Jumat, 14 Juni 2013

MAKNA KEMATIAN DAN KEBANGKITAN YESUS KRISTUS BAGI GEREJA

MAKNA KEMATIAN DAN KEBANGKITAN YESUS KRISTUS BAGI GEREJA

oleh 
matius sobolim, S. Th. 



Matius menekankan bahwa segenap kehidupan Yesus harus dilihat sebagai pemenuhan nubuat kenabian Perjanjian Lama. Dalam kaitan dengan ini, penekanan akan pentingnya pemberlakuan Taurat dalam pemaknaan yang terbaru sangat kentara (Mat 5:17, 20). Sejalan dengan Markus, penginjil Matius melihat kematian Yesus sebagai kematian hamba Allah yang menderita dengan tambahan penekanan “yang dilakukan untuk orang lain” (Mat 20:28; 26:26-29) tanpa menafikan peringatan-Nya akan penghakiman Allah yang adil pada saat-Nya. Kematian Yesus menjadi kejadian dramatis yang berkarakterkan “keteladanan”. Siapa yang memilih untuk mengikuti jalan Yesus akan menghadapi siksa dan penderitaan. Yesus membawa keluar seseorang dari ikatan dosa dengan menunjukkan kepada mereka jalan yang diwarnai oleh pemberlakuan kebenaran yang mengandung resiko (Mat 5:20) dan kasih kepada sesama yang beda dari biasanya (Mat 5:48).[1]

Lukas mengungkapkan pemaknaan kematian Kristus dalam kisah perjamuan malam terakhir (Luk 22:14-23). Maknanya dapat disejajarkan dengan yang ada pada Maitus dan Lukas, yaitu bahwa kematian-Nya merupakan penderitaan “yang dilakukan untuk yang lain”. Penyelamatan Yesus dalam terang berita Injil Lukas terlihat pada saat Yesus tampil sebagai “pelayan”, yang memberikan kepada yang miskin perspektif baru dan kepada yang kaya bagaimana mereka harus hidup (Luk 22:26). Saat ini diberlakukan dengan ketulusan, tatanan sosial kemasyarakatan akan tampil beda (Luk 17:7-10).[2]

Teologi penginjil Yohanes dikenal dengan “Kristologi dari atas”, di mana penekanannya bukan kepada manusia Yesus dari Nazaret tetapi pada Anak Allah yang pra-eksisten, datang dari Sorga turun ke Bumi. Dalam keutuhan kekaryaan Allah dan Yesus, Bapa dan Anak, terkandung maksud penyelamatan-Nya bagi dunia (Yoh 3:16-21). Bagi Yohanes salib Yesus menjadi maha karya Allah yang menyelamatkan yang telah dimulai semenjak inkarnasi-Nya di dunia (Yoh 12:23, 19:30).[3]
Surat Kolose, mengangkat pemaknaan kematian Yesus melalui sebuah himne dalam Kolose 1:18-20. Mengingat konteksnya, penulis surat ini hidup dalam kekristenan yang kental dengan tradisi Yahudi Helenis dalam bayang-bayang teologi yang sudah digagas Paulus. Ia menghayati Kristus tampil sebagai kolabolator antara pencipta dan ciptaan yang hadir menwujudkan pendamaian melalui salib. Bagian yang serupa juga muncul dalam Efesus 1:7, 2:13). Darah salib Kristus mewujudkan pendamaian bukan saja antara Allah dan manusia tetapi juga antara sesama manusia, khususnya orang Yahudi dan bukan Yahudi, antara yang bersunat dan tak bersunat (Ef 2:14-16 perhatikan juga 1 Tim 2:3-5).[4]

Penulis Surat Ibrani mengungkapkan pemaknaan terhadap kematian Yesus dalam beberapa bagian suratnya. Solidaritas adalah kata kunci di dalam pemkanaannya akan kematian Yesus (Ibr 2:14-18, 4:15, 5:7-8). Penggunaan metafora Perjanjian Lama yang dikembangkan dalam terang iman kepada pendamaian yang dilakukan oleh karena kematian Yesus juga menjadi ciri khas pemaparannya. Sebagai Imam besar, Yesus bukan saja menjadi pengantara umat, tetapi terlibat langsung untuk memberikan yang baik kepada umat dalam penyerahan diri-Nya sebagai korban (Ibr 7:27).
Dari paparan singkat ini setidaknya kita dapat melihat bahwa para penulis PB merancangbangun refleksi dan teologi yang sangat beragam dan bahkan kadang terlihat terpecah-pecah, jauh dari sistemasi yang rapi dalam memaknakan kematian dan kebangkitan Yesus. Tetapi dalam keberagaman itu mereka sepertinya sepakat, bahwa kematian Yesus memberikan dampak bagi kehidupan manusia yang berdosa, sehingga pada akhirnya mereka memiliki cara pandang yang baru dalam menjalani hidup karena kasih setia Allah yang berlimpah melalui karya Kristus yang utuh meliputi kelahiran, karya penginjilan nilai-nilai Kerajaan Allah, kematian, kebangkitan dan kenaikan-Nya.

2.    TUJUAN KEMATIAN TUHAN YESUS
Pertama, terdapat ayat-ayat Alkitab yang menunjukkan apa yang Allah ingin kerjakan melalui kematian Kristus. Saya telah memilih delapan ayat untuk kita amati walaupun masih banyak ayat lain yang dapat kita lihat. Hasil wawancara dengan mejelis Gereja Injili Di Indonesia GIDI, Yotinus Kobak. 
*      Lukas 19:10. "Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang." Jelaslah bahwa Allah sungguh-sungguh bermaksud menyelamatkan yang terhilang melalui kematian Kristus.
*      Matius 1:21. "... engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka." Segala hal yang perlu dilakukan untuk secara aktual menyelamatkan orang-orang berdosa akan dilakukan oleh Yesus Kristus.

*      1 Timotius 1:15. "Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa." Ayat ini tidak mengijinkan kita untuk beranggapan bahwa Kristus datang semata-mata untuk membuat keselamatan orang-orang berdosa dimungkinkan; ayat tersebut menegaskan bahwa Ia datang untuk secara aktual menyelamatkan mereka.
*      Ibrani 2:14, 15. "... supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; dan supaya dengan jelan demikian Ia membebaskan mereka ... yang ... berada dalam perhambaan ..." Apa lagi yang dapat lebih jelas dari ayat ini? Kristus datang untuk secara aktual membebaskan orang-orang berdosa.
*      Efesus 5:25-27. "Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya [jemaat] untuk menguduskannya ... supaya dengan demikian Ia menempatkan jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang ... kudus dan tidak bercela." Saya tidak dapat mengatakan yang lebih jelas daripada yang telah dikerjakan Roh Kudus dalam ayat ayat tersebut; Kristus mati untuk menyucikan, menguduskan dan memuliakan gereja.
*      Yohanes 17:19. " ... Aku menguduskan diri-Ku bagi mereka, supaya merekapun dikuduskan dalam kebenaran." Tentu saja kita harus mendengar sang Penebus sendiri menyatakan maksud kematian-Nya? Ia mati agar sebagian manusia (bukan seluruh manusia, karena Ia tidak berdoa bagi seluruh manusia - ayat 9) benar-benar dikuduskan.
*      Galatia 1:4. " ... yang telah menyerahkan diri-Nya karena dosa-dosa kita, untuk melepaskan kita ..." Sekali lagi, ayat ini menyatakan maksud kematian Kristus, yaitu untuk secara aktual membebaskan kita.
*      2Korintus 5:21. "Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah." Demikianlah kita menjadi tahu bahwa Kristus datang supaya orang- orang berdosa menjadi orang benar.
            Dari semua ayat-ayat tersebut, jelaslah bahwa kematian Kristus dimaksudkan untuk menyelamatkan, membebaskan, menguduskan dan membenarkan semua yang untuknya Ia mati. Saya bertanya, apakah dengan demikian semua manusia akan diselamatkan, dibebaskan, dikuduskan dan dibenarkan? Ataukan Kristus telah gagal mencapai maksud-Nya? Karena itu, baiklah kita bertanya kepada diri kita sendiri, apakah Kristus mati untuk semua manusia, atau hanya untuk mereka yang secara aktual diselamatkan dan dibenarkan!
Kedua, terdapat ayat-ayat Alkitab yang berbicara bukan hanya mengenai apa maksud kematian Kristus, tetapi juga mengenai apa yang secara aktual telah dicapai oleh kematian tersebut. Saya telah memilih enam perikop:
v  Ibrani 9:12, 14. "dengan membawa darah-Nya sendiri ... Ia telah mendapat kelepasan yang kekal ... dan ... menyucikan hati nurani kita dari perbuatan yang sia-sia." Di sini disebutkan dua akibat langsung dari kematian Kristus - kelepasan yang kekal dan hati nurani yang disucikan. Barangsiapa memiliki hal-hal yang tersebut adalah salah seorang dari mereka yang untuknya Kristus mati.
v  Ibrani 1:3. "Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Maha-besar, di tempat yang tinggi." Jadi ada penyucian rohani bagi mereka yang untuknya Kristus mati.
v  1Petrus 2:24. "Ia sendiri telah memikul dosa kita." Di sini kita mendapatkan pernyataan mengenai apa yang dilakukan Kristus - Ia memikul dosa kita di atas kayu salib.
v  Kolose 1:21,22. "Juga kamu ... sekarang diperdamaikan-Nya ..." Suatu keadaan damai secara aktual telah tercapai antara mereka yang untuknya Ia telah mati dengan Allah Bapa.
v  Wahyu 5:9-10. "Engkau telah disembelih dan dengan darah-Mu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa. Dan Engkau telah membuat mereka menjadi suatu kerajaan, dan menjadi imam-imam ..." Jelas ayat-ayat ini berbicara mengenai apa yang terjadi kepada mereka yang untuknya Kristus mati, bukan mengenai semua manusia.
v  Yohanes 10:28. "Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka ..." Kristus sendiri menjelaskan bahwa hidup diberikan kepada domba- domba-Nya (ayat 27). Kehidupan rohani yang dinikmati orang-orang percaya didapati mereka melalui kematian Kristus.
Dari keenam ayat-ayat ini (dan masih banyak lagi yang digunakan), kita dapat mengatakan bahwa jika kematian Kristus secara aktual membawa pembebasan, pembersihan, penyucian, penghapusan dosa, perdamaian, hidup kekal dan kewarganegaraan surgawi, maka Ia pasti telah mati hanya untuk mereka yang benar-benar mendapatkan hal-hal tersebut. Jelas, bahwa tidak semua orang memperoleh semua anugerah tersebut! Oleh karena itu tidak mungkin kematian Kristus bertujuan untuk keselamatan seluruh manusia.
Ketiga, ayat-ayat Alkitab yang menjelaskan mengenai orang-orang yang untuknya Kristus mati, dimana mereka sering disebut "banyak" - contohnya:Yesaya 53:11; Markus 10:45; Ibrani 2:10. Tetapi kata-kata "banyak" ini di banyak ayat Alkitab juga disebut sebagai:
Domba-domba Kristus
Anak-anak Allah
Anak-anak yang telah diberikan Allah kepada Kristus
Umat pilihan
Umat yang dipilih Allah
Jemaat Allah
Mereka yang dosanya ditanggung-Nya

Yohanes 10:15
Yohanes 11:52
Yohanes 17:9; Ibrani 2:13
Roma 8:33
Roma 11:2
Kisah 20:28
Ibrani 9:28






            Sebutan-sebutan semacam itu tentu saja tidak ditujukan pada semua manusia. Jadi anda lihat bahwa tujuan kematian Kristus seperti yang tertuang dalam Alkitab, tidak dimaksudkan bagi keselamatan setiap manusia. Ungkap Yotinus Kobak.

3.    Apakah tujuan gereja
Kisah 2:42 boleh diambil sebagai kenyataan untuk tujuan gereja: “Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.” Menurut ayat ini, tujuan dan kegiatan-kegiatan gereja seharusnya 1) mengajar pengajaran Alkitabiah, 2) menyediakan tempat ibadah kepada orang-orang percaya, 3) menjalankan Perjamuan Tuhan, dan 4) berdoa.

            Gereja perlu mengajar pengajaran Alkitabiah supaya kita boleh mendapatkan pendasaran di dalam iman kita. Efesus 4:14 berkata, “sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan.” Gereja adalah tempat bersekutu, di mana orang-orang Kristian dapat berlaku setia dan saling hormat menghormati di antara satu dengan yang lain (Roma 12:10), mengajar satu dengan yang lain (Roma 15:14), berbuat baik dan bermurah hati satu dengan yang lain (Efesus 4:32), menggalak satu dengan yang lain (1 Tesalonika 5:11), dan yang paling penting mengasihi satu dengan yang lain (1 Yohanes 3:11).

            Gereja adalah tempat di mana orang-orang percaya dapat mengambil bahagian dalam Perjamuan Tuhan, mengingati kematian Kristus dan darah-Nya yang telah dicurahkan-Nya untuk kita. Konsep “memecahkan roti” (Kisah 2:42) bercakap tentang masa makan bersama. Ini lagi satu contoh di mana gereja menggalakkan persekutuan. Tujuan terakhir gereja menurut Kisah 2:42 adalah berdoa. Gereja adalah tempat yang mempromosi, mengajar dan mengamalkan doa. Filipi 4:6-7 mendorong kita, “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.”

            Satu lagi amanat yang telah diberikan kepada gereja adalah memberitakan Injil keselamatan melalui Yesus Kristus. (Matius 28:18-20; Kisah 1:8) Gereja dipanggil untuk setia mengongsikan Injil melalui perkataan dan perbuatan. Gereja perlu menjadi “rumah api” kepada masyarakat, iaitu menunjukkan arah kepada Tuhan dan Penyelamat kita Yesus Kristus. Gereja mempromosi dan menyediakan anggota-anggotanya untuk memberitakan Injil (1 Petrus 3:15).

            Beberapa tujuan akhir gereja diberikan dalam Yakobus 1:27: “Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia..” Gereja melayani orang-orang yang dalam keperluan. Ini bukan hanya mengongsikan Injil tetapi juga memberikan keperluan-keperluan fisikal (makanan, pakaian dan tempat berteduh) menurut keperluan dan kesesuaian. Gereja juga perlu melengkapi orang-orang percaya dalam Kristus untuk dapat mengalahkan dosa dan bebas daripada kenajisan dunia ini. Ini dilakukan dengan pengajaran Alkitabiah dan persekutuan Kristian.

            Jadi, apakah tujuan gereja? Paulus memberikan contoh yang sangat baik kepada gereja di Korintus. Gereja merupakan tangan, mulut, dan kaki Tuhan dalam dunia ini – gereja adalah tubuh Kristus (1 Korintus 12;12-27). Kita perlu melakukan apa yang Yesus Kristus lakukan sekiranya secara fisikal Yesus masih ada di atas muka bumi ini. Gereja itu adalah “Kristian”, “seperti Kristus” dan “mentaati Kristus.”

4.    MANFAAT KEMATIAN YESUS BAGI GEREJA
            Bagaimana caranya agar kita dibebaskan dari kematian rohani? Bagi yang bukan Kristen, saya akan menguraikan dengan singkat tentang bagaimana Kitab Suci mengajarkan bahwa kita dibebaskan dari kuasa kematian rohani. Caranya adalah dengan membuat keputusan untuk mati bersama dengan Kristus. Jadi bukan hanya Kristus yang mati bagi kita, tetapi kita juga harus mati bagi dia. Dan ini berarti bahwa orang Kristen sudah mengalami dengan sesungguhnya seperti apa mati di dalam hidup ini. Jika Anda masih belum mengalami kematian itu, saya ragu apakah Anda tahu apa artinya menjadi orang Kristen. Mungkin penjelasan mengapa begitu banyak orang Kristen yang kalah dalam peperangan melawan dosa di dalam hidup ini adalah karena mereka belum benar-benar melewati pengalaman mati yang mendalam, atau, yang disebut oleh beberapa orang dengan istilah 'mati sepenuhnya (dying out)'; yaitu benar-benar mati terhadap cara hidup yang lama di dalam diri kita. Kita masih membawa cara hidup lama kita yang penuh dengan dosa, dan kita melangkah masuk ke dalam kehidupan Kristen yang baru tanpa menanggalkan manusia lama kita.
            Hidup  ini kita baptiskan bersama dan kita hanya mengalami perubahan di luarnya saja. Jika Anda pelajari Matius pasal 23, Anda akan melihat bahayanya melakukan hal ini. Tidak ada perubahan yang terjadi di dalam, tapi hanya bagian luar yang dibersihkan oleh baptisan. Kita harus memahami apa makna mati bagi dosa. Kita perlu mengalami apa artinya sudah mati dan telah putus hubungan dengan dosa.
Namun kekristenan kita sekarang ini sangatlah dangkal. Tahukah Anda bagaimana rasanya mati secara batiniah? Mengalami perasaan hancur lebur karena dosa? Merasa hina dan sakit karena dosa, sehingga pada tingkatan tertentu, Anda memahami seperti apa rasanya sekarat? Seringkali hal-hal ini tidak diajarkan sekarang. Kita mengira bahwa menjadi orang Kristen itu hanya sekadar datang, tersenyum di saat baptisan, dan berkata, "Aku mengakui dosa-dosaku". Lalu, Anda dibenamkan ke air, dan saat keluar Anda telah menjadi Kristen. Namun Anda tidak mengalami suatu kematian di dalam batin Anda yang membuat Anda mampu berkata, "Aku telah berpisah dari dosa, sekali untuk selamanya. Aku sudah muak dengan cara hidupku yang lama -  dengan kenikmatan dosa, dengan tipu dayanya, dengan belenggunya pada kecintaan akan uang, dengan segala hasratnya pada segala perkara duniawi -  aku telah berhenti dari semua itu."

Bukan berarti bahwa sekali Anda mengalami kematian itu maka itu sudah selesai. Kita akan terus menjalani peperangan melawan dosa di sepanjang kehidupan Kristen kita. Dan kekuatan kehidupan Kristen Anda akan bergantung kepada kedalaman pengalaman kematian di dalam diri Anda. Apakah artinya kebangkitan tanpa adanya kematian? Bagaimana mungkin Anda bisa bangkit menuju hidup yang baru jika sama sekali tidak mempunyai pengalaman akan kematian itu? Kematian Kristus harus menjadi realitas di dalam diri kita saat kita bergabung dengan dia di dalam kematian terhadap dosa, supaya kita bisa bangkit bersama-sama dengan dia. Itulah arti dari baptisan. Kematian ini adalah pengalaman rohani atau peristiwa di dalam batin, dan saya tidak takut berbicara tentang pengalaman rohani.

Tentu saja, ada sebagian orang yang ingin menyingkirkan pengalaman rohani sebagai suatu kenyataan. Mereka tampaknya begitu takut dengan kata 'pengalaman', saya sendiri sama sekali tidak takut. Karena memang sangatlah penting bagi kita untuk memiliki pengalaman rohani agar bisa memiliki landasan kokoh yang bisa diandalkan dalam hidup kita, karena pengalaman itu menegaskan kepada kita tentang realitas dari Firman Allah. Bagaimana Anda bisa tahu bahwa Firman Allah itu nyata sebelum Anda mengalami sendiri realitasnya?




[1] Simeria Yahuliy, Melalui Wawancara, pada sore hari jam 3. 00- jam 4. 45, menjelaskan berdasarkan menurut fersi kitab injil. Matius melihat kematian Yesus sebagai kematian hamba Allah yang menderita.
[2] Lukas melihat penderitaan Yesus sebagai “pelayan”, yang memberikan kepada yang miskin perspektif baru dan kepada yang kaya bagaimana mereka harus hidup. Ungkap Simeria Yahuly, di Gereja Injili di Indonesia GIDI Wamena. 
[3]Bagi Yohanes salib Yesus menjadi maha karya Allah yang menyelamatkan yang telah dimulai semenjak inkarnasi-Nya di dunia. Ungkap Semi Yahuly.
[4] Ibid. Darah salib Kristus mewujudkan pendamaian bukan saja antara Allah dan manusia tetapi juga antara sesama manusia, khususnya orang Yahudi dan bukan Yahudi, antara yang bersunat dan tak bersunat.