DOSA ASAL
Ev. Matius Sobolim
A. Dosa Asal
Istilah
“dosa asal” berhubungan dengan dosa ketidaktaatan Adam dalam memakan dari Pohon
Pengetahuan Baik dan Jahat dan efeknya terhadap umat manusia. Dosa asal bisa
dijelaskan sebagai “dosa dan kesalahan yang kita semua miliki di mata Allah
sebagai akibat secara langsung dari dosa Adam di Taman Eden.” Doktrindosa asal
khususnya berpusat pada efek-efeknya terhadap natur kita dan keberadaan kita di
hadapan Allah, bahkan sebelum kita cukup dewasa untuk melakukan dosa. Ada tiga
pandangan utama yang membahas efek itu.
Pelagianisme: Pandangan ini mengatakan bahwa dosa Adam
tidak mempunyai efek atas jiwa-jiwa keturuannnya drlsin daripada contoh dosanya
yang mempengaruhi mereka yang yang mengikuti dia dan berdosa juga. Menurut
pandangan ini, manusia memiliki kemampuan untuk berhenti berbuat dosa jika is
memilih itu. Ajaran ini bertolakbelakang dengan sejumlah ayat Alkitab yang
memberi indikasi bahwa manusia diperbudak oleh dosa-dosanya dengan tanpa
harapan (terlepas dari campur tangan Tuhan) dan bahwa pekerjaannya yang baik
adalah “mati” atau tidak bernilai apa-apa di mata Allah (Efesus 2:1-2; Matius
15:18-19; Roma 7:23; Ibrani 6:1; 9:14).
Calvinisme: Doktrin Calvin menyatakan bahwa dosa Adam
mengakibatkan bukan hanya dalam hal kita memiliki dosa natur, tetapi juga dalam
hal kesalahan kita di hadapan Allah yang mana kita patut dihukum. Dikandung
dalam dosa asal di atas kita (Mazmur 51:7) mengakibatkan kita mewarisi dosa
natur yang sangat jahat di mana Yeremia 17:9 menggambarkan hati manusia sebagai
“lebih licik dari pada segala sesuatu.” Bukan saja Adam ditemukan bersalah karena
dia telah berdosa, tetapi kesalahannya dan hukumannya (maut) menjadi milik kita
juga (Roma 5:12, 19).
Ada dua pandangan tentang mengapa kesalahan Adam harus
dilihat Allah sebagai dosa kita juga. Pandangan pertama menyatakan bahwa
suku-suku bangsa adalah di dalam Adam dalam bentuk bibit; dengan demikian
ketika Adam berdosa, kita berdosa di dalam dia. Ini sama dengan ajaran
alkitabiah bahwa Lewi (keturunan Abraham) membayar persepuluhan kepada
Melkisedek di dalam Abraham (Kejadian 14:20; Ibrani 7:4-9), walaupun Lewi baru
lahir beratus-ratus tahun kemudian. Pandangan utama yang lain adalah bahwa Adam
adalah sebagai wakil kita dan karena itu, ketika dia berdosa, kita juga
dinyatakan bersalah.
Pandangan
Calvin menyatakan seseorang tidak mampu menanggung dosanya jika terpisah dari
kuasa Roh Kudus, suatu kuasa yang dimiliki hanya ketika orang itu bersandar
kepada Kristus dan korban tebusan dosa-Nya di atas salib. Pandangan Calvin
tentang dosa asal adalah yang paling konsisten dalam ajaran alkitabiah. Akan tetapi,
bagaimana Allah dapat meminta kita bertanggung jawab untuk dosa yang kita tidak
lakukan secara pribadi? Ada sebuah penjelasan yang dapat diterima yaitu bahwa
kita menjadi bertanggung jawab untuk dosa asal ketika kita memilih untuk
menerima, dan bertindak menurut natur kita yang berdosa.
Ada satu titik dalam
hidup kita ketika kita menjadi sadar akan keberdosaan kita sendiri. Pada saat
itu kita harus menolak natur dosa dan bertobat dari itu. Sebaliknya, kita semua
“menyetujui” natur berdosa, pada dasarnya mengatakan bahwa itu adalah baik
adanya. Dalam menyetujui keberdosaan kita, kita menyatakan persetujuan dengan
perbuatan Adam dan Hawa di Taman Eden. Karena itu kita bersalah atas dosa itu
tanpa benar-benar melakukannya.[1]
B. Dosa Asal Menurut doktrin Theologi
Kristen
Dosa asal menurut
doktrin teologi Kristen adalah kondisi
pertama kali manusia berbuat dosa saat di Taman Eden. Walau Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang sering
membicarakan penuhnya dosa dalam diri manusia tidak memiliki kata-kata
"dosa asal" dan "dosa leluhur", doktrin yang
menggunakan kata-kata ini disebutkan berdasarkan pada ajaran Rasul Paulus dalam Roma 5:12-21 dan 1 Korintus 15:22. Setelah melihat doktrin ini, yang
tidak ditemukan di teologi Yahudi, termuat secara terselubung di kalimat-kalimat Perjanjian Lama seperti di
dalam Mazmur 51:5 dan Mazmur 58:3.