Sabtu, 15 Juni 2013

EKSPOSISI KITAB WAHYU 3:14-20




Oleh: Matius Soboliem, S. Th. 




"Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Laodikia: Inilah firman dari Amin, Saksi yang setia dan benar, permulaan dari ciptaan Allah: Aku tahu segala pekerjaanmu, engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas! Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulutKu. Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memperkayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu, bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang, maka Aku menasihatkan engkau, supaya engkau membeli daripadaKu emas yang telah dimurnikan dalam api, agar engkau menjadi kaya, dan juga pakaian putih, supaya engkau memakainya, agar jangan kelihatan ketelanjanganmu yang memalukan; dan lagi minyak untuk melumas matamu, supaya engkau dapat melihat. Barangsiapa Kukasihi, ia Kutegor dan Kuhajar; sebab itu relakanlah hatimu dan bertobatlah! Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suaraKu dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku akan makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku."




Kota Laodikia ialah sebuah kota yang terletak di Propinsi Asia dalam Kerajaan Romawi, yang sekarang letaknya di bagian Barat Turki. Kota ini merupakan kota yang kaya dan merupakan pusat perdagangan pada waktu itu. Kota ini terkenal karena pabrik kain black wool, sekolah kedokteran dan sistem perbankan yang baik. Jadi rupanya kehidupan kota ini tidak terlalu jauh berbeda dengan situasi, perkembangan, dan kehidupan ekonomi sosial masa kini: pabrik tekstil, pabrik garmen, universitas, dan sistem perbankan yang modern. Maka, gereja Laodikia hidup di tengah-tengah masyarakat yang makmur dan kaya itu. Tak ubahnya seperti keadaan gereja kita hari ini. Namun sayang sekali, dari ketujuh jemaat yang dikecam oleh Tuhan dalam ketujuh suratnya dalam Kitab Wahyu itu, jemaat Laodikialah yang mendapat kecaman dan teguran yang paling keras dan tajam. Oleh sebab itu gereja di Laodikia inilah yang kami ambil sebagai studi perbandingan dengan keadaan gereja kita hari ini dalam kita berbicara tentang Teologia Kemakmuran.




"Aku tahu segala pekerjaanmu," demikian kata Tuhan, "engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas!" Di sini Yesus memulai dengan "Aku tahu," suatu istilah yang muncul berulang kali dalam ketujuh surat ini (band. 2:2,9,13,19; 3:1,8 dst.). Yesus yang telah bangkit dan naik ke sorga itu tahu atas kejadian-kejadian di jemaatNya. Ia tahu apa yang dilakukan dan aniaya yang diderita oleh mereka. Bahkan Ia tahu isi hati mereka, kesulitan mereka dan kebutuhan mereka. Apa "pekerjaan" yang dimaksud? Yohanes tidak memberi penjelasan lebih lanjut. Tapi nada bahasanya agaknya positif sifatnya, semacam pujian Tuhan terhadap mereka (band. 2:2). Namun Yohanes melanjutkan dengan mengatakan bahwa mereka tidak dingin dan tidak panas. Pada waktu itu - mungkin juga hari ini - orang percaya bahwa air panas bisa menyembuhkan, dan air dingin menyegarkan, tetapi air yang suam-suam kuku tidak menyembuhkan dan juga tidak menyegarkan, melainkan memualkan. Itulah sebabnya Yesus kemudian mengatakan "Aku akan memuntahkan engkau dari mulutKu" (ayat 16). Kata memuntahkan berasal dari kata emeo - yang adalah suatu kata yang kuat sekali untuk menyatakan keengganan seseorang untuk mentolerir atau menerima sesuatu. Sesuatu itu tidak bisa diterima, maka terpaksa harus ditolak dengan cara seperti seseorang memuntahkan sesuatu dari mulutnya. Betapa kerasnya nada bahasa ini, bukan? Leon Morris berkata: "'To spit you out of my mouth, ex ~resses in the strongest way a vigorous repudiation of the Laodiceans."146




Selanjutnya kita melihat ada beberapa kata yang menunjukkan sifat congkak dari jemaat di Laodikia, yang kemudian ditegur dengan tajam oleh Tuhan Yesus. "Aku kaya dan aku telah memperkaya diriku"; dan lebih congkak lagi mereka berkata: "aku tidak kekurangan apa-apa." Bukankah kata-kata sombong ini menunjukkan sifat dan pandangan hidup yang materialistik dari jemaat di Laodikia? Bukankah kekayaan materi yang menjadi ukuran bagi suksesnya mereka? Padahal di mata Tuhan Yesus mereka adalah miskin, buta, dan telanjang (ayat 17). Betapa ironisnya apabila kita melihat kemajuan dan kemakmuran mereka yang katanya mempunyai sistem perbankan yang baik, sekolah kedokteran dan pabrik kain black wool, tetapi oleh Tuhan mereka dikatakan miskin, buta, dan telanjang, sekalipun dikatakan bahwa Yesus tahu akan segala pekerjaan mereka. Bekerja buat Tuhan itu baik. Melayani Tuhan itu baik. Tetapi janganlah sampai kita bekerja dan melayani Tuhan begitu rupa sampai kita hanya kaya secara jasmani, kita sukses secara duniawi, tetapi kita melarat di mata Allah dan miskin secara rohani.




Mengapa Yesus mengatakan demikian? Mereka kaya, tetapi dikatakan miskin? Yesus melihat kesuksesan seseorang bukan pada materi saja, melainkan juga pada nilai-nilai rohani. Maka Yesus bisa mengatakan: "sebab apa yang dikagumi manusia, dibenci oleh Allah" (Lukas 16:15). Yesus mengatakan kalimat ini dalam konteks Ia menegur orang-orang Farisi, hamba-hamba uang itu. Yesus juga mengatakan: "Berjaga jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaan itu.... Demikianlah jadinya dengan orang yang mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di hadapan Allah" (Lukas 12:15,21). Demikianlah aspek rohani dari kehidupan orang Kristen - kaya di hadapan Tuhan - tidak boleh kita abaikan. Tidak heran selanjutnya Yesus menasihatkan jemaat di Laodikia agar mereka membeli emas dari Tuhan, yaitu emas yang telah dimurnikan dalam api, agar mereka menjadi kaya.




Apa yang dimaksud dengan "emas yang telah dimurnikan"? Mengapa dikatakan "agar mereka menjadi kaya"? Bukankah mereka sudah kaya dan tidak kekurangan apa-apa? Tentunya yang dimaksud ialah kaya secara rohani di hadapan Allah (band. Lukas 12:21). "Emas yang telah dimurnikan" menunjuk pada. kekayaan yang sejati, bukan sebagaimana yang biasanya dicari atau dikagumi oleh manusia, melainkan kaya yang di hadapan Tuhan. Oleh sebab itu Yesus bisa mengatakan dalam khotbahNya di bukit: "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.... Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan" (Matius 5:3,6). Maka Yesus menasihati mereka agar mereka "membeli dari padaKu emas yang telah dimurnikan dalam api." Inilah kekayaan yang sejati di mata Tuhan dan merupakan berkat pemberian Tuhan. Oleh sebab itu dikatakan "membeli dari padaKu". "Membeli" tentunya berarti memperoleh dengan adanya "harga" yang harus dibayar, yaitu merendahkan diri di hadapan Tuhan, mengakui dirinya miskin, dengan iman memohon akan kasih karunia dan pertolongan Tuhan. Tidak heran Petrus bisa mengatakan adanya iman yang jauh lebih tinggi nilainya daripada emas yang fana" (I Petrus 1:7). Seberapa jauh orang Kristen hari ini memikirkan kekayaan yang sejati jenis ini? Atau kita selalu memikirkan harta duniawi dan berkat jasmani? Jangan lupa Yesus berkata kepada orang-orang Farisi: "Apa yang dikagumi manusia, dibenci oleh Allah." Kepada orang banyak Ia berkata: "...Kamu mencari Aku... karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang." Orang yang datang kepada Tuhan hanya karena berkat, ia satu hari akan kecewa. Orang yang mengikut Dia namun tidak menyangkal diri (si aku yang lama), dan memikul salibnya, ia tidak dapat menjadi murid Tuhan. Apakah kita hanya mau menerima berkat tapi menolak Kayu Salib? William Barclay sering mengatakan kalau Tuhan kita memakai mahkota duri, dapatkah kita sebagai murid-muridNya hanya mau memakai mahkota bunga mawar?




Kedua, Yesus menasihati mereka agar mereka membeli pakaian putih, agar mereka jangan kelihatan telanjang. Sekali lagi kita melihat penekanan dan konsep nilai Tuhan Yesus yang berbeda dengan mereka. Mereka mengatakan bahwa mereka kaya, mereka mempunyai pabrik kain black wool, tapi Yesus mengatakan bahwa mereka miskin dan telanjang. Maka mereka dinasihati untuk membeli pakaian putih, agar mereka tidak telanjang. "Pakaian putih" dalam Kitab Wahyu melambangkan kesucian dan kebenaran (dikaiosune), berkat karya Kristus di atas kayu salib... Maka kepada jemaat di Sardis Yesus berkata: "...Mereka akan berjalan dengan Aku dalam pakaian putih, karena mereka adalah layak untuk itu.... Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih..." (3:4-5; band. 4:4, 6:11, 7:9 dst.). Apa yang kita cari hari ini? Apa yang kita mohonkan kepada Tuhan setiap hari? Yesus menasihatkan agar kita membeli pakaian putih, yang melambangkan kehidupan yang suci dan benar di mata Tuhan. Dan inilah kesaksian hidup yang sangat kita perlukan hari ini dalam masyarakat dan bukannya kehidupan orang Kristen yang sekularistis dan materialistis sifatnya, yang pada hakekatnya bisa merendahkan martabat manusia yang adalah makhluk rohani. Namun kami percaya bahwa ajaran Teologia Kemakmuran adalah sementara sifatnya. Mereka akan terus-menerus mengalami perbaikan dan kristalisasi sampai kepada ajaran yang sesuai dengan Alkitab, yaitu: bahwa kita tidak hanya mengajarkan Teologia Kemakmuran kepada jemaat, melainkan kita harus mengajarkan Teologia Kayu Salib. Kita perlu mengajar kan kebenaran Alkitab secara keseluruhan dan integral, bukan hanya sebagian saja. "We need to preach the whole gospel to the whole world." Demikianlah tema yang ditekankan berulang-ulang dalam Koperensi Lausanne II di Manila, 1989.




Ketiga, Yesus menasihati mereka agar mereka membeli minyak untuk melumas mata mereka, supaya mereka dapat melihat. Jemaat di Laodikia mengklaim dirinya kaya dan tidak kekurangan apa-apa. Di Laodikia terkenal dengan tiga keunggulan: pabrik kain black wool, perbankan, dan sekolah kedokteran, yang menurut kisah, mereka juga memproduksi minyak salep obat mata. Tetapi Yesus berkata bahwa mereka miskin, telanjang,'dan buta. Maka mereka perlu akan minyak yang berasal dari Tuhan untuk melumas mata mereka, agar mereka dapat melihat. Yesus berkata: "Akulah terang dunia, barangsiapa mengikut Aku, ia tidak akan berjalan. dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup" (Yohanes 8:12). Dengan kata lain, Yesus seolah-olah berkata: "Akuilah bahwa engkau adalah buta, dan percayalah bahwa Aku adalah terang dunia, dan mintalah kepadaKu minyak untuk melumas matamu, maka engkau akan melihat.""Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa yang tidak melihat, dapat melihat, dan supaya barangsiapa yang "merasa" ("merasa", dari penulis) dapat melihat, menjadi buta" (Yohanes 9:39). Kata-kata ini diucapkan oleh Tuhan Yesus kepada orang-orang Farisi setelah Ia memulihkan mata seorang yang buta sejak lahir. Sebaliknya, orang-orang Farisi yang merasa dirinya dapat melihat, mereka tidak mau datang kepada Tuhan untuk minta minyak untuk melumas mata mereka. Maka dosa mereka tetap, dan mereka tetap dalam keadaan buta. Terhadap orang-orang semacam ini Yesus hanya berkata: "Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok, jikalau ada orang yang mendengar suaraKu dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku" (Wahyu 3:20).

Eksposisi Kitab Keluaran



Eksposisi Kitab Keluaran


Oleh 
Matius Soboliem, S. Th.



KELUARAN 23:1-9



Ay 1-2:



1)   Ini merupakan penerapan / perluasan dari hukum ke 9 dari 10 hukum Tuhan, yaitu ‘janganlah engkau bersaksi dusta’ (Kel 20:16).



Kalau sampai saat ini saudara masih meremehkan dusta, maka perhatikan bahwa dalam Wah 21:8 pendusta termasuk dalam orang-orang yang masuk ke neraka! Disamping itu ingatlah bahwa sebagai orang kristen kita disebut ‘orang kudus’ atau ‘orang benar’ oleh Kitab Suci. Adalah suatu kontradiksi kalau kita yang disebut ‘orang kudus / benar’ itu terus berdusta, karena dusta jelas merupakan ketidakbenaran!



2)   Kata-kata ‘saksi’ (ay 1), ‘kesaksian’, ‘perkara’, dan ‘hukum’ (ay 2) menunjukkan bahwa bagian ini ditekankan khususnya untuk pengadilan. Jadi, kalau kita menjadi saksi dalam pengadilan, kita harus menjadi saksi yang jujur, yang tidak memutarbalikkan kebenaran.



Tetapi tentu saja bagian ini juga berlaku di luar pengadilan. Jadi, dimanapun kita berada, kita tidak boleh memutarbalikkan kebenaran.



3)   ’Jangan engkau menyebarkan kabar bohong’ (ay 1).



Kata Ibrani yang diterjemahkan ‘menyebarkan’ itu juga bisa diterjemahkan ‘menerima’. Jadi, kita tidak boleh menjadi sumber, ataupun penerima / penerus kabar bohong itu. Karena itu, setiap kali saudara mendengar suatu berita yang menjelekkan seseorang, janganlah saudara cepat-cepat percaya (bdk. 1Tim 5:19).



4)   ’Janganlah engkau membantu orang yang bersalah dengan menjadi saksi yang tidak benar’ (ay 1b).



Kita harus menyalahkan orang yang salah, dan membenarkan orang yang benar. Kita tidak boleh menyalahkan orang yang benar, ataupun membenarkan orang yang salah!



Kalaupun yang dipersoalkan adalah orang yang baik, tetapi kalau dalam persoalan itu ia memang salah, saudara harus menyalahkan dia. Sebaliknya, kalaupun yang dipersoalkan adalah orang yang brengsek, tetapi kalau dalam persoalan itu ia memang benar, saudara harus membenarkan dia!



Ini menunjukkan bahwa sikap / motto ‘right or wrong my son / friend / church’ (= benar atau salah anak / teman / gereja saya) harus dibuang jauh-jauh! Jangan bersikap solider / setia kawan dengan orang yang salah!



Penerapan:



·        kalau anak-anak saudara bertengkar, apakah saudara selalu membela anak kesayangan saudara tanpa peduli ia salah atau benar?



·        kalau ada orang kafir yang menuduhkan suatu kesalahan dari seorang kristen / suatu gereja, apakah saudara selalu membela orang kristen / gereja itu tanpa mempedulikan salah benarnya?



·        kalau boss saudara bertikai dengan seseorang, apakah saudara selalu membenarkan boss saudara, tanpa mempedulikan salah benarnya?



5)   ’Janganlah engkau turut-turut kebanyakan orang ...’ (ay 2a,2b).
Banyak orang tidak mempunyai pendirian sehingga mudah sekali mengikuti orang banyak:



·        dalam berbuat baik. Misalnya: Mat 21:8-9.



Tetapi, perbuatan baik yang dilakukan sekedar karena ikut-ikutan tentu tidak bisa disebut baik!



·        dalam berbuat jahat. Misalnya: Kis 19:32  Mat 27:18-19,23-26  Mark 15:15 Luk 23:14-25.



Kalau saudara termasuk orang yang mudah sekali mengikuti orang banyak, maka ingatlah bahwa kebenaran bukanlah demokrasi, dalam arti, yang banyak belum tentu benar! Karena itu, kalau saudara melihat banyak orang melakukan sesuatu, pikirkan lebih dulu apakah sesuatu itu benar atau salah! Kalau benar, ikutilah orang banyak itu. Tetapi kalau sesuatu itu salah, jangan ikuti mereka dalam berbuat yang salah! (bdk. Ro 12:2).



Penerapan:



¨      apakah sebagai pelajar saudara sering / pernah ikut-ikutan teman-teman saudara untuk membolos bersama-sama?



¨      apakah dalam bekerja, saudara sering / pernah mogok bersama-sama semua pekerja yang lain? bdk. 1Pet 2:18!



¨      apakah dalam mengemudikan kendaraan, saudara sering ikut-ikutan orang banyak untuk menerjang lampu merah, mengambil jalur yang salah dan melakukan pelanggaran lalu lintas yang lain?



¨      dalam banyak gereja / persekutuan, banyak orang asal meniru suatu praktek tertentu, tanpa memikirkan lebih dulu apakah praktek itu sesuai Kitab Suci atau tidak! Misalnya: berdoa diiringi alat musik.



Padahal hal itu jelas merupakan hal yang salah karena:



*        Kitab Suci tidak pernah mengajar untuk berdoa dengan iringan alat musik.



*        Kitab Suci mengajarkan bahwa berdoa sedapat mungkin harus dilakukan dalam kesunyian (bdk. Mark 1:35), jelas untuk memudahkan konsentrasi. Ingat bahwa kita semua adalah orang yang condong pada dosa, sehingga dalam kesunyianpun kita sering melamun dalam doa, apalagi kalau diberi iringan musik! Dan kalaupun saudara tetap bisa berkonsentrasi sekalipun diberi iringan alat musik, ingat bahwa ada banyak orang yang tidak bisa berkonsentrasi dalam doa yang diiringi musik!



*        Orang yang memainkan alat musik itu sendiri pasti tidak ikut berdoa!



*        Apa gunanya musik itu? Untuk didengar atau tidak? Kalau didengar, berarti saudara tidak berdoa dengan konsentrasi penuh. Kalau tidak didengar, lalu untuk apa dimainkan?



Ay 3,6:



1)   Kita memang harus mengasihi orang miskin, berbelas kasihan kepada orang miskin, menolong orang miskin, dsb (bdk. 22:25-27), tetapi kita tetap tidak boleh memihak / membenarkan orang miskin yang bersalah (ay 3 bdk. Im 19:15a).



Tetapi kenyataan menunjukkan bahwa pembenaran orang miskin yang bersalah ini sering terjadi, seperti:



·        pemberian pesangon untuk penghuni bangunan liar yang digusur. Secara tidak langsung, ini membenarkan tindakan mereka untuk mendirikan bangunan liar, dan bahkan merangsang mereka dan orang-orang lain untuk mendirikan bangunan liar di tempat yang lain!



·        kalau mobil tabrakan dengan becak / sepeda, selalu pengemudi mobil yang disalahkan!



·        serikat buruh seringkali membela buruh yang dipecat, tanpa peduli buruh itu salah atau benar



2)   Tindakan membenarkan orang miskin yang bersalah ini bisa disebabkan karena:



a)   Belas kasihan yang berlebihan / extrim.



Ada orang-orang yang secara alamiah mudah tersentuh oleh penderitaan orang lain. Sekalipun sebetulnya ini adalah sesuatu yang baik, tetapi karena manusia memang condong pada dosa, maka sifat ini dengan mudah lalu diextrimkan sehingga menjadi sesuatu yang tidak baik, dimana kita lalu membenarkan orang miskin yang salah. Karena itu, kalau saudara adalah orang yang seperti ini, berhati-hatilah supaya jangan belas kasihan itu saudara wujudkan secara kelewat batas! Belas kasihan itu baik, tetapi tidak pernah boleh menginjak-injak kebenaran / keadilan! Bandingkan dengan 1Kor 13:6!



b)   Suatu pemikiran / anggapan bahwa orang kaya itu jahat, sehingga pasti selalu salah. Ini jelas merupakan pemikiran yang salah! Orang kaya tidak selalu jahat, dan orang miskin tidak selalu baik / benar!



3)   Ajaran dalam ay 3 ini bisa diterapkan bukan pada orang miskin saja, tetapi juga pada orang-orang yang menderita dalam hal yang lain. Jadi, penderitaan apapun yang dialami seseorang, tidak boleh menyebabkan kita membenarkan dia pada waktu ia bersalah.



Misalnya:



·        kalau saudara mempunyai seorang anak yang tidak secantik / tidak sepandai anak-anak saudara yang lain, maka mungkin sekali saudara justru mengasihi anak itu lebih dari yang lain, sehingga kalau anak itu bertengkar dengan anak yang lain, saudara cenderung membenarkan anak itu sekalipun sebetulnya ia yang bersalah. Ini adalah sikap yang salah!



·        pada saat memberi counseling (= nasihat) pada orang yang sangat menderita sekalipun, kita tetap tak boleh membenarkan dia kalau ia bersalah!



4)   Ay 6 kontras dengan ay 3! Kalau ay 3 melarang kita untuk memihak pada orang miskin tanpa mempedulikan kebenaran, maka ay 6 melarang kita untuk menentang orang miskin tanpa mempedulikan kebenaran.



Dengan demikian jelaslah bahwa kita tak boleh memihak pada si kaya ataupun si miskin, tetapi kita harus selalu memihak pada kebenaran dan keadilan!



Ay 4-5:



Bagian ini tidak mempersoalkan belas kasihan pada binatang, karena yang dipersoalkan di sini bukanlah binatang itu sendiri tetapi pemiliknya. Jadi bagian ini mengajarkan:



1)   Kasih kepada musuh.



Memang dalam Perjanjian Lama sudah ada ajaran untuk mengasihi musuh (bdk. Amsal 24:17 25:21-22). Karena itu kata-kata ‘bencilah musuhmu’ dalam Mat 5:43 jelas bukan merupakan ajaran Perjanjian Lama (Catatan: kata ‘firman’ dalam Mat 5:43 seharusnya tidak ada!), tetapi merupakan penafsiran orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat tentang Perjanjian Lama (mungkin mereka mendapatkan ajaran ini dari perintah Tuhan untuk membasmi orang Kanaan).



2)   Kita harus melakukan apa yang benar tanpa dipengaruhi oleh perasaan pribadi, seperti benci, cinta dsb.



Pada saat saudara melihat seekor keledai / lembu yang sesat, maka tindakan yang benar adalah mengembalikan binatang itu kepada pemiliknya. Dan pada saat saudara melihat seekor keledai rebah karena beban yang terlalu berat, maka tindakan yang benar adalah menolong keledai itu. Dan sekalipun binatang itu adalah binatang milik seorang yang menjengkelkan saudara, saudara tetap harus melakukan hal yang benar itu!



Demikian juga kalau ada 2 orang bertengkar, saudara seharusnya membenarkan orang yang benar. Sekalipun saudara mengasihi A, tetapi kalau ia salah, saudara harus tetap mempersalahkan dia. Sebaliknya, sekalipun saudara membenci B, tetapi kalau ia benar, saudara tetap harus membenarkan dia!



Ay 7-8:



1)   Kalau ay 1-2 di atas melarang untuk berdusta / memutarbaikkan kebenaran karena ikut-ikutan orang banyak, maka ay 7-8 ini melarang dusta / memutarbalikkan kebenaran karena uang / suap.



2)   Saya berpendapat suap tidak dilarang secara mutlak, karena saya berpendapat bahwa suap bisa dibagi menjadi 2 golongan:



a)   Menyuap seseorang supaya ia melakukan sesuatu yang salah.



Misalnya: kita mempunyai seorang anak yang belum berusia 16 tahun, tetapi kita mau menguruskan SIM untuknya, sehingga kita lalu menyuap polisi untuk mau mengubah tanggal kelahiran anak itu. Suap yang seperti ini jelas adalah dosa, dan tidak boleh dilakukan dalam keadaan apapun. Kalau ada orang yang membenarkan suap semacam ini dengan alasan ‘keadaan memaksa’, maka perlu dipertanyakan kepada dia: bagaimana ia menafsirkan begitu banyak ayat-ayat Kitab Suci yang menentang suap? Kapan ayat-ayat itu harus diberlakukan? Seberapa tinggi otoritas Firman Tuhan di dalam hidupnya?



b)   Menyuap seseorang supaya ia melakukan tugasnya / sesuatu yang benar / apa yang seharusnya ia lakukan.



Misalnya: kalau kita mau mengurus SIM, dan kita memenuhi semua persyaratan untuk mendapat SIM, tetapi petugas tidak mau memberi SIM kalau tidak diberi uang. Maka dalam hal ini, kita sama saja seperti ‘ditodong’. Dalam hal ini, tidak salah untuk memberikan uang yang ia minta, karena pemberian uang itu dimaksudkan supaya ia melakukan apa yang benar, atau apa yang menjadi tugasnya, atau apa yang seharusnya ia lakukan.



Alasan saya sehingga mempunyai pandangan seperti itu adalah:



·        Kitab Suci sendiri pada umumnya mengecam suap karena suap itu berhubungan dengan suatu kejahatan tertentu.



Contoh: ay 7-8 ini sendiri mengecam suap karena suap bisa menyebabkan orang menjadi buta, memutarbaikkan kebenaran, membunuh orang yang tak bersalah dsb.



Contoh lain: Ul 16:19  Ul 27:25  Hak 16:5  1Sam 8:3  Neh 6:10-13  Ayub 15:34-35  Maz 26:9-10  Amsal 17:8,23  Amsal 18:16  Yes 1:23  Yes 5:23  Yeh 13:19  Yeh 22:12-13  Amos 2:6  Amos 5:12  Mikha 3:9-11  Mikha 7:3  Mat 26:15  Mat 28:12-15.



·        Yesus sendiri memerintahkan: ‘Berilah kepada orang yang meminta kepadamu’ (Mat 5:42). Ayat ini terletak dalam kontex yang menekankan kasih kepada musuh, sehingga jelas bahwa ayat itu tidak mengajarkan supaya kita memberi kepada orang yang layak mendapatkan apa yang ia minta, tetapi supaya kita memberi kepada orang yang tidak layak untuk mendapatkan apa yang ia minta! Dan saya berpendapat ini mencakup permintaan suap!



Kalau saudara keberatan dengan pandangan ini dengan alasan bahwa pandangan ini melestarikan suap, maka saya menjawab sebagai berikut:



¨      Kalau saudara ditodong oleh perampok, dan saudara lalu memberikan uang saudara; bisakah itu disebut sebagai melestarikan perampokan?



¨      Di banyak tempat saudara tidak akan bisa hidup tanpa melakukan suap golongan b) di atas. Memang kita harus berusaha sampai batas-batas kemampuan kita supaya orang sekitar kita berhenti berbuat dosa. Tetapi tentu kita tidak bertanggung jawab atas hal-hal yang ada diluar kemampuan kita.



¨      Kalaupun saudara secara mutlak tidak mau menyuap, ada jutaan orang yang tetap melakukannya sehingga saudara tetap tak akan berhasil memberantas suap dengan cara itu.



¨      Memang harus diakui bahwa keadaan yang ideal adalah dimana sama sekali tidak ada suap. Tetapi jelas bahwa kita tidak hidup di dunia yang ideal, tetapi di dunia yang penuh dengan dosa! Dan jelas bahwa di banyak negara, keadaan yang ideal itu tidak bisa tercapai! Dalam keadaan itu, kita harus memilih apa yang dalam bahasa Inggris disebut sebagai ‘the lesser of two evils’ (= yang lebih baik dari dua hal yang tidak / kurang baik). Kita harus memilih antara ‘tidak menyuap sehingga tidak bisa hidup’ dan ‘menyuap’, dan saya berpendapat bahwa kita seharusnya memilih untuk menyuap (menyuap gol b).



Ay 9:



Ayat ini melarang untuk bersikap tidak adil kepada orang asing / orang dari bangsa yang berbeda dengan kita. Jadi, kita harus membuang diskriminasi ras!



Penerapan:



Apakah dalam gereja saudara masih membedakan antara orang yang sebangsa dan yang tidak sebangsa dengan saudara? Apakah saudara segan bergaul dengan orang yang tidak sebangsa dengan saudara? Ingat bahwa dalam Yesus Kristus tidak boleh ada tembok pemisah (Gal 3:28). Kalau dalam gereja saja masih ada diskriminasi ras, bagaimana mungkin saudara tidak melakukan diskriminasi ras di luar gereja?



Kesimpulan:



Seluruh bacaan / text hari ini mengajarkan bahwa keadilan dan kebenaran harus ditegakkan tanpa dipengaruhi oleh:



·        banyaknya orang yang menghendaki ketidakadilan (ay 1-2).



·        kaya / miskinnya seseorang (ay 3,6).



·        perasaan pribadi / kebencian (ay 4-5).



·        uang / suap (ay 7-8).



·        kebangsaan (ay 9).



Dengan kata lain, orang kristen harus hidup betul-betul lurus, menjunjung tinggi keadilan dan kebenaran!



AMIN.............


 





KALAU YESUS ADALAH ALLAH, BAGAIMANA DIA BERDOA KEPADA ALLAH DAN APAKAH YESUS BERDOA KEPADA DIRINYA SENDIRI ?

  KALAU YESUS ADALAH ALLAH, BAGAIMANA DIA BERDOA KEPADA ALLAH DAN APAKAH YESUS BERDOA KEPADA DIRINYA SENDIRI ? Ev. Matius Sobolim, M. Th. ...