Minggu, 16 Januari 2022

KUALITAS KEPEMIMPINAN KRISTEN

 

 KUALITAS KEPEMIMPINAN KRISTEN   


       


Gereja yang seharusnya menghasilkan pemimpin yang tinggi iman, tinggi ilmu, dan tinggi pengabdian malah terkontaminasi dengan berbagai masalah kepemimpinan. Peneliti Kristen George Barna melakukan studi selama 15 tahun tentang kehidupan gereja secara global dan memberikan konklusi sebagai berikut: Gereja telah kehilangan pengaruhnya karena absennya kepemimpinan yang efektif. Kalau pemimpin yang baik di dunia jarang dijumpai, maka pemimpin yang sangat baik yang memenuhi standar Allah dalam firmanNya lebih jarang lagi. Pendek kata, banyak masalah akut dan kronis yang melumpuhkan organisasi bermuara atau memiliki korelasi yang sangat erat dengan kepemimpinan. 
        Gereja yang dipimpin oleh orang-orang yang kurang diperlengkapi dengan kompetensi kepemimpinan yang solid. Beberapa dari mereka bahkan memiliki cacat karakter. Integritas seringkali dikorbankan demi kelanggengan ambisi pemimpin. Pada saat yang bersamaan dampak dari aksi kepemimpinan mereka menjalar seperti kanker dari dalam organisasi, dan melumpuhkannya secara perlahan. Kita berada dalam krisis kepemimpinan. Pemerhati kepemimpinan Profesor Warren Bennis bahwa organisasi gagal karena over-managed dan under-led. Meskipun kepemimpinan bukan solusi satu-satunya dari berbagai jenis masalah organisasi, ia adalah sebuah critical success factor yang membedakan organisasi yang sehat dan berhasil dengan organisasi yang sakit dan gagal.


    Seperti Nehemia yang telah mengetahui visi dan misinya, begitu juga seorang pemimpin Gereja harus mengetahui visi dan misinya yang jelas. Seorang pemimpin yang berwibawa diperlukan kemampuan melihat ke muka untuk 10 – 25 tahun yang akan datang.  Antisipasi jauh ke depan sambil membaca kesempatan dan tantangan dari perubahan zaman ini sangat terkait dengan kehidupan spiritual yang dimilikinya. Sekaligus berdiri dalam visi dan misi Gereja di dunia ini, yakni memberitakan Injil, dan menjadikan semua bangsa murid Tuhan dengan penyertaan Allah. Ketergantungan kepada Allah sangat penting bagi seorang pemimpin untuk mengemban tugas ini. Sebagaimana Nehemia dengan doanya telah menunjukkan ketergantungannya kepada Allah. Pemimpin Gereja dan doanya tidak dapat dipisahkan. Pemimpin harus turut serta dalam gerak maju pembangunan, tanpa mengorbankan imannya, kesaksiannya, serta pelayanan sebagai hamba Tuhan.  Semuanya ini adalah satu sikap yang memperlihatkan solidaritas kepada bangsa dan negara yang selalu berkaitan dengan kehidupan doa seorang pemimpin Gereja, yaitu pelayanan doa yang mencakup seluruh aspek. Bagian inilah yang disebutkan pengandalan kepada Tuhan secara total yang dimulai dari pembangunan tubuh Gereja yang rohani.


Karakteristik Pemimpin

    Sedikit sekali pemimpin menyadari empati dalam seni memimpin adalah hal yang sama dengan kasih. Pentingnya kasih dalam kepemimpinan sudah menjadi prasyarat seseorang untuk jadi pemimpin . Betapa kuatnya pernyataan mengenai pentingnya kasih, baik dalam pengajaran Yesus maupun penekanan-penekanan yang diajarkan Oleh Rasul Paulus dalam tulisan-tulisannya. Kasih itu mencakup semua aspek kehidupan yang berorientasi kepada sikap baik kepada sesama yang ditunjukkan dalam berbagai bentuk. Tentunya hal ini harus dimiliki oleh pemimpin Kristen yang mengetahui kebutuhan yang dipimpinnya. Kasih itu meliputi antara lain: kesabaran, murah hati, tidak cemburu, tidak sombong, tidak pernah congkak, tidak egois, bersikap lembut, tidak menuntut kemauannya sendiri, tidak mudah tersinggung, tidak menaruh dendam, kasih hampir tidak memperhatikan kesalahan orang, tidak pernah senang memandang kelaliman, bergembira bila kebenaran menang, setia, mempercayai orang lain, membela orang lain, dan kasih tiada pernah berkesudahan.  Semua kategori ini adalah hal yang sama satu dengan yang lain, yang tidak bisa diabaikan oleh seorang pemimpin.


    Bersikap tegas, pemimpin yang besikap tegas akan terbukti rajin/giat; efektif dan efisien serta berorientasi kepada sasaran kerja.  Pemimpin Kristen adalah pemimpin yang pragmatis serta produktif, yang menghasilkan buah (hasil) dalam kepemimpinannya. Pemimpin Kristen sekalipun adalah pemimpin rohani, ia harus berorientasi kepada hasil atau sukses, dengan menerapkan gaya wirausaha. Alasan utama bagi orientasi ini ialah bahwa Allah pun menghendaki agar pemimpin Kristen itu berhasil dalam kepemimpinannya. Kebenaran ini diteguhkan oleh analogi perumpamaan pada Matius 25:14-30, dimana ketidaktaatan yang menandakan ketidakberhasilan dikecam oleh Tuhan Yesus dengan tegas.
       
PENUTUP

Mengapa kita berada dalam krisis kepemimpinan? Karena kita telah kehilangan kapasitas institusional dan interpersonal yang mampu mentransformasi individu secara utuh untuk mencapai efektifitas hidup sebagaimana yang Allah inginkan. Terlalu banyak kendala struktural, intelektual, emosional, dan kultural yang memperlambat proses transformasi tersebut hingga ke titik nol. Kapasitas institusional dan interpersonal disini adalah kemampuan sebuah insitusi dan para individu yang ada didalamnya untuk berupaya secara sadar dan masuk ke dalam proses mencetak pemimpin. Kultur dan struktur yang ada dalam berbagai jenis organisasi seringkali malah mematikan potensi kepemimpinan seseorang. Demikian juga proses saling mempertajam dan memperlengkapi telah lama absen dalam relasi antara individu. Seakan-akan ada vaksin anti-kepemimpinan yang telah disuntikkan ke dalam sistem urat syarat organisasi dan individu. Krisis kepemimpinan adalah sebuah masalah yang krusial. Namun ada masalah yang lebih krusial, dan sekaligus urgen, yaitu masalah ignorance. Banyak orang yang ignorant akan kebutuhan kepemimpinan diatas. Banyak orang cuek dan acuh tak acuh terhadap krisis kepemimpinan. Tanpa adanya kesadaran publik.

Tantangan yang terbesar bagi para pemerhati berbagai institusi yang disebut diatas adalah menciptakan kesadaran publik sehingga kebutuhan kepemimpinan dirasakan dan dipahami signifikansi-nya. Kita harus bangun dari tidur panjang ini. Kesadaran ini adalah sebuah langkah pertama yang harus dicapai dalam perjalanan kepemimpinan yang memakan waktu seumur hidup. Tanpa itu, perjalanan panjang tersebut tidak akan pernah dimulai. Kepemimpinan Gereja tema yang sangat luas - dapat didekati dari segi pemahaman Alkitab tentang berbagai bentuk kepemimpinan politis dan religius; dari teologi sistematis, yaitu eklesiologi.

Apakah dalam kepemimpinan gereja kita telah siap untuk saling mendukung dan menguntungkan seperti kawanan burung tersebut? Bekerja keras untuk mereka yang ikut di belakang? Menguatkan mereka yang ada di depan dengan penghargaan dan kritik yang konstruktif? Atau kita lebih cenderung saling menjatuhkan, saling mempersulit kemajuan dan kesuksesan? Kita cemburu kepada mereka yang lebih di depan. Dan kita lebih cenderung mendefinisikan kepemimpinan secara statis, jabatan "di atas" dan jabatan "di bawah", bukan secara dinamis, mereka berjuang di depan dan mereka yang bekerja di belakang. Kita harus belajar kembali dalam gereja bahwa kita hanya akan maju kalau kita semua siap untuk bekerja sama dan saling mendukung dan memberi motivasi, dan untuk memahami struktur pimpinan secara fungsional untuk kepentingan dan misi bersama.

1. Kepemimpinan suatu gerakan seperti gereja adalah penting namun yang tidak kalah pentingnya adalah peran serta yang aktiv dan bertanggung jawab dari anggota-anggota lainnya. Disini yang dituntut adalah kerjasama yang baik dan kesadaran akan tanggungjawab masing-masing. Sekali lagi: tujuan bukanlah untuk menjatuhkan mereka yang berada di depan. Namun yang dituntut oleh mereka di depan adalah kesediaan untuk membagi tanggung jawab dengan yang lain, membiarkan dan menguatkan orang lain untuk memimpin dalam bidang merka masing-masing dan memungkinkan suatu koordinasi yang harmonis. Tidaklah sehat kalau semua hanya tergantung pada suatu orang, dan yang lain hanya merasa bertanggung jawab kalau "disuruh". Kita harus belajar dalam gereja untuk tidak memegang secara statis posisi kita masing-masing (yang penting tidak didahului orang lain) dan lebih fleksibel dalam melihat dan menjawab panggilan dan fungsi kita yang paling dibutuhkan dalam situasi tertentu. (termasuk kesedian untuk meletakkan jabatan/suksesi)

2. Ada satu aspek lagi yang saya anggap relevan berhubungan dengan tema kita: Jika dalam perjalanan yang cukup jauh ada burung yang lemah atau sakit, selalu ada dua ekor burung lain yang akan mendampingi yang sakit ke bawah dan melindunginya dan membantunya sampai ia sembuh atau mati. Lalu mereka akan bersama-sama meneruskan perjalan mereka dengan menggabung dengan sekawanan angsa yang lain, sehingga tidak pernah ada yang tertinggal atau ditinggalkan begitu saja. Dalam gereja juga sangat penting bahwa pemimpin-pemimpin tidak maju sendiri tanpa memperhatikan mereka yang ikut dalam perjalanan kita. Memang ada pencobaan yang cukup besart untuk meninggalkan saja mereka yang mengganggu perencanaan kita, mereka yang tidak bisa ikut dengan kecepatan atau dengan tuntutan-tuntutan moralis dan prestasi kita. Lebih gampang meninggalkan dan menghakimi saja orang yang keluar dari "jalur" nilai dan kebiasaan kita, karena kelemahan manusiawi mereka. Namun gereja harus mengembangkan kembali sikap kepemimpinan Yesus yang siap untuk meninggalkan ke-99 domba untuk mencari satu yang hilang, berani untuk berpihak pada mereka yang lemah atau bahkan diasingkan dari persekutuan mereka (apakah karena kesalahan mereka sendiri atau kesalahan orang lain), dan melakukan fungsi integratif.  Siapa tahu kapan saya sendiri menjadi lemah atau terancam jatuh? Sikap solidaritas bukan dengan mereka yang kuat, melainkan dengan mereka yang lemah, menjadi ukuran utama untuk kepemimpinan gereja yang relevan. Seorang pemimpin tidak menunggu orang datang, tetapi mencari orang yang membutuhkannya.

Berangkat dari pengamatan burung ini saya ingin, dalam bagian terakhir pengantar diskusi saya, untuk memperluas dan menyimpulkan beberapa aspek tentang kepemimpinan gereja yang relevan secara sistematis dalam 4 poin:

1. Kepemimpinan gereja antara pelayanan terhadap Allah dan pelayanan terhadap sesama manusia.

2. Kepemimpinan gereja antara menerima tanggung jawab kekuasaan dan memberdayakan orang lain.

3. Kepemimpinan gereja antara karisma dan kompetensi.   

4. Kepemimpinan gereja antara konservasi dan transformasi.

 

   I.        Kepemimpinan gereja antara pelayanan terhadap Allah dan pelayanan terhadap sesama manusia.

        jelas: tugas pimpinan gereja "bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani" dan menjadi gembala yang tidak "memerintah atas mereka yang dipercayakan" kepadanya, melainkan yang "menjadi teladan" (bdk Mat 20:25-28, Mrk 10:45; Yoh 13:5-15 dll), dan tidak menggunakan paksaan melainkan kesukarelaan (bdk 1 Petr 5:2-4). Disini gereja harus menjadi teladan untuk dunia tentang kepemimpinan yang sebenarnya, dan bukan sebaliknya (menerapkan struktur-struktur kekuasaan dan penindasan duniawi dalam gereja). Kepemimpinan dan administrasi adalah untuk melayani (ad + ministrare!)

Tentu saja pelayanan seorang pemimpin gereja terutama dipahami sebagai pelayanan kepada Tuhan. Namun dimensi vertikal ini tidak pernah terlepas dari dimensi horisontal, karena tidak ada jalan lain untuk melayani Allah kecuali melalui melayani sesama manusia. Kita selalu harus mengingatkan diri dan para pemimpin kita bahwa konsep pelayanan ini memutarbalikkan struktur pikiran dan struktur hirarki masyarakat kita: seorang pejabat baru menjadi pemimpin kalau ia merendahkan diri menjadi seorang pelayan. Karena pelayanan seseorang pemimpin bukan hanya masalah antara dia dan Allah, melainkan "masalah duniawi" (antarmanusia), pelayanannya harus juga diukur dengan kriteria-kriteria duniawi. Jangan sampai kata "melayani" hanya menjadi kata kosong untuk menyelubungi kekurangan dalam melakukan kerja dan menggunakan kuasa kita secara bertanggungjawab (ada yang sudah "alergi" dengan kata "pelayanan" dalam gereja).

II.        Kepemimpinan gereja antara menerima tanggung jawab kekuasaan dan memberdayakan orang lain

        Kuasa yang diberikan Allah kepada jemaatNya dan pemimpin-pemimpinnya menjadi nyata dalam kekuasaan yang dipercayakan kepada mereka masing-masing. Sering kita berbicara seoloah-olah tidak ada kekuasaan dalam gereja (karena kita bersaudara, semua sama di muka Allah, saling mengasihi dll.). Namun di mana ada interaksi antarmanusia dan kehidupan yang diatur secara organisatoris, di situ juga ada kekuasaan. Siapa yang menentukan penggunaan dana jemaat atau sinode, siapa yang menempatkan pendeta, siapa yang punya posisi sosial yang lebih didenggar dari pada orang lain, dia juga punya kekuasaan. Jadi pertanyaan bukanlah apakah ada hal-hal duniawi seperti kekuasaan dalam gereja atau tidak, melainkan bagaimana kekuasaan itu digunakan secara bertanggung jawab, secara transparen, secara jujur dan secara partisipatoris. Termasuk disini bahwa dalam gereja juga harus ada sistem kontrol kekuasaan secara teratur dan transparen.

Ada dua bahaya kekuasaan: menyangkal/melarikan diri dari tanggung jawab kekuasaan itu dan tidak menerimanya sebagai tantangan; atau menyalahgunakan kekuasaan untuk kepentingan sendiri atau kelompok tertentu. (Contoh: dosen dlm memberi nilai – konsekwensi biografis untuk mahasiswa; dua pencobaan: meluluskan semua, lari dari tanggung jawab kekuasaan, tetapi akhirnya sistem pendidikan hancur – menilai secara subyektif: siapa yang dekat dengan saya, simpatis, dari suku atau gender tertentu…). Paling sulit: menggunakan kekuasaan secara obyektif dan bertanggung jawab.

        Kalau di satu sisi seorang pemimpin harus mampu untuk menerima kekuasaan yang dipercayakan kepadanya secara bertanggung jawab, ia harus juga mampu untuk membagi kekuasaan dan mendelegasikan tanggung jawab. Tidak ada juga gunannya kalau seorang pemimpin memikul semua beban kekuasaan sendiri, mengorbankan kesehatannya dan keluarganya, tetapi akhirnya semua tergantung pada dia dan orang lain tidak dibutuhkan, tidak berdaya lagi dan hanya menjadi penonton. Seorang pemimpin gereja tidak boleh menghindari orang lain maju hanya karena merasa posisinya terancam, tetapi ia harus memotivasi dan memberdayakan orang lain, menemukan kelebihan dan karunia mereka dan mengembangkannya. Kita harus mampu untuk melibatkan orang lain dalam keputusan-keputusan dan dalam realisasinya secara partisipatoris. Profesionalisme dalam kepemimpinan gereja sangat penting, namun jangan sampai profesionalisme itu hanya terbatas pada kelompok elite kecil, dan tanggung jawab dan imanat am orang percaya atau kaum awam semakin diabaikan. (kelebihan gereja Indonesia dibanding gereja di Jerman: orang masih merasa gereja=kita; namun masih lebih cenderung "mensosialisasikan" dari pada "memberdayakan").

 III.        Kepemimpinan gereja antara karisma dan kompetensi

        Setiap orang diberi karunia atau karismata oleh Roh Kudus, dan ini tidak boleh diabaikan melainkan seharusnya menentukan pembagian tanggung jawab dalam kepemimpinan gereja. PB menyebut beberapa karunia seperti mengajar,  melayani, membuat ajaib atau menyembuhkan, berkata-kata dengan hikmat, berkata-kata dengan pengetahuan, bernubuat, membedakan bermacam-macam roh dll. (bdk 1 Kor 12; 1 Tim 4:14), dan sudah dikembangkan dalam PB bermacam-macam fungsi atau jabatan gerejawi seperti apostolat, diakonat, presbiter, pastorat, episkopat dll, untuk memimpin gereja dalam panggilan duniawi, dalam dimensi pelayanan (diakonia), kesaksian (marturia) dan pengayuban (koinonia) termasuk kehidupan spiritual (leiturgia). Dalam tubuh Kristus tidak ada fungsi dan karunia yang lebih tinggi atau lebih penting dari pada yang lain, sehingga kepemimpinan gereja adalah fungsi untuk memberdayakan, mengkoordinasi dan mengorganisir karunia-karunia yang ada dengan baik sehingga tubuh ini dapat melakukan misinya di dunia ini secara optimal. Jangan dilupakan bawah kepala gereja tidaklah lain dari pada Kristus sendiri.

Namun tidak cukup jika seorang pemimpin gereja hanya percaya kepada karunia yang diberikannya. Ia juga bertanggung jawab untuk mengembangkannya, untuk memperbaiki kekurangannya dan meningkatkan kompetensinya sesuai dengan tuntutan dan tantangan yang dihadapinya. Sering kita merasa kalau kita sudah mencapai pososi tertentu tidak perlu lagi kita belajar. Sebaliknya, semakin tinggi posisi kita dan  semakin besar tanggung jawab kita, semakin banyak kita harus belajar. Misalnya sering diabaikan bahwa seorang pendeta yang memimpin jemaat atau sebuah struktur gereja bersama dengan orang lain tidak hanya membutuhkan dasar teologis yang cukup kuat, tetapi juga misalnya kepandaian menajemen atau pengelolaan. Disini juga masih terletak salah satu kekurangan dalam pendidikan teologi. Dari kompetensi yang seharusnya lebih dikembangkan saya ingin menekankan kompetensi sosial atau kompetensi komunikasi, termasuk kompetensi untuk menangani konflik secara konstruktif. Ia harus mampu untuk menjadi moderator atau mediator dalam konflik, dari pada hanya menghindari atau menekankan konflik, atau bahkan menyebabkan konflik dan melibatkan emosi pribadi. Ia berada dalam posisi yang paling berpengaruh untuk mendukung atau menghindari perkembangan suatu kultur kritik dan konflik yang konstruktif dalam gereja. Semua ini adalah kompetensi-kompetensi yang dapat dilatih, dan dalam dunia modern dan semakin rumit tidaklah cukup kalau seorang pemimpin sudah puas dengan karunianya dan pengalamannya.

IV.        Kepemimpinan gereja antara konservasi dan transformasi.

Dalam poin terakhir ini kita melihat kepemimpinan gereja dalam ketegangan yang konstruktif antara upaya untuk menjamin kontinuitas dan tradisi gereja di satu sisi, dan menjadi motor perubahan dan transformasi sosial di sisi lain.

Disini seorang pemimpin menjadi "konservatif" dalam arti yg sebenarnya: mempertahankan dan menjamin nilai, tradisi dan aturan gereja yang menjadi identitas persekutuan. Disini sering dituntut bahwa seorang pemimpin harus menjadi teladan yang baik (atau bahkan sempurna) dalam menaati nilai-nilai perseketuannya. Dan ini tidak hanya berlaku jika konformitas dituntut oleh nilai-nilai etika Kristen, namun juga jika dituntut oleh kebiasaan atau tradisi masyarakat setempat yang harus diperhatikan (mis: di kota tidak apa-apa pendeta ke bioskop atau pendeta perempuan memakai jeans, dan tidak ada larangan dari etika Kristen; namun di desa hal tersebut bisa melanggar nilai-nilai masyarakat) – Paulus: demi mereka yang "lemah", tidak menjadi batu sandungan dan hambatan untuk pemberitaan firman.

Di sisi lain, seorang pemimpin gereja selalu harus sadar bahwa formalisme aturan, kelembagaan yang statis dan sikap yang eksklusif adalah lawan gereja sebagai gerakan misi Allah dan dinamika Roh Kudus. Injil Yesus Kristus selalu menantang kita untuk menerobos dan mentransformasikan nilai-nilai dan kebiasaan-kebiasaan kita sesuai dengan inti perintah kasih terhadap Allah dan sesama manusia. Disini kepemimpinan gereja harus selalu siap untuk membaca tanda-tanda zaman, memiliki "sense of krisis" dari pada hanya sibuk dengan masalah-masalah intern gereja. Kepemimpinan gereja harus mendengar, mengangkat dan menyuarakan suara-suara kenabian dalam gereja sehingga gereja dapat menjadi motor untuk perubahan atau transformasi masyarakat, dan sekaligus berani untuk ditransformasikan atau mengalami perubahan sesuai dengan konteks di mana kita berat.

Kerohanian Pemimpin

Kerohanian yang telah teruji merupakan syarat mutlak seorang pemimpin yang sudah harus ia miliki. Ukuran yang paling penting bukan terletak pada apa yang dikerjakan, tetapi pada hubungannya dengan Allah. Kerohanian yang mantap memungkinkan untuk memiliki kepekaan rohani di hadapan Allah, sehingga prinsip dasar kepemimpinan yang digunakan juga bertumpu pada Allah. Melayani adalah satu panggilan Allah dan harus senantiasa mengkonsultasikan kepada Allah sebagai wujud nyata yang terlihat setiap waktu dari seorang pemimpin.


    Seperti Nehemia yang telah mengetahui visi dan misinya, begitu juga seorang pemimpin Gereja harus mengetahui visi dan misinya yang jelas. Seorang pemimpin yang berwibawa diperlukan kemampuan melihat ke muka untuk 10 – 25 tahun yang akan datang.  Antisipasi jauh ke depan sambil membaca kesempatan dan tantangan dari perubahan zaman ini sangat terkait dengan kehidupan spiritual yang dimilikinya. Sekaligus berdiri dalam visi dan misi Gereja di dunia ini, yakni memberitakan Injil, dan menjadikan semua bangsa murid Tuhan dengan penyertaan Allah. Ketergantungan kepada Allah sangat penting bagi seorang pemimpin untuk mengemban tugas ini. Sebagaimana Nehemia dengan doanya telah menunjukkan ketergantungannya kepada Allah. Pemimpin Gereja dan doanya tidak dapat dipisahkan. Pemimpin harus turut serta dalam gerak maju pembangunan, tanpa mengorbankan imannya, kesaksiannya, serta pelayanan sebagai hamba Tuhan.  Semuanya ini adalah satu sikap yang memperlihatkan solidaritas kepada bangsa dan negara yang selalu berkaitan dengan kehidupan doa seorang pemimpin Gereja, yaitu pelayanan doa yang mencakup seluruh aspek. Bagian inilah yang disebutkan pengandalan kepada Tuhan secara total yang dimulai dari pembangunan tubuh Gereja yang rohani.

Karakteristik Pemimpin

Seorang pemimpin Gereja masa sekarang harus berani menghadapi tugas dan tantangan. Tugas utama membawa Gereja bertumbuh secara kualitas dan kuantitas. Dan untuk tugas ini merupakan perjalanan panjang dan penuh tantangan, tetapi dituntut keberanian yang radikal dalam diri pemimpin. Kesanggupan dalam menjalankan tugas dengan sungguh-sungguh dan tekun  akan berdampak langsung pada kewibawaannya terhadap orang-orang yang dipimpinnya.  Dalam menjalankannya harus dengan motivasi yang murni. Kemurnian motivasi dalam menjalankan tugas adalah hal yang sangat sakral dalam diri pemimpin. Tujuannya adalah demi kepentingan pekerjaan Tuhan yang selalu bersifat terbuka.


    Sedikit sekali pemimpin menyadari empati dalam seni memimpin adalah hal yang sama dengan kasih. Pentingnya kasih dalam kepemimpinan sudah menjadi prasyarat seseorang untuk jadi pemimpin . Betapa kuatnya pernyataan mengenai pentingnya kasih, baik dalam pengajaran Yesus maupun penekanan-penekanan yang diajarkan Oleh Rasul Paulus dalam tulisan-tulisannya. Kasih itu mencakup semua aspek kehidupan yang berorientasi kepada sikap baik kepada sesama yang ditunjukkan dalam berbagai bentuk. Tentunya hal ini harus dimiliki oleh pemimpin Kristen yang mengetahui kebutuhan yang dipimpinnya. Kasih itu meliputi antara lain: kesabaran, murah hati, tidak cemburu, tidak sombong, tidak pernah congkak, tidak egois, bersikap lembut, tidak menuntut kemauannya sendiri, tidak mudah tersinggung, tidak menaruh dendam, kasih hampir tidak memperhatikan kesalahan orang, tidak pernah senang memandang kelaliman, bergembira bila kebenaran menang, setia, mempercayai orang lain, membela orang lain, dan kasih tiada pernah berkesudahan.  Semua kategori ini adalah hal yang sama satu dengan yang lain, yang tidak bisa diabaikan oleh seorang pemimpin.

    Bersikap tegas, pemimpin yang besikap tegas akan terbukti rajin/giat; efektif dan efisien serta berorientasi kepada sasaran kerja.  Pemimpin Kristen adalah pemimpin yang pragmatis serta produktif, yang menghasilkan buah (hasil) dalam kepemimpinannya. Pemimpin Kristen sekalipun adalah pemimpin rohani, ia harus berorientasi kepada hasil atau sukses, dengan menerapkan gaya wirausaha. Alasan utama bagi orientasi ini ialah bahwa Allah pun menghendaki agar pemimpin Kristen itu berhasil dalam kepemimpinannya. Kebenaran ini diteguhkan oleh analogi perumpamaan pada Matius 25:14-30, dimana ketidaktaatan yang menandakan ketidakberhasilan dikecam oleh Tuhan Yesus dengan tegas.
       

PENUTUP 

Prinsip-prinsip dasar kepemimpinan Nehemia rupanya mampu menjawab kebutuhan dalam masa krisis kepemimpinan yang sedang terjadi sekarang dalam Gereja. Berkaitan dengan situasi dan kondisi yang hampir sama, maka pemimpin Kristen dapat langsung mengaplikasikannya dalam strategi dalam pengembangan dan pertumbuhan Gereja. Dalam lingkup pelayanan rohani sangat erat berkaitan dengan Allah. Maka pemimpin harus memiliki keimanan di dalam Allah sebagai sentral dalam menjalankan semua tanggungjawab yang telah dibebankan kepadanya.    

Ev. Matius Soboliem, M. Th. 

Minggu, 10 Oktober 2021

 YESUS KRISTUS 

Arti Yesus Anak Domba Allah


Ketika Yesus disebut sebagai Anak Domba Allah dalam Yohanes 1:29 dan 1:36, hal ini adalah merujuk pada Yesus sebagai korban yang terutama dan sempurna untuk dosa. Untuk memahami siapakah Kristus dan apa yang Dia lakukan, kita harus memulai dengan Perjanjian Lama yang mengandung nubuat-nubuat mengenai kedatangan Kristus sebagai “korban penebus salah” (Yesaya 53:10). Bahkan sebetulnya seluruh sistim korban persembahan yang ditetapkan Allah dalam Perjanjian Lama mempersiapkan pentas untuk kedatangan Yesus Kristus, yang adalah korban yang sempurna yang Allah persiapkan sebagai penebusan untuk dosa-dosa umatNya (Roma 8:3, Ibrani 10). Mempersembahkan domba memainkan peranan yang amat penting dalam kehidupan agama orang-orang Yahudi dan sistim persembahan mereka. Ketika Yohanes Pembaptis merujuk pada Yesus sebagai “Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia.” (Yohanes 1:29), orang-orang Yahudi yang mendengarnya mungkin langsung memikirkan salah satu dari beberapa korban persembahan yang penting. Menjelang Hari Raya Paskah, pikiran yang pertama mungkin adalah korban persembahan Anak Domba Paskah. Hari Raya Paskah adalah salah satu hari raya utama orang Yahudi dan suatu perayaan untuk memperingati saat Allah melepaskan orang-orang Israel dari perbudakan di Mesir. Kenyataannya, penyembelihan anak domba Paskah dan menaruh darah di ambang pintu rumah agar supaya malaikat maut melewati mereka “yang ditutupi oleh darah” (Keluaran 12:11-13) adalah merupakan gambaran yang indah mengenai karya penebusan Kristus di atas salib.

Persembahan lain yang melibatkan domba adalah persembahan sehari-hari di Bait Suci di Yerusalem. Setiap pagi dan petang seekor domba dipersembahkan di Bait Allah bagi dosa-dosa orang banyak (Keluaran 29:38-42). Persembahan sehari-hari ini, sama seperti semua lainnya, sekedar menunjuk kepada persembahan Kristus yang sempurna di atas salib. Kenyataannya saat kematian Yesus di atas salib bertepatan dengan saat korban petang dilakukan di Bait Suci. Orang-orang Yahudi pada waktu itu akan kenal baik dengan nabi-nabi Perjanjian Lama, yaitu Yeremia dan Yesaya, yang nubuatnya sudah lebih dahulu memberitahukan datangnya seseorang yang akan dituntun “seperti seekor domba ke pembantaian” (Yeremia 11:19, Yesaya 53:7) dan yang penderitaan dan pengorbananNya akan menebus Israel. Sudah barang tentu orang yang dinubuatkan oleh para nabi Perjanjian Lama ini tidak lain adalah Yesus Kristus, “sang Anak Domba Allah.”


    Sekalipun konsep mengenai sistim korban persembahan mungkin asing bagi kita pada zaman sekarang, konsep penebusan atau penggantian adalah sesuatu yang dapat kita pahami dengan mudah. Kita tahu bahwa upah dosa adalah kematian (Roma 6:23) dan bahwa dosa kita memisahkan kita dari Allah. Kita juga tahu bahwa Alkitab mengajarkan bahwa kita semua adalah orang berdosa dan tidak seorangpun yang benar di hadapan Allah (Roma 3:23). Karena dosa kita, kita terpisah dari Allah dan kita bersalah di hadapanNya; oleh karena itu, satu-satunya harapan kita adalah kalau Dia bersedia menyediakan jalan untuk kita diperdamaikan dengan diriNya dan itulah yang dilakukanNya dalam mengutus AnakNya Yesus Kristus untuk mati di salib. Kristus mati untuk menebus dosa dan untuk membayar hukuman dosa dari semua yang percaya kepadaNya. Melalui kematianNya di atas salib sebagai korban yang sempurna untuk dosa dan kebangkitanNya tiga hari kemudian maka kita sekarang dapat memiliki hidup kekal jikalau kita percaya kepadaNya. Fakta bahwa Allah sendiri yang telah menyediakan korban yang menebus atau membayar dosa kita adalah bagian dari kabar baik yang mulia dari Injil yang begitu jelas dinyatakan dalam 1 Petrus 1:18-21, “Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat. Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan, tetapi karena kamu baru menyatakan diri-Nya pada zaman akhir. Oleh Dialah kamu percaya kepada Allah, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati dan yang telah memuliakan-Nya, sehingga imanmu dan pengharapanmu tertuju kepada Allah.”[1]

Rabu, 05 Mei 2021

DEUTRO KANONIKA

 KITAB SUCI KATOLIK 1. KITAB SUCI PERJANJIAN LAMA (39 Kitab)


2. KITAB SUCI PERJANJIAN BARU (27 Kitab)3. KITAB DIUTEROKANONIKA (7 Kitab)


2 KS PERJANJIAN LAMA Kitab-Kitab Taurat (5 Kitab) a. Kitab Kejadian
Kitab ini berisi kisah mengeai kejadian dunia dan manusia purba (Kej 1-11), kemudian dilanjutkan dengan kisah mengenai asal usul bangsa Israel mulai dari panggilan Abraham sampai dengan kematianYusuf (Kej 12-50)b. Kita KeluaranKitab ini berisi kisah mengenai pembebasan bangsa Israel dari perbudakan Mesir (Kel 1-15), kemudian dilanjutkan dengan kisah mengenai perjalanan mereka di padang gurun (Kel 16-40)

3 c. Kitab Imamat d.Kitab Bilangan e. Kitab Ulangan
Kitab ini berisi kisah mengenai pemakluman perintah Tuhan kepada Bangsa Israel dari dalam Kemah Suci (bdk. Im 1:1; 27:34)d.Kitab BilanganKitab ini berisi kisah lanjutan mengenai perjalanan bangsa Israel di padang gurun sampai tiba di perbatasan tanah Kanaan (bdk. Bil 33:1-49)e. Kitab UlanganKitab ini berisi kisah mengenai wejangan perpisahan Musa kepada bangsa Israel menjelang kematiannya (bdk. Ul 1:1)

4 2. Kitab-Kitab Sejarah (16 Kitab)
a. Kitab YosuaKitab ini berisi kisah mengenai perebutan tanah Kanaan di bawah pimpinan Yosua (Yos 1-12) dan pembagian tanah tersebut kepada kedua belas suku Israel. Dan diakhiri dengan wejangan Yosua dan pembaharuan perjanjian di Sikhem (Yos 23-24)b. Kitab Hakim-HakimKitab ini berisi kisah mengenai peperangan suku-suku Israel melawan bangsa-bangsa tetangga di sekitar tanah Kanaan. Dalam peperangan tersebut, suku-suku Israel dipimpin oleh sejumlah tokoh pejuang yang disebut “hakim”.

5 c. Kitab Rut d. Kitab Samuel e. Kitab Raja-Raja
Kitab ini berisi kisah engenai kesetiaan Rut, seorang perempuan Moab, yang kemudia menjadi istri Boas, nenek moyang Daud (bdk. Rut4:18-22)d. Kitab SamuelKitab ini berisi kisah mengenai pemerintahan Samuel sebagai hakim terakhir (bdk. 1 Sam 7:15-17) serta pemerintahan Saul dan Daud sebagai raja perintis.Kitab ini terbagi dalam dua jilid yang diberi nama “Kitab Pertama Samuel” dan “Kitab Kedua Samuel”e. Kitab Raja-RajaKitab ini berisi kisah mengenai pemerintahan raja-raja Israel mulai dari Salomo sampai dengan Zedekia.Kitab ini terbagi dalam dua jilid yang diberi nama “Kitab Pertama Raja-Raja” dan “Kitab Kedua Raja-Raja”.

6 f. Kitab Tawarikh g. Kitab Ezra h. Kitab Nehemia
Kitab ini berisi kisah ulangan mengenai sejarah bangsa Israel mulai dari zaman Adam (bdk 1 Taw 1:1-27) sampai dengan zaman Koresy, raja Persia (bdk 2 Taw 36:22-23).KItab inipun terbagi dalam dua jilid yang diberi nama “Kitab Pertama Tawarikh” dan “Kitab Kedua Tawarikh”g. Kitab EzraKitab ini berisi kisah mengenai kepulangan kembali bangsa Israel dari pembuangan Babel dan kegiatan mereka untuk membangun kembali Bait Allah serta Yerusalem.h. Kitab NehemiaKitab ini berisi kisah mengenai pengutusan Nehemia untuk membangun kembali Yerusalem beserta berbagai tantangan yang dihadapinya.

7 i. Kitab Ester j. Kitab Tobit k. Kitab Yudit l. Kitab Makabe
Kitab ini berisi mengenai perjuangan Ester dan Mordekhai melawan Haman yang hendak memusnahkan orang Yahudi dari kerajaan Persia.j. Kitab TobitKitab ini berisi kisah mengenai suka duka keluarga Tobit dalam masa pembuangan di Niniwe, ibukota kerajaan Asyur.k. Kitab YuditKitab ini berisi kisah mengenai perjuangan seorang janda bernama Yudit melawan Holofernes, panglima besar bala tentara Asyur.l. Kitab MakabeKitab ini berisi kisah mengenai peperangan orang Yahudi di bawah pimpinan Yudas Makabe malawan para penjajah Yunani.Kitab ini terbagi dalam dua jilid yang diberi nama “Kitab Pertama Makabe” dan “Kitab Kedua Makabe”

8 3. Kitab-Kitab Kebijaksanaan (7 Kitab)
a. Kitab AyubKitab ini berisi dialog dan diskusi panjang mengenai masalah penderitaan orang benar. Tokoh utama dalam kitab ini adalah Ayub, seorang yang saleh, jujur, takut akan Allah dan menjauhi kejahatan tetapi mengalami banyak penderitaan.b. Kitab MazmurKitab ini berisi kumpulan lagu-lagu keagamaan dengan tema bervariasi yang berasal dari berbagai zaman.c. Kitab AmsalKitab ini berisi kumpulan peribahasa, pepatah, nasihat, petuah, wejangan dan ajaran yang berasal dari orang-orang bijak.

9 f. Kitab Kebijaksanaan Salomo
d. Kitab PengkotbahKitab ini berisi renungan mengenai segala sesuatu yang terjadi di dunia ini (bdk. Pkh 1:13), khususnya mengenai nasib malang manusia (bdk. Pkh 2:16; 3:19; 9:2.12)e. Kitab Kidung AgungKitab ini berisi kumpulan lagu-lagu cinta yang biasa dinyanyikan dalam pesta pertunangan atau pernikahan di daerah Timur Tengah.f. Kitab Kebijaksanaan SalomoKItab ini berisi renungan dan wejangan mengenai berbagai masalah, khususnya soal kematian orang benar dan nasibnya di alam baka.g. Kitab SirakhKitab ini berisi permenungan dan pengajaran Yesus bin Sirakh bin Eleazar dari Yerusalem mengenai berbagai masalah kehidupan (bdk. Sir 0:27-29)

10 4. Kitab-Kitab Kenabian (18 Kitab)
a. Kitab YesayaKitab ini terbagi dalam tiga bagian :Proto Yesaya (Yes 1-39)Berasal dari zaman sebelum pembuangan Babel dan berisi nubuat mengenai kehancuran bangsa Israel dan bangsa-bangsa lain.Deutero Yesaya (Yes 40-55)Berasal dari zaman pembuangan Babel dan berisi nubuat mengenai keselamatan bangsa Israel dan kehancuran bangsa Babel.Trito YesayaBerasal dari zaman sesudah pembuangan Babel dan berisi nubuat mengenai penggenapan keselamatan bangsa Israel.

11 b. Kitab Yeremia c. Kitab Yehezkiel
Kitab ini berisi nubuat mengenai kehancuran bangsa Israel dan bangsa-bangsa lain. Juga dilukiskan mengenai pergulatan batin Yeremia dalam menjalankan tugasnya sebagai nabi yang mengalamai banyak penderitaan (bdk. Yer 12:1-17; 15:10-21; 17:1-18; 20:7-18)c. Kitab YehezkielKitab ini terbagi dalam tiga nubuat besar, yaitu:Nubuat mengenai kehancuran bangsa Israel (Yeh 1-24)Nubuat mengenai kehancuran bangsa-bangsa lain (Yeh 25-32)Nubuat mengenai pemulihan bangsa Israel (Yeh 33-48)Ciri khas kitab ini adalah memuat banyak penglihatan dengan data lengkap (bdk. Yeh 1-3; 8-11; 37; 40-45)

12 d. Kitab Daniel e. Kitab Hosea
Kitab ini sebenarnya bukan kitab Kenabian, melainkan kitab apokaliptik (= kitab yang berisi ramalan tentang masa depan dan akhir zaman).Kitab ini dimasukkan dalam kelompok kitab kenabian karena menubuatkan kehancuran empat kerajaan (Babel, Media, Persia, Yunani) yang pernah menjajah bangsa Israel dan pendirian kerajaan “anak manusia” yang bersifat kekal (bdk. Dan 2:31-45; 7:1-28)e. Kitab HoseaKitab ini berisi kecaman atas ketidaksetiaan bangsa Israel kepada Tuhan dan nubuat mengenai kehancuran mereka (bdk. Hos 4-5)

13 f. Kitab Yoel g. Kitab Amos h. Kitab Obaja
Kitab ini berisi seruan pertobatan kepada bangsa Israel (bdk. Yl 1:13-14; 2:12-17) dan nubuat mengenai kedatangan hari Tuhan (bdk. Yl 1:15; 2: ; 3:14)g. Kitab AmosKitab ini berisi kecaman terhadap hidup kemasyarakatan bangsa Israel yang penuh dengan ketidakadilan (bdk. Am 2:6-8; 4:1; 6:3-6; 8:4-6) dan hidup keagamaan mereka yang penuh dengan kepalsuan (bdk. Am 4:4-5; 5:21-27)h. Kitab ObajaKitab ini berisi nubuat mengenai kebinasaan bangsa Edom akibat perbuatan jahat mereka terhadap bangsa Israel (bdk. Ob 1-16) dan nubuat mengenai pemulihan kembali bangsa Israel (Ob 17-21).

14 i. Kitab Yunus j. Kitab Mikha k. Kitab Nahum
Kitab ini sebenarnya bukan kitab kenabian, melainkan kitab ceritera. Dalam kitab ini dikisahkan pengutusan Yunus ke Niniwe (bdk. Yun 1:1-2:10) dan pertobatan semua penghuni Niniwe (bdk. Yun 3:1-10).j. Kitab MikhaKitab ini berisi nubuat mengenai kehancuran kerajaan Israel dan kerajaan Yehuda (bdk. Mi 1:2-16;6:1-16) akibat kejahatan para pemimpin kedua kerajaan tersebut (bdk. Mi 2:1-11; 3:1-12; 7:1-6).k. Kitab NahumKItab ini berisi nubuat mengenai kehancuran Niniwe, ibukota kerajaan Asyur (bdk. Nah 2:3-3:19) dan nubuat mengenai pemulihan kembali kerajaan Israel (bdk. Nah 1: ; 2:1-2)

15 l. Kitab Habakuk m. Kitab Zefanya n. Kitab Hagai
Kitab ini berisi renungan tentang penindasan bangsa Kasdim (Babel) atas bangsa Israel (bdk. Hab 1:2-17)m. Kitab ZefanyaKitab ini berisi nubuat mengenai kedatangan hari Tuhan yang akan memusnahkan penduduk Yehuda (bdk. Zef 1:2-18; 3:1-8) dan bangsa-bangsa lain (bdk. Zef 2:4-15)n. Kitab HagaiKitab ini berisi ajakan untuk membangun kembali Bait Allah (bdk. Hag 1:1-2:1a) dan janji berkat bagi mereka yang giat dalam pembangunan itu (bdk. Hag 2:16-24).

16 o. Kitab Zakharia p. KItab Maleakhi
Kitab ini terbagi dalam dua bagian :Proto Zakharia (Zak 1-8)Berisi kumpulan penglihatan dan nubuat mengenai pembangunan kembali Bait Allah dan pemulihan kembali Dinasti Daud.Deutero Zakharia (Zak 9-14)Berisi kumpulan nubuat mengenai kedatangan Raja Mesias yang akan menggembalakan sisa bangsa Israel dengan penuh kedamaian dan kekuatan.p. KItab MaleakhiKitab ini berisi kumpulan pengajaran dalam bentuk dialog antara Maleakhi dan umat Israel.

17 q. Kitab Ratapan r. Kitab Barukh
Kitab ini sesungguhnya bukan kitab kenabian, melainkan kitab mazmur, yaitu kitab yang berisikan lagu-lagu ratapan.r. Kitab BarukhKitab ini terdiri dari empat karya sastra yang berbeda corak, yaitu :Doa tobat dan permohonan (Bar 1:15-3:8)Sajak pujian atas hikmat kebijaksanaan (Bar 3:9-4:4)Seruan penghiburan bagi Yerusalem (Bar 4:5-5:9)Surat ejekan mengenai berhala-berhala Babel (Bar 6:1-72)

18 KS PERJANJIAN BARU 1. Kitab-Kitab Injil (4 Kitab)
a. Kitab Injil MatiusKitab ini berisi pewartaan iman mengenai Yesus Kristus (bdk. Mat 1:1) sebagai pemenuhan nubuat para nabi Perjanjian Lama.Kitab ini juga memuat kecaman pedas terhadap ahli-ahli TAurat dan orang-orang Farisi selaku pewaris kursi Musa atau pengajar hukum Taurat (bdk. Mat 23:1-36).b. Kitab Injil MarkusKitab ini beris pewartaan iman mengenai Yesus Kristus (bdk. Mrk 1:1) sebagai Anak Manusia yang harus menanggung banyak penderitaan (bdk. 8:31-33; 9:30-32; 10:32-34).

19 c. Kitab Injil Lukas d. Kitab Injil Yohanes
Kitab ini berisi pewartaan iman mengenai Yesus Kristus (bdk. KIs 1:1) sebagai Allah yang melawat umat-Nya (bdk. Luk 1:68; 7:16; 19:44) untuk menyelamatkan mereka (bdk. Luk 2:11.30; 3:6).d. Kitab Injil YohanesKitab ini berisi pewartaan iman mengenai Yesus Kristus (bdk. Yoh 20:31) sebagai Firman yang menjadi manusia (bdk. Yoh 1:14) untuk menunjukkan jalan kepada Bapa (bdk. Yoh 14:6)

20 2. Kitab Kisah Para Rasul (1 Kitab)
Kitab Kisah Para Rasul adalah sambungan dari Kitab Injil Lukas.Mengisahkan bagaimana para rasul, khususnya Petrus dan Paulus, menjadi saksi Yesus Kristus mulai dari Yerusalem sampai ke Roma (bdk. Kis 1:8).Melalui kitab ini Lukas ngin mempersembahkan suatu berita lengkap tentang perkembangan agama Kristen Kepada Teofilus (seorang Yunani) supaya ia dapat meyakini bahwa segala sesuatu yang pernah diajarkan oleh para rasul kepadanya sungguh benar (bdk. Luk 1:4)

21 3.Kitab-Kitab Surat (21 Kitab)
a. Surat Rasul Paulus kepada jemaat di RomaSurat ini berisi sejumlah ajaran dan wejangan Paulus kepada jemaat Kristen di Roma yang ia banggakan dan rindukan untuk dikunjungi.Surat ini juga membahas rencana penyelamatan Allah bagi bangas Israel dan bangsa-bangsa lain.b. Surat pertama Rasul Paulus kepada Jemaat di KorintusSurat ini berisi tanggapan Paulus teradap beberapa masalah yang timbul dalam jemaat Kristen di Korintus, misalnya masalah perpecahan, masalah percabulan, masalah perkawinan, masalah persembahan berhala dll.

22 c. Surat kedua Rasul Paulus kepada jemaat di Korintus
Surat ini berisi pembelaan diri Paulus terhadap berbagai tuduhan yang ditujukan kepadanya, yaitu bahwa ia bukan rasul sejati, bahwa ia lalai mengumpulkan uang bagi jemaat di Yerusalem, bahwa ia mempunyai banyak kelemahan.d. Surat Rasul Paulus kepada jemaat di GalatiaSurat ini berisi pertanggungjawaban Paulus atas pemberitaan Injilnya dan keabsahan kerasulannya.e. Surat Rasul Paulus kepada jemaat di EfesusSurat ini berisi sejumlah doa renungan dan nasihat praktis mengenai berbagai hal, sepert kekayaan orang beriman, kesatuan jemaat Kristen, hidup baru, hubungan antara anggora keluarga, dan perlengkapan sejanata rohani.

23 f. Surat Rasul Paulus kepada jemaat di Filipi
Surat ini berisi kesaksian Paulus dalam penjara, nasihat agar hidup sesuai denan Injil Yesus Kristus, dan kecaman terhadap propaganda Yahudi.Paulus juga menyampaikan rencananya untuk mengirim Timotius dan Epafroditus kepada jemaat di Filipi.g. Surat Rasul Paulus kepada jemaat di KoloseSurat ini bersi ajaran mengenai keutamaan Yesus Kristus dan konsekwensi praktis bagi jemaat Kristen. Surat ini juga ditulis Paulus di dalam penjara.h. Surat pertama Rasul Paulus kepada jemaat di TesalonikaSurat ini berisi uraian mengenai pelayanan Paulus di Tesalonika dan nasihat agar jemaat di Tesalonika hidup kudus dalam menantikan kedatangan Tuhan.

24 i. Surat Kedua Rasul Paulus kepada jemaat di Tesalonika
Surat ini berisi ucapan syukur atas pekembangan iman dan kasih jemaat di Tesalonika, beserta penjelasan mengenai kedatangan Tuhan Yesus Kristus.j. Surat pertama Rasul Paulus kepada TimotiusSurat ini ditujukan bukan kepada jemaat, tetapi kepada seorang yang bernama Tomotius. Dalam surat ini Paulus memberikan sejumlah nasihat antara lain mengenai ajaran sesat, tugas Timotius, dan tata tertib jemaat.k. Surat kedua Rasul Paulus kepada TimotiusSama seperti surat yang pertama, surat kedua ini juga berisikan sejumlah nasihat Paulus kepada Timotius.

25 l. Surat Rasul Paulus kepada Titus
Surat ini ditujukan kepada seorang yang bernama Titus. Dalam surat ini Paulus meminta Titus untuk menertibkan jemaat d Kreta dengan mengajarkan akhlak Kristen kepada mereka.m. Surat Rasul Paulus kepada FilemonSurat ini ditulis Paulus di dalam penjara dan merupakan surat terpendek dalam PB.Surat ini ditujukan kepada Filemon dan jemaat di rumahnya.Dalam surat ini, Paulus secara khusus menghimbau Filemon agar mau menerima kembali Onesimus, budaknya yang melarikan diri.

26 n. Surat kepada orang Ibrani
Karangan ini tidak menyebut nama penulisnya maupun nama jemaat atau orang yang dituju. Namun sejak tahun 200 M, Karangan ini sudah dianggap tulisan Paulus dan diberi nama “Kepada orang-orang Ibrani”. Anggapan ini didasarkan pada isi karangan yang memberi perhatian istimewa kepada tradisi keagamaan orang Ibrani.o. Surat YakobusSurat ini tidak ditujukan kepada jemaat atau orang tertentu, melainkan untuk “umum”, yaitu kepada “kedua belas sukudi perantauan”Dalam surat ini, Yakobus menasihati para pembaca supaya bertekun dalam pencobaan, menjadi pelaku firman, tidak memandang muka, mengamalkan iman, mengendalikan diri, mengontrol hawa nafsu, dll.

27 p. Surat pertama Petrus q. Surat kedua Petrus
Surat ini juga ditujukan untuk “umum”, yakni kepada “orang-orang pendatang yang tersebar di Pontus, Galatia, Kapadokia, Asia dan Bitinia”.Dalam surat ini Petrus mengajak para pembaca untuk hidup kudus sebagai umat Allah.q. Surat kedua PetrusSama seperti surat pertama, surat kedua ini pun dialamatkan kepada jemaat Kristen pada umumnya.Dalam surat ini Petrus mengajak para pembaca untuk tetap berpegang teguh pada ajaran iman yang benar dan jangan terpengaruh oleh ajaran guru-guru palsu.

28 r. Surat pertama Yohanes
Karangan ini sebenarnya bukan surat, sebab ciri-ciri surat seperti misalnya pengirim dan alamat tidak disebutkan.Namun sejak abad kedua Masehi, karangan ini sudah dianggap sebagai tulisan Yohanes, sebab memiliki banyak kemiripan dengan Injil Yohanes.Dalam karangan ini disajikan sejumlah ajaran dan nasihat, antara lain mengenai hakikat Allah sebagai terang serta konsekwensinya bagi umat beriman sebagai anak-anak Allah.s. Surat kedua YohanesSurat pendek ini ditulis oleh seorang penatua dan dialamatkan kepada “ibu yang terpilih dan anak-anaknya” (bdk. 2 Yoh 1)Melalui surat ini, si penatua mengajak mereka agar tetap tinggal di dalam ajaran Kristus.

29 t. Surat ketiga Yohanes u. Surat Yudas
Surat pendek ini juga ditulis oleh seorang penatua dan ditujukan kepada seorang bernama Gayus (bdk. 3 Yoh 1)Melalui surat ini, si penatua memuji Gayus yang bersedia menerima para pendatang dan sebaliknya mengecam Diotrefes yang bersikap bermusuhan terhadap mereka.u. Surat YudasSurat ini ditulis oleh Yudas dan dialamatkan kepada “mereka yang terpanggil”, yaitu orang Kristen pada umumnya (bdk. Yud 1)Dalam surat in, Yudas mengecam keras para orang fasik yang anti Kristus.

30 4. Kitab Wahyu (1 Kitab)Kata “wahyu” adalah terjemahan Arab dari kata Yunani “apokalypsis”, yang berarti “penyingkapan”.Kitab Wahyu atau Kitab Apokalypsis adalah suatu kita yang ingin menyingkapkan apa yang tersembunyi.Kitab Wahyu ditulis oleh seorang yang bernama Yohanes (serang nabi Kristen) pada waktu orang Kristen mengalami banyak kesusahan di bawah pemerintahan kaisar Domitianus.Ia mengaku mendapat penglihatan dark Yesus Kristus mengenai “apa yang akan terjadi”.Dalam kitab ini, ia menubuatkan penciptaan langit dan bumi baru yang akan mengakhiri segala kesusahan orang Kristen.

31 KITAB DEUTEROKANONIKA
Mengapa KS Katolik mempunyai lebih banyak buku ?Waktu para Rasul mewartakan kabar gembira di luar Palestina (di Siria, Mesir, Yunani, dst.), mereka tidak memakai KS bahasa Ibrani (kepustakaan Yahudi), melainkan terjemahan KS dalam bahasa Yunani (Septuaginta).Terjemahan Yunani itu memuat lebih banyak buku, misalnya : Tobit, Yudit, Kebijaksanaan Salomo, Sirakh, Barukh, I dan II Makabe.

32 Buku-buku itu dibaca sebagai kitab-kitab suci oleh orang-orang Yahudi yang saat itu tinggal di luar Palestina. Kebiasaan itu kemudian diambil alih oelh kebanyakan Bapa-Bapa Gereja kuno dan pujangga-pujangga Gereja abad pertengahan.Pada zaman Reformasi, orang-orang Kristen Protestan kembali ke KS Yahudi yang berbahasa Ibrani. Mereka menghitung ada 39 kitab PL (I dan II Samuel, I dan II Raja-Raja, I dan II Tawarikh, Ezra dan Nehemia, dan keduabelas nabi kecil dihitung sendiri-sendiri, sehingga 24 menjadi 39).

33 Gereja Katolik (Konsili Trente) menjawab bahwa tetap akan mengakui 7 kitab yang ditemukan dalam terjemahan Yunani dan Latin, sehingga seluruh jumlah kitab-kitab PL adalah 46.Daftar Yahudi dengan 24 (39) kitab itu disebut Proto Kanonika, artinya kitab-kitab itu terdapat di daftar pertama / tertua (Protos berarti pertama, kanon berarti daftar resmi).Tujuh kita tambahan disebut Deuterokanonika, artinya : terdapat pada daftar kedua / kemudian (Deuteros berarti kedua). Namun tidak berarti bahwa kitab-kitab ini dinomorduakan. Nilainya adalah sama dengan nilai kitab-kitab Protokanonika.

34 Perbedaan jumlah buku ini mempersulit usaha modern untuk menerbitkan satu Alkitab untuk semua gereja.Akhirnya ditemukan jalan keluar yang praktis, yaitu : ketujuh kitab Deuterokanonika (dan beberapa tambahan kitab Daniel dan Ester) tidak dimasukkan di dalam PL, malainkan dikumpulkan menjadi bagian tersendiri. Dalam terbitan untuk umat Katolik, bagian itu dimasukkan di antara PL dan PB.

Copy ring dari tetangga

Matius Soboliem

STANDAR KUALIFIKASI GURU ATAU PENGAJAR

KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI GURU
         Matius Soboliem, M. Th

Guru sebagai tenaga pendidik yang berhubungan langsung dengan peserta didik harus memiliki keahlian khusus atau kualifikasi khusus dan tersendiri di bidang akademik. Dengan kompetensi yang dimilikinya guru dapat menjalankan tugas dengan baik untuk mencerdaskan peserta didik.

Pada Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas Pasal 42 ayat (1) “Pendidik harus memiliki kualifikasi minimum dan sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.” Dalam pasal ini sangat jelas dikatakan bahwa guru di Indonesia harus memiliki kualifikasi minimum serta harus mengikuti sertifikasi untuk meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi guru.

Kemudian dijelaskan lagi pada Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada pasal 8, pasal 9, dan pasal 10. Pasal 8 berbunyi “Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.” Pasal 9 berbunyi “Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma empat.” Sedangkan pada pasal 10 tertulis “Kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.” Standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru lebih lanjut diatur dalam Peraturaan Menteri Pendidikan Nasonal Nomor 16 Tahun 2007 Pasal 1 ayat (1) “Setiap guru wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru yang berlaku secara nasional.”.

Kualifikasi Akademik Guru

Pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007 kualifikasi akademik yang harus dimiliki oleh guru meliputi:

  • Kualifikasi akademik Guru PAUD / TK / RA Guru pada PAUD, TK, RA harus memiliki kualifikasi akademik minimum Diploma 4 ( D4 ) atau sarjana ( S1 ) dalam bidang pendidikan anak usia dini atau psikologi yang diperolah dari program studi yang terakreditasi.
  • Kualifikasi akademik Guru SD / MI Guru pada SD dan MI harus memiliki kualifikasi akademik minimum Diploma 4 ( D4 ) atau sarjana ( S1 ) dalam bidang pendidikan SD/MI atau psikologi yang diperoleh dari program studi yang ter akreditasi.
  • Kualifikasi akademik Guru SMP / MTS Guru pada SMP dan MTS harus memiliki kualifikasi akademik minimum Diploma 4 ( D4 ) atau sarjana ( S1 ) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang di ajarkan serta diperoleh dari program studi yang ter akreditasi.
  • Kualifikasi akademik Guru SMA / MA Guru pada SMA dan MA harus memiliki kualifikasi akademik minimum Diploma 4 ( D4 ) atau sarjana ( S1 ) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang di ajarkan serta diperoleh dari program studi yang ter akreditasi
  • Kualifikasi akademik Guru SDLB / SMPLB / SMALB Guru pada SDLB, SMPLB dan SMALB harus memiliki kualifikasi akademik minimum Diploma 4 ( D4 ) atau sarjana ( S1 ) dalam bidang pendidikan khusus atau program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang di ajarkan serta diperoleh dari program studi yang ter akreditasi.
  • Kualifikasi akademik Guru SMK / MAK Guru pada SMA dan MAK harus memiliki kualifikasi akademik minimum Diploma 4 ( D4 ) atau sarjana ( S1 ) program studi yang sesuai dengan mata pelajaran yang di ajarkan serta diperoleh dari program studi yang ter akreditasi.

Kompetensi Guru

Kompetensi guru yang dijelaskan pada Permendiknas No.16 Tahun 2007 dikembangkan secara utuh dalam empat kompetensi utama yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, social, dan professional. Kompetensi inti guru meliputi:

  • Kompetensi Pedagogik
  1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, social, cultural, emosional, dan intelektual.
  2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.
  3. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu.
  4. Menyelenggarakan kegiatan pengembanga yang mendidik.
  5. Memafaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangannyang mendidik.
  6. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki
  7. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.
  8. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
  9. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.
  10. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
  • Kompetensi Kepribadian
  1. Bertindak sesuai dengan norma agama, hokum, social, dan kebudayaan nasional Indonesia
  2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi peserta didik dan masyarakat
  3. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa
  4. Menunjukkan etos kerja, tanggungjawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.
  5. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
  • Kompetensi Sosial
  1. Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi.
  2. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
  3. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya.
  4. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
  • Kompetensi Profesional
  1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.
  2. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu.
  3. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.
  4. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif.
  5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.

Adapun persyaratan pengadaan tenaga pendidik di atur dalam PP 38 / 1992 pada pasal 9 ayat 1 yaitu :

  • sehat jasmani dan rohani yang di nyatakan dengan tanda bukti dari yang berwenang, yang meliputi : (a) Tidak menderita penyakit menahun ( kronis ) dan / atau yang menular; (b) Tidak memiliki cacat tubuh yang dapat menghambat pelaksanaan tugas sebagai tenaga pendidik; (c) Tidak menderita kelainan mental.
  • Berkepribadian, yang meliputi : (a) beriman dan bertakwa kepeda tuhan yang maha esa; dan (b) Berkepribadian pancasila.

Dalam PP diatas disebutkan bahwa setiap orang yang ingin menjadi guru atau tenaga pendidik harus memiliki kesehatan jasmani dan rohani. Sehat jasmani dapat dilihat dibuktikan dengan tidak pernah menderita penyakit kronis atau menular, tidak memiliki cacat, dan tidak memiliki kelainan mental. PP 38/1992 juga menuliskan bahwa tenaga pendidik harus memiliki kepribadian sepeti beriman dan bertakwa pada tuhan yang maha esa, dan berkeperibadian pancasila.

Dalam PP 38/1992 dirasa tidak relefan terhadap kehidupan sekarang. Oleh karena itu lahirlah sertifikasi untuk menjadi tenaga pendidik seperti diatur pada Permendiknas No. 18 Tahun 2007.


Senin, 03 Mei 2021

TEMPAT KUDUS BAGI ALLAH

TEMPAT KUDUS TEMPAT TERPISAH UNTUK ALLAH 

    Ev. Matius Sobolim, M. Th
Keluaran 25:1-40 (Ayat 8) Dan mereka harus membuat tempat kudus bagi-Ku, supaya Aku akan diam di tengah-tengah mereka.

Allah menyuruh bangsa Israel sebagai umat kepunyaan-Nya untuk menyiapkan tempat yang kudus bagi Tuhan. Di tempat kudus itulah Allah akan berdiam di tengah-tengah umat-Nya. Di sanalah Tuhan akan bertemu dengan umat-Nya dan untuk menyampaikan pesan atau perintah Tuhan.

Allah memberikan secara detail tempat kudus yang harus mereka buat lengkap dengan perabotnya. Dan Allah memperlihatkan contoh tempat kudus yang harus dibuat kepada Musa di atas gunung Sinai dan Musa harus membuatnya sama seperti contoh tersebut.

Allah yang kudus tidak bisa berdiam di sembarang tempat. Sampai saat inipun, Allah tetap meminta tempat kudus untuk Allah berdiam di tengah umat-Nya. Dalam Perjanjian Baru, Allah tidak meminta tempat kudus secara fisik atau bangunan untuk Allah tinggal. Allah minta tubuh umat-Nya atau setiap orang percaya menjadi tempat kudus Allah atau Bait Allah (1 Kor. 6:19).

ALLAH YANG KUDUS BERDIAM DALAM TUBUH ORANG PERCAYA; OLEH KARENA ITULAH KITA SEBAGAI ORANG PERCAYA HARUS MENJAGA TUBUH KITA TETAP KUDUS

Allah yang kudus berdiam dalam tubuh orang percaya. Oleh karena itulah kita sebagai orang percaya harus menjaga tubuh kita tetap kudus. Jangan cemari tubuh kita dengan kenajisan-kenajisan apapun juga. Kita harus senantiasa mengoreksi kehidupan kita.  Hidup dalam pertobatan sehingga kita senantiasa berkenan di hadapan Tuhan. 

Dalam 1 Korintus 3:16 (TB)  mengatakan kepada kita agar kita mengetahui diri kita seperti ini. Tidak tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu?  Dan lanjut lagi dari kitab 1 Korintus 6:19-20 (TB)  Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, — dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri?  Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu! 

Artinya ayat firman ini membawa kita kepada suatu pemikiran yang benar mengenai arti tempat kudus sesunggunya. Dalam PL tempat kudus adalah dimana umat Allah menetap suatu tempat untuk nemberikan pemujaan terhadap YHWH, Yerusalem sendiri adalah tempat khusu untuk memuliakan YHWH. Dalamn PB definisi tempat Kudus lebih mengarah pada tubuh kita. Tubuh kita adalah tempat Roh Allah atau Roh Kudus bersemayam, dan hal menandakan bahwa diri kita bukanlah milik kita, melainkan milik Allah. Dasar hukum dari kepemilikan ini adalah Dia sudah bayar secara tunai, berarti jelas bahwa hutang dosa kita telah lunas dibayar dengan kematian Yesus Kristus sang penebus dosa manusia. 

https://alkitab.app/v/799d93eee9f

https://alkitab.app/v/f21ae22f6c8d


Sabtu, 03 April 2021

KEBANGKITAN

KEBANGKITAN 
Ev. Matius Sobolim, M. Th

Ada bercaya kepercayaan mengenai kehidupan setelah mati di kalangan masyarakat umum dan cendekiawan di zaman Alkitab. Orang Ibrani kuno menolak, baik penyembahan Baal orang Kanaan, yang dalam peribadahannya mengenal peringatan tahunan akan matinya dan bangkitnya ilah, maupun kepercayaan Yunani mengenai jiwa' yang kekal. Tetapi, pengertian kebangkitan menurut PB hanya mempunyai sekadar beberapa petunjuk saja dalam PL. 

Gagasan tentang keadaan tidak berpengharapan yang tidak jelas di syeol (Mzm. 88:3-5) mulai secara berangsur-angsur mendapatkan bentuk yang lebih kaya mengenai kehidupan sesudah kematian. Ayb.19:25-27 bergumul mencari suatu pandangan yang cocok dengan perasaan Ibrani bahwa tubuh manusia yang adalah bagian dari ciptaan Allah itu sesungguhnya 'sangat baik' (Kej. 1:3 1), dan oleh karena itu kehidupan tanpa 'tubuh' adalah tidak lengkap dan tidak memuaskan.

Lagi pula, karena keadaan di syeol itu adalah upah sepadan bagi orang jahat (Mzm. 49:14), mestinya orang baik harus mendapatkan bagian yang lebih baik. Dengan demikian, ada janji kebangkitan bagi Israel selaku bangsa (Yes. 26:19). orang-orang setia dari Yahweh, yang telah menderita akan bangkit sebagai ganjaran yang tepat (Dan. 12:2) dan mereka yang murtad akan dipermalukan dan mengalami kebinasaan kekal. Dalam 2 Makabe ada harapan kebangkitan bagi mereka yang menderita (7:9), dan di masa hidup Yesus pandangan orang-orang Farisi juga demikian (tidak demikian pandangan orang) dan juga pandangan Yesus sendiri (Mrk. 12:18-27). Kebangkitan orang-orang percaya adalah bagian dari pengharapan Paulus pada akhir sejarah nanti. Paulus mengharapkan suatu perubahan sama sekali dari keadaan manusia (1Kor. 15:53-55). 

Ciri dan kejutan khas berita Kristen pertama ialah penekanannya pada kebangkitan. Pengkhotbah-pengkhotbah pertama yakin bahwa Kristus telah bangkit dan, karena itu, yakin bahwa orang-orang percaya akan bangkit pula pada waktunya. Hal ini membuat mereka bertentangan sama sekali dengan semua guru lain dari dunia kuno. Memang ada kebangkitan-kebangkitan pada agama lain, namun tidak satu pun yang sama dengan kebangkitan Kristus.

Pada umumnya semua kebangkitan lain itu merupakan dongeng-dongeng yang dihubungkan dengan pergantian musim dan dengan keajaiban musim semi pada tiap tahun. Tapi Injil-injil menceritakan Seorang Pribadi yang sungguh-sungguh mati, namun mengalahkan kematian dengan bangkit kembali. Dan karena kebangkitan Kristus tidak sama dengan kebangkitan apa pun dalam kekafiran, maka benar pula bahwa sikap orang Kristen terhadap kebangkitan diri mereka sendiri, yang merupakan dampak wajar dari kebangkitan Tuhan, adalah sama sekali berbeda dari apa pun di dalam dunia kekafiran. Ciri khas pemikiran pada zaman itu ialah ketidakberdayaan menghadapi kematian. Jelas bahwa kebangkitan merupakan yang paling penting bagi iman Kristen.

Gagasan Kristen tentang kebangkitan harus dibedakan baik dari gagasan Yunani maupun dari gagasan Yahudi. Orang Yunani menganggap tubuh sebagai hambatan ke kehidupan sejati, dan mereka mengharapkan saatnya jiwa akan bebas dari kungkungannya. Mereka memahami hidup setelah mati sebagai keamartaan1) jiwa,'tapi mereka dengan kuat menolak segala gagasan tentang kebangkitan (bnd olok-olok atas khotbah Paulus dalam Kis 17:32). Orang Yahudi meyakini teguh harkat-harkat tubuh dan menganggapnya tidak akan binasa. Jadi mereka berharap bahwa tubuh akan dibangkitkan. Tapi mereka berpikir bahwa yang dibangkitkan adalah tepat tubuh yang sama dengan tubuh yang mati (Apoc Bar 1.2). Orang Kristen berpikir tentang tubuh yang dibangkitkan, tapi sebagai yang diubah sedemikian rupa sehingga 'tepat guna' bagi kehidupan yang akan datang, yang begitu berbeda dari kehidupan kini (1 Kor 15:42). Jadi, gagasan Kristen adalah khas.

1) Keamartaan dimaksudkan sebagai padanan immortalitas. Kata dasarnya 'amarta', dari bahasa Jawa yang berasal dari bahasa Sansekerta.

Kebangkitan dalam PB. Mengenai kebangkitan hanya sedikit dalam PL dan tidak mencolok. Orang-orang PB sangat praktis, memusatkan perhatian pada tugas menjalani hidup kini dalam pelayanan kepada Allah. Mereka hanya memberi sedikit perhatian tentang kehidupan yang akan datang. Lagipula jangan dilupakan bahwa mereka hidup sebelum kebangkitan Kristus, padahal kebangkitan itu adalah justru dasar doktrin ini. Kadang-kadang mereka menggunakan gagasan tentang kebangkitan untuk menyatakan harapan nasional mengenai kelahiran kembali bangsa (ump Yeh 37). Pernyataan yang paling jelas dan tegas mengenai kebangkitan pribadi adalah, 'banyak dari antara orang-orang yang telah tidur di dalam debu tanah, akan bangun, sebagian untuk memperoleh hidup yang kekal, dan sebagian untuk mengalami kehinaan dan kengerian yang kekal' (Dan 12:2). Ini jelas membayangkan kebangkitan baik orang benar maupun orang jahat, dan juga melihat konsekuensi-konsekuensi yang kekal dari perbuatan manusia.

Ada bagian-bagian lain Alkitab yang membicarakan kebangkitan, terutama beberapa mazmur (ump Mzm 16:10 dab; Mzm 49:14 dab). Arti yg tepat dari perkataan Ayub yang terkenal itu (Ayb 19:25-27) masih merupakan pencarian, tapi sulit untuk memastikan bahwa di sini tidak ada gagasan tentang kebangkitan. Kadang-kadang nabi-nabi pun mengungkapkan gagasan itu (ump Yes 26:19). Tapi dalam keseluruhannya PL berbicara sedikit saja tentang kebangkitan. Barangkali sebabnya adalah fakta bahwa ajaran mengenai kebangkitan terdapat di antara bangsa-bangsa seperti Mesir dan Babel. Dalam suatu kurun waktu ketika sinkretisme merupakan bahaya yang gawat, fakta itu nampaknya telah mencegah orang Ibrani untuk terlalu menaruh perhatian terhadap gagasan tentang kebangkitan.

Selama periode antara dua Perjanjian, ketika bahaya tidak begitu menekan, gagasan tentang kebangkitan lebih menonjol. Tidak dicapai kesepakatan mengenai itu, malah dalam zaman PB orang Saduki tetap menolak adanya kebangkitan. Tapi pada waktu itu kebanyakan orang Yahudi menerima gagasan tentang kebangkitan. Pada umumnya mereka menganggap bahwa tubuh-tubuh yang sama ini akan dikembalikan hidup sebagaimana adanya sekarang.

Kebangkitan Kristus. Dalam tiga peristiwa Kristus menghidupkan kembali orang mati (putri Yairus, putra janda dari Nain, dan Lazarus). Tapi itu tidak dianggap sebagai kebangkitan, melainkan hidup kembali. Tidak ada petunjuk bahwa seorang pun dari ketiganya mengalami lain kecuali kembali ke kehidupan yang telah mereka tinggalkan. Dan Paulus dengan tegas mengatakan, bahwa Kristus adalah 'yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal' (1 Kor 15:20). Tapi keajaiban-keajaiban itu memperlihatkan bahwa Kristus adalah Tuan atas maut. Hal itu nyata lagi dalam fakta bahwa la bernubuat yang la akan bangkit pada hari yang ke-3 setelah disalibkan (Mrk 8:31; 9:3 1; 10:34). Hal ini adalah penting. Ini memperlihatkan bahwa Kristus adalah berdaulat dan berkuasa atas keadaan. Itu berarti pula bahwa kebangkitan adalah sangat penting, sebab kejujuran Tuhan Yesus terlibat di dalamnya.

Injil-injil menyaksikan bahwa Kristus disalibkan, mati dan dikuburkan. Juga menyaksikan bahwa pada hari yang ketiga kuburan yg di dalamnya Dia dikuburkan menjadi kosong. Dan bahwa malaikat-malaikat mengatakan kepada perempuan-perempuan tertentu, bahwa Yesus dibangkitkan, dan bahwa dalam jangka waktu beberapa minggu Ia muncul di depan para pengikut-Nya. Sering kali disangkal bahwa Yesus bangkit, tapi sangkalan itu sama sekali tidak dapat bertahan terhadap bukti-bukti berupa fakta-fakta nyata. Bukti pertama, yakni fakta nyata kuburan yang kosong. Keempat Injil sepakat mengenai hal ini. Ada yang mendalihkan bahwa murid-murid pergi ke kuburan yang salah, di mana seorang muda berpakaian putih berkata, 'la tidak di sini', yang berarti, Ia ada di kuburan yang lain'. Pada satu pihak itu adalah spekulasi semata-mata. Pada pihak lain menimbulkan macam-macam pertanyaan. Adalah tidak mungkin, bahwa kuburan yang benar sama sekali dilupakan oleh semua orang, baik kawan maupun lawan. Dan apabila 'kuburan yang sebenarnya' maupun 'kuburan yang lain' itu memang masih berisikan mayat Yesus, kenapa penguasa dan lawan-lawan Yesus tidak menjadikan itu bukti untuk membuyarkan berita kebangkitan, yang justru sangat mereka tentang dan sangat memusingkan mereka?

Tapi kalau toh kosongnya kuburan Yesus itu harus dipermasalahkan, maka ada tiga kemungkinan: pertama, para sahabat Yesus menyingkirkan tubuh Yesus; kedua, para lawan Yesus menyingkirkan tubuh Yesus; ketiga, benar Yesus bangkit. Kemungkinan pertama sukar dipertahankan. Semua bukti menunjukkan bahwa tidak ada pikiran tentang kebangkitan dalam benak para murid. Mereka mutlak tak berpengharapan pada sore hari Jumat Agung yang pertama itu. Mereka putus asa, kalah, bersembunyi karena ketakutan terhadap orang-orang Yahudi. Lagipula, Matius menceritakan bahwa penjaga ditempatkan di seberang kuburan Yesus, sehingga tidak mungkin mereka telah mencuri mayat Yesus, seandainya pun mereka ingin melakukannya.

Tapi ketidakmungkinan yang melengkapkan segala ketidakmungkinan ialah, bahwa murid-murid sendiri menderita karena memberitakan kebangkitan, sebagaimana Kis mencatat bahwa mereka menanggung derita karenanya. Beberapa orang dipenjarakan, dan Yakobus dihukum mati. Orang tidak akan mau memikul hukuman-hukuman demikian hanya demi menjunjung tinggi sesuatu yang mereka sendiri jelas ketahui adalah penipuan. Harus pula dipertimbangkan, bahwa ketika agama Kristen menjadi masalah gawat, sehingga cukup alasan bagi para penguasa untuk membasminya, tentu para imam kepala telah siap untuk membayar informasi mengenai pencurian mayat Yesus. Tentang bayaran, kasus Yudas cukup menunjukkan bahwa seorang pengkhianat bisa dibeli di kalangan murid-murid. Dengan segala pertimbangan itu, mustahillah untuk beranggapan bahwa orang Kristen mencuri mayat Kristus.

Juga adalah sama sulitnya untuk mempertahankan pandangan, bahwa musuh-musuh Yesus memindahkan tubuh Yesus. Mengapa mereka harus melakukan itu? Jelas tidak ada alasan yang masuk akal. Seandainya mereka memang melakukannya, maka mereka sendiri telah membangkitkan berita kebangkitan, yang justru jelas terbukti mereka mati-matian membasminya. Lagipula penjaga kuburan akan jadi penghalang bagi mereka seperti bagi murid-murid. Dan atas kemungkinan kedua, penolakan paling kuat dan menentukan ialah, kemustahilan mereka dapat atau mampu menunjukkan atau mengajukan mayat Yesus, sebagai satu-satunya bukti utuh dan sempurna bahwa mayat itu tidak bangkit, teristimewa pada pertama kalinya berita kebangkitan diberitakan.

Petrus dan sahabat-sahabatnya memberikan penekanan utama pada kebangkitan Tuhan Yesus. Jelas betapa kebangkitan itu memotivasi dan memacu pikiran mereka. Dalam situasi demikian, seandainya musuh-musuh mereka mempertunjukkan tubuh Yesus, maka agama Kristen pasti telah tenggelam jadi tertawaan besar. Bungkamnya orang Yahudi adalah sama bobotnya dan maknanya dengan wicaranya orang Kristen itu. Kemustahilan atau ketidakmampuan musuh-musuh Yesus untuk mempertunjukkan tubuh Yesus, menjadi bukti yang memeteraikan bahwa kemustahilan itu adalah mutlak!

Kedua kemungkinan di atas sama-sama tidak dapat diterima. Justru kebangkitan sebagai penyebab kuburan menjadi kosong mencolok khas sebagai kenyataan, benar dan mutlak. Ini diperkuat oleh penampakan-penampakan Yesus sesudah kebangkitan. Seluruhnya 10 kali penampakan dalam peristiwa yang berbeda-beda, yang direkam dalam lima cerita yg kita miliki (ke-4 Injil dan I Kor 15). Memang sukar menyelaraskan cerita-cerita itu (namun bukan tidak mungkin, usaha dim Scofield Reference Bible, menunjukkan bahwa penyelarasan adalah mungkin). Kesulitan-kesulitan itu hanyalah menunjukkan bahwa cerita-cerita itu berdiri sendiri. Tidak ada pengulangan yang baku dari suatu cerita resmi. Dan ada kesesuaian yang mengesankan mengenai fakta-fakta pokok. Ada keanekaragaman dalam kesaksian-kesaksian utama. Kadang-kadang 1 atau 2 orang melihat Tuhan Yesus, kadang-kadang jumlah yg lebih besar, ump ke-11 murid, lain kali sebanyak 500 orang. Baik laki-laki maupun perempuan termasuk dalam jumlah itu. Penampakan itu kebanyakan kepada orang-orang percaya, tapi penampakan kepada Yakobus barangkali merupakan kepada orang yang sampai pada saat itu tidak percaya.

Istimewa pentingnya adalah Paulus. Ia tidak mudah percaya, terpelajar dan sangat membenci orang Kristen. Dan ia tegas telah melihat sendiri Yesus setelah Yesus bangkit dari kematian. Paulus begitu pasti mengenai kebangkitan Yesus, sehingga ia mendasarkan seluruh sisa hidupnya pada kepastian. Tentang Paulus berkata Canon Kennett, 'dalam jangka waktu 5 thn pertama dari penyaliban Yesus, bukti kebangkitan Yesus dalam hemat paling sedikit seorang terpelajar, tak dapat dibantah' (Interpreter 5, 1908-1909, hlm 267).

Dalam semua hal ini janganlah dilupakan perubahan diri murid-murid. Sebagaimana dikemukakan di atas, mereka adalah orang-orang yang kalah total dan putus asa pada waktu penyaliban Yesus, tapi hanya beberapa hari kemudian sesudah itu mereka bersedia dijebloskan ke penjara bahkan mati demi Yesus. Mengapa ada perubahan itu? Orang tidak akan menempuh risiko sedemikian apabila mereka tidak benar-benar yakin akan kebenaran sesuatu. Murid-murid benar-benar yakin justru karena mereka adalah saksi mata.

Juga dapat ditambahkan bahwa keyakinan mereka tercermin dalam ibadah mereka. Mereka menghormati hari Tuhan, suatu peringatan mingguan tentang kebangkitan, sebagai ganti hari Sabat. Pada hari Tuhan mereka melaksanakan perjamuan suci, yang adalah bukan peringatan tentang Kristus yang mati, melainkan pengungkapan dan pernyataan terima kasih untuk berkat-berkat yang diberikan oleh Tuhan yang hidup dan menang berjaya. Sakramen mereka yang lain, baptisan, adalah mengingatkan bahwa orang percaya dikuburkan bersama Kristus dan dibangkitkan bersama Dia (Kol 2:12). Kebangkitan memberi makna kepada semua yang mereka lakukan.

Sering dikatakan bahwa Kristus tidak benar mati, melainkan jatuh pingsan. Kemudian dalam dinginnya kuburan la sadar kembali. Ini menimbulkan bermacam-macam pertanyaan. Bagaimana Kristus keluar dari kuburan? Apa yang terjadi kemudian atas Dia? Apa kegiatan-Nya sesudah itu? Kenapa la tidak segera ditangkap? Kapan Dia mati dan di mana dikuburkan? Dan pertanyaan-pertanyaan lain.

Di samping itu pendapat lain mengatakan bahwa murid-murid korban halusinasi. Tapi penampakan-penampakan setelah kebangkitan tidak dapat diterangkan dengan cara demikian. Halusinasi dialami orang dalam hal tertentu dan yang mencarinya. Tidak ada bukti bahwa hal itu terdapat di antara para murid. Dan sekali halusinasi mulai, akan cenderung untuk terulang terus; padahal sebaliknya, penampakan Yesus berhenti tiba-tiba. Halusinasi merupakan ihwal pribadi, padahal penampakan bahkan terhadap 500 orang terjadi sekaligus bersama-sama dan dalam suatu waktu yang sama melihat Tuhan Yesus. Jelas tidak ada gunanya menukarkan keajaiban pada aras fisik (kebangkitan tubuh) dengan keajaiban pada aras psikologis (halusinasi masal) yang dituntut oleh pandangan ini.

Pada zaman modern ini banyak ahli yang berkata bahwa kebangkitan dari kematian tidaklah mungkin, bahwa 'tulang-tulang Yesus beristirahat di tanah Palestina'. Mereka 'menerangkan' bahwa Yesus bangkit dalam pemberitaan Kristen, artinya: para murid mengerti bahwa sekalipun sudah mati la hidup melalui kematian, sehingga mereka boleh memberitakan la masih hidup. Yang lain 'menerangkan' kebangkitan sebagai perubahan dalam pikiran para murid. Orang-orang ini telah mengenal Yesus yang hidup dalam kebebasan penuh, sekarang mereka juga mengalami kebebasan demikian. Artinya, mereka mengerti bahwa walaupun Yesus mati, pengaruh-Nya masih hidup.

Tentang pandangan-pandangan berdasarkan filsafat di atas, ada dua hal yang perlu dikatakan. Pertama, Alkitab tidak berkata demikian. Alkitab tegas, gamblang dan pasti: Yesus mati, dikuburkan, lalu bangkit. Kedua, kesulitan besar di sini ialah hal moral. Pasti murid-murid percaya bahwa Yesus telah bangkit dan kepercayaan mereka mantap dan mutlak. Kebangkitan itulah tema pokok berita mereka dan yang memacu mereka. Apabila Yesus mati dan tinggal mati, maka Allah telah membangun gereja atas penipuan, suatu kesimpulan yang tidak mungkin. Lagipula, pandangan-pandangan semacam itu mengabaikan kuburan yang kosong -- bukti dan fakta nyata yang tak terpungkiri. Juga perlu ditambahkan bahwa pandangan-pandangan filsafat itu merupakan pandangan modem (kendati didahului oleh 2 Tim 2:17), dan adalah jelas tidak merupakan bagian dari Kekristenan yang historis.

Kebangkitan orang-orang percaya. Bukan hanya Yesus yang bangkit, tapi pada satu hari semua orang juga akan bangkit. Yesus mematahkan ketidakpercayaan kelompok Saduki mengenai kebangkitan dengan pembuktian Alkitab yang sangat menarik (Mat 22:31,32). Kesepakatan umum PB ialah bahwa kebangkitan Kristus mendampakkan serta kebangkitan orang percaya.  Yesus berkata, 'Aku-lah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati' (Yoh 11:25). Beberapa kali Yesus bicara tentang hal membangkitkan orang-orang percaya pada akhir zaman (Yoh 6:39, 40, 44, 54). Orang Saduki sangat marah karena para rasul mengajarkan bahwa 'dalam Yesus ada kebangkitan dari antara orang mati' (Kis 4:2). Paulus berkata, 'Sama seperti maut datang karena satu orang manusia, demikian juga kebangkitan orang mati datang karena satu orang manusia. Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus' (1 Kor 15:21 dab; bnd 1 Tes 4:14). Demikian juga Petrus berkata bahwa Allah 'telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan' (1 Ptr 1:3).

Betapa jelas bahwa para penulis PB melihat kebangkitan Kristus sebagai suatu kejadian yang tidak berdiri sendiri. Itu adalah tindakan akbar Ilahi, suatu tindakan yang penuh konsekuensi bagi manusia. Dengan membangkitkan Kristus, maka Allah membubuhkan meterai yang mengukuhkan karya penebusan dan penyelamatan yang dilaksanakan Kristus di kayu salib. Allah memperlihatkan kuasa ilahi-Nya di depan dosa dan maut, dan sekaligus kehendak-Nya untuk menyelamatkan manusia. Jadi, kebangkitan orang percaya secara langsung adalah seutuhnya dampak dari kebangkitan Yesus Kristus Juruselamat. Kebangkitan begitu khas bagi orang percaya, sehingga Yesus mengatakan bahwa 'mereka adalah anak-anak Allah, karena mereka telah dibangkitkan' (Luk 20:36).

Tapi itu tidak berarti bahwa semua yang bangkit akan bangkit ke dalam berkat. Yesus bicara tentang 'kebangkitan untuk hidup yang kekal', tapi juga tentang 'kebangkitan untuk penghukuman' (Yoh 5:29). Ajaran PB jelas dan tegas bahwa semua akan bangkit, tapi mereka yang menolak Kristus akan mendapati kebangkitan sebagai kemutlakan yang teramat pahit. Bagi orang percaya adalah fakta, bahwa kebangkitan mereka berkaitan dengan kebangkitan Kristus, dan justru itulah yang mengubah keadaannya. Dalam terang karya penebusan-Nya untuk mereka, orang percaya menyambut kebangkitan dengan ketenangan dan kegembiraan.

Mengenai hakikat tubuh kebangkitan, Alkitab bicara hanya sedikit. Paulus menyebutnya 'tubuh rohaniah' (1 Kor 15:44), yang agaknya berarti sarana yang memenuhi kebutuhan roh. Dengan jelas ia membedakannya dari 'tubuh alamiah' yang sekarang kita miliki. Dapat disimpulkan bahwa tubuh kebangkitan yang memenuhi kebutuhan roh, dalam beberapa hal berbeda dari tubuh alamiah kita yang sekarang. Tubuh rohaniah memiliki kualitas-kualitas: tidak binasa, mulia, kuat (1 Kor 15:42 dab). Tuhan Yesus mengajarkan bahwa tidak akan ada kawin-mawin setelah kebangkitan, dan dengan demikian tidak ada fungsi seksual (Mrk 12:25).Menolong sekali memikirkan tubuh kebangkitan Kristus, sebab Yohanes berkata bahwa, 'kita akan menjadi sama seperti Dia' (1 Yoh 3:2), dan Paulus mengatakan bahwa'tubuh kits yg hina' akan diubah 'sehingga serupa dengan tubuh-Nya yang mulia' (Flp 3:21).

Tubuh kebangkitan Kristus dalam beberapa hal sama seperti tubuh alamiah, tapi dalam beberapa hal lain berbeda Demikianlah, pada beberapa peristiwa Dia dikenal dengan segera (Mat 27:9; Yoh 20:19 dab), tapi pada peristiwa-peristiwa lain tidak (khususnya perjalanan ke Emaus, Luk 24:16; bnd Yoh 21). la muncul tiba-tiba di tengah-tengah murid-murid yang berkumpul dengan pintu tertutup (Yoh 20:19); tapi sebaliknya la lenyap dari pandangan kedua orang di Emaus (Luk 24:31). la bicara tentang diriNya yg memiliki 'daging dan tulang' (Luk 24:39). Kadang-kadang Ia menikmati makanan (Luk 24:41-43) kendati makanan jasmaniah bukanlah kebutuhan bagi kehidupan di seberang kematian (bnd I Kor 6:13). Dan adalah jelas, bahwa Tuhan Yesus yang telah bangkit dapat menyesuaikan diri dengan batasan-batasan kehidupan jasmani seturut kehendak-Nya. Hal itu memberi kesan, bahwa apabila kita bangkit kita akan memiliki kemampuan yang sama.

Makna doktrin kebangkitan

Dalam Kristologi (ajaran mengenai Kristus). Kebangkitan adalah sangat penting. Fakta bahwa Yesus bernubuat akan bangkit dari kematian pada hari yang ke-3, mempunyai siratan sangat penting bagi pribadi-Nya. Pribadi yg dapat berbuat demikian adalah Pribadi yang lebih besar daripada manusia biasa. Paulus menalar jelas kebangkitan Kristus sangat penting. 'Andaikata Kristus tidak dibangkitkan', katanya, 'maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu. Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, sia-sialah kepercayaan kamu; kamu masih hidup di dalam dosamu' (1 Kor 15:14, 17). Maksudnya ialah bahwa Kekristenan adalah Injil, dan Injil adalah kabar baik tentang bagaimana Allah mengutus AnakNya untuk menjadi Juruselamat manusia. Tapi jika Kristus tidak benar bangkit, maka kita tidak mempunyai jaminan bahwa keselamatan kita telah terselesaikan.

Jadi dengan demikian realitas kebangkitan Kristus mempunyai arti yang sangat dalam. Kebangkitan orang percaya juga penting. Pandangan Paulus ialah, bahwa jika orang mati tidak akan bangkit, maka kita boleh menerima semboyan 'marilah makan dan minum, sebab besok kita akan mati' (1 Kor 15:32). Bagi orang percaya kehidupan kini tidaklah berarti segala-galanya. Harapan mereka terletak di tempat lain (1 Kor 15:19). Dan harapan itulah yang memberikan kepada mereka perspektif dan makna kehidupan yang dalam.

Kebangkitan Kristus dihubungkan dengan keselamatan orang percaya seperti dikatakan, 'Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita' (Rm 4:25; bnd 8:33 dab). Kebangkitan Kristus dihubungkan dengan tindakan yang pokok, yang dengannya orang percaya diselamatkan. Keselamatan bukanlah sesuatu yang terjadi terlepas dari kebangkitan. 

Hubungan kebangkitan dengan keselamatan tidak pula berhenti di situ. Paulus bicara tentang keinginan mengenal Kristus 'dan kuasa kebangkitan-Nya' (Flp 3:10), dan ia mendesak orang Kolose, 'Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas...' (Kol 3:1). la sudah mengingatkan mereka bahwa mereka dikuburkan bersama dengan Kristus dalam baptisan, dan dalam sakramen yang sama mereka dibangkitkan bersama dengan Dia (Kol 2:12). Dengan kata lain, rasul melihat kuasa yang sama, yang membangkitkan Kristus dari antara orang mati diberlakukan atas mereka yang menjadi milik Kristus. Kebangkitan terus terjadi.