Apa itu pemisahan Alkitabiah?
Yesi Simbu, Anni Kobak, Matius Sobolim |
Pemisahan
Alkitabiah adalah pengakuan bahwa Allah telah memanggil orang-orang percaya
keluar dari dunia dan untuk mempertahankan kesucian pribadi dan bersama di
tengah budaya yang berdosa. Pemisahan Alkitabiah biasanya dipertimbangkan dalam
dua bagian: pribadi dan gerejawi.
Pemisahan
pribadi meliputi komitmen individu tsb. pada cara hidup yang saleh. Daniel
mempraktekkan pemisahan pribadi ketika dia “berketetapan untuk tidak menajiskan
dirinya dengan santapan raja dan dengan anggur yang biasa diminum raja” (Daniel
1:8). Apa yang dilakukannya adalah pemisahan Alkitabiah karena standarnya
adalah berdasarkan penyataan Allah dalam hukum Musa.
Contoh
modern dari pemisahan pribadi misalnya adalah keputusan untuk menolak undangan
pesta di mana alkohol disajikan. Keputusan semacam ini mungkin dilakukan untuk
mencegah pencobaan (Roma 13:14), untuk menjauhi “segala jenis kejahatan” (1
Tesalonika 5:22), atau untuk tetap konsisten dengan keyakinan pribadi (Roma
14:5).
Alkitab
dengan jelas mengajarkan bahwa anak Allah harus terpisah dari dunia, “Janganlah
kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak
percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau
bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap? Persamaan apakah yang terdapat
antara Kristus dan Belial? Apakah bagian bersama orang-orang percaya dengan
orang-orang tak percaya? Apakah hubungan bait Allah dengan berhala? Karena kita
adalah bait dari Allah yang hidup menurut firman Allah ini: "Aku akan diam
bersama-sama dengan mereka dan hidup di tengah-tengah mereka, dan Aku akan
menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umat-Ku. Sebab itu: Keluarlah
kamu dari antara mereka, dan pisahkanlah dirimu dari mereka, firman Tuhan, dan
janganlah menjamah apa yang najis, maka Aku akan menerima kamu.” (2 Korintus
6:14-17; lihat juga 1 Petrus 1:14-16).
Pemisahan
gerejawi mencakup keputusan dari suatu gereja dalam kaitan hubungannya dengan
organisasi lainnya, berdasarkan pada teologia atau praktek gereja. Pemisahan
tersirat dalam kata “gereja.” Kata Yunani ekklesia berarti “kumpulan yang
dipanggil keluar.” Dalam surat Yesus kepada jemaat Pergamus, Dia memperingatkan
untuk tidak bertoleransi dengan mereka yang mengajarkan doktrin yang salah
(Wahyu 2:14-15). Gereja harus terpisah, memutuskan hubungan dengan ajaran
sesat. Contoh modern dari pemisahan gerejawi adalah sikap denominasi yang
menolak kesatuan oikumenis untuk menghindari kesatuan dengan mereka yang
murtad.
Pemisahan
Alkitabiah tidak mengharuskan orang-orang Kristen untuk tidak berhubungan
dengan orang-orang tidak percaya. Sama seperti Yesus, kita harus berteman
dengan orang-orang berdosa tanpa ambil bagian dalam dosa (Lukas 7:34). Paulus
mengungkapkan pandangan yang seimbang soal pemisahan: “Dalam suratku telah
kutuliskan kepadamu, supaya kamu jangan bergaul dengan orang-orang cabul. Yang
aku maksudkan bukanlah dengan semua orang cabul pada umumnya dari dunia ini
…karena jika demikian kamu harus meninggalkan dunia ini” (1 Korintus 5:9-10).
Dengan kata lain, kita ada di dalam dunia, namun bukan dari dunia.
The
Pilgrim’s Progress karya John Bunyan menyediakan contoh yang indah mengenai
pemisahan Alkitabiah: Kristen dan Setiawan berjalan bersama melalui Kota
Kesia-siaan, di mana ada sebuah Pasar, karena “jalan menuju Kota Surgawi harus
melalui kota ini … orang yang menuju ke Kota itu, namun belum melalui kota ini
harus keluar dari dunia.” Di Pasar itu orang-orang Kesia-siaan terheran-heran
dengan kata-kata, pakaian dan nilai kehidupan sang Musafir. Fakta bahwa mereka
adalah “orang-orang asing dan pendatang” (Ibrani 11:13) memisahkan mereka dari
orang dunia.