Rabu, 12 Juni 2013

GNOSTIK



GNOSTIK

oleh 
Matius Soboliem, S. Th. 
 

Gnostik (Yunani. γνωσις - gnôsis, harfiah : pengetahuan). Secara tradisional mengacu pada ajaran sesat yang aktif bergerak pada abad 2 sM, yang tegas ditolak oleh gereja. Tapi sejak abad 20 ini istilah Gnostik digunakan secara luas terhadap bentuk-bentuk kepercayaan agama apa saja, dimana dualisme dan penguasaan pengetahuan adalah penting; sebab itu agama Soroaster, ajaran Mandae, sastra Hermes, Gulungan Laut Mati dan PB pun dicap sebagai ‘gnostis’.

Penggunaan istilah itu sedemikian rupa menyebabkab cakupannya terlalu luas dan terlalu berubah-ubah sehingga sukar dinalar. Tetapi karena istilah gnostik – oleh persetujuan bersama – dapat digunakan bagi bidat-bidat Kristen tertentu, penggunaannya itu dapat dijadikan patokan dalam menentukan segi-seginya yang khas. Meskipun terdapat perbedaan-perbedaan besar dalam isi intelektual dan moral, dan dalam hal dekatnya dengan pusat Kekristenan, adalah mungkin menemukan di dalam ajaran bidat ini beberapa gagasan yang umum. Bapa-bapa gereja, lawan-lawan Gnostik itu, dengan leluasa mengutip tulisan-tulisan Gnostik, dan penemuan-penemuan yang baru misalnya di Chenoboskion memberi kesan bahwa bapa-bapa Gereja itu, disamping tajam terhadap ajaran-ajaran Gnostik, mereka juga memahami ajaran tentang Gnostik itu.



I. SIFAT-SIFATNYA


Dasar pikiran Gnostik adalah pengetahuan; yaitu memiliki rahasia-rahasia yang akhirnya dapat menjamin kesatuan jiwa dengan Tuhan. Jadi, tujuan pengetahuan adalah keselamatan, meliputi penyucian dan kekekalan, dan dibuat dalam kerangka yang bertalian dengan konsepsi filsafat, mitologi, atau astrologi yang kontemporer; Unsur-unsur yang berbeda itu berlaku dalam sistem-sistem yang berbeda. Dalam hal ini pemisahal Allah mutlak dari zat (menurut dogma Yunani, zat mempunyai pembawaan anasir jahat) diterima, dan drama penyelamatan diperankan oleh banyak makhluk perantara.

Jiwa dari manusia yang dapat diselamatkan adalah suatu percikan dari keilahian yang terkurung dalam tubuh; penyelamatan berarti kelepasan jiwa dari kecemaran badaniah, dan penyerapannya ke dalam Sumbernya.

Hampir setiap doktrin utama Kristen menentang pemikiran seperti itu. Pandangan mitologis tentang penyelamatan tidak mempunyai kaitan hubungan dengan PL (yang ditolak atau diabaikan), dan mengurangi pengertian dari fakta-fakta historis tentang jabatan pelayanan, kematian dan kebangkitan Tuhan Yesus Kristus. Dan pandangan tentang Allah dan manusia yang dinyatakan Gnostik sering menuntun pada penyangkalan terhadap kenyataan penderitaan kristus, dan kadang-kadang juga terhadap inkarnasi. Penciptaan adalah sesuatu yang kebetulan, suatu kesalahan, bahkan suatu tindakan kedengkian dari sesuatu yang anti-allah.

Kebangkitan dan pengadilan diartikan kembali untuk memperhalus 'kekasaran' mereka. Dosa menjadi suatu pencemaran yang dapat ditanggalkan; Gereja diganti dengan suatu perkumpulan orang-orang yang memiliki kelimpahan intelektual dan spiritual khusus (illuminati) yang memiliki rahasia-rahasia yang tersembunyi dari orang-orang yang belum 'diterangi' yang menyatakan mengakui Penyelamat yang sama. Etika dipusatkan pada ihwal mempertahankan kesucian atau kemurnian; hal itu sering berarti penolakan nafsu seksual dan keinginan-keinginan badaniah lainnya, tetapi sering juga berarti (atas alasan yang sama) kegemaran yang tidak terkendalikan.



II. PERKEMBANGANNYA


Sinkretisme dan penyesuaian diri adalah ini Gnostik. Utang – sangat tidak langsung – kepada filsafat Yunani adalah nyata, namun Gnostik adalah lebih daripada ’pen-yunani-an (helenisasi) penuh dari Kekristenan’. Sebelum kedatangan Kristus, kebatinan dari Timur, asketisme, dan astrologi telah masuk ke dalam dunia Yunani-Romawi yang dirasuki oleh ketakutan terhadap kematian. Dan pada waktu itu terjadilah 'Kegagalan Semangat' ('The failure of nerve', Reff : Gilbert Murray, Five Stages of Greek Raligion, c. 4) .

Rasionalisme yang begitu berani menyerah pada usaha mencari keselamatan. Bentuk-bentuk pemikiran yang memberi ciri kepada banyak bidat Kristen dapat dilihat dalam beberapa agama Yunani (helenistik) sebelum Kristen.

Dikemukakanbahwa pemikiran keagamaan Gnostik timbul dan dipengaruhi oleh unsur-unsur Yunani dan Timur, sebagai perangsang atau pemancar, dari diaspora (penyebaran Yudaisme). Dukungan terhadap gagasan ini telah diambil dari dokumen-dokumen Chenoboskion. Walaupun hal ini tidak pasti, namun perlu diperhatikan bahwa bagian terbesar ajaran-ajaran berbentuk Gnostik yang disebut dalam PB (lihat dibawah ini) mempunyai unsur-unsur Yudaisme, bahwa jemaat-jemaat Kristen purba seringkali adalah orang-orang yang mewarisi rumah ibadah (sinagoge) Penyebaran, dan bahwa para Bapa Gereja melihat bidat-bidat itu hampir sebagai turunan dari Simon Magus.

Ada pula ahli yang memandang Kekristenan sebagai sudah menafsirkan kembali suatu bualan Penyelamatan Gnostik (misalnya R Bultmann, dalam bukunya : Primitive Christianity in its Contemporary Setting, p 167 ), tapi belum diperlihatkan bualan sedemikian itu adalah bagian yang integral dari pemandangan Gnostik sebelum Kristus; juga dokumen Mandean (anggota sekte Gnostik purba) atau sekte-sekte ’babtis’ Palestina yang primitif, karena mereka telah memperoleh pengaruh-pengaruh kemudian yang lebih kuat.



III. GNOSTIK DALAM PERJANJIAN BARU (PB)


"Bidat Kolose" menggabungkan spekulasi-spekulasi filosofis, kuasa perbintangan, ketakutan pada malaikat-malaikat perantara, tabu terhadap makanan, dan praktik-praktik bertapa, dengan unsur-unsur yang dipinjam dari Yudaisme (Kolose 2:8-23). Surat-surat penggembalaan mencela pengajaran yang dicampurkan dengan mitologi dan silsilah ,1 Timotius 4:3 dab ; ’Dongeng-dongeng Yahudi’ Titus 1:14; Spiritualisasi dari kebangkitan, 2 Timotius 2:18; dan disertai dengan moral yang rusak, 2 Timotius 3:5-; 7.Semuanya apa yang disebut pengetahuan (Gnosis) dalam 1 Timotius 6:20.

Bidat yang berbahaya yang ditentang dalam surat-surat Yohanes ( 1 Yohanes 4:3; 2 Yohanes 1:7), mengenai guru-guru palsu di Asia, ungkapan yang berbunyi Gnostik 'seluk beluk Iblis' digunakan dalam Wahyu 2:24.

Beberapa diantara ciri kehidupan gereja di Korintus yang kurang memuaskan, memantulkan istilah-istilah dan gagasan yang lain mempersoalkan pernikahan (1 Korintus 6:13 dst sampai pasal 7) dan menyangkal kenyataan kebangkitan ( 1 Korintus 15:12).

Hal hal ini hanyalah berupa gejala-gejala; tidak merupakan suatu sistem; tapi memperlihatkan sarata tempat sistem-sistem Gnostik bertumbuh subur. Dan Paulus dalam menjawab mereka memakai perbendaharaan kata yang digunakan dalam Gnostik dan 'membersihkan'-nya ( 1 Korintus 2:6 dst); Demikian juga Paulus merombak gagasan Gnostik tentang suatu pleroma (penuh/kepenuhan) makhluk-makhluk perantara dengan menyatakan bahwa seluruh pleroma adalah dalam Kristus (Kolose 1:19).

Hal memakai istilah-istilah keagamaan saman itu, yanga dalah khas dalam PB, terkait dengan mereka yang mengertinya tanpa menyerahkan sesuatu apapun kepada pemikiran yang non-alkitabiah. Kerangka pemikiran PB nbaik tentang hal pemilihan, atau pengetahuan tentang Allah, atau tentang Firman, atau tentang penyelamat – diberikan oleh pernyataan PL, darimana istilah-istilah itu berasal.

Gnostik dengan unsur-unsur Yunani, unsur-unsur Timur, dan unsur-unsur Yahudi, apakah itu dilihat sebagai agama dunia ataupun hanya kecenderungan terhadapnya, adalah tetap agama kafir. Ia melekat bagaikan parasit terhadap kekristenan, dan mengambil bentuk-bentuk tertentu dengan menyedot makanan daripadanya. Ia ingin mencapai sasaran Kristen dengan cara kafir. Dan pada akhirnya Kekristenan harus memilih antara Injil atau terpengaruh Gnosis dan menjadi Gnostik.



Kepustakaan,

W Foerster, Gnosis, a selection of Genostic TextI, Patristis Evidence, 1972; II, Coptic and Mandaic Source, 1974.
JM Robinson, The Nag Hammadi Library in English, 1977
DM Scholer, Nag Hammady Bibliography, 1971, etc.
Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, Jilid I, p. 333-335.

KALAU YESUS ADALAH ALLAH, BAGAIMANA DIA BERDOA KEPADA ALLAH DAN APAKAH YESUS BERDOA KEPADA DIRINYA SENDIRI ?

  KALAU YESUS ADALAH ALLAH, BAGAIMANA DIA BERDOA KEPADA ALLAH DAN APAKAH YESUS BERDOA KEPADA DIRINYA SENDIRI ? Ev. Matius Sobolim, M. Th. ...