SIFAT-SIFAT/ KARAKTER
KEPEMIMPINAN KRISTEN
Materi Perkuliahan Program Pascahsarjan Sekolah Tinggi Alkitab Nusantara Malang
Dosen pengampu Dr. Yakob Tomatala, D.Miss.
Matius Sobolim |
Materi Perkuliahan Program Pascahsarjan Sekolah Tinggi Alkitab Nusantara Malang
Dosen pengampu Dr. Yakob Tomatala, D.Miss.
I. PENDAHULUAN
Tulisan ini
mencoba memberi pengertian Alkitabiah, bagaimana orang Kristen dan gereja dapat
mengerti dan memahami apa yang dimaksudkan dengan pemimpin Kristen dan
bagaimana seharusnya menjadi pemimpin Kristen. Sudah diketahui, bahwa setiap
orang dilahirkan di dunia ini melihat fenomena yang ada dan sedang terjadi,
bahwa banyak orang yang ingin menjadi pemimpin-pemimpin dunia. Ini tidak dapat
disangkal. Hal serupa juga terjadi di dalam gereja-gereja. Pertanyaannya apakah
mereka sukses ? Sukses, ya ! Tapi jika didalami dan dicoba mengkaji kesuksesan
yang pemimpin miliki itu, apakah itu semua terjadi dalam perspektif duniawi
atau perspektif kepemimpinan Kristen. Itu pasti membawa pemahaman yang
kontroversial dan berbeda penilaiannya bagi setiap orang Kristen, yang walaupun
dirinya ada di dunia ini. Seorang pemimpin Kristen tidaklah sama dengan seorang
pemimpin masyarakat dalam suatu negara. Cara kerjanya pasti berbeda dan
pekerjaanyapun berbeda[1].
Dalam tulisan
ini akan lebih banyak suatu pendekatan yang Alkitabiah dan tempatnya pemimpin dalam perspektif
kepemimpinan Kristen, yang menjadi titik berangkat menemukan pemimpin yang
berhasil (suksesi kepemimpinan).[2] Untuk menjadi seorang
pemimpin Kristen/ Gereja. Alkitab mengajarkan bahwa seseorang tidak cukup kalau
ia sudah percaya kepada Yesus. Banyak persyaratan bagi seseorang yang ingin
menjadi dan memiliki pekerjaan yang indah ini.
Yakob
Tomatala[3], “menyebutkannya kepemimpinan terasa semakin penting, secara khusus
tatkala orang semakin gencar membicarakan pokok seputar “pentingnya
kepemimpinan” sebagai penentu kesuksesan kerja.
Kepemimpinan
memegang peranan penting dan sangat menentukan maju mundurnya suatu organisasi
atau ruang lingkup kepercayaan yang diberikan terhadapa seorang pemimpin.
Di mana ada
kehidupan, organisasi, kelompok, komunitas, keluarga, gereja, perusahaan,
negara, dan lain sebagainya, di situ kepemimpinan dibutuhkan untuk menata
mekanisme kehidupan bersama yang didukung oleh proses harmonisasi dalam
kehidupan ruang lingkup komunitas tersebut, dari gejala serta kebutuhan
ketergantungan sesama yang ada dalam komunitas yang mempunyai struktur sosial,
identifikasi jati diri identitas, hasrat untuk mempertahankan kesatuan
kehidupan bersama dalam dinamika kehidupan yang ada dan pengorganisasian
kehidupan dari komunitas tersebut. Keberhasilan dan keuletan, penuh inspirasi
dan motivasi untuk hidup lebih kreatif dan produktif menghantar seorang
pemimpin akan berhasil. Artinya pemimpin yang demikian akan terhisab kepada
tujuan suatu komunitas/ organisasi
ataupun lembaga yang ada itu berhasil guna dan berdaya guna.
Itulah sebabnya
power yang dimiliki seseorang yang mendapat kepercayaan, selalu fokus kepada tiga hal penting:[4]
1.
Pemimpin
memiliki tempat yang khusus dalam kepemimpinan
2.
Pemimpinlah
yang bertanggungjawab menentukan
keberhasilan kepemimpinan
3.
Pemimpin
bertanggungjawab membawa kemaslahatan atas orang yang dipimpin
Pemimpin Kristen
bukanlah orang-orang yang dipilih atas dasar kemampuan pribadinya, atau
kekayaannya, atau pemaksaan suatu keadaan dalam ruang lingkup yang tidak
dibatasi oleh ruang dan waktu oleh suatu keinginan. Pemimpin Kristen bukanlah
seorang penguasa tunggal yang memaksa orang-orang lain dalam jemaat untuk
mengikuti keputusannya di atas dasar kepentingan pribadinya. Tetapi memimpin
dengan baik, melayani dan memelihara, serta menjagai jemaat dan memberikan
dirinya sendiri untuk pelayanan. Pemimpin Kristen adalah tugas pelayanan dan
bukan penguasa atau jabatan. Kunci pemimpin sejati sebagaimana Kristus, adalah
dengan menjadikan dirinya sendiri menjadi teladan bagi orang-orang yang
dipimpinnya. Kepemimpinan Yesus Kristus
yang memimpin dari hati, yang berlandaskan kasih dan dengan kekuatan,
kebenaran dan kebaikan, menjadi pola kepemimpinan untuk menjadi penerima mandat,
panggilan dan menjadi pemimpin yang unggul, kompetitif di semua aspek kehidupan
yang tidak dibatasi oleh ruang maupun waktu bagi hormat dan kemuliaanNya.[5] Kepemimpinan Kristen bukan
suatu kekuasaan yang mengatur seperti kekuasaan pimpinan di luar gereja
(=dunia), tetapi adalah suatu kepemimpinan rohani, Kis. 20: 17, 28; I Tim. 5:
17; Ibr. 13; 17. Pemimpin Kristen bukanlah seorang yang melaksanakan
keputusan-keputusan manusia, berdasarkan suara terbanyak dalam suatu pertemuan.
Atau juga yang sering di adopsi dalam kancah berpolitik untuk suatu kepentingan
yang sifatnya temporer, yang menyebutkan “vox populi-vox dei”[6] suara rakyat adalah suara
Tuhan.
Upaya mencari
dan menemukan kepemimpinan Kristen yang ideal dalam konteks gereja dan pelayanan
yang bertumbuh dan dewasa, tentu saja dimulai dari memahami adanya
unsur-unsur kepemimpinan tradisional
yang ditunjang sikap terbuka akan konteks sosio-cultural yang ada dalam
kehadiran pemimpin Kristen. Kehidupan
seorang pemimpin Kristen yang sejati harus mencerminkan kehidupan Kristus, oleh
karena dia menjadi seorang pemimpin atas pilihan dan panggilan Kristus dan juga
untuk menjamin keberhasilannya sebagai seorang pemimpin.[7] Penemuan Format
kepemimpinan Kristen/ gereja akan lebih pasti dan jelas dengan adanya pemahaman
akan dunia dan dasar kepemimpinan Alkitabiah guna membangun landasan
mengembangkan suatu format kepemimpinan Kristen yang relevan.[8] Untuk itulah dasar
panggilan memimpin, menjadi suatu komitmen untuk membawa kemajuan integritas pemimpin
yang memahami kepemimpinan Kristen dengan baik dengan pendekatan inkarnatif
Kristus. Pemimpin Kristen adalah seorang yang menjadi pemimpin dari antara
sekian banyak orang Kristen, dengan tujuan untuk mempermuliakan nama Tuhan di
dunia ini, baik melalui kesaksin hidup sehari-hari maupun dengan persekutuan.
II. PENGERTIAN
DAN LANDASAN TEOLOGIS ALKITABIAH
A.
Pengertian
Umum.
Dari judul di
atas ada tiga kata yang harus dimengerti untuk menemukan pemahaman, memampukan manusia menjadi pemimpin yang
berhasil dengan perspektif Kristen yakni:
Pemimpin, secara umum diartikan,
adalah sebagai orang yang memimpin.[9] Yang dalam hubungannya
untuk keberadaan suatu komunitas disebut pemerintah, yaitu suatu kuasa
tertinggi untuk mengelola, mengurus, dan
mengembangkan serta menguasai wilayah atau kawasan ruang lingkup tertentu.
Sukses,
itu berarti berhasil dalam mencapai tujuan dengan pola kepemimpinan yang
menggabungkan karakter dengan strategi. Sehingga hasil sesuatu yang diperoleh nilainya sangat
tinggi yang disebut beruntung.[10]
Kepemimpinan
Kristen yaitu tidak menjebakkan dirinya pada roh sekularisasi dalam
memimpin, yaitu seorang yang dipenuhi Roh Kudus, yang berjalan dalam iman dan
menyebabkan orang lain menyerahkan dirinya kepada Kristus dan bertindak dalam
kuasaNya, Ef. 5: 18. I Kor. 2: 1-5, Titus 1: 5. Atau lebih kepada essensinya,
yakni seorang yang memiliki kerinduan besar untuk membantu penggenapan Amanat Agung dalam generasi
sekarang serta memimpin orang lain dengan tujuan yang sama, Kol. 1: 25.[11]
B.
Pengertian filosofis
Pengertian
filosofis di sini dimaksudkan, untuk memperlengkapi suatu pemaknaan yang lebih
tertuju kepada perenungan. Karena hikmat marifat Surgawi dengan mana Tuhan memberikan
manusia berpikir mengikuti pola pikirnya Descartes (=έγώ ήιμἰ, aku berpikir maka aku ada), pengertian di atas
dapat didefinisikan sebagai “kepemimpinan ialah suatu proses terencana yang
dinamis melalui suatu periode waktu dalam situasi, yang di dalamnya pemimpin
menggunakan perilaku kepemimpinan yang khusus (behavior dan style serta performance yang akan
terlihat), dan
sarana atau prasarana atau sumber-sumber kepemimpinan untuk memimpin bawahan
guna melaksanakan tugas atau pekerjaan
ke arah tujuan yang menguntungkan
bagi pemimpin dan bawahan serta lingkungan sosial di mana mereka ada/ hidup”.[12] Jika pernyataan ini dimasukkan kepada
pemimpin yang sukses, itu berarti ada kerinduan, siap dan mau memuliakan Tuhan,
supaya hidup beruntung dan berbahagia yang dalam teologinya berarti “diberkati”.
C.
Pengertian
Teologis Alkitabiah
Pemimpin yang
sukses dalam perspektif Kristen adalah yang memahami kepada dirinya diberikan
Tuhan karunia memimpin. TUHAN akan mengangkat engkau menjadi kepala dan bukan
menjadi ekor, engkau akan tetap naik dan bukan turun,
apabila engkau mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan pada hari
ini kaulakukan dengan setia.[13] Menjadi kepala dalam teks
asli tertulis “lerosy” לראש yang diterjemahkan dalam Holy Bible dengan the
head sepertinya kurang cocok, sebab dapat mengkonotasikan, mengandung
arti bagian organ dari tubuh saja yang posisinya di bagian atas. Sedangkan
padanan katanya akan tetap naik “ למעלה רק והיית “ wehayyita raq lemelah, dalam Holy Bible diterjemahkan, you will always
be at the top, yang mana berarti proses dinamis terencana terjadi. Pemahaman
teologis exegetis memaknai bahwa Tuhan memberi karunia memimpin menjadi seorang
pemimpin itu. Ini dapat dipahami sebagai
ucapan Yesus sendiri sebagai gembala, “πρόβατον”
(=probaton). Itu berarti pemimpin yang menggembalakan adalah ciri khas keteladanan
yang dari pribadiNya
menjadi contoh dan panutan yang diwariskan. Gembala mengarahkan domba-dombanya
untuk membawa ke tujuan, tempat padang rumput yang hijau. Gembala mengawasi dan memeriksa keadaan
sekitar, untuk dapat mengantisipasi tantangan akan binatang buas dan
tersesatnya domba. Itu artinya sama saja
dengan istilah dalam bahasa inggris “herald” dan teks Yunani koine “κιβερνεσις” yang
maksudnya mengarahkan. Ibarat mercu suar di lautan menjadi pengarah bagi kapal
yang sedang melintas, yang mana ada bahaya karang yang dapat membuat kandas.
Jadi secara
praktis dan Alkitabiah, judul
“Pemimpin yang sukses dari perspektif Kristen” adalah orang yang mempunyai
karunia untuk memimpin yang berdasarkan pelayanan dan penggembalaan.
Kepemimpinan gerejawi wajar melihat dirinya dalam citra atau “image” gembala.
Dalam istilah lain pendeta disebut “pastor”. Yang sebenarnya, berarti gembala dan erat hubungannya
dengan “pasture” atau padang rumput, ke tempat mana domba-domba dibawanya untuk
merumput sampai kenyang. Sukses dan diberkati.[14]
Kepemimpinan ada
bukan membuat pemimpin menjadi penguasa, namun yang lebih jelas pengertiannya,
dia haruslah sebagai pemimpin yang melayani. Dari pengertian tersebut di atas
maka kita mendapatkan pemahaman, bahwasanya kepemimpinan para petugas gereja,
terlebih para pendeta perlu sekali menggunakan istilah gembala tersebut untuk
sukses membawa domba-dombanya. Karena Yesus sudah menjadikan dirinya sebagai
Gembala yang terbaik dan mewariskannya kepada setiap pemimpin Kristen. Yang
kesemuanya ini meminta suatu pengenalan diri, pengenalan jabatan dan
peraturan-peraturan, pengenalan warga dan kehidupan masyarakat.
III.
SYARAT-SYARAT PEMIMPIN KRISTEN
“Orang yang
dapat menempatkan dirinya pada situasi orang lain, yang dapat memahami jalan
pikiran orang lain, orang tersebut tidak pernah perlu kuatir tentang nasib hari
depannya”, begitulah ucapan Owen D. Young yang dikutip oleh Yakob Tomatala.[15] Ini begitu penting,
karena di dalamnya hikmat pemberian Allah memenangkan hubungan dengan orang
lain sebagai suatu landasan yang menjadi dasar bagi kesuksesan kerja. Tidaklah terlalu
berlebihan, apa bila Firman Allah sudah mengatakanNya sebagai sumber inspirasi kehidupan
pemimpin membangun kepemimpinannya dengan dasar Yeremia 29: 11: “Sebab Aku ini
mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah
firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan,
untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan”.
Ada tiga hal
penting dalam membedakan satu dengan lainnya, untuk mengangkat judul di atas
sebagai suatu ciri khas kepemimpinan, mengingat pemimpin yang sukses itu adalah
dilihat dari perspektif Kristen yaitu:
1. Pemimpin
sebagai Gembala yang melayani dalam komunitas dan organisasi gereja
2. Pemimpin
sebagai pengerja pelayanan masyarakat secara umum, LSM (Lembaga Swadaya
Masyarakat), dan lembaga lainnya.
3. Pemimpin
yang ditempatkan dan bekerja dalam
pemerintahan suatu Negara
Ke-tiganya
adalah jenis dan menjadi model di mana seorang pemimpin melakukan pengaruh bagi
orang yang dipimpin. Juga dari model pemimpin ini memiliki posisi yang sama dan
memiliki 6 (enam) kriteria yang harus pemimpin miliki yaitu: “kuasa kepemimpinan dan pemimpin
secara organisasi lingkup kuasa kepemimpinan yang meliputi:[16]
1. Kuasa
keahlian atau expert power (karena
usaha pribadi)
2. Kuasa
penghargaan social atau referent Power
(pengakuan karena pembuktian diri)
3. Kuasa
pemberian imbalan atau reward power
(kekuatan member imbalan)
4. Kuasa
bertindak tegas atau coercive power
(karena kewibawaan)
5. Kuasa
resmi atau legitimate power (karena
dipilih, diangkat, diwariskan, dicipta atau dirampas)
6. Kuasa
rohani atau spiritual power (hikmad
yang dibutuhkan untuk memimpin)
Dengan menguasai ke-enam kriteria
yang dimiliki seorang pemimpin di sini, maka jelaslah lingkup studi kepemimpinan itu mencakup hal berikut yang
terdiri dari: [17]
1. Elemen dasar kepemimpinan:
- Pemimpin (competent)
- Orang yang dipimpin (commited)
- Situasi kepemimpinan (condusive)
2. Doktrin
kepemimpinan: - Perlengkapan dasar
(pengelolaan-gaya dan
karakter)
-
Nilai-nilai dasar (teologis dan philosofis)
3. Tugas
dasar kepemimpinan :
- esensi
-
Sifat
- unsur ekonomi
-
Lingkungan kerja
Dengan memperhatikan bagian dari
kuasa kepemimpinan sebagai syarat untuk menjadi pemimpin, maka “kuasa
kepemimpinan” itu dapat didefinisikan; kemampuan seutuhnya untuk menyebabkan
sesuatu terjadi. Tentu saja ini memiliki sisi personal, sosial dan organisasi.
Kuasa disini terlihat sebagai sesuatu ingin mendominasi:[18]
a.
Personal;
berkaitan erat dengan kepribadian seseorang yang berkembang secara utuh dalam lingkup kehidupannya
b.
Sosial;
menjelaskan tentang kedudukan dan pengaruh seseorang dalam lingkup masyarakat
dimana ia berada.
Bisa
ada karena diwariskan, diberikan, dibuktikan, yang terlihat pada pengakuan
terhadap seseorang dalam masyarakat.
Memberikan
pengaruh (daya) tempat (posisi) kepada seseorang dalam masyarakat untuk
memainkan suatu peran (fungsi).
c.
Organisasi;
adanya tugas, kewenangan, hak, kewajiban, tanggungjawab dan pertanggungjawaban
kepemimpinan pada seseorang individu, yang olehnya ia dapat berperan sebagai
pemimpin dalam suatu organisasi”.
Kerinduan rindu
mempengaruhi, siap mempenagaruhi dan mau mempengaruhi sebagai content dari
kuasa kepemimpinan, membuat seorang pemimpin dimampukan untuk seutuhnya
menyebabkan sesuatu itu terjadi.
III.1. SIFAT-SIFAT/ KARAKTER
KEPEMIMPINAN KRISTEN
Sebagaimana dijelaskan pada bagian pendahuluan, bahwa seorang pemimpin
jemaat tidak sama dengan pemimpin di luar jemaat, maka sudah jelas pemimpin
jemaat dipilih untuk melayani Tuhan dan pekerjaannya di tengah-tengah jemaat.
Dengan kata lain pemimpin Kristen dipanggil untuk pelayanan dan pembangunan
tubuh Kristus, Ef. 4: 13 Sangat jelas bahwa kedudukan seorang pemimpin dalam
organisasi gereja adalah berdasarkan panggilan Tuhan. Seorang pemimpin Kristen
dalam melaksanakan fungsinya ada keharusan meneladani kehidupan Kristus, Sang
Gambala Agung.
Sifat Kristus yang harus diteladani oleh para pemimpin Kristen itu ialah
menyangkut dan tertuju :
1. Kerendahan
hati, Mat. 11: 29[19]
Yesus menasihati agar
pemimpin rendah hati seperti Dia, supaya jiwa mendapat ketenagan. Yesus
Kristus, Anak Allah itu telah datang ke dunia dengan kerendahan hati, agar kita
sebenarnya yang tidak layak lagi di hadapan Tuhan, dilayakkan, sehingga kita
dapat menghampiriAllah Yang Maha Agung. Disinilah perlu seorang pemimpin
berhikmah dalam mempengaruhi jemaat untuk tidak membedakan, jemaat yang miskin,
jemaat yang bodoh, maupun jemaat yang rendah kedudukannya.
2. Kelemahlembutan, Mat. 11: 29
Yesus Kristus dalam
masa pelayananNya sebagai manusia, selalu bersikap lemah lembut terhadap semua
orang. Kita meneladaninya dari kesaksian Alkitab:
i.
Yesus lemah lembut terhadap seorang
perempuan berdosa, Luk 7: 37-39, 44.
ii.
Yesus begitu lemah lembutnya terhadap Petrus, sebelum Petrus menyangkalNya,
maupun sesudah Petrus menyangkalinya, Luk 22: 31; Yoh 21: 15
iii.
Yesus juga lemah lembut kepada Yudas,
walaupun Yesus sendiri mengetahui bahwa Yudas akan menghianatiNya, Mat. 26: 50;
Yoh 13: 21
iv.
Yesus lemah lembut terhadap orang-orang
yang menyalibkannya. Luk. 23: 34
3. Seorang
yang menginginkan pekerjaan yang indah.
1 Tim. 3: 1-7; Tit 1: 6-9
Artinya seseorang yang
terpanggil untuk melakukan pekerjaan pelayanan yang indah dalam pandangan
Tuhan, bukan menurut pandangan dunia. Pekerjaan memimpin tersebut adalah dalam
rangka memuliakan Allah. Untuk menerapkannya, seorang yang memimpin harus yakin akan panggilan Tuhan dalam
melayaniNya sebagai pemimpin di dalam gereja. Dia sesungguhnya harus yakin
bahwa pekerjaan yang ia lakukan adalah merupakan pekerjaan yang paling indah di dunia ini.
Melakukan pekerjaan yang paling indah tersebut hanya untuk mempermuliakan nama
Tuhan atau tidak mencari pujian bagi diri sendiri.
4. Seorang
yang tidak bercacat.
Syaratnya berarti
memiliki hidup yang baik, yang berkenan di hadapan Allah dan manusia. Kehidupan
rohaninya luar dan dalam memancarkan terang Kristus yang bisa dilihat dan
disaksikan orang lain, terutama oleh jemaat yang digembalakan. Jadi bukanlah
dia seorang yang membenci saudaranya. Dan dari kehadirannya sebagai pemimpin di
tempat orang lain membawa berkat.
5. Seorang
yang menjadi suami dari satu isteri dan isteri dari satu suami
Jika pemimpin adalah
laki-laki hanyalah memiliki satu isteri dan sebaliknya jika ia seorang
perempuan haruslah juga memiliki satu suami. Yang lain tidak. Jika ia seorang
homo atau lesbian, Alkitab memberitahukan bahwa Allah menciptakan laki-laki dan
perempuan, Kej. : 27. [20]
Jadi mereka tidak bisa jadi pemimpin untuk konteks bergereja. Hal ini juga
memungkinkan bagi seorang akan jadi pemimpin, apakah ia sudah pernah menikah
sebelum menjadi suami atau isteri saat sekarang.
6. Seorang
yang dapat menahan diri
Hanya seorang yang
mampu mengendalikan diri akan mampu mengambil sikap yang benar dan bijaksana,
tidak tergesa-gesa, tidak sembrono, tidak ceroboh mengambil keputusan dan tidak
menjadi pemarah. Instropeksi diri untuk tidak cepat melepaskan kemarahan.
Sejalan dengan itu, bagaimana sikap untuk menghadapi tantangan yang berat akan
menjadi hal biasa.
7. Seorang
yang sopan, 1 Kor. 14: 40[21]
Menjadi seorang yang mengerti
cara-cara pergaulan yang berlaku.
Sejauh tidak
melanggar Firman Allah, bersikap menghargai dan menghormati orang lain, tahu
menempatkan diri dan tidak menjadi batusandungan dikarenakan tingkah lakunya
yang tidak layak, menjadi indicator yang tepat. Menghargai senioritas dan orang
yang lebih tua, dan muda maupun anak-anak dalam mensikapi pergaulannya setiap
hari. Menempatkan diri pada orang lain, jika suaananya memerlukan.
8. Seorang
yang suka member tumpangan
Seorang pemimpin
bersedia dengan rela hati, memberikan rumahnya untuk tempat menginap bagi
saudara seiman/ hamba-hamba TUhan yang memerlukan penginapan, karena perjalanan
atau pelayanan. Selain itu juga bersedia menampung atau member tumpangan bagi
setiap orang yang memerlukan penginapan karena hal-hal yang sama. Artinya sikap
terhadap orang lain yang kemalaman
karena perjalanan, yang meminta tolongan menginap haruslah tidak
menolaknya.
9. Seorang
yang cakap mengajar
Artinya dia adalah
seorang yang mempunyai kemampuan mengajar, menasihati, memberikan kesaksian
tentang Injil, sehingga dengan ajaran dan nasihat serta kesaksiannya, orang
lain dikuatkan dalam iman, memperoleh penghiburan dan memperoleh keyakinan.
10. Orang
yang bukan peminum atau pemabuk
Dia adalah orang yang
tidak mempunyai kesukaan atau kebiasaan minum minuman keras, bir, anggur dan
sebagainya yang bisa memabukkan, ataupun kebiasaan nuntuk meminum minuman
dengan tujuan kesenangan daging. Dan
seorang yang menghentikannya, karena itu bisa menjadi belenggu yang membawa
kepada dosa.
11. Seorang
yang bukan pemarah melainkan seorang peramah
Kebiasaan marah adalah
menjadi kejelekan. Marah berarti mengikuti hawa nafsu. Seorang yang gampang
marah karena perkara-perkara kecil maupun besar, berdampak buruk bagi karakter
pemimpin. Hal ini tidak berarti seorang pemimpin tidak bisa marah. Seorang itu
bisa marah untuk membangun suatu kebaikan dan bukan mengulangi timbulnya
dosa-dosa yang baru.
12. Seorang
pendamai
Orang yang suka dan berbeban untuk
memperdamaikan perselisihan haruslan di dalam kasih. Kalau itu berhubungan
dengan diri sendiri segeralah memaafkan. Bila tidak menyangkut dengan diri
sendiri atau berhubungan dengan orang lain, ia berbeban untuk menyelesaikan
dengan baik untuk menjadikan mereka saling mengasihi. Ini memnjadi bagian hidup
seorang pemimpin dengan hati, berlandaskan kasih dan dengan kuasa, kekuatan dan
kebaikan tujuan bagi kemuliaan Allah akan menjadi nyata.[22]Itulah
menjadi berkat pemimpin yang memiliki integritas.
III. 2. KEMBANGKAN POTENSI KARUNIA ALLAH
III. 2. KEMBANGKAN POTENSI KARUNIA ALLAH
Apakah para pemimpin memang dilahirkan sebagai pemimpin atau mereka
dibentuk ? Pertanyaan ini gampang,
tetapi sulit untuk menemukan jawabannya. Memang benar bahwa ada orang yang
kelihatannya dilahirkan dengan segudang kemampuan dan karunia untuk memimpin.
Tetapi juga benar bahwa beberapa orang di antara pemimpin terbesar di dalam
Kerajaan Allah adalah mereka yang oleh dunia dianggap tidak memiliki
kualifikasi sebagai pemimpin. Apa yang diperlukan oleh orang-orang seperti ini
adalah pengakuan orang lain atas potensi yang mereka miliki dan membantu mereka
mengembangkan potensi tersebut. Seringkali mereka akhirnya menjadi orang yang
paling berharga dan efektif dalam
kepemimpinan. Untuk itu kenalilah potensi yang dimiliki lalu kembangkan sebagai
seorang yang tidak saja terlahir sebagai pemimpin tetapi dibentuk menjadi
pemimpin. Tidak ada orang yang memulai
pada garis akhir. Mengembangkan potensi yang ada berarti:
i.
Pengembangan potensi pribadi merupakan
pekerjaan utama setiap orang.
Setiap orng memiliki
potensi, tetapi dirinya tidak akan
pernah melihat potensi tersebut terwujud sebelum dirinya beriman kepada Allah dan
yakin bahwa ia dapat melakukan apa saja yang Allah katakana bisa dilakukan di
dalam firmanNya.
ii.
Jika tidak seorangpun di dunia ini
percaya kepada anda, Allah tetap mempercayai dirimu dengan keyakinan anada
sanggup melakukan apa saja yang Allah ingin kita lakukan.
iii.
Potensi tidak bisa terwujud tanpa
bentuk. Mengetahui bentuk potensi berarti mengembangkan potensi dengan benar,
harus membuat suatu rencana, memiliki tujuan dan mengambil tindakan. Itulah
karunia yang Tuhan berikan. Ada orang yang diurapi mengerjakan segala hal yang
harus diselesaikan. Allah tidak akan membiarkan dirinya menghabiskan hidup
dengan melakukan sesuatu yang tidak dirinya sukai.
iv.
Pemimpin yang cerdas tahu apa yang bisa
ia lakukan dan apa yang tidak bisa ia lakukan dan ia memiliki, orang-orang sekitarnya
yang bisa mengerjakan dengan baik apa
yang tidak bisa dia kerjakan.
v.
Kembangkan benih karunia yang dimiliki,
yang oleh Tuhan sudah berikan dan jangan ditidurkan begitu saja. Pentingnya
pengembangan potensi sebagaimana Alkitab
mengatakan, 1 Ptr. 4: 10; “Layanilah seorang akan yang lain, sesuai dengan
karunia yang telah diperoleh tiap-tiap orang sebagai pengurus yang baik dari
kasih karunia Allah”. Sangat tepat bahwa pemimpin diminta untuk mengembangkan
dan menggunakan karunia-karunia setiap orang untuk saling memberkati. Itulah
tujuan Allah memberikan karunia memimpin, yaitu agar kita bisa menjadi berkat
bagi orang lain.[23]
vi.
Dengan menyerahkan waktu dan tenaga
untuk mengembangkan apa yang telah Allah taruh di dalam hidup, seseorang akan
menikmati sukacita.[24]
Pada Gal. 6: 9, Tuhan sudah janjikan demikian; “ Janganlah kita jemu-jemu
berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita
tidak menjadi lemah”.
Potensi adalah harta yang tak ternilai seperti emas. Masing-masing manusia memiliki emas yang terpendam di dalam hidupnya, tetapi dirinya harus menggali untuk mendapatkannya.
III. 3. SIAPA YANG ALLAH PAKAI MENJADI PEMIMPIN ?
Dari apa yang diuraikan di atas sudah jelas yang Allah pakai menjadi pemimpin, diberkati untuk menjadi berkat adalah orang yang berkenan di hati Allah, yang antara lain[25] :
Potensi adalah harta yang tak ternilai seperti emas. Masing-masing manusia memiliki emas yang terpendam di dalam hidupnya, tetapi dirinya harus menggali untuk mendapatkannya.
III. 3. SIAPA YANG ALLAH PAKAI MENJADI PEMIMPIN ?
Dari apa yang diuraikan di atas sudah jelas yang Allah pakai menjadi pemimpin, diberkati untuk menjadi berkat adalah orang yang berkenan di hati Allah, yang antara lain[25] :
i.
Allah memakai orang yang setia dengan
perkara-perkara kecil. Artinya banyak orang tidak suka melakukan
perkara-perkara kecil. Mereka langsung memulai dengan perkara-perkara
besar.Kalau seseorang tidak setia terhadap perkara-perkara kecil bagaimana
mungkin kepadanya diberikan perkara-perkara besar. Perkara kecil mengandung
konsekuensi tanggungjawabnya kecil dan pertanggungjawanannya juga adalah kecil.
Mulailah dari sini, ketimbang perkara-perkara besar tetapi tidak dapat
mempertanggungjawabkannya. Prinsipnya, karena Tuhan telah memberi karunia,
bahwa pribadiku dapat melakukan, siap melakukan apa yang menurut orang lain
saya tidak dapat lakukan.
ii.
Allah memakai orang yang akan memberikan
segala kemuliaan kepadaNya[26],
I Kor. 1: 29. Mengapa Allah memilih perkara-perkara dan orang-orang yang Ia
kehendaki. Karena Allah tidak menginginkan seorang pemimpin yang memegahkan
dirinya di hadapan manusia atau Allah. Orang-orang yang mengenal secara dekat
tidak berpikir bahwa pemimpin adalah orang-orang penting, hanya orang yang
tidak mengenal pemimpinlah yang berpikir bahwa pemimpin adalah orang-orang yang
penting.
iii.
Allah memakai orang yang mau
menghasilkan buah bagi Dia. Jika kita ingin menjadi pemimpin dalam Kerajaan
Allah, maka kita harus mau mengijinkan Tuhan berurusan dengan kita, dan untuk
itu kita tidak selalu akan merasa nyaman. Sebaliknya, kita justru akan merasa
kesepian dan bahkan sakit. Kita tidak akan menyukai semua itu, tetapi kita
harus menaruh percaya kepada Allah, Gal. 6: 7.[27]
iv.
Allah memakai orang-orang yang mau
menyelesaikan apa yang telah mereka mulai.
v.
Allah memakai orang-orang yang tetap
pada jalur yang sempit, Mat. 7: 13-14[28].
Yeus mengatakan bahwa sangat mudah untuk jatuh ke dalam pencobaan, jatuh dalam
dosa, dan binasa. Sangat mudah terjerumus ke dalam arus dunia ini dan
terkatung-katung dalam perahu duniawi bersama orang lain. Sangat mudah untuk
bersantai dan “mengikuti arus”. Tetapi orang yang melalui jalan yang sempit
harus tahan terhadap tekanan. Sehingga dapat menjalani hubungan yang lebih
intim lagi dengan Tuhan, dan belajar untuk mengenal Dia lebih dan lebih lagi.
vi.
Allah memakai orang-orang yang mengambil
pilihan-pilihan yang bijak, Ul. 30: 19.[29]
vii.
Allah memakai orang-orang yang menjadi
teladan yang baik bagi orang lain. Allah sungguh membuat diri seorang menjadi
pemimpin, orang lain meneladani hidupnya, Mzm. 119: 6[30]
Pemimpin yang Allah sukai dan kehendaki adalah perlu memiliki pengaruh
kepada orang lain. Orang yang layak menjadi pemimpin perlu mengajari orang yang
dipimpin, bahwa mereka juga bisa memberikan pengaruh positip bagi dunia ini.
Perlu mengajari mereka bahwa mereka memiliki panggilan Allah yang harus
dipenuhi. Tuhan menuntut orang yang Dia kehendaki memimpin menjadi orang yang
berguna, dan itu tentunya semua orang bisa menjadi berguna sesuai karunia Allah
yang dimilikinya.[31]
III. 4. TUGAS PEMIMPIN KRISTEN
Sekali lagi, seorang pemimpin Kristen adalah seorang yang dipanggil Allah
untuk tugas khusus. Tugas-tugas itu sudah ditetapkan Allah sendiri dalam
FirmanNya. Dan seorang pemimpin Kristen yang baik akan melaksanakan tugas-tugas
tersebut dengan penuh rasa tanggungjawab kepada Allah. Dengan demikian
terlihatlah tugasnya sebagai berikut:
i.
Menjaga hubungan pribadi dengan Allah
yang tetap baik, Kis. 20: 28. Allah meminta dua hal penting dari setiap
pemimpin Kristen (=dan tentunya juga bagi setiap orang percaya yang rindu, siap
dan mau memimpin):
a. Dipenuhi
oleh Roh Kudus, Ef. 5: 18, artinya dipimpin dan dikuasai oleh Roh Kudus. Dan
dalam Gal. 5: 16; hiduplah oleh Roh dan menjauhi keinginan daging. II Tim. 2:
19-22; seorang pemimpin dipersiapakan untuk tugas yang mulia.
b. Bertumbuh
dalam pengetahuan tentang Firman Tuhan, dengan jalan mempelajari dan
menerapkannya, II Tim 2: 15, artinya; seorang pekerja yang tidak malu, yang
berterus terang memberitakan perkataan kebenaran. Bertekun dalam belajar dan
mengajar Firman Tuhan sangat menentukannya, I Tim. 4: 16 dan di Ef. 4: 22-29,
hasil dari mempelajari dan menerapkan Firman Tuhan adalah menanggalkan manusia
lama dan kelakuan-kelakuannya.
ii.
Melayani Jemaat, Kis. 20: 28
Allah telah
mempercayakan penggembalaan jemaatNya yang telah ditebus dengan darahNya
sendiri. Ini menjadi suatu kepercayaan dan tanggungjawab yang besar. Bukti
mengasihi Tuhan Yesus, adalah menggembalakan jemaat Allah dengan penuh rasa
tanggungjawab, Yoh. 21: 15-17. Setiap orang dipimpin kepada kesempurnaan dalam
Kristus dengan mengajarkan FirmanNya, Kol. 1: 28.
Itu berarti setiap
pemimpin adalah memimpin untuk melayani jemaat supaya hidup jemaat semakin
diberkati, 1 Ptr. 5: 17-18. Terbentuklah diri pemimpin tidak sembrono, karena
itu adalah menjadi tugas panggilan Tuhan, karunia Tuhan untuk dikerjakan
menjadi tugas dan bukan jabatan. Terlihat suatu tujuan bahwa melayani jemaat
tidak dengan paksa. Melayani jemaat adalah dengan sukarela. Melayani jemaat
bukan untuk mencari kepentingan diri sendiri atau keuntungan. Melayani jemaat
bukan dengan memerintah, tetapi dengan menjadi teladan. Memimpin jemaat dengan
baik, berkhotbah dan mengajar. Pemimpin Kristen seperti ini patut dihormati, 1
Tim. 5: 17-18.
iii.
Memperhatikan dan melindungi jemaat,
Kis. 20: 29-31.
Pemimpin Kristen
berkewajiban melindungi jemaat, sama seperti Yesus sebagai Gembala yang
melindungi domba-dombaNya. Karena setan dengan ajaran sesatnya berusaha untuk
masuk ke dalam komunitas orang percaya bahkan masuk ke dalam gereja. Iblis
berusaha mencari orang yang dapat disesatkan, 1 Ptr. 5: 8. Pengajar-pengajar sesat
mencari orang-orang yang masih lemah imannya, Ef. 4: 14.
Menjaga jemaat melalui
memelihara persekutuan. Dengan menolak pengajar sesat menjadi kewajiban seorang
pemimpin, 1 Yoh. 4: 1-3.[32]
Mendisplinkan orang-orang yang tidak mau bertobat agar Tubuh Kristus dalam
jemaat dapat memberikan kesaksian yang benar, Mat. 18: 15-17.
Cara Iblis menyerang
ada dua arah:
a. Dari
luar; dengan jalan menyusupkan orang-orang yang pura-pura percaya masuk ke
dalam persekutuan, Mat. 13: 24-25; 2 Kor. 11: 12-15
b. Dari
dalam; dengan jalan mempengaruhi orang-orang percaya di dalam jemaat dengan
ajaran-ajaran palsu, yang akhirnya membawa perpecahan jemaat, 1 Tim. 6: 3-5; 2
Tim. 2: 16-17.
iv.
Berdoa dan belajar, Kis. 20: 32[33]
a. Berdoa;
pemimpin Kristeb haruslah selalu mempunyai hubungan dengan Tuhan melalui doa,
dengan demikian akan memungkinkan untuk tetap dipimpin oleh Roh Kudus, Kis. 6:
4; 1 Tes. 5: 17-20; Ef. 5: 18; Yak. 4: 8.
b. Belajar;
pemimpin harus bertumbuh di dalam Firman Tuhan, karena Firman Tuhan akan
membuatnya tetap murni dan menjadi semakin dewasa, 1 Tim. 4: 13; 2 Tim. 2: 15;
2 Tim. 3: 16-17.
v.
Memuliakan Tuhan Yesus dalam pelayanan,
Kis. 20: 33, 35.
Pemimpin Kristen haruslah menjadi
contoh bagi jemaat dalam tujuan hidup pelayanannya. Bagi seaorang pemimpin
Kristen hanya ada satu tujuan atau “goal” yaitu memuliakan Tuhan Yesus Kristus.[34]
Seorang pemimpin Kristen harus menjaga kemurnian tujuan pelayanannya, 1 Kor.
10: 31; Flp. 3: 14. Pemimpin Kristen haruslah menjadi contoh dalam hal
memberikan dirinya bagi kemuliaan Allah, 1 Ptr. 5: 2[35]
Alasannya, karena seorang tidak dapat melayani dua tuan sekaligus, Mat. 6: 24
dan bnd. Rm. 13: 8.
Semua hal yang disebut di atas merupakan bagian yang hampir tidak
terpisahkan dari kehidupan seorang pemimpin Kristen, yang berkarakter pola
kepemimpinan Yesus, dan berdisplin sebagai bentara dan laskar Kristus, dan
berjiwa membawa orang hidupnya bagi orang banyak diberkati. Hal-hal tersebut
jugalah yang akan membawa seorang pemimpin pada kekuatan baru dalam Yesus
Kristus.
IV.
ORANG BIASA DI TANGAN ALLAH YANG MENJADI LUAR BIASA
Maksud dari
bagian ini, adalah bagaimana kesaksian Alkitab menceritakan sesuatu yang luar
biasa pernah terjadi, dialami pemimpin yang Tuhan kehendaki. Artinya pemimpin
yang Tuhan kehendaki mampu mengubah suatu keadaan yang perkaranya kecil dan
sebaliknya menjadikan dirinya hebat untuk kehidupan orang banyak. Kita mulai
saja dari tokoh perempuan yang sebenarnya mereka itu dalam kultur budaya Semith,[36] adalah orang yang tidak
diperhitungkan. Manusia kelas dua sama seperti anak-anak. Ternyata mereka mampu
menjadi pemimpin yang dingat dan berpengaruh dalam perjalanan sejarah. Mereka
itu adalah; orang-orang
yang membuat perubahan, sehingga ada banyak peran kemanusiaan para
perempuan sudah membawa dampak perubahan dalam hidup dan perjalanan sejarah.
Misalnya kita sebutkan saja, nama:
A.
Pemimpin Perempuan:
a.
Debora sebagai hakim (= nabiah, peran nama Debora ini
sebagai hakim atau nabiah bagi Israel, kayaknya kurang mengambil peran yang
sentral), namun daripadanya semua orang boleh belajar bahwa kemenangan Israel
atas orang Kanaan, atau Raja Yabin dan Sisera panglima yang ditakuti umat
Tuhan, bisa ditaklukkan yaitu untuk suatu penyelamatan umat Allah akan maksud
jahat. Debora menjadi Perempuan,
pemimpin yang bangkit sebagai Ibu di Israel. Penduduk
pedusunan diam-diam saja di Israel, ya mereka diam-diam, sampai engkau bangkit,
Debora, bangkit sebagai ibu di Israel, Hak. 5: 7
b.
Miryam
yang telah memimpin tarian sukacita, konser besar memuliakan Allah ketika
Israel keluar dari tanah perbudakan Mesir. Dia menjadi musisi dan pemimpin
musik KKR handal bagi pertumbuhan liturgi dan ibadah Gereja sepanjang
abad.
c.
Ester yang
telah menyelamatkan orang Yahudi dari suatu pembantaian massal yang akan
dilakukan Haman, Est. 3: 1-15; Hidupnya yang dia bangun di atas dasar hati
membuat dia menjadi sosok ”inner beauty”; Miss universe terkemuka di dunia
milik ciptaan Tuhan.” Inner character” yang ada padanya akan kecintaannya
kepada umat Tuhan telah membawa komunitas hidup yang harmonis dan menuju
keselamatan.
d.
Ruth
sebagai teolog dogmatis dengan ajaran tentang penyembahan Allah yang yang benar, Ruth 1: 16bβ.[37]
e.
Maria
ibu Yesus yang telah membawa pendamaian dan kasihNya melalui Yesus, untuk membuat dunia tidak binasa serta maut
tidak berkuasa atasnya, Yoh. 3: 16; 1 Kor. 15: 55; dan banyak
lagi tentunya jika kita meneliti dan merenungkan figur perempuan dan
mengambilnya dari Alkitab: Perempuan yang membasuh kaki Yesus, Perempuan
Samaria, Marta, Abigail, dan lain sebagainya. Sebagai fakta cikal bakal masa
lampau bahwa di dunia ini peran serta dan partisipasi perempuan memimpin di
dunia milik Tuhan menjadi masa depan yang sejahtera dan bebas dalam pendamaian
dari kasihNya yang tak berubah.
Pemimpin-pemimpin
perempuan hebat ini jugalah membuat inspirasi pemberi impian bagi yang ada dan
terkenal sekarang, Madam Theresia di Kalkutta, Florence Nightingale (=tokoh
keperawatan se dunia), Marianne Katoppo (Tokoh Teolog Femnisme Asia), Margareth
Theacher (politikus berhati singa), Cut Nya Dien (pahlawan
nasional), Ibu Kartini (tokoh emansipasi wanita)
dan lainnya, sungguh banyak lagi
tentunya yang perlu disebutkan.
B. Pemimpin
laki-laki:
Ada
banyak dalam Alkitab memberi
kesaksian kepemimpinan laki-laki, karena memang taradisi pemulisan Alkitab juga
adalah sangat erat dengan tradisi patriarchal. Abraham yang dipanggil Allah sudah menjadi berkat bagi
bangsa-bangsa, Musa yang memimpin
perjalanan Exodus, keluarnya Israel dari Tanah Perbudakan di Mesir, Yusuf
yang menjadi manager yang handal dan menjadi Supervisor ketahanan Bulog (Badan Urusan Logistik) pangan
dan sang pemimpi yang hebat. Mefiboset
yang sangat memperhatikan hak istimewa orang miskin sampai ia bisa makan
sehidangan dengan Daud. Daud sebagai
pahlawan bangsa Israel yang mengalahkan Goliat dan juga yang mengalahkan
musuh-musuh Israel berlaksa-laksa, orang yang pandai berpantun dan memainkan
musik dan gembala. Salomo sebagai
Raja yang paling berkhikmad sepanjang sejarah dunia, arsitektur Bait Kudus
Allah, dan menjadi hakim yang adil dan keputusannya yang benar. Yesus sebagai Raja dan Juruselamat
dunia. Rasul Paulus sebagai teolog yang tersohor karena panggilan
Tuhan dan pertobatannya dan banyak-banyak lagi.
Semuanya
pemimpin tersebut ini jugalah yang menginpirasi munculnya pemimpin-pemimpin
hebat di dunia, seperti; Napolion Bonaparty dengan prinsip vini-vidi-visinya, Martin Luther sang Reformator, Martin
Luther King, SJ yang melumpuhkan apartheid supaya diskriminasi tidak
berkembang dan lenyap. George Washington
sang presiden pertama USA, Mahatma
Gandhi yang mengembangkan kebebasan dengan anti kekerasan (ahimsa), Commodore Ferry yang membuat terjadinya restorasi Meiji di Jepang
(=Jepang terbuka bagi bangsa-bangsa lain), dan tentunya tak terlupakan bagi penghebat keKristenan; Billy Graham yang Protestan, Kardinal Suenen yang katolik, Paul Yonggi Cho yang Penta Kosta, Louis Palau yang Injili, Yakub Nahuay yang babtis, Christ Marantika yang karismatik dan
lain-lain.
Orang-orang
yang ingin menjadi pemimpin harus memiliki karakter yang baik dalam kehidupan
rohaninya, unggul pengetahuannya dan teladan atas karakternya. Artinya mereka,
perempuan ataupun laki-laki harus memiliki hubungan pribadi yang dalam, dengan
Allah, yang meliputi dan mengutamakan Allah dalam setiap bidang
hidupnya. Kita harus berhati-hati bila kita bekerja untuk Tuhan tetapi tidak
meluangkan waktu bersama-sama dengan Dia. Ketika perempuan baik laki-laki sampai
di puncak kariernya, sebenarnya masih perlu terus melakukan hal-hal yang telah
dilakukan pada posisi dia sebelumnya. Jadi jika kita ingin menjadi
pemimpin-pemimpin dalam kerajaanNya, maka sepatutnya harus mempertahankan serta
menjaga karakter dalam kehidupan rohani. Kita harus menjaga kehidupan doa yang
baik dan menjaga hubungan dan persekutuan yang akrab dengan Allah. Dan itu
semuanya ditransfer untuk kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kehidupan
pernikahan dan keluarga, kehidupan dalam ekonomi, perkataan dan integritas.
V.
PEMIMPIN KRISTEN YANG SUKSES
Dari apa yang
sudah dibeberkan di atas, sudah tentu membawa implikasinya tertuju kepada
pemimpin Kristen yang sukses itu bagaimana ! Mengingat kepemimpinan dari
seorang pemimpin, dimaksudkan dari pespektif Kristen di sini, akan dijelaskan
hal-hal yang berkenaan dengan penyentuhan dari hati, berlandaskan kasih dan
dengan kekuatan, kebenaran dan kebaikan, dampak hidup seorang pemimpin menjadi
berkualitas, unggul dan kompetitif dalam integritasnya yang tidak tercemar dan
tidak tergoyahkan:
1. Memperbesar
visi
2. Visi
adalah suatu penglihatan yang sedang terjadi dan diharapkan pada ekspectasi
yang sudah dilihat akan terjadi ke depan menjadi suatu realita atau kenyataan.[38]
Di dalam penglihatan yang sedang ada di depan yang diharapkan tersebut
(=keinginan suci)[39],
sikap menjadi kualitas awal yang tampak dan menentukan tingkat kesuksesan yang
diraih. Pada setiap orang pasti terdapat sedikit perbedaan, namun perbedaan
yang sedikit itu akan menjadi besar. Perbedaan yang sedikit itu adalah sikap,
sedangkan perbedaan yang besar adalah sikap itu positif ataukah negative.
Keberhasilan ditentukan sikap pemimpin sendiri, yang menentukan banyak hal
dalam hidup anatara laian:
a. Sikap
pemimpin terhadap kehidupan menentukan sikap kehidupan itu sendiri terhadap
kita sebagai pemimpin.
b. Sikap
pemimpin terhadap orang lain akan menentukan sikap mereka terhadap pemimpin.
c. Sikap
pemimpin pada awal suatu tugas akan menentukan sukses atau tidaknya suatu
pekerjaan tersebut.
d. Makin
tinggi kedudukan orang yang pemimpin temui mdalam komunitas ataupun oraganisasi
yang bermutu, makin pula sikapnya meresponi wibawa pemimpin.
Itu berarti belum
perbah terlihat ada orang yang bersikap buruk mampu mencapai keberhasilan yang
langgeng. Segala sesuatu tidaklah sesulit yang pemimpin lihat; segala sesuatu
lebih menguntungkan dari pada yang pemimpin pikirkan, dan jika ada kemungkinan
berhasil, maka hal itu akan benar-benar terjadi dan pada saat yang terbaik.
3. Mengembangkan
citra diri yang sehat sebagai misi.
Pada
bagian ini, perlu setiap pemimpin
meruntuhkan sikap mental “barely-get-by” untuk menjadi yang terbaik semampunya
dia mengangkat citra diri, bukan hanya rata-rata atau atau biasa-biasa.[40]
Citra diri yang sehat “ adalah sikap pandainya seorang pemimpin mengatasi
kegagalan, karena kegagalan belum tentu kegagalan jika seorang pemimpin tahu
kiatnya. Menurut Paul J. Meyer, 90% orang-orang yang merasa gagal sebetulnya
belum tentu gagal dan seterusnya, hanya saja mereka cepat menyerah. Citra diri
yang sehat adalah kalau seorang pemimpin melihat sejarah dan berpedoman pada
sejarah itu sendiri, sebab ternyata orang-orang terkenal yang berhasil adalah
mereka yang paling banyak mendapat tekanan dan dikritik tetapi tetap tegar.
Pemimpin harus membebaskan diri dari rasa takut, karena justru inilah kunci
keberhasilannya.
Takut
rasa percaya diri, dan tidak mendapat kesempatan lagi, seorang pemimpin tak
perlu bersusah payah menghabiskan waktu dan tenaga hanya untuk mencoba
menghindar dari kegagalan, tetapi sebaliknya cobalah untuk mengantisipasinya
dengan rasa optimis. Jika pemimpin tidak pernah mencoba, sudah pasti tidak akan
pernah berhasil. Tak seorangpun di dunia ini yang tak pernah mengalami
kegagalan. Citra diri dan percaya diri segeralah pupuk terus karena dnegan
demikian belajar mengantisipasi datangnya sebuah peluang, pemimpin dapat
mengira-ngira kehadirannya.
4. Menemukan
kekuatan pikiran, fokus.
Adalah
sangat mendukung dan menyemangati apa bila seorang pemimpin membuat prinsip,
tujukanlah pikiran-pikran pada hal-hal yang lebih tinggi. Artinya saatnya diri seorang pemimpin
memikirkan pikiran-pikiran positip, terbaik akan mendorong maju menuju
kebesaran. Itu berarti jika seorang mau mengubah cara berpikir, Tuhan akan
mengubahkan kehidupan pemimpin. Tidak ada yang salah dengan Tuhan. Tuhan
mempunyai keyakionan terhadap seorang yang Dia bentuk menjadi pemimpin. Pikiran
dan kata-kata pemimpin mempengaruhi masa depan, baik atau buruknya, tetapi
Tuhan sudah mengaruniakannya seindah apa yang sedang Dia kehendaki tentang
dirinya seorang pemimpin, Yer. 29: 11.[41]
Belas kasih Tuhan dan kebaikan Tuhan adalah sesuatu yang dikerjakan akan maju
dan berhasil, sebab Tuhanlah yang meberkatiNya. Jika seorang pemimpin mau
melakukan apa yang Tuhan mau dan rela melakukannya, dan dengan tegas
mengucapkan berkat-berkat atas kehidupan kepada orang banyak yang ada disekitar,
Tuhan akan memberikan segala sesuatu yang dipikirkan, untuk dijalani dalam kehidupan yang berkelimpahan yang Tuhan
mau berikan.
5. Melepaskan
masa lalu sebagai program
Tidak
membiarkan kepahitan berakar. Itu adalah
racun masa lalu. Akar pahit akan menghasilkan buah yang pahit. Lupakan. Ini
menjadi sebuah pilihan, tetapi itu bukan pilihan lain. Jangan pernah menyerah
jika kita tahu bahwa apa yang dilakukan itu benar. Yakinlah, pemimpin dapat
mengatasi semua rintangan, kritik, karena dia berusaha dan berupaya sekuat
kemampuannya, dia akan berhasil. Tak seorangpun dapat membiarkan mempengaruhi
dan mengagalkan tujuan, sebab dengan sekuat tenaga kelemahan-kelemahan
fisik dan serta kekurangan, kalau dengan
terus-menerus dan gigih berusaha untuk menggapai apa yang dicita-citakan pasti
samapai ke tujuan. Memperbaiki serta memperbaharui sikap dengan berpedoman
kepada Tuhan dan pengalaman di dalam Tuhan dengan mempelajari pertimbangan akan
pengalaman-pengalaman orang lain pasti dapat mengatasi kegagalan. Pantang
mundur dan pantang berputus asa sesulit apapun THR
(Tantangan-Hambatan-Rintangan) yang ada dihadapi. 7 kata penting dipegang dan
dipedomani sebagai suatu program bagi pemimpin yang berhasil :
-
Tujuan yang pasti, Langkah awal yang
paling penting untuk mengembangkan sikap gigih. Motivasi yang tinggi akan sangat
membantu, mengatasi kesulitan, bnd. 1 Tim 6: 12; 2 Tim. 4: 7
-
Niat, mengembangkan serta memelihara
sikap gigih dalam mengejar yang akan diaraih yang dilakukan dengan niat, 1 Kor.
9: 24-25
-
Target, Rencana yang akan dicapai dan
tidak hanya disentuh tetapi meraihnya dengan sikap gigih. 2 Tim. 4: 7
-
Pengetahuan yang akurat, mengetahui
bahwa pengalaman serta hasil studi dalam
rencana sudah terpola, sehingga keinginan dapat lebih terarah, 1 Kor. 9: 24-25
-
Kerjasama, kegigihan akan terpupuk jika
senantiasa menunjukkan sikap simpati, pengertian, dan mau bekerjasama dengan
orang-orang lain.
-
Tekad, mengarahkan seluruh rencana untuk
bisa terwujud, Yer. 29: 11
-
Kebiasaan, sikap gigih bisa terbentuk
karena factor terbiasa. Ini bisa terjadi melalui pengalaman hidup sehari-hari.
Dengan dan melalui serta untuk perspektif Kristen, bagian-bagian kata
kunci ini sangat penting untuk mencapai berkat Tuhan. Hidup yang diberkati
semakin memberkati. Inilah keberhasilan seorang pemimpin Kristiani.
6. Menemukan
kekuatan melalui kesukaran sebagai strategi.
Tidak
ada orang yang akan berhasil meraih cita-citanya hanya dengan berbekal tenaga
dan usaha yang biasa-biasa saja. Selaraskan pertumbuhan pribadi sebagai
pemimpin dengan visi. Perubahan positip dalam kehidupan seorang pemimpin akan
dicapai bila perkembangan kepribadiannya juga baik. Ubahlah sebuah pilihan
kecil menjadi satu visi besar. Gantungkanlah cita-cita setinggi langit, karena
sukses tak pernah diraih oleh orang-orang yang mudah menyerah pada nasib.
Pelajari setiap kemungkinan yang dapat mewujudkan visi. Dan selalulah
senantiasa berpedoman kepadanya, namun
juga harus tetap fleksibel terhadap jalan yang akan ditempuh ke sana. Tidak ada
orang yang akan berhasil meraih impiannya atau cita-citanya hanya dengan
berbekal tenaga dan usaha sendiri. Tanpa adanya orang lain keberhasilan tak
akan pernah bisa dicapai. Ini menjadi strategi untuk mencapai sukses. Visi dan
pengalaman bersama dengan orang lain akan menimbulkan kreatifitas, yang
membantu tercapainya tujuan-tujuan besar, bnd. Luk. 1: 37.
7. Hidup
untuk memberkati, hasil dan tujuan
Seorang
pemimpin yang berhasil harus belajar untuk menjadi seorang pemberi, bukan
seorang yang selalu diberi. Seorang pemimpin adalah diciptakan Tuhan untuk
memberi, karena itu dapat menjadi sebuah pelukan yang menyelamatkan
mendatangkan sukacita dan kebahagiaan. Pusat perhatian harus ditujukan pada
menjadi suatu berkat. Jika itu tidak berguna, ubahlah menjadi suatu benih yang
tentunya tidak mencurigakan berkat adlah suatu pemberian dari keberhasilan. Hidup
untuk member adalah menjadi wujud apapun yang diberikan akan diberikan kemabali. Apa yang pemimpin
wujudkan bagi orang-orang lain. Tuhan akan mewujudkannya juga bagimu.
8. Memilih
untuk berbahagia, berhasil (sukses)
Keinginan
adalah dasarnya, yang sudah tentu adalah dari hati. Percaya diri adalah
intinya, yang bergerak ke luar dari dasar hati dan melakukannya berlandaskan
kasih. Rasa percaya diri seoraqng pemimpin memungkin para yang dipimpinnya
percaya pada gagasannya. Pemahaman adalah pentingnya. Jikalau pemimpin sudah
memahami orang yang ia pimpin, suatu kerjasama dalam ruang lingkup kerjanya
akan bersama-sama membangun untuk tujuan keberuntungan untuk dinikmati
bersama-sama. Alasan-alasan adalah buktinya. Setiap pemimpin yang mencoba
meyakinkan orang lain pasti mempunyai kredibilitas. Aristoteles pernah
menjelaskan tiga unsur pokok dalam meyakinkan orang lain untuk tidak saja ada
pada alasan-alasan:
1. Logos,
daya tarik terhadap alasan
2. Pathos,
daya tarik terhadap emosi
3. Ethos,
yang mencakup kepercayaan (kredibilitas)
Inilah membedakan seorang
pemimpin yang menggunakan memilih untuk berbahagia dengan gaya ini, dengan
seorang yang menggunakan kesempatan dalam kesempitan untuk kepentingan
pribadinya sendiri.
Terakhir bahwa cinta kasih adalah motivasinya. Jika pemimpin mempunyai
suatu pandangan yang bermanfaat bagi oraganisasi dan masyarakat, mampu
berkomunikasi untuk mengungkapkannya kepada orang lain, dan mampu memotivasi
mereka untuk bertindak berdasarkan pandangan pemimpin tadi, pemimpin bisa
meraih sukses. Disebut juga sebagai pemimpin panutan, yaitu orang-orang yang
bergabung dengan dirinya pemimpin jauh lebih berguna dari pada orang-orang yang
hanya mengekor dibelakang pemimpin. Pemimpin seperti ini selalu mengambil
kemampuan yang ia miliki, dan memberikannya kepada yang mengikutinya atau
sebagai estafet kepemimpinan yang berhasil.
VI.
KESIMPULAN
Kepemimpinan
Kristen merupakan bagian dari pelayanan dalam kehidupan manusia secara umum dan
sifatnya universal, untuk menjadikan seorang pemimpin yang disebut gembala
sebagai pelayan yang memberikan berkat, baca Mzm. 23: 1-6. Sehingga pemimpin
Kristen itu adalah gembala yang mengikuti pola kepemimpinan Yesus. Kristen yang
artinya sebagai pengikut Kristus, membuat seorang pemimpin harus menjadi orang
yang menjadi teladan, seperti Yesus sebagai pemimpin yang diteladani para
Rasul, orang percaya pada jamanNya dan suksesNya pemimpin atau orang-orang
Kristen hingga saat ini.
Pemimpin Kristen
terjadi dalam panggilan Allah, sebagai karunia Allah yang dijalankan untuk mempengaruhi
banyak orang dan hidupnya masing-masing sebagai pemimpin ataupun orang yang
dipimpin menjadi diberkati. Apakah dia seorang pemimpin gereja, pemimpin
organisasi atau lembaga, dan ataupun pemimpin Negara. Tentu saja artinya, ini
tidak dibatasi oleh pembentukan diri sebagai pemimpin yang karena dari
lahirnya, oleh karunia yang diberikan Tuhan, tetapi juga adalah dari belajar
untuk berbenah atas panggilan Tuhan untuk posisi sebagai pemimpin. Dan sudah
tentu meskipun karunia untuk memimpin itu adalah panggilan unuk semua orang,
tetapi hanya orang tertentulah yang Tuhan mau pakai untuk menjadi berkat kepada
banyak orang, Mat. 22: 17.[42]
Kepemimpinan
yang berhasil, adalah seorang pemimpin yang selalu berbenah diri dalam kuasa
kepemimpinannya yang memiliki karakter menetapkan sikap terhadap Tuhan, yaitu;
taat dan setia dalam segala situasi, takut dan takluk kepadaNya, mengandalkan
Tuhan, memuliakan Tuhan, dan mendahulukan Tuhan pada setiap yang dikerjakan dan
diperintahkanya kepada orang yang dipimpin. Disamping itu perlu juga menetapkan
sikap terhadap diri sendiri, yaitu;
mengenal diri, percaya diri, memiliki harga diri, keutuhan jati diri
(integritas), mengetahui krisis dalam diri, perilaku proaktif positip memandang
diri, mandiri, dan mampu mengembangkan sikap memandang segala sesuatu yang
mengancam diri sebagai memiliki sisi positip dan akan pada akhirnya berakibat
positip bagi diri. Juga menetapkan diri terhadap orang lain dengan berpantang
menyerah, berupaya untuk mencari makna dan pengalaman sebagai pelajaran
berharga di dalam hidup. Semakin maju lagi sebagai pemimpin, tetapkan dan
benahi sikap dan masalah yang terjadi pada hidup, ATM
(Ancaman-Tantangan-Masalah) dan THR (Tantangan, Hambatan dan
Himpitan-Rintangan) sebagai suatu kisi krisis, menjadi positip yang membawa
keuntungan, kepahitan akar masa lalu segera berbuah manis. Semuanya ini telah
diberitahukan Firman Tuhan melalui orang-orang yang disebut aktor-aktor Allah,orang
biasa menjadi luar biasa. Benahilah dan tetapkan sikap akan pekerjaan sebagai
seorang pemimpin terhadap pekerjaan pemberian Tuhan.[43]
Tugas pemimpin
Kristen adalah menjalankan perintah Sang Gembala Agung dengan sifat dan
karakter melalui dan dalam Firman Tuhan, sebagai wujud kedisplinan kepercayaan
(=karunia) yang diberikan Yesus. Tugas yang dilakukakannya bukanlah pemberian
manusia tetapi panggilan Allah, lih. Yeh. 34: 23.[44] Dengan demikian
keberhasilan itu tidak terletak pada dan
oleh usaha, serta upaya pribadinya sendiri seorang pemimpin Kristen,
organisasinya, komunitas atau lembaganya, orang yang bekerja dalam lingkup
kepemimpinannya, tetapi oleh Kristus yang oleh hasil kinerjanya mencapai tujuan
Allah dipermuliakan.[45]