CREDO
YANG BENAR &
AJARAN-AJARAN
SESAT TENTANG DIRI KRISTUS
oleh
Ev. Matius Sobolim, S. Th.
Antikristus |
I) Credo yang benar tentang diri Kristus.
Pada tahun 325
Masehi ada sidang gereja di kota Nicea yang melahirkan Nicene
Creed
(= Pengakuan Iman Nicea), yang meneguhkan doktrin tentang Allah
Tritunggal. Sekalipun dalam Nicene
Creed
itu ditegaskan akan keilahi-an Kristus, dan bahwa Ia telah menjadi
manusia, tetapi Nicene
Creed
itu tidak menyatakan apa-apa tentang hubungan antara keilahian dan
kema-nusiaan Kristus, sehingga akhirnya muncul banyak ajaran sesat
dalam Kristologi.
Credo (= pengakuan
iman) yang paling penting dalam Kristologi adalah Chalcedonian
Creed
(= Pengakuan Iman Chalcedon), yang diciptakan dalam sidang gereja di
kota Chalcedon pada tahun 451 Masehi.
Chalcedonian
Creed:
"We all
with one accord teach men to acknowledge one and the same Son, our
Lord Jesus Christ, at once complete in Godhead and complete in
manhood, truly God and truly man ... one and the same Christ, Son,
Lord, only begotten, recognized in two natures, without confusion,
without change, without division, without separation ... the
characteristics of each nature being preserved and coming together to
form one person ..."
(= Kami semua, dengan suara bulat, mengajar manusia untuk mengakui
Anak yang satu dan yang sama, Tuhan kita Yesus Kristus, pada saat
yang sama sempurna / lengkap dalam keilahian dan sempurna / lengkap
dalam kemanu-siaan, sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia
... Kristus, Anak, Tuhan yang satu dan yang sama, satu-satunya yang
diperanakkan, dikenali dalam 2 hakekat, tanpa kekacauan /
percampuran, tanpa perubahan, tanpa perpecahan, tanpa perpisahan ...
sifat-sifat setiap hakekat dipertahankan dan bersatu membentuk 1
pribadi ...).
Ada 2 hal yang perlu
disoroti dari Chalcedonian Creed ini:
1) Without
confusion / without change
(= tanpa kekacauan / percampuran / tanpa perubahan).
Ini menunjukkan
bahwa:
- human nature (= hakekat manusia) dan divine nature (= hakekat ilahi) tetap berbeda dan mempunyai sifat-sifatnya sendiri-sendiri.
- human nature (hakekat manusia) tidak menjadi divine (= ilahi), dan sebaliknya divine nature (= hakekat ilahi) tidak menjadi human (= manusia).
- human nature (= hakekat manusia) dan divine nature (= hakekat ilahi) tidak bercampur dan membentuk nature (= hakekat) yang ke 3.
2) Without
division / without separation
(= tanpa perpecahan / tanpa per-pisahan).
Ini menunjukkan
bahwa LOGOS tidak pernah terpisah dari human
nature
(= hakekat manusia).
Catatan:
Kata ‘nature’
oleh
banyak orang diterjemahkan ‘sifat’. Tetapi ini jelas merupa-kan
terjemahan yang salah! Menurut ‘Webster’s
New World Dictionary of the American Language’ (College Edition)
kata ‘nature’
mempunyai
10 arti dan yang nomer 1 adalah: "The
essential character of a thing; quality or qualities that make
something what it is; essence"
(= sifat-sifat yang hakiki dari suatu benda; kwalitas yang membuat
sesuatu itu dirinya; hakekat).
Dalam
Kristologi, saya berpendapat bahwa istilah ‘nature’
itu
harus diterjemahkan ‘hakekat’, bukan ‘sifat’!
William G. T.
Shedd, seorang ahli Theologia Reformed pada abad 19,
me-ngatakan:
"When we speak of a human nature, a real substance having physical, rational, moral and spiritual properties is meant" (= Pada waktu kita berbicara tentang human nature, maka yang dimaksud adalah suatu zat yang nyata yang memiliki sifat-sifat fisik, rasio, moral dan rohani) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’, vol II, hal 289.
Charles Hodge juga
mengatakan hal yang serupa, yang terlihat dari bebe-rapa kutipan di
bawah ini:
- "By ‘nature’, in this connection is meant substance. In Greek the correspond-ing words are PHUSIS and OUSIA; in Latin, NATURA and SUBSTANTIA" (= yang dimaksud dengan ‘nature’ dalam persoalan ini adalah zat / bahan / hakekat. Dalam bahasa Yunani kata yang cocok / sama ialah PHUSIS dan OUSIA; dalam Latin NATURA dan SUBSTANTIA) - ‘Systematic Theolo-gy’, vol II, hal 387.
- "... we are taught that the elements combined in the constitution of his person, namely, humanity and divinity, are two distinct natures, or substances" (= ... kita diajar bahwa elemen-elemen yang disatukan / digabungkan dalam pem-bentukan pribadiNya, yaitu kemanusiaan dan keilahian, adalah dua natures atau zat / bahan / hakekat yang berbeda) - ‘Systematic Theology’, vol II, hal 388.
- "... the elements united or combined in his person are two distinct substances, humanity and divinity; that He has in his constitution the same essence or substance which constitutes us men, and the same substance which makes God infinite, eternal, and immutable in all his perfections" (= elemen-elemen yang disatukan atau digabungkan dalam pribadiNya adalah dua zat / bahan / hakekat yang berbeda, kemanusiaan dan keilahian; sehingga dalam pem-bentukanNya Ia mempunyai hakekat atau zat / bahan yang sama yang membentuk kita menjadi manusia, dan zat / bahan yang sama yang mem-buat Allah itu tidak terbatas, kekal, dan tetap / tidak berubah dalam semua kesempurnaanNya) - ‘Systematic Theology’, vol II, hal 389.
- "That in his person two natures, the divine and the human, are inseparably united; and the word nature in this connection means substance" (= Bahwa dalam pribadiNya dua natures, ilahi dan manusiawi, dipersatukan secara tak terpisahkan; dan dalam hal ini kata nature berarti zat / bahan / hakekat) - ‘Systematic Theology’, vol II, hal 391.
II)
Ajaran-ajaran sesat tentang diri Kristus.
1)
Adoptionism.
Dalam buku-buku
sejarah maupun Theologia, biasanya Adoptionism ini tidak dimasukkan
dalam perdebatan Kristologi / ajaran-ajaran sesat tentang diri
Kristus, mungkin karena ajaran ini ada pada abad 3 Masehi, yaitu
sebelum ‘musim’ perdebatan / kesesatan tentang Kristologi itu
mun-cul (abad 4-7 Masehi).
Tetapi kalau dilihat
ajarannya, maka ini jelas termasuk ajaran sesat dalam Kristologi.
Tokohnya yang paling
terkenal bernama Paul of Samosata, yang adalah seorang bishop
(= uskup) dari Antiokhia.
Ajaran ini
mengatakan bahwa Kristus adalah manusia biasa, yang pada saat
baptisan (Catatan: ada yang mengatakan setelah kebangkitan Kristus)
menerima kuasa ilahi dan diangkat ke suatu
posisi ilahi.
Jadi, ada perkembangan dalam diri Kristus, dari manusia biasa menjadi
semacam
Allah (bukan betul-betul Allah, tetapi lebih rendah dari Allah).
2) Apollinarianism.
Ajaran ini
mendapatkan namanya dari tokohnya yang bernama Apolli-narius /
Apollinaris, yang adalah seorang bishop
(= uskup) di kota Lao-dicea, Syria.
Apollinarius ini
mempunyai kepercayaan yang disebut Psychological
Trichotomy
yang mempercayai bahwa manusia itu terdiri dari tubuh (Yunani: SOMA),
jiwa (Yunani: PSUCHE), dan rational
spirit / mind
(= roh yang rasionil / pikiran; Yunani: PNEUMA atau NOUS).
Dan tentang diri
Yesus Kristus, ia berpendapat bahwa Yesus mempunyai tubuh (SOMA) dan
jiwa (PSUCHE), tetapi tidak punya rational
spirit atau mind
(PNEUMA atau NOUS), karena pikiranNya adalah dari Logos dan bersifat
ilahi. Jadi, Kristus bukan manusia sepenuhnya, karena Ia tidak
mempunyai pikiran manusia.
Ajaran ini terlalu
menekankan keilahian Kristus sehingga mengorbankan kemanusiaanNya. Dasar Kitab Suci
yang ia pakai adalah Yoh 1:14 yang secara hurufiah berbunyi ‘And
the Word became flesh’ (=
Dan Firman itu telah menjadi daging). Catatan: anehnya, kalau ia
memang menekankan kata ‘daging’ dalam Yoh 1:14 ini, mengapa ia
tidak berpendapat bahwa Kristus hanya mempunyai tubuh manusia saja?
Mengapa ada jiwa?
Ajaran ini ditentang
oleh Gregory Nazianzus yang mengatakan bahwa Kristus harus mempunyai
semua elemen manusia, karena kalau tidak, Ia tidak bisa menebus
elemen tersebut dalam diri kita. Ia juga mengatakan bahwa ‘daging’
dalam Yoh 1:14 itu merupakan suatu synecdoche
(= gaya bahasa dimana yang sebagian mewakili seluruhnya) dan menunjuk
pada seluruh hakekat manusia (termasuk jiwa / rohnya).
Pada tahun 362
Masehi Sidang gereja di kota Alexandria sudah menen-tang ajaran ini
(tanpa menyatakan siapa pengajarnya) dan menyatakan bahwa Kristus
mempunyai reasonable
soul
(= jiwa yang bisa berpikir).
Apolinarius tidak
melepaskan diri dari gereja, dan ia membentuk sebuah sekte, sampai
tahun 375 Masehi.
Pada tahun 381
Masehi sidang gereja di Constantinople kembali menge-cam ajaran ini
beserta pengajarnya.
3) Nestorianism.
Ajaran ini
mendapatkan namanya dari nama tokohnya yaitu Nestorius, yang pada
tahun 428 menjadi bishop
di kota Constantinople.
Ajaran ini
mengatakan bahwa Kristus terdiri dari 2 pribadi (yaitu pribadi Allah
dan pribadi manusia), tetapi LOGOS menguasai manusia Yesus sepenuhnya
sehingga Yesus menginginkan, menghendaki dan berbicara seperti Allah.
Kristus disembah bukan karena Dia adalah Allah, tetapi karena Allah
ada di dalam Dia.
Nestorius menentang
istilah THEOTOKOS (= Bunda Allah), dan meng-usulkan istilah
CHRISTOTOKOS (= Bunda Kristus) untuk Maria, karena ia berpendapat
bahwa Maria tidak melahirkan Allah, tetapi hanya melahir-kan ‘tempat’
dimana Allah diam / tinggal. Ajaran ini dikecam
oleh Sidang gereja di kota Efesus pada tahun 431 Masehi, yang
sekaligus mempertahankan istilah ‘Bunda Allah’ untuk Ma-ria.
Catatan:
Perlu ditekankan
bahwa istilah ‘bunda Allah’ itu dipertahankan, bu-kan untuk
meninggikan Maria, tetapi untuk menunjukkan persatuan yang tidak
terpisahkan antara hakekat ilahi dan hakekat manusia dalam diri
Kristus. Jadi kalau setelah itu gereja Roma Katolik meng-gunakan
istilah ‘bunda Allah’ itu untuk meninggikan Maria, maka itu
adalah sesuatu yang sama sekali tidak dimaksudkan oleh sidang gereja
di Efesus itu.
4) Eutychianism.
Ajaran ini mendapat
namanya dari tokohnya yang bernama Eutyches [artinya adalah the
Fortunate
(= untung / mujur). Para penentangnya mengatakan bahwa ia seharusnya
dinamakan Atyches yang berarti the
Unfortunate
(= sial)].
Ajaran ini
mengatakan bahwa pada saat inkarnasi, divine
nature
/ hakekat ilahi menghisap / menyerap (absorb)
human
nature
/ hakekat manusia, sehingga Kristus hanya mempunyai 1 nature
/ hakekat saja, yaitu divine
nature
/ hakekat ilahi.
Eutyches ini
mempunyai teman-teman yang berkuasa sehingga akhirnya dalam Sidang
gereja di kota Efesus pada tahun 449 ada ancaman dan siksaan terhadap
para penentangnya, sehingga para penentangnya tidak berani berkata
apa-apa. Akhirnya Sidang gereja ini justru membela ajaran sesat ini,
dan sidang ini dikenal dengan nama The
Council of Robbers
(= Sidang gereja perampok).
Baru pada tahun 451
Masehi Sidang gereja di kota Chalcedon mengecam ajaran ini, dan
sekaligus menciptakan Chalcedonian
Creed
(= Pengakuan Iman Chalcedon).
5) Monophysitism.
Istilah
Monophysitism berasal dari kata Yunani MONO, yang berarti ‘alone’
(=
sendiri) atau ‘one’
(=
satu), dan PHUSIS yang berarti ‘nature
/ essence’ (=
hakekat).
Mereka beranggapan
bahwa ajaran tentang adanya 2 natures
/ hakekat (seperti yang dinyatakan oleh Chalcedonian
Creed)
dalam diri Kristus tidak bisa tidak akan menyebabkan adanya 2 pribadi
dalam diri Kristus (seperti Nestorianism). Karena itu maka mereka
mengajar bahwa Kristus hanya mempunyai 1 nature
/ hakekat saja, yang bukan divine
/ ilahi maupun human
/ manusia, tetapi kedua-duanya (both
divine and human).
Ajaran ini dikecam
oleh Sidang gereja di Constantinople pada tahun 553 Masehi.
6) Monothelitism.
Ajaran ini
mengatakan bahwa Kristus mempunyai 2 natures
/ hakekat, yaitu divine
/ ilahi dan human
/ manusia, tetapi hanya 1 kehendak (Yunani: THELEMA) yang adalah
divine
- human
/ ilahi - manusia (cam-puran).
Ajaran ini dikecam
oleh Sidang gereja di kota Constantinople pada tahun 680 / 681
Masehi.
Bahwa dalam
Kristologi ada begitu banyak ajaran sesat yang muncul, menunjukkan
betapa pentingnya pengertian tentang Kristologi ini. Kalau ini bukan
sesuatu yang penting untuk iman kita, setan tidak akan menyerangnya
dengan menggunakan begitu banyak ajaran sesat.
Kalau kita melihat
dalam scope
/ ruang lingkup yang lebih luas, maka kita bisa melihat bahwa dalam
dunia ini agama yang mempunyai paling banyak aliran (baik yang
termasuk aliran yang benar maupun yang sesat), adalah agama kristen.
Semua agama yang lain hanya mempunyai satu atau dua aliran saja,
tetapi kristen mempunyai puluhan atau mung-kin ratusan aliran. Orang
sering meninjau hal ini secara negatif dengan menganggap ini sebagai
hal yang jelek. Tetapi sebetulnya hal ini bisa ditinjau secara
positif, yaitu dengan menyadari bahwa setan tentu pa-ling senang
untuk menyerang ajaran yang benar. Kalau suatu ajaran / agama adalah
salah, untuk apa setan menyerangnya lagi?
Karena itu, adanya
banyak aliran dan penyesatan dalam kekristenan seharusnya justru
membuat kita makin sungguh-sungguh dalam meng-ikut Kristus, dan
adanya banyak ajaran sesat dalam Kristologi seharus-nya membuat kita
makin sungguh-sungguh dalam belajar Kristologi!
-AMIN-