Visi Tuhan bagi Gereja
Matius 1.11-15
oleh Matius Sobolim
|
Visi Allah |
Meneliti akar dari kekurangan
kuasa
Banyak orang Kristen yang
mendengar firman Allah. Mereka memahami tantangan dalam Firman Allah tetapi
menemukan bahwa mereka tak dapat menjalani kehidupan seperti itu. Banyak yang
telah berusaha dan gagal, mencoba lagi dan terus gagal lagi sampai nyaris
mencapai titik putus asa, "Bagaimana saya bisa hidup sesuai dengan isi
khotbah ini? Aku ingin menjadi manusia seperti yang dikehendaki oleh Tuhan
tetapi aku gagal." Melihat keputus-asaan dan frustrasi semacam ini, saya
menemukan bahwa mungkin kita perlu kembali ke dasar kehidupan Kristen kita.
Kita harus menguji lagi akar komitmen kita untuk melihat apakah ada sesuatu
hal yang belum beres.
Itulah persoalan dasar yang akan
dibahas dalam seri kelima khotbah ini. Seri ini adalah untuk menguji apakah
landasan kekristenan kita kokoh. Kita mau memastikan bahwa tidak ada hal yang
terlewatkan di tingkat landasan. Jika ada yang tidak ditangani maka akibatnya
adalah hidup kita menjadi tanpa kuasa; kita dapat melihat apa yang ideal,
tetapi kita tidak dapat melakukannya.
Tetapi apakah kita sudah melihat
ideal yang harus dicapai itu? Khotbah yang pertama ini adalah untuk membantu
kita untuk menangkap apa visi Yesus bagi Gereja. Gereja macam apakah yang
ditebus oleh Yesus lewat kematianNya? Kita ini diharapkan untuk menjadi
Jemaat seperti apa? Secara lebih khusus, pertanyaan yang akan dibahas adalah:
Yesus menginginkan Anda menjadi apa? Atau, jika Anda masih belum sampai
di sana, apa yang diinginkan oleh Yesus dari Anda? Apa yang Dia inginkan dari
saya? Apa yang Dia inginkan dari kita? Ini adalah inti dari khotbah yang
pertama ini.
Sesudah kita memahami apa yang Yesus kehendaki dari
kita, dan melihat seberapa jauh jarak antara kita dengan tujuan itu, maka
kita akan siap untuk masuk ke dalam empat khotbah selanjutnya, yang akan
menangani dasar-dasar pemuridan. Landasan macam apakah yang Yesus inginkan di
dalam hidup kita? Jika kita telah melewatkan sesuatu di tingkat landasan,
maka seluruh masa depan kita menjadi tidak menentu. Hal yang terabaikan di
tingkat dasar saat kita membuat komitmen akan datang menghantui kita setiap
saat dan melumpuhkan kehidupan Kristen kita selanjutnya.
Harapan saya setelah seri khotbah ini tidak ada lagi
yang akan ragu tentang bagaimana menjalani hidup yang berkemenangan. Kita
tentu sudah lelah menjalani kehidupan Kristen yang selalu kalah. Kita juga
lelah melihat orang lain menjalani kehidupan Kristen yang selalu diisi oleh
kekalahan. Sudah saatnya bagi gereja untuk bangkit, dan hidup dalam kepenuhan
yang sudah menjadi panggilan Allah kepada kita.
Visi Tuhan bagi Gereja, Perjanjian
Baru, Ciptaan Baru
Tugas saya bukanlah untuk memberi
Anda pendapat pribadi saya, atau ide-ide saya, melainkan untuk menjelaskan
dengan sejujurnya apa ajaran Yesus, dan saya harap setiap dari Anda akan
dengan teliti menguji apakah ini memang ajaran Yesus. Tertulis di dalam
Matius 11:11-15,
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang
yang lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis, namun yang terkecil dalam
Kerajaan Surga lebih besar dari padanya. Sejak tampilnya Yohanes Pembaptis
hingga sekarang, Kerajaan Surga diserong dan orang yang menyerongnya mencoba
menguasainya. Sebab semua nabi dan kitab Taurat bernubuat hingga tampilnya
Yohanes dan jika kamu mau menerimanya ialah Elia yang akan datang itu. Siapa
bertelinga, hendaklah ia mendengar!
Dari ajaran Yesus kita melihat
bahwa yang terkecil adalah yang terbesar. Barangsiapa merendahkan dirinya
sampai ke kedudukan yang terendah akan menjadi yang terbesar di dalam
kerajaan Allah. Yesus, pada kenyataannya, telah merendahkan dirinya sampai ke
titik nol. Seperti yang kita lihat di dalam Filipi 2, sekalipun dia sejajar
dengan Allah, namun dia telah merendahkan dirinya dan mengambil rupa seorang
hamba. Bahkan
lebih dari itu, Dia rela mati di kayu salib. Dia
telah merendahkan dirinya untuk mati dengan cara yang paling aib, mengalami
bentuk kematian yang paling hina dan yang paling menyakitkan. Dia telah
merendahkan dirinya bukan saja untuk menjadi seorang hamba dan mati tetapi
dalam bentuk kematian yang dikhususkan untuk seorang penjahat; tidak ada
tempat yang lebih rendah daripada itu. Karena Yesus telah mengambil tempat
yang paling rendah - maka Allah meninggikannya, dan memberinya, seperti yang
disebutkan dalam Filipi 2, "Nama di atas segala nama." Yesus,
dengan rela hati menjadi yang terendah di dalam kerajaan. Setelah menjadi
yang terendah, ia juga adalah yang terbesar di dalam kerajaan, sehingga
menjadi lebih besar daripada Yohanes Pembaptis. Semuanya ini merupakan
sebagian dari kekayaan ayat-ayat ini, tetapi masih ada kekayaan penting yang
lain dari ayat-ayat ini.
Mengapa saya berkata bahwa masih
ada hal-hal lain selain dari yang telah dirangkum di perikop sebelumnya? Nah
mari kita perhatikan penjelasan berikut ini.
i. Pertama-tama, jika yang ingin
disampaikan Yesus hanya itu, yaitu bahwa dia lebih besar daripada Yohanes
Pembaptis, maka cara hal itu sampaikan sangatlah berbelit-belit. Demikian
berbelit-belitnya cara penyampaian itu sehingga diragukan apakah hanya poin
itu saja yang ingin dia sampaikan. Poin bahwa Yesus adalah lebih besar dari
Yohanes Pembaptis sangatlah sulit untuk dilihat tanpa eksegese yang baik.
Nah jika Anda sedang menyatakan
suatu maksud, sangatlah penting bagi Anda untuk memastikan bahwa orang lain
bisa memahami maksud Anda, jika tidak maka tidak ada gunanya menyatakannya,
karena Anda masih belum menyatakan maksud apapun jika orang tidak mengerti
apa yang sedang Anda katakan. Nah apakah orang-orang Yahudi memahami bahwa
inilah yang sedang Yesus katakan? Sepertinya tidak. Apakah para murid
memahaminya? Kemungkinan besar tidak juga. Namun yang lebih penting lagi
adalah bahwa hal itu bertolak belakang dengan gaya penyampaian Yesus. Dia
biasanya menyampaikan pernyataannya secara jelas. Dia tidak berbelit-belit.
Sebagai contoh, Dia memang menyatakan bahwa
kesaksiannya lebih besar dari kesaksian Yohanes Pembaptis, yaitu,
kesaksiannya berasal dari Bapanya. Hal
ini disampaikan dengan terus terang. Mari kita simak hal itu di dalam Yoh.
5:36. Poin ini disampaikan dengan sangat jelas, tanpa memakai ucapan yang
berbelit-belit yang menimbulkan pengertian yang salah. Yoh. 5:26,
Tetapi Aku mempunyai suatu
kesaksian yang lebih penting dari pada kesaksian Yohanes, yaitu segala
pekerjaan yang diserahkan Bapa kepada-Ku, supaya Aku melaksanakannya.
Pekerjaan itu juga yang Kukerjakan sekarang, dan itulah yang memberi
kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang mengutus Aku.
Lihat, dia menyatakan poinnya
dengan jelas. "Aku mempunyai suatu kesaksian yang lebih penting dari
pada kesaksian Yohanes." Ucapan yang sangat terus terang; tak ada
kekaburan di dalamnya. Kesaksiannya lebih penting.
Ini karakteristik yang menyolok
dari gaya penyampaian Yesus. Yesus menyatakan maksudnya dengan sangat jelas.
Jika kita tidak bisa menangkap poinnya, bukanlah karena hal itu tidak
disampaikan dengan jelas. Tetapi karena ketumpulan pemahaman rohani kita.
Yesus membuat pernyataan yang hampir sama di dalam Lukas 11:32 - dia berkata
bahwa pelayanannya lebih penting daripada pelayanan Yunus. Dia tidak
berbelit-belit. Orang yang lebih besar daripada nabi Yunus ada di depan mata!
Jika penduduk Niniwe bertobat mendengar khotbah Yunus, seharusnya Anda
bertobat secara jauh lebih mendalam lagi saat mendengar pemberitaan yang
disampaikan oleh Yesus. Jika saat Anda mendengarkan pemberitaan Yesus, Anda
tidak bertobat, maka kesalahan Anda menjadi lebih besar daripada para
penduduk Niniwe yang segera bertobat mendengarkan pemberitaan dari nabi
Yunus. Jadi kita bisa melihat bahwa gaya penyampaian Yesus sangatlah berterus
terang.
Jika maksud dari pernyataan - "Yohanes adalah
yang terbesar dari antara semua orang yang dilahirkan oleh perempuan tetapi
yang terkecil sekalipun di dalam kerajaan Allah lebih besar daripada
dia" - hanyalah sekadar berarti "Aku lebih besar daripadanya",
saya kira poin tersebut sangat sulit untuk diterima.
ii. Lebih dari itu, kita juga melihat hal berikut,
bahwa Yesus di dalam ajarannya posisi yang terbesar dan yang terkecil itu tidak
ditetapkan; Dia membiarkan posisi itu tetap terbuka bagi siapa saja. Kita dapat menemukan hal tersebut berulang kali di dalam
Mat 18:4 atau Mat 20:27 dan ayat 28. Mungkin kita cukup melihat ayat yang
belakangan ini. "Dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara
kamu..." Perhatikanlah bahwa Dia tidak berkata,
"Barangsiapa ingin menjadi yang nomor dua di antara kamu..., karena Aku
sudah menjadi yang terutama, maka menjadi yang nomor dua adalah pilihan yang
tersedia buatmu." Jika Yesus bermaksud untuk berkata bahwa dia sudah
menjadi yang terutama, maka tidak perlu dipersoalkan lagi siapa yang akan
menjadi yang terutama di antara Anda karena Yesus tentu selalu menjadi yang
terutama. Paling Anda hanya dapat menjadi yang kedua setelah dia.
Mat 20.27-28
"Dan barangsiapa ingin
menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti
Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk
memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."
Jadi Anda bisa lihat di sini, 'Barangsiapa ingin
menjadi terkemuka...' Dia membiarkan posisi ini terbuka.
Nah, semua ini menunjukkan bahwa
Yesus membuat pernyataan di dalam Mat. 11:11 ini dalam pengertian yang lebih
luas. Dia menggunakan ungkapan yang serupa di sini. Orang yang menjadi yang
terkemuka adalah barangsiapa yang menjadi yang terkecil, tetapi bahkan yang
paling kecil sekalipun, yang terhina, masih lebih besar daripada Yohanes
Pembaptis.
iii. Poin ketiga yang kita lihat
adalah bahwa Yesus selalu mengidentifikasikan dirinya sebagai yang terkecil
di dalam kerajaan. Dia tidak sekadar berkata, "Akulah yang terkecil."
Dia juga menyebutkan orang-orang lain sebagai yang terkecil dan dia
menyamakan dirinya dengan mereka yang menjadi yang terkecil di dalam
kerajaan. Kita melihat hal itu, sebagai contoh, di dalam Luk. 9:48. Saya akan
membacanya secara singkat saja kepada Anda. "Barangsiapa...,"
katanya kepada mereka, yaitu para murid, "Barangsiapa menyambut anak
ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku; dan barangsiapa menyambut Aku, ia
menyambut Dia, yang mengutus Aku. Karena yang terkecil di antara kamu
sekalian, dialah yang terbesar." Di sini dia jelas tidak sedang
merujuk kepada dirinya sendiri ketika berkata, "Barangsiapa..." Dia
tidak sekadar berkata, "Akulah yang terkecil, jadi Akulah yang
terbesar." Dia berkata, "Barangsiapa...," jadi kita tidak
perlu, dan kita mestinya tidak boleh, mempersempit pengertian ini hanya
kepada satu orang saja, yaitu hanya merujuk kepada Yesus saja.
Hal
yang sama menyangkut identifikasi dirinya dengan yang terkecil, dapat Anda
lihat di dalam Mat. 25:40, di saat penghakiman yang terkenal itu, di mana dia
berkata, "Semua yang telah kamu perbuat atas sadudaraKu yang paling
hina, telah kamu perbuat padaKu." Dia menyamakan dirinya dengan yang
paling hina; walaupun 'yang paling hina' itu bukan diri-Nya. Apakah
Anda memahaminya? Hal yang sama terlihat juga di dalam Mat. 25:45.
Jadi di dalam semua pernyataan itu kita mulai
melihat bahwa Yesus memiliki tujuan yang jauh lebih luas serta tidak
mempersempit makna ungkapan itu kepada dirinya sendiri.
iv. Nah hal apa lagi yang dapat kita lihat dari ini?
Mari kita susun pertanyaan ini dengan cara lain. Yesus berkata bahwa yang
terkecil dari kerajaan Allah lebih besar daripada Yohanes Pembaptis. Lalu
siapakah yang terkecil itu? Jika kita berkata bahwa tidak ada orang lain yang
lebih besar daripada Yohanes Pembaptis selain Yesus, maka pernyataan itu
adalah salah jika dicocokkan dengan Perjanjian Baru. Mari pikirkan hal ini:
Siapakah yang lebih besar - berdasarkan pengamatan atas fakta-fakta yang ada
- rasul Paulus atau Yohanes Pembaptis? Saya pikir hanya beberapa orang yang
akan meragukan bahwa Paulus lebih besar daripada Yohanes Pembaptis. Ini
berarti pernyataan bahwa hanya Yesus yang lebih besar daripada Yohanes
Pembaptis tentunya tidak benar. Rasul Paulus juga lebih besar daripada
Yohanes Pembaptis. Penilaian akan fakta ini dapat dibenarkan dari segala
aspek, entah dinilai dari kuasa pemberitaan Paulus, jangkauan pelayanannya,
tanda-tanda yang dinyatakan melalui dia - dalam semua hal itu Paulus lebih
besar dari Yohanes Pembaptis. Jika saya bertanya, "Siapakah yang lebih
besar - rasul Petrus atau Yohanes Pembaptis?" Saya pikir Anda tentu akan
berkata rasul Petrus lebih besar, dari segi jangkauan pelayanan, dari kuasa
Allah yang bekerja melalui dia, baik dari perbuatan mau pun perkataannya.
Inilah pokok pentingnya, kita mulai melihat bahwa sekalipun pernyataan itu
secara mendasar adalah benar, bahwa Yesus tentulah lebih besar daripada
Yohanes Pembaptis, namun pernyataan itu tidak dapat dipersempit hanya
mengacu pada diri Yesus saja. Lalu
bagaimana kita memahami persoalan ini?
Dilahirkan
dari rahim perempuan vs dilahirkan dari Roh
Mari kita dengan teliti mencermati
penelaahan eksegese kita. Apa yang sedang Yesus sampaikan di sini? Poin apa
yang sedang Dia ungkapkan? Dia berkata bahwa kitab Taurat dan semua nabi,
semuanya itu bernubuat sampai dengan tampilnya Yohanes. Lalu apa yang terjadi
selanjutnya? Yang terjadi selanjutnya adalah bahwa kerajaan Allah tampil di
dalam pemberitaan Firman Allah. Dan sejak saat itu kerajaan Allah telah
mengalami kekerasan. Kemudian Dia melanjutkan, dalam konteks ini, bahwa
mereka yang terkecil di dalam kerajaan Allah, bahkan yang paling hina dari
antara mereka, adalah lebih besar daripada Yohanes Pembaptis.
Dapatkah Anda melihat arah pembicaraan kita ini?
Saya tadi mengatakan bahwa kita perlu menangkap visi Yesus bagi gerejaNya.
Visi Yesus bagi gereja adalah: Di dalam kerajaan Allah, dengan kuasa Roh
Kudus melalui ciptaan baru, setiap orang Kristen, setiap murid adalah
lebih besar daripada Yohanes Pembaptis. Renungkan hal ini sejenak dan cobalah untuk menyerap makna
penting dari ucapan Yesus ini. Mungkin Anda mengira bahwa Anda.
|