini: pabrik tekstil, pabrik
garmen, universitas, dan sistem perbankan yang modern. Maka, gereja Laodikia
hidup di tengah-tengah masyarakat yang makmur dan kaya itu. Tak ubahnya seperti
keadaan gereja kita hari ini. Namun sayang sekali, dari ketujuh jemaat yang
dikecam oleh Tuhan dalam ketujuh suratnya dalam Kitab Wahyu itu, jemaat
Laodikialah yang mendapat kecaman dan teguran yang paling keras dan tajam. Oleh
sebab itu gereja di Laodikia inilah yang kami ambil sebagai studi perbandingan
dengan keadaan gereja kita hari ini dalam kita berbicara tentang Teologia
Kemakmuran.
"Aku
tahu segala pekerjaanmu," demikian kata Tuhan, "engkau tidak dingin
dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas!" Di sini
Yesus memulai dengan "Aku tahu," suatu istilah yang muncul berulang
kali dalam ketujuh surat ini (band. 2:2,9,13,19; 3:1,8 dst.).
Yesus yang telah bangkit dan naik ke sorga itu tahu atas kejadian-kejadian di
jemaatNya. Ia tahu apa yang dilakukan dan aniaya yang diderita oleh mereka.
Bahkan Ia tahu isi hati mereka, kesulitan mereka dan kebutuhan mereka. Apa
"pekerjaan" yang dimaksud? Yohanes tidak memberi penjelasan lebih
lanjut. Tapi nada bahasanya agaknya positif sifatnya, semacam pujian Tuhan
terhadap mereka (band. 2:2). Namun
Yohanes melanjutkan dengan mengatakan bahwa mereka tidak dingin dan tidak
panas. Pada waktu itu - mungkin juga hari ini - orang percaya bahwa air panas
bisa menyembuhkan, dan air dingin menyegarkan, tetapi air yang suam-suam kuku
tidak menyembuhkan dan juga tidak menyegarkan, melainkan memualkan. Itulah
sebabnya Yesus kemudian mengatakan "Aku akan memuntahkan engkau dari
mulutKu" (ayat 16). Kata
memuntahkan berasal dari kata emeo - yang adalah suatu kata yang kuat sekali
untuk menyatakan keengganan seseorang untuk mentolerir atau menerima sesuatu.
Sesuatu itu tidak bisa diterima, maka terpaksa harus ditolak dengan cara
seperti seseorang memuntahkan sesuatu dari mulutnya. Betapa kerasnya nada
bahasa ini, bukan? Leon Morris berkata: "'To spit you out of my mouth, ex
~resses in the strongest way a vigorous repudiation of the Laodiceans."146
Selanjutnya
kita melihat ada beberapa kata yang menunjukkan sifat congkak dari jemaat di
Laodikia, yang kemudian ditegur dengan tajam oleh Tuhan Yesus. "Aku kaya
dan aku telah memperkaya diriku"; dan lebih congkak lagi mereka berkata:
"aku tidak kekurangan apa-apa." Bukankah kata-kata sombong ini
menunjukkan sifat dan pandangan hidup yang materialistik dari jemaat di
Laodikia? Bukankah kekayaan materi yang menjadi ukuran bagi suksesnya mereka?
Padahal di mata Tuhan Yesus mereka adalah miskin, buta, dan telanjang (ayat 17). Betapa
ironisnya apabila kita melihat kemajuan dan kemakmuran mereka yang katanya
mempunyai sistem perbankan yang baik, sekolah kedokteran dan pabrik kain black
wool, tetapi oleh Tuhan mereka dikatakan miskin, buta, dan telanjang, sekalipun
dikatakan bahwa Yesus tahu akan segala pekerjaan mereka. Bekerja buat Tuhan itu
baik. Melayani Tuhan itu baik. Tetapi janganlah sampai kita bekerja dan
melayani Tuhan begitu rupa sampai kita hanya kaya secara jasmani, kita sukses
secara duniawi, tetapi kita melarat di mata Allah dan miskin secara rohani.
Mengapa
Yesus mengatakan demikian? Mereka kaya, tetapi dikatakan miskin? Yesus melihat
kesuksesan seseorang bukan pada materi saja, melainkan juga pada nilai-nilai
rohani. Maka Yesus bisa mengatakan: "sebab apa yang dikagumi manusia,
dibenci oleh Allah" (Lukas 16:15). Yesus mengatakan
kalimat ini dalam konteks Ia menegur orang-orang Farisi, hamba-hamba uang itu.
Yesus juga mengatakan: "Berjaga jagalah dan waspadalah terhadap segala
ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah
tergantung dari pada kekayaan itu.... Demikianlah jadinya dengan orang yang
mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan
Allah" (Lukas 12:15,21).
Demikianlah aspek rohani dari kehidupan orang Kristen - kaya di hadapan Tuhan -
tidak boleh kita abaikan. Tidak heran selanjutnya Yesus menasihatkan jemaat di
Laodikia agar mereka membeli emas dari Tuhan, yaitu emas yang telah dimurnikan
dalam api, agar mereka menjadi kaya.
Apa yang
dimaksud dengan "emas yang telah dimurnikan"? Mengapa dikatakan
"agar mereka menjadi kaya"? Bukankah mereka sudah kaya dan tidak
kekurangan apa-apa? Tentunya yang dimaksud ialah kaya secara rohani di hadapan
Allah (band. Lukas 12:21).
"Emas yang telah dimurnikan" menunjuk pada. kekayaan yang sejati,
bukan sebagaimana yang biasanya dicari atau dikagumi oleh manusia, melainkan
kaya yang di hadapan Tuhan. Oleh sebab itu Yesus bisa mengatakan dalam
khotbahNya di bukit: "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah,
karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.... Berbahagialah orang yang lapar
dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan" (Matius 5:3,6). Maka
Yesus menasihati mereka agar mereka "membeli dari padaKu emas yang telah
dimurnikan dalam api." Inilah kekayaan yang sejati di mata Tuhan dan
merupakan berkat pemberian Tuhan. Oleh sebab itu dikatakan "membeli dari
padaKu". "Membeli" tentunya berarti memperoleh dengan adanya
"harga" yang harus dibayar, yaitu merendahkan diri di hadapan Tuhan,
mengakui dirinya miskin, dengan iman memohon akan kasih karunia dan pertolongan
Tuhan. Tidak heran Petrus bisa mengatakan adanya iman yang jauh lebih tinggi
nilainya daripada emas yang fana" (I Petrus 1:7). Seberapa
jauh orang Kristen hari ini memikirkan kekayaan yang sejati jenis ini? Atau
kita selalu memikirkan harta duniawi dan berkat jasmani? Jangan lupa Yesus
berkata kepada orang-orang Farisi: "Apa yang dikagumi manusia, dibenci
oleh Allah." Kepada orang banyak Ia berkata: "...Kamu mencari Aku...
karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang." Orang yang datang
kepada Tuhan hanya karena berkat, ia satu hari akan kecewa. Orang yang mengikut
Dia namun tidak menyangkal diri (si aku yang lama), dan memikul salibnya, ia
tidak dapat menjadi murid Tuhan. Apakah kita hanya mau menerima berkat tapi
menolak Kayu Salib? William Barclay sering mengatakan kalau Tuhan kita memakai
mahkota duri, dapatkah kita sebagai murid-muridNya hanya mau memakai mahkota
bunga mawar?
Kedua, Yesus
menasihati mereka agar mereka membeli pakaian putih, agar mereka jangan
kelihatan telanjang. Sekali lagi kita melihat penekanan dan konsep nilai Tuhan
Yesus yang berbeda dengan mereka. Mereka mengatakan bahwa mereka kaya, mereka
mempunyai pabrik kain black wool, tapi Yesus mengatakan bahwa mereka miskin dan
telanjang. Maka mereka dinasihati untuk membeli pakaian putih, agar mereka
tidak telanjang. "Pakaian putih" dalam Kitab Wahyu melambangkan
kesucian dan kebenaran (dikaiosune), berkat karya Kristus di atas kayu salib...
Maka kepada jemaat di Sardis Yesus berkata: "...Mereka akan berjalan
dengan Aku dalam pakaian putih, karena mereka adalah layak untuk itu....
Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih..." (3:4-5; band. 4:4, 6:11, 7:9 dst.). Apa
yang kita cari hari ini? Apa yang kita mohonkan kepada Tuhan setiap hari? Yesus
menasihatkan agar kita membeli pakaian putih, yang melambangkan kehidupan yang
suci dan benar di mata Tuhan. Dan inilah kesaksian hidup yang sangat kita
perlukan hari ini dalam masyarakat dan bukannya kehidupan orang Kristen yang
sekularistis dan materialistis sifatnya, yang pada hakekatnya bisa merendahkan
martabat manusia yang adalah makhluk rohani. Namun kami percaya bahwa ajaran
Teologia Kemakmuran adalah sementara sifatnya. Mereka akan terus-menerus
mengalami perbaikan dan kristalisasi sampai kepada ajaran yang sesuai dengan
Alkitab, yaitu: bahwa kita tidak hanya mengajarkan Teologia Kemakmuran kepada
jemaat, melainkan kita harus mengajarkan Teologia Kayu Salib. Kita perlu
mengajar kan kebenaran Alkitab secara keseluruhan dan integral, bukan hanya
sebagian saja. "We need to preach the whole gospel to the whole
world." Demikianlah tema yang ditekankan berulang-ulang dalam Koperensi
Lausanne II di Manila, 1989.
Ketiga,
Yesus menasihati mereka agar mereka membeli minyak untuk melumas mata mereka,
supaya mereka dapat melihat. Jemaat di Laodikia mengklaim dirinya kaya dan
tidak kekurangan apa-apa. Di Laodikia terkenal dengan tiga keunggulan: pabrik
kain black wool, perbankan, dan sekolah kedokteran, yang menurut kisah, mereka
juga memproduksi minyak salep obat mata. Tetapi Yesus berkata bahwa mereka
miskin, telanjang,'dan buta. Maka mereka perlu akan minyak yang berasal dari
Tuhan untuk melumas mata mereka, agar mereka dapat melihat. Yesus berkata:
"Akulah terang dunia, barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan.
dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup" (Yohanes 8:12). Dengan
kata lain, Yesus seolah-olah berkata: "Akuilah bahwa engkau adalah buta,
dan percayalah bahwa Aku adalah terang dunia, dan mintalah kepadaKu minyak
untuk melumas matamu, maka engkau akan melihat.""Aku datang ke dalam
dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa yang tidak melihat, dapat melihat,
dan supaya barangsiapa yang "merasa" ("merasa", dari
penulis) dapat melihat, menjadi buta" (Yohanes 9:39). Kata-kata
ini diucapkan oleh Tuhan Yesus kepada orang-orang Farisi setelah Ia memulihkan
mata seorang yang buta sejak lahir. Sebaliknya, orang-orang Farisi yang merasa
dirinya dapat melihat, mereka tidak mau datang kepada Tuhan untuk minta minyak
untuk melumas mata mereka. Maka dosa mereka tetap, dan mereka tetap dalam
keadaan buta. Terhadap orang-orang semacam ini Yesus hanya berkata: "Lihat,
Aku berdiri di muka pintu dan mengetok, jikalau ada orang yang mendengar
suaraKu dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan
bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku" (Wahyu 3:20).