PEMIMPIN
DENGAN INTEGRITAS DAN KREDIBILITAS
Oleh
Matius
Soboliem
Ev. Matius Sobolim, S.Th |
Integritas dan kredibilitas bagaikan dua muka mata uang, berjalan beriringan, seseorang yang memiliki integritas biasanya memiliki kredibilitas. Seberapa tinggi tingkat keduanya dibuktikan dengan perjalanan waktu dan seberapa luas masyarakat, khususnya pengikutnya, menyaksikan dan memberikan opini mereka terhadapnya. Integritas dan kredibilitas berbicara tentang moral yang ada pada diri sang pemimpin yang diperoleh dari didikan orang tua, guru, dan orang-orang terdekat semasa kecil dan tumbuh dewasa dalam keteladanan yang dilihatnya dari orang-orang yang menjadi contoh keteladanan yang baik.
Pada kenyataannya, kita melihat sedikit sekali pemimpin yang menonjol dalam dua aspek moral penting dalam kepemimpinan tersebut padahal keduanya merupakan fondasi yang kuat di mana seorang pemimpin membangun dirinya. Pemimpin yang kuat dan hebat memang banyak, itu diperolehnya melalui pencitraan diri maupun pemaksaan terhadap pengikutnya, tetapi pemimpin yang memiliki integritas dan kredibilitas bisa dihitung dengan jari, salah satu yang kita kenal dan masih hidup saat ini adalah Nelson Mandela.
Pada prinsipnya, integritas dan kredibilitas tidak dapat direkayasa, tetapi timbul dari dalam diri sang pemimpin,dan dilihat oleh pengikutnya. Management World, jurnal online dari The Institute of Certified Professional Managers (ICPM), pernah menampilkan tulisan dari Karen Walker PhD dan Barbara Pagano EdS,dua orang konsultan manajemen yang pernah melakukan survei terhadap 13.000 orang dari berbagai kalangan.
Berdasarkan hasil survei mereka apa yang diindikasikan bahwa pemimpin mereka memiliki integritas dan kredibilitas oleh pengikutnya adalah:
1. Jujur, yang benar dikatakan benar,yang salah
dikatakan salah,
tidak berbelit, berputar-putar dalam memberikan jawaban dalam rangka menutupi
ketidakjujurannya. Tentunya bukan segala sesuatu harus disampaikan terbuka,
namun ketika diperlukan atau berkaitan dengan pengikut yang harus disampaikan,
tidak disembunyikan dan membiarkan pengikut dengan interpretasi masing-masing.
2. Menyadari akan kelebihan dan
kekurangan yang ada pada dirinya, dengan memperbaiki dan memperkuat kelemahan
yang ada pada dirinya dan meningkatkan kelebihan. Banyak pemimpin yang tidak
mau memperbaiki kesalahan dan kelemahan dirinya dan menganggap bahwa dirinya
sudah sempurna dan alergi terhadap kritik.
3. Memiliki tingkat ketenangan
yang tinggi. Tidak mudah panik menghadapi keadaan darurat, krisis, tekanan dan
menghadapi penghalang.
Dalam situasi yang darurat dan mendesak para pengikut sangat membutuhkan arahan yang jelas dalam menanggulangi keadaan. Dan dari pemimpin merekalah mereka mengharapkan datangnya arahan atau perintah. Sementara mereka juga melihat, jika pemimpin mereka panik, mereka akan ikut panik, jika mereka melihat pemimpin mereka tenang, mereka juga ikut tenang. Ketenangan sangat dibutuhkan di kala krisis.
Dalam situasi yang darurat dan mendesak para pengikut sangat membutuhkan arahan yang jelas dalam menanggulangi keadaan. Dan dari pemimpin merekalah mereka mengharapkan datangnya arahan atau perintah. Sementara mereka juga melihat, jika pemimpin mereka panik, mereka akan ikut panik, jika mereka melihat pemimpin mereka tenang, mereka juga ikut tenang. Ketenangan sangat dibutuhkan di kala krisis.
4. Senantiasa berhubungan dengan pengikut.
walaupun tidak dalam
keseharian karena jenjang atau hierarki organisasi, akan tetapi pengikut tahu
bahwa pemimpin mereka memperhatikan mereka langsung maupun tidak langsung dan
selalu ada ketika mereka membutuhkannya. Ada semacam tali penghubung yang tidak
putus dan terputuskan.
5. Memenuhi janji.
Ketika pemimpin berucap dan berjanji, ia wajib memenuhinya dan jika pun tidak harus disampaikan secara terbuka mengapa tidak dipenuhi dengan memberikan alasan-alasan yang dapat diterima. Jangan karena takut kehilangan wibawa, tidak memberitahukan apapun alasannya dan menganggap bahwa pengikut telah melupakan janjinya. Janganlah berjanji jika tidak memiliki komitmen untuk memenuhi, sebaliknya penuhilah satu kali sudah berjanji.
Ketika pemimpin berucap dan berjanji, ia wajib memenuhinya dan jika pun tidak harus disampaikan secara terbuka mengapa tidak dipenuhi dengan memberikan alasan-alasan yang dapat diterima. Jangan karena takut kehilangan wibawa, tidak memberitahukan apapun alasannya dan menganggap bahwa pengikut telah melupakan janjinya. Janganlah berjanji jika tidak memiliki komitmen untuk memenuhi, sebaliknya penuhilah satu kali sudah berjanji.
6. Mau memperbaiki kesalahan.
Dalam perjalanan ada saja yang dianggap sebagai kesalahan
entah itu kesalahan diri sang pemimpin ataupun kesalahan bersama yang
diakibatkan oleh perintah sang pemimpin.Jangan lalu mencari kambing hitam akan
tetapi mau mengakui jika itu merupakan kesalahannya atau akibat perintahnya dan
mengajak segera untuk memperbaikinya.
7. Menyampaikan berita buruk
dengan bijaksana.
Semua orang senang mendengar berita baik dan setiap pemimpin juga senang menyampaikan berita baik yang menyenangkan, akan tetapi kurang senang dan tidak siap untuk menyampaikan berita buruk dan biasanya didelegasikan kepada anak buah. Ternyata para pengikut justru tidak terlalu mempermasalahkan siapa pun yang menyampaikan jika itu berita buruk,dan mengharapkan sang pemimpin sendiri yang menyampaikan berita buruk sebagai orang yang paling bertanggung jawab dan dianggap sebagai pemimpin kesatria.
Semua orang senang mendengar berita baik dan setiap pemimpin juga senang menyampaikan berita baik yang menyenangkan, akan tetapi kurang senang dan tidak siap untuk menyampaikan berita buruk dan biasanya didelegasikan kepada anak buah. Ternyata para pengikut justru tidak terlalu mempermasalahkan siapa pun yang menyampaikan jika itu berita buruk,dan mengharapkan sang pemimpin sendiri yang menyampaikan berita buruk sebagai orang yang paling bertanggung jawab dan dianggap sebagai pemimpin kesatria.
8. Menghindari sikap merendahkan
dan mengeluarkan kata-kata penghinaan yang menyerang pribadi pengikut. Seorang
pemimpin harus menjaga ucapannya karena dianggap berbobot, berbeda dengan orang
biasa. Setiap kata yang keluar dari mulutnya dan gerak tubuh mengandung arti.
Oleh karena itu perlu berhati-hati, serangan kata-kata dengan sikap yang
menghina akan tersimpan di hati dan biasanya pengikut toleransi terhadap
rekannya yang terkena, sehingga akan timbul antipati yang menjalar dan tidak
heran menjadi sebuah kekuatan besar yang bisa menyebabkan pemimpin yang
bersangkutan jatuh.
Di penghujung tahun ini saat yang tepat bagi Anda meneropong diri apakah telah menjadi seorang pemimpin yang memiliki integritas dan kredibilitas sebagai fondasi kepemimpinan Anda, jika belum dan masih ada kekurangan masih ada kesempatan di tahun depan. Selamat memasuki Tahun 2013 dan tetap sukses!
Di penghujung tahun ini saat yang tepat bagi Anda meneropong diri apakah telah menjadi seorang pemimpin yang memiliki integritas dan kredibilitas sebagai fondasi kepemimpinan Anda, jika belum dan masih ada kekurangan masih ada kesempatan di tahun depan. Selamat memasuki Tahun 2013 dan tetap sukses!