Apakah Alkitab masih relevan pada zaman ini?
Oleh: Matius Soboliem, S. Th
Kamus menawarkan defiinisi berikut
ini untuk ”agama” – ”kepercayaan kepada Allah atau illah yang biasanya
diwujudkan dalam perbuatan dan upacara; suatu sistim kepercayaan, penyembahan,
dll., seringkali dengan kode etik tertentu.” Dalam terang definisi ini, Alkitab
ada berbicara mengenai agama yang diatur, dan dalam banyak kasus, tujuan dan
dampak dari ”agama yang diatur” bukanlah sesuatu yang menyenangkan Tuhan.
Berikut ini adalah beberapa contoh di mana agama yang diatur dicantumkan.
Kejadian
11:1-9: Barangkali ini adalah contoh yang paling awal mengenai agama yang
diatur, para keturunan Nuh mengorganisasikan diri mereka untuk membangun menara
karena percaya bahwa jikalau mereka dapat membangun menara yang cukup tinggi
mereka dapat diselamatkan. Mereka percaya bahwa kesatuan mereka lebih penting
daripada hubungan mereka dengan Allah. Allah turun tangan dan mengacaukan
bahasa mereka sehingga memecahkan agama ini.
Keluaran
6 dan seterusnya: Allah telah menjanjikan Abram (Abraham) hubungan yang khusus
antara keturunannya dan Allah. Namun kita melihat bahwa hal ini ”diatur” untuk
sebuah bangsa diawali pada saat keluaran dan terus berlanjut sepanjang sejarah
orang-orang Israel. Sepuluh Hukum, Tabernakel, sistim korban, dll, semua diatur
oleh Allah untuk diikuti oleh orang-orang Israel. Studi lebih lanjut terhadap
Perjanjian Baru memperjelas bahwa tujuan akhir dari agama ini adalah untuk
membawa para pengikutnya kepada Kristus (Galatia 3; Roma 7). Namun demikian, banyak
yang salah mengerti dan menyembah elemen-elemennya dan bukannya Allah yang
sejati.
Hakim-Hakim
dan seterusnya: Banyak konflik yang dialami oleh orang-orang Israel melibatkan
konflik dari agama yang diatur. Contoh-contohnya meliputi Baal (Hakim-Hakim 6;
1 Raja-Raja 18); Dagon (1 Samuel 5), Molekh (2 Raja-Raja 23:10). Allah
menggunakan agama-agama ini untuk menyatakan kuasaNya dengan mengalahkan
mereka.
Kitab-Kitab
Injil: Orang-orang Farisi dan Saduki mewakili agama yang diatur pada zaman
Kristus. Yesus terus menerus menegur kesalahan pengajaran mereka dan
kemunafikan cara hidup mereka. Banyak dari antara mereka yang bertobat dari
agama yang diatur ini – Paulus adalah salah satu contoh.
Surat-surat:
Ada kelompok-kelompok yang mencampur-adukkan Injil dengan tuntutan-tuntutan
perbuatan-perbuatan baik tertentu. Mereka juga mendesak dan menekan orang-orang
percaya untuk mengubah dan menerima agama baru ini. Jemaat-jemaat di Galatia
dan Kolose diperingatkan soal ini.
Wahyu: Bahkan pada zaman akhir agama yang diatur akan memiliki dampak yaitu
saat Antikristus mendirikan satu agama untuk seluruh dunia.
Pada
umumnya hasil dari ”agama yang diatur” adalah mengacaukan orang dari rencana
Allah. Namun demikian, Alkitab juga berbicara mengenai orang-orang Kristen yang
diorganisir (orang-orang percaya) yang adalah merupakan bagian dari rencanaNya.
Dia menyebut mereka gereja-gereja. Penggambaran dalam Kitab Kisah Rasul dan
Surat-Surat memberi petunjuk bahwa gereja perlu diatur dan saling bergantung
satu dengan yang lain. Organisasi menghasilkan perlindungan, produktifitas dan
kemampuan untuk menjangkau keluar (Kisah Rasul 2:41-47).
Dalam
hal ini gereja lebih tepat disebut ”relasi yang diatur.” Tidak ada kemauan
untuk mencari Allah (Allahlah yang telah menjangkau mereka). Tidak ada
kesombongan (semua diterima karena anugerah). Sepantasnyalah tidak ada
percekcokan mengenai kepemimpinan (Kristus adalah Kepala – Kolose 1:18).
Seharusnya tidak ada prasangka (Kita semua satu di dalam Kristus – Galatia
3:28). Masalahnya bukanlah soal diatur. Yang menjadi masalah adalah sekedar
mengikuti agama.