Eksposisi
Kitab Keluaran
Oleh:
Matius Soboliem, S. Th.
KELUARAN 23:1-9
Ay 1-2:
1) Ini merupakan penerapan / perluasan dari hukum ke 9 dari 10
hukum Tuhan, yaitu ‘janganlah engkau bersaksi dusta’ (Kel 20:16).
Kalau sampai saat
ini saudara masih meremehkan dusta, maka perhatikan bahwa dalam Wah 21:8
pendusta termasuk dalam orang-orang yang masuk ke neraka! Disamping itu
ingatlah bahwa sebagai orang kristen kita disebut ‘orang kudus’ atau ‘orang
benar’ oleh Kitab Suci. Adalah suatu kontradiksi kalau kita yang disebut ‘orang
kudus / benar’ itu terus berdusta, karena dusta jelas merupakan ketidakbenaran!
2) Kata-kata ‘saksi’ (ay 1), ‘kesaksian’, ‘perkara’, dan
‘hukum’ (ay 2) menunjukkan bahwa bagian ini ditekankan khususnya untuk
pengadilan. Jadi, kalau kita menjadi saksi dalam pengadilan, kita harus menjadi
saksi yang jujur, yang tidak memutarbalikkan kebenaran.
Tetapi tentu saja
bagian ini juga berlaku di luar pengadilan. Jadi, dimanapun kita berada, kita
tidak boleh memutarbalikkan kebenaran.
3) ’Jangan engkau menyebarkan kabar
bohong’ (ay 1).
Kata Ibrani yang
diterjemahkan ‘menyebarkan’ itu juga bisa diterjemahkan ‘menerima’. Jadi, kita
tidak boleh menjadi sumber, ataupun penerima / penerus kabar bohong itu. Karena
itu, setiap kali saudara mendengar suatu berita yang menjelekkan seseorang,
janganlah saudara cepat-cepat percaya (bdk. 1Tim 5:19).
4) ’Janganlah engkau membantu orang yang bersalah dengan
menjadi saksi yang tidak benar’ (ay 1b).
Kita harus menyalahkan
orang yang salah, dan membenarkan orang yang benar. Kita tidak boleh
menyalahkan orang yang benar, ataupun membenarkan orang yang salah!
Kalaupun yang
dipersoalkan adalah orang yang baik, tetapi kalau dalam persoalan itu ia memang
salah, saudara harus menyalahkan dia. Sebaliknya, kalaupun yang dipersoalkan
adalah orang yang brengsek, tetapi kalau dalam persoalan itu ia memang benar,
saudara harus membenarkan dia!
Ini menunjukkan
bahwa sikap / motto ‘right or wrong my son / friend / church’ (= benar
atau salah anak / teman / gereja saya) harus dibuang jauh-jauh! Jangan bersikap
solider / setia kawan dengan orang yang salah!
Penerapan:
·
kalau anak-anak saudara bertengkar, apakah saudara
selalu membela anak kesayangan saudara tanpa peduli ia salah atau benar?
·
kalau ada orang kafir yang menuduhkan suatu kesalahan
dari seorang kristen / suatu gereja, apakah saudara selalu membela orang kristen
/ gereja itu tanpa mempedulikan salah benarnya?
·
kalau boss saudara bertikai dengan seseorang, apakah
saudara selalu membenarkan boss saudara, tanpa mempedulikan salah benarnya?
5) ’Janganlah engkau turut-turut
kebanyakan orang ...’ (ay 2a,2b).
Banyak orang tidak
mempunyai pendirian sehingga mudah sekali mengikuti orang banyak:
·
dalam berbuat baik. Misalnya: Mat 21:8-9.
Tetapi, perbuatan
baik yang dilakukan sekedar karena ikut-ikutan tentu tidak bisa disebut baik!
·
dalam berbuat jahat. Misalnya: Kis 19:32
Mat 27:18-19,23-26 Mark 15:15 Luk 23:14-25.
Kalau saudara
termasuk orang yang mudah sekali mengikuti orang banyak, maka ingatlah bahwa
kebenaran bukanlah demokrasi, dalam arti, yang banyak belum tentu benar! Karena
itu, kalau saudara melihat banyak orang melakukan sesuatu, pikirkan lebih dulu
apakah sesuatu itu benar atau salah! Kalau benar, ikutilah orang banyak itu.
Tetapi kalau sesuatu itu salah, jangan ikuti mereka dalam berbuat yang salah!
(bdk. Ro 12:2).
Penerapan:
¨
apakah sebagai pelajar saudara sering / pernah
ikut-ikutan teman-teman saudara untuk membolos bersama-sama?
¨
apakah dalam bekerja, saudara sering / pernah mogok
bersama-sama semua pekerja yang lain? bdk. 1Pet 2:18!
¨
apakah dalam mengemudikan kendaraan, saudara sering
ikut-ikutan orang banyak untuk menerjang lampu merah, mengambil jalur yang
salah dan melakukan pelanggaran lalu lintas yang lain?
¨
dalam banyak gereja / persekutuan, banyak orang asal
meniru suatu praktek tertentu, tanpa memikirkan lebih dulu apakah praktek itu
sesuai Kitab Suci atau tidak! Misalnya: berdoa diiringi alat musik.
Padahal hal itu
jelas merupakan hal yang salah karena:
*
Kitab Suci tidak pernah mengajar untuk berdoa dengan
iringan alat musik.
*
Kitab Suci mengajarkan bahwa berdoa sedapat mungkin
harus dilakukan dalam kesunyian (bdk. Mark 1:35), jelas untuk memudahkan
konsentrasi. Ingat bahwa kita semua adalah orang yang condong pada dosa,
sehingga dalam kesunyianpun kita sering melamun dalam doa, apalagi kalau diberi
iringan musik! Dan kalaupun saudara tetap bisa berkonsentrasi sekalipun diberi
iringan alat musik, ingat bahwa ada banyak orang yang tidak bisa berkonsentrasi
dalam doa yang diiringi musik!
*
Orang yang memainkan alat musik itu sendiri pasti
tidak ikut berdoa!
*
Apa gunanya musik itu? Untuk didengar atau tidak?
Kalau didengar, berarti saudara tidak berdoa dengan konsentrasi penuh. Kalau
tidak didengar, lalu untuk apa dimainkan?
Ay 3,6:
1) Kita memang harus mengasihi orang miskin, berbelas kasihan
kepada orang miskin, menolong orang miskin, dsb (bdk. 22:25-27), tetapi kita
tetap tidak boleh memihak / membenarkan orang miskin yang bersalah (ay 3 bdk.
Im 19:15a).
Tetapi kenyataan
menunjukkan bahwa pembenaran orang miskin yang bersalah ini sering terjadi,
seperti:
·
pemberian pesangon untuk penghuni bangunan liar yang
digusur. Secara tidak langsung, ini membenarkan tindakan mereka untuk mendirikan
bangunan liar, dan bahkan merangsang mereka dan orang-orang lain untuk
mendirikan bangunan liar di tempat yang lain!
·
kalau mobil tabrakan dengan becak / sepeda, selalu
pengemudi mobil yang disalahkan!
·
serikat buruh seringkali membela buruh yang dipecat,
tanpa peduli buruh itu salah atau benar.
2) Tindakan membenarkan orang miskin yang
bersalah ini bisa disebabkan karena:
a)
Belas kasihan yang berlebihan / extrim.
Ada orang-orang
yang secara alamiah mudah tersentuh oleh penderitaan orang lain. Sekalipun
sebetulnya ini adalah sesuatu yang baik, tetapi karena manusia memang condong
pada dosa, maka sifat ini dengan mudah lalu diextrimkan sehingga menjadi
sesuatu yang tidak baik, dimana kita lalu membenarkan orang miskin yang salah.
Karena itu, kalau saudara adalah orang yang seperti ini, berhati-hatilah supaya
jangan belas kasihan itu saudara wujudkan secara kelewat batas! Belas kasihan
itu baik, tetapi tidak pernah boleh menginjak-injak kebenaran / keadilan!
Bandingkan dengan 1Kor 13:6!
b) Suatu pemikiran / anggapan bahwa orang kaya itu jahat,
sehingga pasti selalu salah. Ini jelas merupakan pemikiran yang salah! Orang
kaya tidak selalu jahat, dan orang miskin tidak selalu baik / benar!
3) Ajaran dalam ay 3 ini bisa diterapkan bukan pada orang
miskin saja, tetapi juga pada orang-orang yang menderita dalam hal yang lain.
Jadi, penderitaan apapun yang dialami seseorang, tidak boleh menyebabkan kita
membenarkan dia pada waktu ia bersalah.
Misalnya:
·
kalau saudara mempunyai seorang anak yang tidak
secantik / tidak sepandai anak-anak saudara yang lain, maka mungkin sekali
saudara justru mengasihi anak itu lebih dari yang lain, sehingga kalau anak
itu bertengkar dengan anak yang lain, saudara cenderung membenarkan anak itu
sekalipun sebetulnya ia yang bersalah. Ini adalah sikap yang salah!
·
pada saat memberi counseling (= nasihat) pada
orang yang sangat menderita sekalipun, kita tetap tak boleh membenarkan dia
kalau ia bersalah!
4) Ay 6 kontras dengan ay 3! Kalau ay 3 melarang
kita untuk memihak pada orang miskin tanpa mempedulikan kebenaran, maka
ay 6 melarang kita untuk menentang orang miskin tanpa mempedulikan
kebenaran.
Dengan demikian
jelaslah bahwa kita tak boleh memihak pada si kaya ataupun si miskin, tetapi
kita harus selalu memihak pada kebenaran dan keadilan!
Ay 4-5:
Bagian ini tidak mempersoalkan belas kasihan pada
binatang, karena yang dipersoalkan di sini bukanlah binatang itu sendiri tetapi
pemiliknya. Jadi bagian ini mengajarkan:
1) Kasih kepada musuh.
Memang dalam
Perjanjian Lama sudah ada ajaran untuk mengasihi musuh (bdk. Amsal 24:17
25:21-22). Karena itu kata-kata ‘bencilah musuhmu’ dalam Mat 5:43 jelas
bukan merupakan ajaran Perjanjian Lama (Catatan: kata ‘firman’ dalam
Mat 5:43 seharusnya tidak ada!), tetapi merupakan penafsiran orang-orang
Farisi dan ahli-ahli Taurat tentang Perjanjian Lama (mungkin mereka mendapatkan
ajaran ini dari perintah Tuhan untuk membasmi orang Kanaan).
2) Kita harus melakukan apa yang benar tanpa dipengaruhi oleh
perasaan pribadi, seperti benci, cinta dsb.
Pada saat saudara
melihat seekor keledai / lembu yang sesat, maka tindakan yang benar adalah
mengembalikan binatang itu kepada pemiliknya. Dan pada saat saudara melihat
seekor keledai rebah karena beban yang terlalu berat, maka tindakan yang benar
adalah menolong keledai itu. Dan sekalipun binatang itu adalah binatang milik
seorang yang menjengkelkan saudara, saudara tetap harus melakukan hal yang
benar itu!
Demikian juga
kalau ada 2 orang bertengkar, saudara seharusnya membenarkan orang yang benar.
Sekalipun saudara mengasihi A, tetapi kalau ia salah, saudara harus tetap
mempersalahkan dia. Sebaliknya, sekalipun saudara membenci B, tetapi kalau ia
benar, saudara tetap harus membenarkan dia!
Ay 7-8:
1) Kalau ay 1-2 di atas melarang untuk berdusta /
memutarbaikkan kebenaran karena ikut-ikutan orang banyak, maka ay 7-8 ini
melarang dusta / memutarbalikkan kebenaran karena uang / suap.
2) Saya berpendapat suap tidak dilarang secara mutlak, karena
saya berpendapat bahwa suap bisa dibagi menjadi 2 golongan:
a)
Menyuap seseorang supaya ia melakukan sesuatu yang salah.
Misalnya: kita
mempunyai seorang anak yang belum berusia 16 tahun, tetapi kita mau menguruskan
SIM untuknya, sehingga kita lalu menyuap polisi untuk mau mengubah tanggal
kelahiran anak itu. Suap yang seperti ini jelas adalah dosa, dan tidak boleh
dilakukan dalam keadaan apapun. Kalau ada orang yang membenarkan suap semacam
ini dengan alasan ‘keadaan memaksa’, maka perlu dipertanyakan kepada dia:
bagaimana ia menafsirkan begitu banyak ayat-ayat Kitab Suci yang menentang
suap? Kapan ayat-ayat itu harus diberlakukan? Seberapa tinggi otoritas Firman
Tuhan di dalam hidupnya?
b) Menyuap seseorang supaya ia melakukan tugasnya / sesuatu
yang benar / apa yang seharusnya ia lakukan.
Misalnya: kalau
kita mau mengurus SIM, dan kita memenuhi semua persyaratan untuk mendapat SIM,
tetapi petugas tidak mau memberi SIM kalau tidak diberi uang. Maka dalam hal
ini, kita sama saja seperti ‘ditodong’. Dalam hal ini, tidak salah untuk
memberikan uang yang ia minta, karena pemberian uang itu dimaksudkan supaya ia
melakukan apa yang benar, atau apa yang menjadi tugasnya, atau apa yang
seharusnya ia lakukan.
Alasan saya
sehingga mempunyai pandangan seperti itu adalah:
·
Kitab Suci sendiri pada umumnya mengecam suap karena
suap itu berhubungan dengan suatu kejahatan tertentu.
Contoh:
ay 7-8 ini sendiri mengecam suap karena suap bisa menyebabkan orang
menjadi buta, memutarbaikkan kebenaran, membunuh orang yang tak bersalah dsb.
Contoh lain:
Ul 16:19 Ul 27:25 Hak 16:5 1Sam 8:3
Neh 6:10-13 Ayub 15:34-35 Maz 26:9-10
Amsal 17:8,23 Amsal 18:16 Yes 1:23
Yes 5:23 Yeh 13:19 Yeh 22:12-13 Amos 2:6
Amos 5:12 Mikha 3:9-11 Mikha 7:3
Mat 26:15 Mat 28:12-15.
·
Yesus sendiri memerintahkan: ‘Berilah kepada orang yang meminta kepadamu’ (Mat 5:42). Ayat ini terletak dalam kontex yang menekankan kasih
kepada musuh, sehingga jelas bahwa ayat itu tidak mengajarkan supaya kita
memberi kepada orang yang layak mendapatkan apa yang ia minta, tetapi supaya
kita memberi kepada orang yang tidak layak untuk mendapatkan apa yang ia minta!
Dan saya berpendapat ini mencakup permintaan suap!
Kalau saudara
keberatan dengan pandangan ini dengan alasan bahwa pandangan ini melestarikan
suap, maka saya menjawab sebagai berikut:
¨
Kalau saudara ditodong oleh perampok, dan saudara lalu
memberikan uang saudara; bisakah itu disebut sebagai melestarikan perampokan?
¨
Di banyak tempat saudara tidak akan bisa hidup tanpa
melakukan suap golongan b) di atas. Memang kita harus berusaha sampai
batas-batas kemampuan kita supaya orang sekitar kita berhenti berbuat dosa.
Tetapi tentu kita tidak bertanggung jawab atas hal-hal yang ada diluar
kemampuan kita.
¨
Kalaupun saudara secara mutlak tidak mau menyuap, ada
jutaan orang yang tetap melakukannya sehingga saudara tetap tak akan berhasil
memberantas suap dengan cara itu.
¨
Memang harus diakui bahwa keadaan yang ideal adalah
dimana sama sekali tidak ada suap. Tetapi jelas bahwa kita tidak hidup di dunia
yang ideal, tetapi di dunia yang penuh dengan dosa! Dan jelas bahwa di banyak
negara, keadaan yang ideal itu tidak bisa tercapai! Dalam keadaan itu, kita
harus memilih apa yang dalam bahasa Inggris disebut sebagai ‘the lesser of
two evils’ (= yang lebih baik dari dua hal yang tidak / kurang baik). Kita
harus memilih antara ‘tidak menyuap sehingga tidak bisa hidup’ dan ‘menyuap’,
dan saya berpendapat bahwa kita seharusnya memilih untuk menyuap (menyuap gol
b).
Ay 9:
Ayat ini melarang untuk bersikap tidak adil kepada
orang asing / orang dari bangsa yang berbeda dengan kita. Jadi, kita harus
membuang diskriminasi ras!
Penerapan:
Apakah dalam gereja saudara masih membedakan antara
orang yang sebangsa dan yang tidak sebangsa dengan saudara? Apakah saudara
segan bergaul dengan orang yang tidak sebangsa dengan saudara? Ingat bahwa
dalam Yesus Kristus tidak boleh ada tembok pemisah (Gal 3:28). Kalau dalam
gereja saja masih ada diskriminasi ras, bagaimana mungkin saudara tidak
melakukan diskriminasi ras di luar gereja?
Kesimpulan:
Seluruh bacaan / text hari ini mengajarkan bahwa
keadilan dan kebenaran harus ditegakkan tanpa dipengaruhi oleh:
·
banyaknya orang yang menghendaki ketidakadilan (ay
1-2).
·
kaya / miskinnya seseorang (ay 3,6).
·
perasaan pribadi / kebencian (ay 4-5).
·
uang / suap (ay 7-8).
·
kebangsaan (ay 9).
Dengan kata lain, orang kristen harus hidup
betul-betul lurus, menjunjung tinggi keadilan dan kebenaran!