Rabu, 05 Juni 2013

Visi Tuhan bagi Gereja



Visi Tuhan bagi Gereja
Matius 1.11-15 

oleh Matius Sobolim

Visi Allah


Meneliti akar dari kekurangan kuasa
Banyak orang Kristen yang mendengar firman Allah. Mereka memahami tantangan dalam Firman Allah tetapi menemukan bahwa mereka tak dapat menjalani kehidupan seperti itu. Banyak yang telah berusaha dan gagal, mencoba lagi dan terus gagal lagi sampai nyaris mencapai titik putus asa, "Bagaimana saya bisa hidup sesuai dengan isi khotbah ini? Aku ingin menjadi manusia seperti yang dikehendaki oleh Tuhan tetapi aku gagal." Melihat keputus-asaan dan frustrasi semacam ini, saya menemukan bahwa mungkin kita perlu kembali ke dasar kehidupan Kristen kita. Kita harus menguji lagi akar komitmen kita untuk melihat apakah ada sesuatu hal yang belum beres.

Itulah persoalan dasar yang akan dibahas dalam seri kelima khotbah ini. Seri ini adalah untuk menguji apakah landasan kekristenan kita kokoh. Kita mau memastikan bahwa tidak ada hal yang terlewatkan di tingkat landasan. Jika ada yang tidak ditangani maka akibatnya adalah hidup kita menjadi tanpa kuasa; kita dapat melihat apa yang ideal, tetapi kita tidak dapat melakukannya.
Tetapi apakah kita sudah melihat ideal yang harus dicapai itu? Khotbah yang pertama ini adalah untuk membantu kita untuk menangkap apa visi Yesus bagi Gereja. Gereja macam apakah yang ditebus oleh Yesus lewat kematianNya? Kita ini diharapkan untuk menjadi Jemaat seperti apa? Secara lebih khusus, pertanyaan yang akan dibahas adalah: Yesus menginginkan Anda menjadi apa? Atau, jika Anda masih belum sampai di sana, apa yang diinginkan oleh Yesus dari Anda? Apa yang Dia inginkan dari saya? Apa yang Dia inginkan dari kita? Ini adalah inti dari khotbah yang pertama ini.

Sesudah kita memahami apa yang Yesus kehendaki dari kita, dan melihat seberapa jauh jarak antara kita dengan tujuan itu, maka kita akan siap untuk masuk ke dalam empat khotbah selanjutnya, yang akan menangani dasar-dasar pemuridan. Landasan macam apakah yang Yesus inginkan di dalam hidup kita? Jika kita telah melewatkan sesuatu di tingkat landasan, maka seluruh masa depan kita menjadi tidak menentu. Hal yang terabaikan di tingkat dasar saat kita membuat komitmen akan datang menghantui kita setiap saat dan melumpuhkan kehidupan Kristen kita selanjutnya.

Harapan saya setelah seri khotbah ini tidak ada lagi yang akan ragu tentang bagaimana menjalani hidup yang berkemenangan. Kita tentu sudah lelah menjalani kehidupan Kristen yang selalu kalah. Kita juga lelah melihat orang lain menjalani kehidupan Kristen yang selalu diisi oleh kekalahan. Sudah saatnya bagi gereja untuk bangkit, dan hidup dalam kepenuhan yang sudah menjadi panggilan Allah kepada kita.

Visi Tuhan bagi Gereja, Perjanjian Baru, Ciptaan Baru
Tugas saya bukanlah untuk memberi Anda pendapat pribadi saya, atau ide-ide saya, melainkan untuk menjelaskan dengan sejujurnya apa ajaran Yesus, dan saya harap setiap dari Anda akan dengan teliti menguji apakah ini memang ajaran Yesus. Tertulis di dalam Matius 11:11-15,
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar dari pada Yohanes Pembaptis, namun yang terkecil dalam Kerajaan Surga lebih besar dari padanya. Sejak tampilnya Yohanes Pembaptis hingga sekarang, Kerajaan Surga diserong dan orang yang menyerongnya mencoba menguasainya. Sebab semua nabi dan kitab Taurat bernubuat hingga tampilnya Yohanes dan jika kamu mau menerimanya ialah Elia yang akan datang itu. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!
Dari ajaran Yesus kita melihat bahwa yang terkecil adalah yang terbesar. Barangsiapa merendahkan dirinya sampai ke kedudukan yang terendah akan menjadi yang terbesar di dalam kerajaan Allah. Yesus, pada kenyataannya, telah merendahkan dirinya sampai ke titik nol. Seperti yang kita lihat di dalam Filipi 2, sekalipun dia sejajar dengan Allah, namun dia telah merendahkan dirinya dan mengambil rupa seorang hamba. Bahkan lebih dari itu, Dia rela mati di kayu salib. Dia telah merendahkan dirinya untuk mati dengan cara yang paling aib, mengalami bentuk kematian yang paling hina dan yang paling menyakitkan. Dia telah merendahkan dirinya bukan saja untuk menjadi seorang hamba dan mati tetapi dalam bentuk kematian yang dikhususkan untuk seorang penjahat; tidak ada tempat yang lebih rendah daripada itu. Karena Yesus telah mengambil tempat yang paling rendah - maka Allah meninggikannya, dan memberinya, seperti yang disebutkan dalam Filipi 2, "Nama di atas segala nama." Yesus, dengan rela hati menjadi yang terendah di dalam kerajaan. Setelah menjadi yang terendah, ia juga adalah yang terbesar di dalam kerajaan, sehingga menjadi lebih besar daripada Yohanes Pembaptis. Semuanya ini merupakan sebagian dari kekayaan ayat-ayat ini, tetapi masih ada kekayaan penting yang lain dari ayat-ayat ini.
Mengapa saya berkata bahwa masih ada hal-hal lain selain dari yang telah dirangkum di perikop sebelumnya? Nah mari kita perhatikan penjelasan berikut ini.

i. Pertama-tama, jika yang ingin disampaikan Yesus hanya itu, yaitu bahwa dia lebih besar daripada Yohanes Pembaptis, maka cara hal itu sampaikan sangatlah berbelit-belit. Demikian berbelit-belitnya cara penyampaian itu sehingga diragukan apakah hanya poin itu saja yang ingin dia sampaikan. Poin bahwa Yesus adalah lebih besar dari Yohanes Pembaptis sangatlah sulit untuk dilihat tanpa eksegese yang baik.

Nah jika Anda sedang menyatakan suatu maksud, sangatlah penting bagi Anda untuk memastikan bahwa orang lain bisa memahami maksud Anda, jika tidak maka tidak ada gunanya menyatakannya, karena Anda masih belum menyatakan maksud apapun jika orang tidak mengerti apa yang sedang Anda katakan. Nah apakah orang-orang Yahudi memahami bahwa inilah yang sedang Yesus katakan? Sepertinya tidak. Apakah para murid memahaminya? Kemungkinan besar tidak juga. Namun yang lebih penting lagi adalah bahwa hal itu bertolak belakang dengan gaya penyampaian Yesus. Dia biasanya menyampaikan pernyataannya secara jelas. Dia tidak berbelit-belit.

Sebagai contoh, Dia memang menyatakan bahwa kesaksiannya lebih besar dari kesaksian Yohanes Pembaptis, yaitu, kesaksiannya berasal dari Bapanya. Hal ini disampaikan dengan terus terang. Mari kita simak hal itu di dalam Yoh. 5:36. Poin ini disampaikan dengan sangat jelas, tanpa memakai ucapan yang berbelit-belit yang menimbulkan pengertian yang salah. Yoh. 5:26,
Tetapi Aku mempunyai suatu kesaksian yang lebih penting dari pada kesaksian Yohanes, yaitu segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepada-Ku, supaya Aku melaksanakannya. Pekerjaan itu juga yang Kukerjakan sekarang, dan itulah yang memberi kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang mengutus Aku. 

Lihat, dia menyatakan poinnya dengan jelas. "Aku mempunyai suatu kesaksian yang lebih penting dari pada kesaksian Yohanes." Ucapan yang sangat terus terang; tak ada kekaburan di dalamnya. Kesaksiannya lebih penting.

Ini karakteristik yang menyolok dari gaya penyampaian Yesus. Yesus menyatakan maksudnya dengan sangat jelas. Jika kita tidak bisa menangkap poinnya, bukanlah karena hal itu tidak disampaikan dengan jelas. Tetapi karena ketumpulan pemahaman rohani kita. Yesus membuat pernyataan yang hampir sama di dalam Lukas 11:32 - dia berkata bahwa pelayanannya lebih penting daripada pelayanan Yunus. Dia tidak berbelit-belit. Orang yang lebih besar daripada nabi Yunus ada di depan mata! Jika penduduk Niniwe bertobat mendengar khotbah Yunus, seharusnya Anda bertobat secara jauh lebih mendalam lagi saat mendengar pemberitaan yang disampaikan oleh Yesus. Jika saat Anda mendengarkan pemberitaan Yesus, Anda tidak bertobat, maka kesalahan Anda menjadi lebih besar daripada para penduduk Niniwe yang segera bertobat mendengarkan pemberitaan dari nabi Yunus. Jadi kita bisa melihat bahwa gaya penyampaian Yesus sangatlah berterus terang.

Jika maksud dari pernyataan - "Yohanes adalah yang terbesar dari antara semua orang yang dilahirkan oleh perempuan tetapi yang terkecil sekalipun di dalam kerajaan Allah lebih besar daripada dia" - hanyalah sekadar berarti "Aku lebih besar daripadanya", saya kira poin tersebut sangat sulit untuk diterima.

ii. Lebih dari itu, kita juga melihat hal berikut, bahwa Yesus di dalam ajarannya posisi yang terbesar dan yang terkecil itu tidak ditetapkan; Dia membiarkan posisi itu tetap terbuka bagi siapa saja. Kita dapat menemukan hal tersebut berulang kali di dalam Mat 18:4 atau Mat 20:27 dan ayat 28. Mungkin kita cukup melihat ayat yang belakangan ini. "Dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu..." Perhatikanlah bahwa Dia tidak berkata, "Barangsiapa ingin menjadi yang nomor dua di antara kamu..., karena Aku sudah menjadi yang terutama, maka menjadi yang nomor dua adalah pilihan yang tersedia buatmu." Jika Yesus bermaksud untuk berkata bahwa dia sudah menjadi yang terutama, maka tidak perlu dipersoalkan lagi siapa yang akan menjadi yang terutama di antara Anda karena Yesus tentu selalu menjadi yang terutama. Paling Anda hanya dapat menjadi yang kedua setelah dia.

Mat 20.27-28
"Dan barangsiapa ingin menjadi terkemuka di antara kamu, hendaklah ia menjadi hambamu; sama seperti Anak Manusia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang."
Jadi Anda bisa lihat di sini, 'Barangsiapa ingin menjadi terkemuka...' Dia membiarkan posisi ini terbuka.

Nah, semua ini menunjukkan bahwa Yesus membuat pernyataan di dalam Mat. 11:11 ini dalam pengertian yang lebih luas. Dia menggunakan ungkapan yang serupa di sini. Orang yang menjadi yang terkemuka adalah barangsiapa yang menjadi yang terkecil, tetapi bahkan yang paling kecil sekalipun, yang terhina, masih lebih besar daripada Yohanes Pembaptis.
iii. Poin ketiga yang kita lihat adalah bahwa Yesus selalu mengidentifikasikan dirinya sebagai yang terkecil di dalam kerajaan. Dia tidak sekadar berkata, "Akulah yang terkecil." Dia juga menyebutkan orang-orang lain sebagai yang terkecil dan dia menyamakan dirinya dengan mereka yang menjadi yang terkecil di dalam kerajaan. Kita melihat hal itu, sebagai contoh, di dalam Luk. 9:48. Saya akan membacanya secara singkat saja kepada Anda. "Barangsiapa...," katanya kepada mereka, yaitu para murid, "Barangsiapa menyambut anak ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku; dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia, yang mengutus Aku. Karena yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar." Di sini dia jelas tidak sedang merujuk kepada dirinya sendiri ketika berkata, "Barangsiapa..." Dia tidak sekadar berkata, "Akulah yang terkecil, jadi Akulah yang terbesar." Dia berkata, "Barangsiapa...," jadi kita tidak perlu, dan kita mestinya tidak boleh, mempersempit pengertian ini hanya kepada satu orang saja, yaitu hanya merujuk kepada Yesus saja.

Hal yang sama menyangkut identifikasi dirinya dengan yang terkecil, dapat Anda lihat di dalam Mat. 25:40, di saat penghakiman yang terkenal itu, di mana dia berkata, "Semua yang telah kamu perbuat atas sadudaraKu yang paling hina, telah kamu perbuat padaKu." Dia menyamakan dirinya dengan yang paling hina; walaupun 'yang paling hina' itu bukan diri-Nya. Apakah Anda memahaminya? Hal yang sama terlihat juga di dalam Mat. 25:45.

Jadi di dalam semua pernyataan itu kita mulai melihat bahwa Yesus memiliki tujuan yang jauh lebih luas serta tidak mempersempit makna ungkapan itu kepada dirinya sendiri.
iv. Nah hal apa lagi yang dapat kita lihat dari ini? Mari kita susun pertanyaan ini dengan cara lain. Yesus berkata bahwa yang terkecil dari kerajaan Allah lebih besar daripada Yohanes Pembaptis. Lalu siapakah yang terkecil itu? Jika kita berkata bahwa tidak ada orang lain yang lebih besar daripada Yohanes Pembaptis selain Yesus, maka pernyataan itu adalah salah jika dicocokkan dengan Perjanjian Baru. Mari pikirkan hal ini: Siapakah yang lebih besar - berdasarkan pengamatan atas fakta-fakta yang ada - rasul Paulus atau Yohanes Pembaptis? Saya pikir hanya beberapa orang yang akan meragukan bahwa Paulus lebih besar daripada Yohanes Pembaptis. Ini berarti pernyataan bahwa hanya Yesus yang lebih besar daripada Yohanes Pembaptis tentunya tidak benar. Rasul Paulus juga lebih besar daripada Yohanes Pembaptis. Penilaian akan fakta ini dapat dibenarkan dari segala aspek, entah dinilai dari kuasa pemberitaan Paulus, jangkauan pelayanannya, tanda-tanda yang dinyatakan melalui dia - dalam semua hal itu Paulus lebih besar dari Yohanes Pembaptis. Jika saya bertanya, "Siapakah yang lebih besar - rasul Petrus atau Yohanes Pembaptis?" Saya pikir Anda tentu akan berkata rasul Petrus lebih besar, dari segi jangkauan pelayanan, dari kuasa Allah yang bekerja melalui dia, baik dari perbuatan mau pun perkataannya. Inilah pokok pentingnya, kita mulai melihat bahwa sekalipun pernyataan itu secara mendasar adalah benar, bahwa Yesus tentulah lebih besar daripada Yohanes Pembaptis, namun pernyataan itu tidak dapat dipersempit hanya mengacu pada diri Yesus saja. Lalu bagaimana kita memahami persoalan ini?

Dilahirkan dari rahim perempuan vs dilahirkan dari Roh
Mari kita dengan teliti mencermati penelaahan eksegese kita. Apa yang sedang Yesus sampaikan di sini? Poin apa yang sedang Dia ungkapkan? Dia berkata bahwa kitab Taurat dan semua nabi, semuanya itu bernubuat sampai dengan tampilnya Yohanes. Lalu apa yang terjadi selanjutnya? Yang terjadi selanjutnya adalah bahwa kerajaan Allah tampil di dalam pemberitaan Firman Allah. Dan sejak saat itu kerajaan Allah telah mengalami kekerasan. Kemudian Dia melanjutkan, dalam konteks ini, bahwa mereka yang terkecil di dalam kerajaan Allah, bahkan yang paling hina dari antara mereka, adalah lebih besar daripada Yohanes Pembaptis.

Dapatkah Anda melihat arah pembicaraan kita ini? Saya tadi mengatakan bahwa kita perlu menangkap visi Yesus bagi gerejaNya. Visi Yesus bagi gereja adalah: Di dalam kerajaan Allah, dengan kuasa Roh Kudus melalui ciptaan baru, setiap orang Kristen, setiap murid adalah lebih besar daripada Yohanes Pembaptis. Renungkan hal ini sejenak dan cobalah untuk  menyerap makna penting dari ucapan Yesus ini. Mungkin Anda mengira bahwa Anda.



KALAU YESUS ADALAH ALLAH, BAGAIMANA DIA BERDOA KEPADA ALLAH DAN APAKAH YESUS BERDOA KEPADA DIRINYA SENDIRI ?

  KALAU YESUS ADALAH ALLAH, BAGAIMANA DIA BERDOA KEPADA ALLAH DAN APAKAH YESUS BERDOA KEPADA DIRINYA SENDIRI ? Ev. Matius Sobolim, M. Th. ...