Minggu, 09 Juni 2013

Arianisme



Arianisme

Oleh
Matius soboliem

Arius Heresy Tradisi
Arianisme adalah sebuah pandangan kristologis yang dianut oleh para pengikut Arius, seorang presbiter Kristen yang hidup dan mengajar di Alexandria, Mesir, pada awal abad ke-4. Arius mengajarkan bahwa berbeda dengan Allah Bapa, Allah Anak tidak sama-sama kekal dengan Sang Bapa. Ia mengajarkan bahwa Yesus sebelum menjelma adalah makhluk ilahi, namun ia diciptakan oleh Sang Bapa pada suatu saat tertentu -- dan oleh karenanya statusnya lebih rendah daripada Sang Bapa. Sebelum penciptaan-Nya itu, Sang Putra tidak ada. Dalam bahasa yang lebih sederhana, kadang-kadang dikatakan bahwa kaum Arian percaya bahwa Yesus, dalam konteks ini, adalah suatu "makhluk". Kata yang digunakan dalam pengertian aslinya adalah "makhluk ciptaan."
            Konflik antara Arianisme dan keyakinan Trinitarian adalah konfrontasi doktriner besar pertama dalam Gereja setelah agama Kristen dilegalisasikan oleh Kaisar Konstantin I. Kontroversi tentang Arianisme ini meluas hingga sebagian besar dari abad ke-4 dan melibatkan sebagian terbesar anggota gereja, orang-orang percaya yang sederhana dan para biarawan, serta para uskup dan kaisar. Sementara Arianisme memang selama beberapa dasawarsa mendominasi di kalangan keluarga Kaisar, kaum bangsawan Kekaisaran dan para rohaniwan yang lebih tinggi kedudukannya, pada akhirnya Trinitarianismelah yang menang secara teologis dan politik pada akhir abad ke-4. dan sejak saat itu telah menjadi doktrin yang praktis tidak tertandingi di semua cabang utama Gereja Timur dan Barat. Arianisme, yang diajarkan oleh misionaris Arian Ulfilas kepada suku-suku Jermanik, memang bertahan selama beberapa abad di antara sejumlah suku Jermanik di Eropa barat, khususnya suku-suku Goth dan Longobard tetapi sejak itu tidak memainkan peranan teologis yang penting lagi.


Daftar isi

Keyakinan
            Karena kebanyakan bahan tertulis tentang Arianisme pada masa itu ditulis oleh lawan-lawannya, terdapat kesulitan untuk menetapkan sifat ajaran-ajaran Arius dengan persis sekarang. Surat Auxentius[1], seorang uskup Milano Arianis pada abad ke-4, mengenai misionaris Ulfilas, memberikan gambaran yang paling jelas tentang keyakinan Arianis tentang sifat Tritunggal: Allah Bapa ("yang tidak dilahirkan"), selamanya ada, terpisah dari Yesus Kristus yang lebih rendah ("anak tunggal"), yang dilahirkan untuk memberitakan kuasa Bapa. Sang Bapa, yang bekerja melalui Sang Anak. Bapa dianggap sebagai "Allah sejati satu-satunya." 1 Korintus 8:5-6 dikutip sebagai ayat buktinya:
            "Sebab sungguhpun ada apa yang disebut "allah", baik di sorga, maupun di bumi — dan memang benar ada banyak "allah" dan banyak "tuhan" yang demikian — namun bagi kita hanya ada satu Allah (theos) saja, yaitu Bapa, yang dari pada-Nya berasal segala sesuatu dan yang untuk Dia kita hidup, dan satu Tuhan (kurios) saja, yaitu Yesus Kristus, yang oleh-Nya segala sesuatu telah dijadikan dan yang karena Dia kita hidup." (TB).
           
Konsili Nicea dan sesudahnya
            Pada 321 Arius ditolak oleh sebuah sinode di Alexandria dengan tuduhan mengajarkan sebuah pandangan yang heterodoks tentang hubungan antara Yesus dengan Allah Bapa. Karena Arius dan para pengikutna mempunyai pengaruh yang besar di kalangan sekolah-sekolah di Alexandria — yang sebanding dengan universitas-universitas atau seminari-seminari modern — pandangan-pandangan teologis mereka pun berkembang luas, khususnya di daerah Mediterania bagian timur. Pada 325 pertikaian ini telah berkembang menjadi cukup penting sehingga Kaisar Konstantin mengumpulkan para uskup dalam apa yang kemudian dikenal sebagai Konsili Nicea Pertama di Nicea (kini Iznik, Turki), yang mengutuk doktrin Arius dan merumuskan Pengakuan Iman Nicea, yang hingga kini masih diucapkan dalam kebaktian-kebaktian di Gereja-gereja Katolik, Ortodoks, dan sebagian Protestan. Tema sentral Pengakuan Iman Nicea, yang digunakan untuk menggambarkan hubungan antara Allah Bapa dan Allah Anak, adalah homoousios, yang berarti"sehakikat" atau "mempunyai zat yang sama". ( Pengakuan Iman Athanasius lebih jarang digunakan namun lebih jelas merupakan pernyataan anti-Arianis tentang Tritunggal.)
            Konstantin mengasingkan mereka yang menolak untuk menerima Pengakuan Iman Nicea — Arius sendiri, diaken Euzoios, dan para uskup Libya Theonas dari Ptolemais dan Secundus dari Mamarica — dan juga para uskup yang menandatangani pengakuan iman itu namun menolak untuk bergabung dalam pengutukan terhadap Arius, Eusebius dari Nikomedia dan Theognis dari Nicea. Kaisar juga memerintahkan semua salinan dari Thalia, buku yang ditulis Arius untuk menguraikan ajaran-ajarannya dibakar. Hal ini mengakhiri perdebatan teologis terbuka selama beberapa tahun, meskipun di bawah permukaan perlawanan terhadap Pengakuan Iman Nicea tetap berlanjut.
Keyakinan-keyakinan agama berikut yang telah dibandingkan atau pernah dicap -- sebagian mungkin keliru -- sebagai Arianisme, termasuk:
  • Unitarian, yang percaya bahwa Allah itu satu dalam pengertian berlawanan dengan Tritunggal, dan banyak dari mereka yang percaya akan otoritas moral Yesus, namun bukan keilahiannya.
  • Saksi Yehuwa, yang percaya bahwa Yesus memiliki pra-eksistensi manusiawi sebagai Logos.
  • Christadelphia, yang percaya bahwa keberadaan Yesus sebelum kelahirannya harus dipahami dalam pengertian konseptual, sebagai "Logos", dan bukan secara harafiah.
  • Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir dan kelompoknya, yang percaya akan "keesaan maksud" atau "kehendak" Ilahi tetapi Yesus adalah suatu makhluk ilahi yang terpisah dan lebih rendah kedudukannya daripada Allah Bapa.
  • Isaac Newton, seorang Arianis tersembunyi; hal ini ironis karena ia adalah seorang fellow dari Trinity College di Cambridge, Inggris.

KALAU YESUS ADALAH ALLAH, BAGAIMANA DIA BERDOA KEPADA ALLAH DAN APAKAH YESUS BERDOA KEPADA DIRINYA SENDIRI ?

  KALAU YESUS ADALAH ALLAH, BAGAIMANA DIA BERDOA KEPADA ALLAH DAN APAKAH YESUS BERDOA KEPADA DIRINYA SENDIRI ? Ev. Matius Sobolim, M. Th. ...