MAKNA KEMATIAN DAN KEBANGKITAN YESUS
KRISTUS BAGI GEREJA
oleh
matius sobolim, S. Th.
Matius menekankan bahwa segenap kehidupan Yesus harus
dilihat sebagai pemenuhan nubuat kenabian Perjanjian Lama. Dalam kaitan dengan
ini, penekanan akan pentingnya pemberlakuan Taurat dalam pemaknaan yang terbaru
sangat kentara (Mat 5:17, 20). Sejalan dengan Markus, penginjil Matius melihat
kematian Yesus sebagai kematian hamba Allah yang menderita dengan tambahan
penekanan “yang dilakukan untuk orang lain” (Mat 20:28; 26:26-29) tanpa
menafikan peringatan-Nya akan penghakiman Allah yang adil pada saat-Nya.
Kematian Yesus menjadi kejadian dramatis yang berkarakterkan “keteladanan”.
Siapa yang memilih untuk mengikuti jalan Yesus akan menghadapi siksa dan
penderitaan. Yesus membawa keluar seseorang dari ikatan dosa dengan menunjukkan
kepada mereka jalan yang diwarnai oleh pemberlakuan kebenaran yang mengandung
resiko (Mat 5:20) dan kasih kepada sesama yang beda dari biasanya (Mat 5:48).[1]
Lukas mengungkapkan pemaknaan kematian Kristus dalam
kisah perjamuan malam terakhir (Luk 22:14-23). Maknanya dapat disejajarkan
dengan yang ada pada Maitus dan Lukas, yaitu bahwa kematian-Nya merupakan
penderitaan “yang dilakukan untuk yang lain”. Penyelamatan Yesus dalam terang
berita Injil Lukas terlihat pada saat Yesus tampil sebagai “pelayan”, yang
memberikan kepada yang miskin perspektif baru dan kepada yang kaya bagaimana
mereka harus hidup (Luk 22:26). Saat ini diberlakukan dengan ketulusan, tatanan
sosial kemasyarakatan akan tampil beda (Luk 17:7-10).[2]
Teologi penginjil Yohanes dikenal dengan “Kristologi dari
atas”, di mana penekanannya bukan kepada manusia Yesus dari Nazaret tetapi pada
Anak Allah yang pra-eksisten, datang dari Sorga turun ke Bumi. Dalam keutuhan
kekaryaan Allah dan Yesus, Bapa dan Anak, terkandung maksud penyelamatan-Nya
bagi dunia (Yoh 3:16-21). Bagi Yohanes salib Yesus menjadi maha karya Allah
yang menyelamatkan yang telah dimulai semenjak inkarnasi-Nya di dunia (Yoh
12:23, 19:30).[3]
Surat Kolose, mengangkat pemaknaan kematian Yesus melalui
sebuah himne dalam Kolose 1:18-20. Mengingat konteksnya, penulis surat ini
hidup dalam kekristenan yang kental dengan tradisi Yahudi Helenis dalam
bayang-bayang teologi yang sudah digagas Paulus. Ia menghayati Kristus tampil
sebagai kolabolator antara pencipta dan ciptaan yang hadir menwujudkan
pendamaian melalui salib. Bagian yang serupa juga muncul dalam Efesus 1:7,
2:13). Darah salib Kristus mewujudkan pendamaian bukan saja antara Allah dan
manusia tetapi juga antara sesama manusia, khususnya orang Yahudi dan bukan
Yahudi, antara yang bersunat dan tak bersunat (Ef 2:14-16 perhatikan juga 1 Tim
2:3-5).[4]
Penulis Surat Ibrani mengungkapkan pemaknaan terhadap
kematian Yesus dalam beberapa bagian suratnya. Solidaritas adalah kata kunci di
dalam pemkanaannya akan kematian Yesus (Ibr 2:14-18, 4:15, 5:7-8). Penggunaan
metafora Perjanjian Lama yang dikembangkan dalam terang iman kepada pendamaian
yang dilakukan oleh karena kematian Yesus juga menjadi ciri khas pemaparannya.
Sebagai Imam besar, Yesus bukan saja menjadi pengantara umat, tetapi terlibat
langsung untuk memberikan yang baik kepada umat dalam penyerahan diri-Nya
sebagai korban (Ibr 7:27).
Dari paparan singkat ini setidaknya kita dapat melihat
bahwa para penulis PB merancangbangun refleksi dan teologi yang sangat beragam
dan bahkan kadang terlihat terpecah-pecah, jauh dari sistemasi yang rapi dalam
memaknakan kematian dan kebangkitan Yesus. Tetapi dalam keberagaman itu mereka
sepertinya sepakat, bahwa kematian Yesus memberikan dampak bagi kehidupan
manusia yang berdosa, sehingga pada akhirnya mereka memiliki cara pandang yang
baru dalam menjalani hidup karena kasih setia Allah yang berlimpah melalui
karya Kristus yang utuh meliputi kelahiran, karya penginjilan nilai-nilai
Kerajaan Allah, kematian, kebangkitan dan kenaikan-Nya.
2. TUJUAN KEMATIAN TUHAN YESUS
Pertama, terdapat ayat-ayat Alkitab yang
menunjukkan apa yang Allah ingin kerjakan melalui kematian Kristus. Saya telah
memilih delapan ayat untuk kita amati walaupun masih banyak ayat lain yang
dapat kita lihat. Hasil wawancara dengan mejelis Gereja Injili Di Indonesia
GIDI, Yotinus Kobak.
Lukas
19:10. "Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang
hilang." Jelaslah bahwa Allah sungguh-sungguh bermaksud menyelamatkan yang
terhilang melalui kematian Kristus.
Matius
1:21. "... engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan
menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka." Segala hal yang perlu dilakukan
untuk secara aktual menyelamatkan orang-orang berdosa akan dilakukan oleh Yesus
Kristus.
1
Timotius 1:15. "Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang
berdosa." Ayat ini tidak mengijinkan kita untuk beranggapan bahwa Kristus
datang semata-mata untuk membuat keselamatan orang-orang berdosa dimungkinkan;
ayat tersebut menegaskan bahwa Ia datang untuk secara aktual menyelamatkan
mereka.
Ibrani
2:14, 15. "... supaya oleh kematian-Nya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis,
yang berkuasa atas maut; dan supaya dengan jelan demikian Ia membebaskan mereka
... yang ... berada dalam perhambaan ..." Apa lagi yang dapat lebih jelas
dari ayat ini? Kristus datang untuk secara aktual membebaskan orang-orang
berdosa.
Efesus
5:25-27. "Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya
baginya [jemaat] untuk menguduskannya ... supaya dengan demikian Ia menempatkan
jemaat di hadapan diri-Nya dengan cemerlang ... kudus dan tidak bercela."
Saya tidak dapat mengatakan yang lebih jelas daripada yang telah dikerjakan Roh
Kudus dalam ayat ayat tersebut; Kristus mati untuk menyucikan, menguduskan dan
memuliakan gereja.
Yohanes
17:19. " ... Aku menguduskan diri-Ku bagi mereka, supaya merekapun
dikuduskan dalam kebenaran." Tentu saja kita harus mendengar sang Penebus
sendiri menyatakan maksud kematian-Nya? Ia mati agar sebagian manusia (bukan
seluruh manusia, karena Ia tidak berdoa bagi seluruh manusia - ayat 9)
benar-benar dikuduskan.
Galatia
1:4. " ... yang telah menyerahkan diri-Nya karena dosa-dosa kita, untuk
melepaskan kita ..." Sekali lagi, ayat ini menyatakan maksud kematian
Kristus, yaitu untuk secara aktual membebaskan kita.
2Korintus
5:21. "Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya menjadi dosa karena
kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah." Demikianlah kita
menjadi tahu bahwa Kristus datang supaya orang- orang berdosa menjadi orang
benar.
Dari
semua ayat-ayat tersebut, jelaslah bahwa kematian Kristus dimaksudkan untuk
menyelamatkan, membebaskan, menguduskan dan membenarkan semua yang untuknya Ia
mati. Saya bertanya, apakah dengan demikian semua manusia akan diselamatkan,
dibebaskan, dikuduskan dan dibenarkan? Ataukan Kristus telah gagal mencapai
maksud-Nya? Karena itu, baiklah kita bertanya kepada diri kita sendiri, apakah
Kristus mati untuk semua manusia, atau hanya untuk mereka yang secara aktual
diselamatkan dan dibenarkan!
Kedua, terdapat ayat-ayat Alkitab yang
berbicara bukan hanya mengenai apa maksud kematian Kristus, tetapi juga
mengenai apa yang secara aktual telah dicapai oleh kematian tersebut. Saya
telah memilih enam perikop:
v
Ibrani
9:12, 14. "dengan membawa darah-Nya sendiri ... Ia telah mendapat
kelepasan yang kekal ... dan ... menyucikan hati nurani kita dari perbuatan
yang sia-sia." Di sini disebutkan dua akibat langsung dari kematian
Kristus - kelepasan yang kekal dan hati nurani yang disucikan. Barangsiapa
memiliki hal-hal yang tersebut adalah salah seorang dari mereka yang untuknya
Kristus mati.
v
Ibrani
1:3. "Dan setelah Ia selesai mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di
sebelah kanan Yang Maha-besar, di tempat yang tinggi." Jadi ada penyucian
rohani bagi mereka yang untuknya Kristus mati.
v
1Petrus
2:24. "Ia sendiri telah memikul dosa kita." Di sini kita mendapatkan
pernyataan mengenai apa yang dilakukan Kristus - Ia memikul dosa kita di atas
kayu salib.
v
Kolose
1:21,22. "Juga kamu ... sekarang diperdamaikan-Nya ..." Suatu keadaan
damai secara aktual telah tercapai antara mereka yang untuknya Ia telah mati
dengan Allah Bapa.
v
Wahyu
5:9-10. "Engkau telah disembelih dan dengan darah-Mu Engkau telah membeli
mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa. Dan Engkau
telah membuat mereka menjadi suatu kerajaan, dan menjadi imam-imam ..."
Jelas ayat-ayat ini berbicara mengenai apa yang terjadi kepada mereka yang
untuknya Kristus mati, bukan mengenai semua manusia.
v
Yohanes
10:28. "Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka ..." Kristus
sendiri menjelaskan bahwa hidup diberikan kepada domba- domba-Nya (ayat 27).
Kehidupan rohani yang dinikmati orang-orang percaya didapati mereka melalui
kematian Kristus.
Dari
keenam ayat-ayat ini (dan masih banyak lagi yang digunakan), kita dapat
mengatakan bahwa jika kematian Kristus secara aktual membawa pembebasan,
pembersihan, penyucian, penghapusan dosa, perdamaian, hidup kekal dan
kewarganegaraan surgawi, maka Ia pasti telah mati hanya untuk mereka yang
benar-benar mendapatkan hal-hal tersebut. Jelas, bahwa tidak semua orang
memperoleh semua anugerah tersebut! Oleh karena itu tidak mungkin kematian
Kristus bertujuan untuk keselamatan seluruh manusia.
Ketiga, ayat-ayat Alkitab yang menjelaskan
mengenai orang-orang yang untuknya Kristus mati, dimana mereka sering disebut
"banyak" - contohnya:Yesaya 53:11; Markus 10:45; Ibrani
2:10. Tetapi kata-kata "banyak" ini di banyak ayat Alkitab juga
disebut sebagai:
Domba-domba Kristus
Anak-anak Allah Anak-anak yang telah diberikan Allah kepada Kristus Umat pilihan Umat yang dipilih Allah Jemaat Allah Mereka yang dosanya ditanggung-Nya |
|
Yohanes 10:15
Yohanes 11:52 Yohanes 17:9; Ibrani 2:13 Roma 8:33 Roma 11:2 Kisah 20:28 Ibrani 9:28 |
|
|
|
|
|
|
Sebutan-sebutan
semacam itu tentu saja tidak ditujukan pada semua manusia. Jadi anda lihat
bahwa tujuan kematian Kristus seperti yang tertuang dalam Alkitab, tidak
dimaksudkan bagi keselamatan setiap manusia. Ungkap Yotinus Kobak.
3. Apakah tujuan gereja
Kisah 2:42 boleh diambil sebagai kenyataan untuk tujuan
gereja: “Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan.
Dan mereka selalu berkumpul untuk memecahkan roti dan berdoa.” Menurut ayat
ini, tujuan dan kegiatan-kegiatan gereja seharusnya 1) mengajar pengajaran
Alkitabiah, 2) menyediakan tempat ibadah kepada orang-orang percaya, 3)
menjalankan Perjamuan Tuhan, dan 4) berdoa.
Gereja perlu mengajar pengajaran Alkitabiah supaya kita boleh mendapatkan pendasaran di dalam iman kita. Efesus 4:14 berkata, “sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan.” Gereja adalah tempat bersekutu, di mana orang-orang Kristian dapat berlaku setia dan saling hormat menghormati di antara satu dengan yang lain (Roma 12:10), mengajar satu dengan yang lain (Roma 15:14), berbuat baik dan bermurah hati satu dengan yang lain (Efesus 4:32), menggalak satu dengan yang lain (1 Tesalonika 5:11), dan yang paling penting mengasihi satu dengan yang lain (1 Yohanes 3:11).
Gereja adalah tempat di mana orang-orang percaya dapat mengambil bahagian dalam Perjamuan Tuhan, mengingati kematian Kristus dan darah-Nya yang telah dicurahkan-Nya untuk kita. Konsep “memecahkan roti” (Kisah 2:42) bercakap tentang masa makan bersama. Ini lagi satu contoh di mana gereja menggalakkan persekutuan. Tujuan terakhir gereja menurut Kisah 2:42 adalah berdoa. Gereja adalah tempat yang mempromosi, mengajar dan mengamalkan doa. Filipi 4:6-7 mendorong kita, “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.”
Satu lagi amanat yang telah diberikan kepada gereja adalah memberitakan Injil keselamatan melalui Yesus Kristus. (Matius 28:18-20; Kisah 1:8) Gereja dipanggil untuk setia mengongsikan Injil melalui perkataan dan perbuatan. Gereja perlu menjadi “rumah api” kepada masyarakat, iaitu menunjukkan arah kepada Tuhan dan Penyelamat kita Yesus Kristus. Gereja mempromosi dan menyediakan anggota-anggotanya untuk memberitakan Injil (1 Petrus 3:15).
Beberapa tujuan akhir gereja diberikan dalam Yakobus 1:27: “Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia..” Gereja melayani orang-orang yang dalam keperluan. Ini bukan hanya mengongsikan Injil tetapi juga memberikan keperluan-keperluan fisikal (makanan, pakaian dan tempat berteduh) menurut keperluan dan kesesuaian. Gereja juga perlu melengkapi orang-orang percaya dalam Kristus untuk dapat mengalahkan dosa dan bebas daripada kenajisan dunia ini. Ini dilakukan dengan pengajaran Alkitabiah dan persekutuan Kristian.
Jadi, apakah tujuan gereja? Paulus memberikan contoh yang sangat baik kepada gereja di Korintus. Gereja merupakan tangan, mulut, dan kaki Tuhan dalam dunia ini – gereja adalah tubuh Kristus (1 Korintus 12;12-27). Kita perlu melakukan apa yang Yesus Kristus lakukan sekiranya secara fisikal Yesus masih ada di atas muka bumi ini. Gereja itu adalah “Kristian”, “seperti Kristus” dan “mentaati Kristus.”
Gereja perlu mengajar pengajaran Alkitabiah supaya kita boleh mendapatkan pendasaran di dalam iman kita. Efesus 4:14 berkata, “sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan.” Gereja adalah tempat bersekutu, di mana orang-orang Kristian dapat berlaku setia dan saling hormat menghormati di antara satu dengan yang lain (Roma 12:10), mengajar satu dengan yang lain (Roma 15:14), berbuat baik dan bermurah hati satu dengan yang lain (Efesus 4:32), menggalak satu dengan yang lain (1 Tesalonika 5:11), dan yang paling penting mengasihi satu dengan yang lain (1 Yohanes 3:11).
Gereja adalah tempat di mana orang-orang percaya dapat mengambil bahagian dalam Perjamuan Tuhan, mengingati kematian Kristus dan darah-Nya yang telah dicurahkan-Nya untuk kita. Konsep “memecahkan roti” (Kisah 2:42) bercakap tentang masa makan bersama. Ini lagi satu contoh di mana gereja menggalakkan persekutuan. Tujuan terakhir gereja menurut Kisah 2:42 adalah berdoa. Gereja adalah tempat yang mempromosi, mengajar dan mengamalkan doa. Filipi 4:6-7 mendorong kita, “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.”
Satu lagi amanat yang telah diberikan kepada gereja adalah memberitakan Injil keselamatan melalui Yesus Kristus. (Matius 28:18-20; Kisah 1:8) Gereja dipanggil untuk setia mengongsikan Injil melalui perkataan dan perbuatan. Gereja perlu menjadi “rumah api” kepada masyarakat, iaitu menunjukkan arah kepada Tuhan dan Penyelamat kita Yesus Kristus. Gereja mempromosi dan menyediakan anggota-anggotanya untuk memberitakan Injil (1 Petrus 3:15).
Beberapa tujuan akhir gereja diberikan dalam Yakobus 1:27: “Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka, dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia..” Gereja melayani orang-orang yang dalam keperluan. Ini bukan hanya mengongsikan Injil tetapi juga memberikan keperluan-keperluan fisikal (makanan, pakaian dan tempat berteduh) menurut keperluan dan kesesuaian. Gereja juga perlu melengkapi orang-orang percaya dalam Kristus untuk dapat mengalahkan dosa dan bebas daripada kenajisan dunia ini. Ini dilakukan dengan pengajaran Alkitabiah dan persekutuan Kristian.
Jadi, apakah tujuan gereja? Paulus memberikan contoh yang sangat baik kepada gereja di Korintus. Gereja merupakan tangan, mulut, dan kaki Tuhan dalam dunia ini – gereja adalah tubuh Kristus (1 Korintus 12;12-27). Kita perlu melakukan apa yang Yesus Kristus lakukan sekiranya secara fisikal Yesus masih ada di atas muka bumi ini. Gereja itu adalah “Kristian”, “seperti Kristus” dan “mentaati Kristus.”
4. MANFAAT KEMATIAN YESUS BAGI GEREJA
Bagaimana
caranya agar kita dibebaskan dari kematian rohani? Bagi yang bukan Kristen,
saya akan menguraikan dengan singkat tentang bagaimana Kitab Suci mengajarkan
bahwa kita dibebaskan dari kuasa kematian rohani. Caranya adalah dengan membuat
keputusan untuk mati bersama dengan Kristus. Jadi bukan hanya Kristus yang mati
bagi kita, tetapi kita juga harus mati bagi dia. Dan ini berarti bahwa orang
Kristen sudah mengalami dengan sesungguhnya seperti apa mati di dalam hidup
ini. Jika Anda masih belum mengalami kematian itu, saya ragu apakah Anda tahu
apa artinya menjadi orang Kristen. Mungkin penjelasan mengapa begitu banyak
orang Kristen yang kalah dalam peperangan melawan dosa di dalam hidup ini
adalah karena mereka belum benar-benar melewati pengalaman mati yang mendalam,
atau, yang disebut oleh beberapa orang dengan istilah 'mati sepenuhnya (dying out)'; yaitu benar-benar mati
terhadap cara hidup yang lama di dalam diri kita. Kita masih membawa cara hidup
lama kita yang penuh dengan dosa, dan kita melangkah masuk ke dalam kehidupan
Kristen yang baru tanpa menanggalkan manusia lama kita.
Hidup ini kita baptiskan bersama dan kita hanya
mengalami perubahan di luarnya saja. Jika Anda pelajari Matius pasal 23, Anda
akan melihat bahayanya melakukan hal ini. Tidak ada perubahan yang terjadi di
dalam, tapi hanya bagian luar yang dibersihkan oleh baptisan. Kita harus
memahami apa makna mati bagi dosa. Kita perlu mengalami apa artinya sudah mati
dan telah putus hubungan dengan dosa.
Namun kekristenan
kita sekarang ini sangatlah dangkal. Tahukah Anda bagaimana rasanya mati secara
batiniah? Mengalami perasaan hancur lebur karena dosa? Merasa hina dan sakit
karena dosa, sehingga pada tingkatan tertentu, Anda memahami seperti apa
rasanya sekarat? Seringkali hal-hal ini tidak diajarkan sekarang. Kita mengira
bahwa menjadi orang Kristen itu hanya sekadar datang, tersenyum di saat
baptisan, dan berkata, "Aku mengakui dosa-dosaku". Lalu, Anda
dibenamkan ke air, dan saat keluar Anda telah menjadi Kristen. Namun Anda tidak
mengalami suatu kematian di dalam batin Anda yang membuat Anda mampu berkata,
"Aku telah berpisah dari dosa, sekali untuk selamanya. Aku sudah muak
dengan cara hidupku yang lama - dengan kenikmatan dosa, dengan tipu
dayanya, dengan belenggunya pada kecintaan akan uang, dengan segala hasratnya
pada segala perkara duniawi - aku telah berhenti dari semua itu."
Bukan berarti
bahwa sekali Anda mengalami kematian itu maka itu sudah selesai. Kita akan
terus menjalani peperangan melawan dosa di sepanjang kehidupan Kristen kita.
Dan kekuatan kehidupan Kristen Anda akan bergantung kepada kedalaman pengalaman
kematian di dalam diri Anda. Apakah artinya kebangkitan tanpa adanya kematian?
Bagaimana mungkin Anda bisa bangkit menuju hidup yang baru jika sama sekali
tidak mempunyai pengalaman akan kematian itu? Kematian Kristus harus menjadi
realitas di dalam diri kita saat kita bergabung dengan dia di dalam kematian
terhadap dosa, supaya kita bisa bangkit bersama-sama dengan dia. Itulah arti
dari baptisan. Kematian ini adalah pengalaman rohani atau peristiwa di dalam
batin, dan saya tidak takut berbicara tentang pengalaman rohani.
Tentu saja, ada
sebagian orang yang ingin menyingkirkan pengalaman rohani sebagai suatu
kenyataan. Mereka tampaknya begitu takut dengan kata 'pengalaman', saya sendiri
sama sekali tidak takut. Karena memang sangatlah penting bagi kita untuk
memiliki pengalaman rohani agar bisa memiliki landasan kokoh yang bisa
diandalkan dalam hidup kita, karena pengalaman itu menegaskan kepada kita
tentang realitas dari Firman Allah. Bagaimana Anda bisa tahu bahwa Firman Allah
itu nyata sebelum Anda mengalami sendiri realitasnya?
[1] Simeria
Yahuliy, Melalui Wawancara, pada sore hari jam 3. 00- jam 4. 45, menjelaskan
berdasarkan menurut fersi kitab injil. Matius melihat kematian Yesus sebagai
kematian hamba Allah yang menderita.
[2]
Lukas melihat penderitaan Yesus sebagai “pelayan”, yang
memberikan kepada yang miskin perspektif baru dan kepada yang kaya bagaimana
mereka harus hidup. Ungkap Simeria Yahuly, di Gereja Injili di Indonesia GIDI
Wamena.
[3]Bagi
Yohanes salib Yesus menjadi maha karya Allah yang menyelamatkan yang telah
dimulai semenjak inkarnasi-Nya di dunia. Ungkap Semi Yahuly.
[4]
Ibid. Darah salib
Kristus mewujudkan pendamaian bukan saja antara Allah dan manusia tetapi juga
antara sesama manusia, khususnya orang Yahudi dan bukan Yahudi, antara yang
bersunat dan tak bersunat.