Selasa, 28 Mei 2013

INSPIRASI & INERANSI ALKITAB

INSPIRASI & INERANSI ALKITAB
 oleh 
Ev. Matius Sobolim, S. Th.

Inspirasi dan Ineransi Alkitab
Alkitab sering dan bahkan sampai dengan saat ini menjadi problematika yang klasik dalam kekristenan karena pernyataan yang mengatakan bahwa Alkitab adalah firman Allah. Masalah ini timbul sebagai reaksi atas persoalan dogmatis yang seakan-akan memenjarakan pemikiran umat untuk bertanya: mengapa Alkitab disebut Firman Allah? Padalah Alkitab hadir dalam proses sejarah yang berarti bahwa Alkitab adalah karya manusia yang berdosa sehingga berimplikasi terhadap ketidaksempurnaan yang bisa terdapat dalam Alkitab. Maka, dengan sendirinya Alkitab tidak layak disebut Firman Allah karena mengandung kesalahan atau jauh dari kesempurnaan dalam standar Allah. Beberapa pertanyaan lain yang sering ditujukan kepada Alkitab seperti: apakah Alkitab berasal dari Allah? Bagaimana Alkitab ditulis? Apakah Alkitab bisa salah? Dan mengapa kita harus mengandalkan Alkitab?

Penelaahan yang bisa dilakukan untuk melihat kembali Alkitab sebagai hasil karya manusia yang berdosa [yang berpeluang kepada ketidaksempurnaan dalam Alkitab] dapat dilakukan melalui dua hal penting yaitu inspirasi dan ineransi Alkitab. Kedua istilah ini harus digunakan secara runtut dan koheren karena keduanya saling terkait satu dengan yang lainnya. Ketika kita memahami apa dan bagaimana inpirasi itu, dengan sendiri kita dapat memahami ineransi Alkitab. Artinya jika kita memahami bagai mana Alkitab itu diilhamkan, kita akan melihat bahwa tidak bisa salah atau benar adalah Firman Allah. Jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan tersebut termaktub dalam dua istilah dalam sejarah lahirnya Alkitab, inspirasi Alkitab dan inspirasi Alkitab.

A. Inspirasi Alkitab.
Kata “inspirasi” ini memiliki makna khusus dalam term ini karena diambil dari istilah Alkitab dalam bahasa Yunani theopneustos (1 Tim.3:15-16) yang berarti dihembuskan Allah atau secara teologis dapat juga disebut diverbalkan Allah—verbal plenary. Oleh sebab itu pada umumnya, kata inspirasi Alkitab dimengerti sebagai pimpinan Roh Kudus atas para penulis Alkitab. Artinya ketika Alkitab ditulis, itu semua merupakan hasil karya Roh Kudus, sehingga meskipun Alkitab ditulis oleh kurang lebih 40 penulis yang berbeda dengan latar belakang profesi, lokasi, situasi sosial politik dan budaya yang berbeda-beda dalam kurun waktu lebih dari 1500 tahun. Namun hasilnya terlihat begitu menakjubkan, adanya suatu kesatuang yang utuh dan harminis nampak seperti ditulis oleh satu orang saja. Oleh sebab itu ispirasi biasanya didefinisikan sebagai sustu pengaruh supranatural Roh Kudus yang menggerakkan para penulis Alkitab dari nyata bahwa Alkitab berasal dari Allah, memiliki otoritas, tanpa salah, dan kekal. Ini adalah nilai-nilai ilahi. Jadi keutuhan yang menakjubkan dari Alkitab menjadi jelas bahwa itu adalah karya Roh Kudus.

Supremasi Alkitab datang dari Allah sendiri yang telah “menafaskan” Alkitab tersebut sehingga yang tanpa salah adalah tulisan dalam Alkitab, pada naskah aslinya, bukan orang yang menulis. Allah yang menjadi sumber segala tulisan dalam Alkitab. Sekalipun Alkitab ditulis oleh manusia, tidak dihasilkan oleh keinginan atau bukan hasil dari manusia (person) yang menulis tersebut tetapi atas dorongan Roh Kudus, mereka berbicara atas nama Allah (2 Pet. 1:21). Sekalipun dalam Alkitab terdapat juga unsur atau aspek manusia seperti gaya penulisan, pengalaman pribadi yang berkaitan, dan bahkan gaya bahasa juga berbeda, sudut pandang dan aspek lainnya, tetapi Allah dalam Roh Kudus mengawasi mereka sebagai hamba Allah yang hidup dan aktif.

Sekalipun demikian, tidak sedikit orang yang pemahaman yang keliru tentang inspirasi Alkitab. Ada beberapa istilah seperti inspirasi natural yang meniadakan unsur supranatural Roh Kudus dalam penulisan Alkitab, iluminasi spiritual, inspirasi parsial atau dinamis yang membedakan isi Alkitab dalam dua bagian, ada yang diilhamkan seperti hal-hal praktis yang berkaitan dengan iman sedangkan, yang berhubungan dengan sejarah tidak atau bisa salah. Pandangan lain yang keliru adalah inspirasi konseptual yang mengatakan bahwa Allah hanya mengispirasikan konsepnya saja sedangkan kata-kata dalam Alkitab adalah hasil dakehendak penulis tanpa dikontrol oleh Allah. Kebalikan dari teori ini, ada yang mengatakan bahwa penulis Alkitab hanya sekedar mesin tulis dimana setiap kata dan titik koma diucapkan oleh Allah atau didiktekan.

Sebagai respon atas pandangan-pandangan tersebut, Alkitab diteguhkan oleh Yesus sendiri sebagai firman yang hidup bahwa inspirasi Alkitab dilakukan secara menyeluruh sehingga tidak satu huruf pun yang akan berlalu atau tidak boleh dihilangkan sampai semuanya tergenapi [dalam Tuhan Yesus Kristus] (Mat. 5:17-18). Pernyataan ini merujuk kepada PL dimana huruf terkecil dalam bahasa Ibrani (yodh). Sedangkan dalam PB, Yesus Kristus, Firman yang hidup (Yoh. 1:1) itu sekaligus menjadi sumber inspirasi dan dalam penulisannya Roh Kudus terus bekerja sehingga pembuatan PB dalam kurun waktu 100 tahun tetap mejadi satu keutuhan. Paulus dalam semua tulisannya menggunakan kata Kitab Suci yang keseluruhannya diilhamkan oleh Allah tidak hanya merujuk kepada PL tetapi juga PB, semuanya bukan hasil karya manusia biasa tetapi yang ektra ordinary karena Roh Kudus berkarya di dalamnya. Kesaksian Yesus sendiri menjadi peneguhan Allah secara langsung terhadap seluruh Alkitab termasuk di dalamnya inspirasi verbal baik melalui Yesus sendiri maupun dalam kebiasaan bercerita masyarakan Yahudi.

B. Ineransi Alkitab________________________________________
Dari penjabaran tersebut di atas mengantar kita memahami apakah Alkitab bisa salah, mengandung kesalahan. Kita telah melihat bahwa ke-ada-an Alkitab bukan karena hasil karya manusia semata tetapi keseluruhannya adalah karya Roh Kudus melalui para penulis. Hal ini berarti bahwa otoritas tertinggi adalah Allah. Jika Allah yang bekerja dalam pembuatan Alkitab, Alkitab berkuasa dan tidak mengandung kesalahan sedikitpun. Namun dengan demikian, untuk alasan perumusan masalah dalam pertentangan akan ketidakbersalahan Alkitab, kita perlu menjabarkan bagian ini secara khusus untuk dapat memahaminya secara utuh.

Kata ineransi (inerrant) yang dalam arti sederhana tidak ada kesalahan. Namun dalam istilah teologis, tidak sesederhana itu. Kata ineransi dapat diartikan bahwa Alkitab memiliki kualitas bebas dari salah, kemungkinan untuk kesalahan, dan tidak dapat salah baik secara akademis, historis maupun spiritual. Untuk lebih jelas dapat dipahami melalui sebuah silogisme sederhana yang menacu pada topik sebelumnya bahwa Alkitab berasal dari Allah.
Premis 1: “Allah adalah benar.”
Premis 2: “Alkitab berasal (dinafaskan/diilhamkan) dari Allah.”
Silogisme: : Maka Alkitab adalah benar [karena diinspirasikan oleh Allah yang benar].
Sekalipun demikian, ineransi tidak menuntut kekauan bukan berarti kompromi terhadap kritik-kritik yang meragukan Alkitab karena Alkitab tidak bercerita tentang kebenaran melainkan kebenaran dapat dan termasuk proses penulisan Alkitab sepanjang masa tidak saling kontradiksi. Ineransi selalu merujuk kepada manuskrip yang asli yang berarti bahwa pada waktu fakta diketahui, Alkitab dalam tulisan aslinya, apabila diinterpretasikan dengan benar akan terlihat sepenuhnya benar dalam setiap pengajarannya yang berhubungan dengan segala aspek yang termaktub dalam seluruh aspek kehidupan manusia.

Dari silogisme di atas, maka segala kritik yang meragukan kewibawaan Alkitab sesungguh sekaligus menjadi keraguan secara langsung terhadap natur Allah. Hal ini bukan pembelaan skeptis tetapi sebuah koherensi yang runtut dalam keseluruhan Alkitab. Dengan demikian, ineransi Alkitab dapat dimengerti bahwa Alkitab benar dalam keselruhan dan dalam semua bagian, benar secara rohani, historis dan akademis, secara moral, maksud dan peneguhan tidak bisa salah. Allah berbicara kepada manusia dalam bahasa Alkitab (bisa disebut bahasa manusia) yang sepenuhnya adalah penyataan Allah sehingga tidak dapat dipertentangkan (secara umum pertentangan dalam iman dan penalaran).

Ketidak-kakuan dalam ineransi Alkitab dapat dilihat dalam beberapa hal bahwa ineransi mengijinkan adanya keragaman dalam gaya bahasa, keragaman rincian dalam menjelaskan peristiwa yang sama, untuk tidak menggunakan tata bahasa yang standar, ayat-ayat problematik. Ineransi juga tidak menuntut laoran kata demi kata dari suatu peristiwa dan juga tidak menuntut catatan itu mengajarkan kesalahan atau kontradiksi. Jadi, otoritas Alkitab tidak kurang dari otoritas Yesus Kristus sendiri karena Ia sendiri yang telah meneguhkan pengilhaman PL dan menyajikan dan menjanjikan PB. Kesaksian Yesus dan para rasul bersifat inerrant pada apa yang diajarkan. Alkitab yang ada saat ini adalah Firman Tuhan. Ineransi menjadi doktrin yang penting apabila dimengerti dengan benar. Alkitab berbicara secara akurat sesuai dengan kebenaran dalam semua penyataannya; baik itu hal teologis, historis, geografis dan geologis.

Sekalipun demikian, tidak menutup kemungkinan adanya kritik terhadap teori ineransi Alkitab ini. Mengenai kebenaran dalam Alkitab, Erantis menyimpulkan bahwa kesalahan-kesalahan dapat mengajarkan kebenaran. Hal ini tidak beralasan karena mereka mencampuradukan hal-hal kronologis dengan hal teologis. Dari pernyataan tersebut, muncul pernyataan bahwa apabila Alkitab tidak dapat dipercaya dalam hal kronologis hiistoris, Alkitab juga tidak dapat dipercaya dalam hal kebenaran akan berita keselamatannya. Hal ini sama dengan keraguan yang ditujukan terhadap karakter Allah berkaitan dengan problem kejahatan.

C. Kesimpulan ________________________________________
Kesimpulan yang dapat diambil dari penjabaran singkat mengenai inspirasi dan ineransi Alkitab tersebut diatas, ada beberapa term yang dapat dimasukan dalam sebuah silogisme ganda berikut:
Premis 1 : “Allah adalah benar.”
Premis 2 : “Yesus, Firman Allah yang hidup adalah Allah, tidak berdosa/salah.”
Premis 3 : “Alkitab berasal (dinafaskan/diilhamkan) dari Allah.”
Kesimpulan : “Jadi, Alkitab adalah Firman Allah yang tanpa salah karena diinspirasikan oleh Allah yang benar, dan diteguhkan oleh Yesus, Firman Allah yang hidup yang tidak berdosa.”
Alkitab telah terbukti secara historis tanpa salah selama lebih dari 3500 tahun sejak pembuatannya hingga hari ini, tidak ada satu keraguanpun yang ditujukan kepada supremasi Alkitab yang bertahan selama itu. Tidak ada karya manusia yang bertahan lebih dari dua abad, semuanya mengalami permaharuan. Itu berarti bahwa Alkitab bukan karya manusia tetapi Allah, yang kekal. Akhirnya, ‘Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran (2Ti 3:16)”. Jangan mempertanyakan otoritas Alkitab karena dengan demikian kita mempertanyakan keberadaan Allah.


Sumber Pustaka:________________________________________
Enns, Paul, The Moody Handbook of Theology, terj., Malang: Literatur SAAT, 2010
Bruggen, Jacob van, Siapa yang Membuat Alkita?, Surabaya: Penerbit Momentum, 2010
Geisler, Norman, dan Ron Brooks, Ketika Alkitab Dipertanyakan, terj., Yogyakarta: Yayasan Andi, 2010