Rabu, 16 Maret 2016

PEMULIHAN CITRA DIRI

 

Pemulihan Citra Diri (Kejadian 1:26-28)

Pendahuluan
            Baru-baru ini miss univers diperoleh oleh seorang putri dari Afrika. Banyak orang komentar: sekarang miss univers penilainnya hanya seputar behavior dan bright tetapi tidak lagi ada beautiful. Alasannya karena orangnya hitam. Orang Indonesia umumnya atau mungkin kebanyakan melihat orang-orang yang berkulit putih dibilang cantik (karena itu iklan pemutih kulit banyak di tv), dan berambut lurus, makanya diiklan-iklan sampo pasti modelnya perempuan-perempuan yang berambut lurus, makanya tidak heran kalo salon-salon ribonding dan smuting rambut laku. Tetapi kalau di eropa atau amerika mungkin, mereka lebih suka kulit yang gelap, karena itulah mereka ada ruang sinar ultaraviolet, dan berjemur di pantai, tujuannya supaya kulit mereka dapat berwarna gelap. Setiap daerah punya beda-beda penilaian tentang kecantikan.
    Kebanyakan juga orang-orang mencari nilai dirinya dari orang-orang disekitarnya, makanya ga heran kalau kita menjadi produk orang-orang di sekitar kita. Contoh kalau merokok dibilang laki, kalau tidak ngerokok banci, makanya kita bangga kalau ngerokok, kalau pacaran ga cium-ciuman ampe raba-rabaan itu bukan pacaran, makanya kita pacaran cium-ciuman sampai raba-rabaan malah ada ampe hubungan badan. Ada juga yang bilang kalau pacaran gonta ganti itu baru maco, atau dibilang cantik bagi wanita. Akhirnya kita suka gonta ganti pacar. Biar dibilang maco atau cantik. Terus kalau tidak minum mabuk itu tidak zaman, makanya kita merasa ga bersalah kalau minum mabuk. Terus sekarang zamannya jejaringan social ada twitter dan facebook, akhirnya kita meresa bangga jika punya teman banyak kalau banyak teman di facbook atau twiter pada hal kenal juga tidak, tetapi itu suatu kebanggaan karena penilaian dari lingkungan kalau banyak teman berarti gaul. Banyak contoh yang menjelaskan kalau kita sebenarnya kebanyakan penilaian kita atau siapa diri kita adalah produk orang-orang di sekitar kita. Dan paling parah lagi, menurut Alktab manusia semakin jahat, sedangkan diri kita ditentukan oleh penilaian2 dari orang lain, apa jadinya? Jawabannya kita akan semakin jahat. Tetapi apa menurut Alkitab mengenai diri kita?
Kejadian 1:26-28
1.Isrimewa (berbeda dengan semua ciptaan)
2.Mencerminkan atau mencitrakan Allah
3. Mewakili Allah di bumi

I. Istimewa (berbeda dengan semua ciptaan). 
 Walaupun malikat lebih hebat dari kita, namun Allah tidak menciptakan malaikat seperti Allah, walupun gunung-gunung indah dan pantai yang membentang di hadapan mata kita, walau pun matahari dengan sinarnya dapat menghangatkan seluruh bumi ini, namun Allah tidak pernah berkata bahwa itu semua diciptakan serupa dengan-Nya. Walaupun beraneka ragam bungan yang indah yang pernah kita temui dan jenis-jenis binatang yang begitu banyak beraneka ragam, namun semuanya tidak diciptakan segambar dengan Allah. Hanya manusia yang diciptakan serupa dengan Allah.

Ini menunjukkan bahwa kita sangat istimewa dan Allah berkata dalam ayat 31 “Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik…” NIV: it was very good” Jadi yang diciptakan Allah termasuk manusia adalah ciptaan yang sangat bagus di mata Allah. Tetapi manusia yang dari dulu, dari sejak jaman Adam dan Hawa, manusia ingin memiliki penilaian sendiri dan tidak mau hidup di bawah penilaian Allah. Allah berkata kepada Adam jangan makan buah pengetahuan. Jadi menurut Allah yang baik adalah jangan makan buah pengetahuan, tetapi Adam tidak mau hidup dibawah penilaian Allah, sehingga ia ingin menentukan penilaian sendiri sehingga ia makan buah pengetahuan supaya dia bisa menilai baik dan jahat menurutnya bukan menurut Allah. Sejak saat itu dan sampai sekarang kebanyakan orang lebih memilih penilaian yang diberikan manusia menjadi ukuran kita, atau kita sendiri buat ukuran atau nilai bagi diri kita sendiri.

Pada hal di mata Allah kita sungguh amat baik, tetapi sering kita melihat diri kita dan berkata ko saya jelek ya, kenapa, karena kita menilai diri kita berdasarkan penilaian orang lain atau manusia atau kita buat penilaian sesuai nilai yang dibuat oleh orang lain. Begitu juga sewaktu kita ikut-ikutan orang lain merokok, minum, gonta-ganti pacar kita dibilang tidak gaul, maka supaya kita tidak dibilang tidak gaul atau ketinggalan zaman, maka kita ikut mereka supaya dibilang gaul dan tidak ketinggalan zaman. Sering kita tinggalkan penilaian Allah. Pada hal yang tahu baik dan rusaknya kita itu ya pencipta kita. Ada kisah di Amerika, seritanya Ford, lagi lari pagi, di tengah jalan dia melihat ada seorang bapak yang sedang kebingungan karena mobilnya mogok dan ia samperin bapak ini, dia buka kap mobil ini tidak banyak waktu hanya sebentar mobil ini langsung hidup. Bapak ini, “ko kenapa begitu mudah bapak memperbaiki mobil ini?”,Ford memperkenalkan dirinya, bahwa dialah yang menciptakan mobil ini. Yang tahu baik tidak baiknya kita adalah yang menciptakan kita, jadi bukan orang lain, tetapi Allah. Jadi apa yang baik menurut Allah adalah yang baik buat kita. Ex: mobil dibuat oleh pembuatnya untuk dapat bergerak jika diisi bensin, tetapi kita mencoba menggerakkan mobil dengan cara kita sendiri, yaitu isi dengan air, maka yang ada mobil tersebut rusak. Demikian juga kita, kita akan baik jika kita menggunakan diri kita berdasarkan petunjuk pencipta kita, jika tidak, maka kita pasti rusak. Apa itu pentunjuknya: Hidup seturut apa yang ditunjukan buku penuntun dari pencipta kita, yaitu Alkitab.
  • Alkitab mengatakan bahwa kita itu very good, berarti kita keriting, lurus, putih, hitam, sipit, belo, pendek, tinggi. Dan lain-lain itu semua very good. Jadi katakanlah pada diri anda sendiri sambil lihat ceriman “I am very good”
  • Alkitab juga mengatakan bahwa kita adalah bait Allah 1 kor 3:16, 6:19-20. Karena kita bait Allah, dan kita adalah milik Allah, makanya kita tidak boleh merusak tubuh ini dengan rokok, narkoba, minuman keras dan kita harus menggunakan tubuh ini untuk memuliakan-Nya, bukan untuk melihat pornografi, melakukan seks di luar nikah, bukan untuk digunakan memuaskan nafsu, tetapi memakai tubuh ini untuk kemuliaan Allah. Karena tubuh kita adalah tempat tinggl Allah, bait Allah.
  • Alkitab juga mengatakan kasihilah sesamamu seperti kamu mengasihi dirimu sendiri. Manusia akan seperti manusia sewaktu dia melakukan perintah ini, tetapi jika tidak melakukannya, maka manusia tidak akan seperti manusia, tetapi bisa lebih jahat dari binatang, kayak setan. Tidak ada ibu singa mau bunuh anaknya sendiri, tetapi manusia, tega membuang anaknya sendiri ke tong sampah, tega menggugurkan anaknya sendiri, dan menuduh anaknya sendiri sebagai anak haram, pada hal yang berbuat orang tuanya yang disalahin anaknya. Manusia bisa saling membunuh hanya karena harga diri, tidak ada binatang seperti itu, itulah manusia akan menjadi seperti bukan manusia mungkin seperti setan sewaktu dia tidak melakukan buku panduan dari penciptanya, yaitu kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri.
  • Alkitab juga mengatakan bahwa kamu harus merupakan pasangan yang seimbang (2 Kor. 6:14). Banyak orang Kristen yang mudah berpacaran dan bahkan menikah dengan orang yang tidak percaya, karena dia pikir tidak apa-apa semua agama sama.
  • Keberhasilan ukurannya adalah takut akan Tuhan. Salomo sudah memenuhi semua nilai2 manusia mengenai keberhasilan: berhikmat/pintar, berkuasa, memiliki harta materi yang banyak, memiliki istri yang banyak. Namun dia berkata semua sia2, hanya satu yang tidak sia2, takut akan Tuhan. Tetapi kebanyakan orang menilai keberhasilan berdasarkan takut akan Tuhan, tetapi kekayaan materi dan jabatan, karena itulah banyak orang menempuh kekayaan tanpa takut akan Tuhan, akibatnya banyak koropsi, keegoisan (memperkaya diri, walu pun dengan cara penindasan bagi orang lain), materialisme (membeli barang-barang mewah untuk menaikan nilai dirinya di mata lingkungan, karena nilai seseorang berdasarkan materi yang kita punya), Plagiat, saling menjatuhkan supaya dapat jabatan dan masih banyak lagi. Tetapi intinya yang membuat manusia menjadi tidak berharga dan menghacurkan kehidupan manusia dan bumi ini adalah karena penilaian kesuksesan bukan ukuranya adalah takut akan Tuhan. Jika, manusia sadar bahwa nilai kesuksesan adalah seberapa jauh kita takut akan Tuhan, maka manusia akan semakin dihargai dan bumi ini akan semakin terpelihara. Karena takut akan Tuhan adalah melakukan perintah-Nya dan perintah-Nya adalah “kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, dengan segenal jiwamu dan dengan segenap akalmu dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Mat. 22:37-39). Dan Tuhan menaruh manusia di bumi dengan tujuan supaya manusia mengusahakan dan memeliharanya (Kej. 2:15).
Jadi, banyak ayat-ayat di Alkitab yang sedang memberi petunjuk kepada kita bagaimana kita hidup, bukan bagaimana kita hidup sesuai dengan pandangan dari orang lain, tetapi seharusnya apa yang Alkitab katakan bagaimana saya harus hidup, supaya kita terlihat tetap istimewa. Tentunya istimewa di mata Tuhan, dan yang dapat mengatakan istimewa adalah yang menciptakan kita.

2. Mencerminkan atau mencitarakan Allah
Allah tidak terlihat, tidak ada yang bisa melihat Allah, namun Allah dapat dilihat dari manusia, karena manusia adalah ciptakan Allah yang serupa dengan Allah. Sebagai contoh, kalau kita suka marah, maka orang omong begini, kaya bapaknya suka marah-marah, kalau  cengeng, nanti orang bilang kayak mamanya cengeng atau manja. Atau kita sedang mencerminkan orang tua kita. Contoh saya tidak melihat dan tidak mengenal papa atau mama dari A tapi saya bisa menerka-nerka orang tuanya seperti apa dari perilaku A. ada peribahsa yang mengatakan buah kelapa tidak jatuh jauh dari pohonnya. Jadi anak ga jauh beda dari orang tuanya. Begitu juga kita, kita adalah ciptaan serupa dengan Allah, jadi seharusnya orang-orang disekitar kita dapat melihat kita seperti melihat pencipta kita. Tetapi sering kita tidak mencerminkan Allah atau mencitrakan Allah dalam diri kita, sehingga seakan-akan kita ini bukan ciptaan Allah yang serupa dengan Allah, tetapi ciptaan setan yang serupa dengan setan.

Manusia telah jatuh kedalam dosa, sehingga semua kepribadian manusia telah dinodai oleh dosa atau telah tertutupi oleh dosa. Seperti koin yang dibungkus kain, koin itu tetap koin walaupun dibungkus kain, tetapi kita tidak dapat melihat koin tersebut karena dibungkus oleh kain sehingga kita tidak dapat melihat koin tersebut tetapi yang kita lihat adalah kain pembungkus koin tersebut. Demikian juga dengan kita. Di dalam diri kita ada keserupaan dengan Allah, tetapi dosa telah menutupinya sehingga orang-orang di sekitar kita hanya melihat dosa kita. Dan semua manusia demikian. Sehingga manusia yang satu melihat manusia yang lain maka ia hanya melihat dosa, karena itu sewaktu manusia menilai bahwa dia jahat sebenarnya yang menilai juga jahat. contohnya, seperti mahasiswa sering demon karena melihat korupsi di DPR, tetapi sebenarnya mahasiswa juga sering korupsi di kampusnya. Dosa membuat keserupaan dengan Allah dalam diri manusia tidak terlihat.

Seperti Ford tadi begitu mudah membetulkan mobil yang rusak, karena dia yang membuat mobil tersebut. Demikian juga Allah, hanya Dia yang mengerti dan tahu bagaimana memulihkan citra diri kita, sehingga keserupaan dengan Allah itu terlihat. Tetapi bagaimana caranya: kita percaya pada-Nya, dan Alkitab berkata barangsiapa percaya Yesus maka dia akan diselamatkan. Diselamatkan ini bukan hanya berbicara setelah kita mati kita pasti masuk sorga setelah menerima Yesus, tetapi juga diselamatkan dari lumpur dosa, sehingga proses pemulihan keserupaan Allah dapat kembali terlihat dikit demi sedikit. Dan itu hanya dapat kita terima kalau kita percaya Yesus sebagai Tuhan dan juruselamat kita. Namun kenapa harus menerima Yesus terlebih dahulu baru dapat diubahkan. Jawabannya: yang bisa memperbaiki kita adalah pencipta kita bukan kita, namun bagaimana caranya pencipta kita yang adalah Allah yang maha kudus dapat bergaul dengan yang berdosa. (baik tidak bisa bersatu dengan jahat, jika bersatu maka baik bukanlah baik tetapi jahat. jahat dan baik selalu berpisah. C.S. Lewis).

Ada jurang pemisah antara Allah dan manusia, yaitu dosa. Kekudusan Allah membuat Allah tidak dapat bergaul dengan manusia, dan keberdosaan manusia membuat manusia tidak dapat bertahan di hadapan Allah. Hanya melalui Yesus, yang adalah Allah menjadi manusia, dengan kemanusiaan-Nya Dia telah menggantikan hukuman yang harus kita terima, sehingga keadilan Allah terpuaskan saat Yesus disalibkan. Karena itulah status kita bukan lagi orang berdosa, karena hukuman telah ditanggung oleh Yesus. Nah karena kita bukan lagi orang berdosa maka Allah dengan leluasa memproses kita untuk kembali ke citra diri yang semula. Serupa segambar dengan Allah.   

C.S. Lewis berpendapat dalam bukunya MERE CRISTIANITY: “Di satu sisi, kita tidak pernah boleh membayangkan bahwa usaha-usaha pribadi kita tanpa pertolongan Allah bisa diandalkan bahkan untuk membuat kita mampu bertahan selama 24 jam berikutnya sebagai orang yang bermoral. Jika Ia tidak menopang kita, tak seorang pun di antara kita yang bebas dari dosa yang menjijikkan. Di sisi lain, tidak ada derajat kekudusan atau heroisme yang sudah pernah dicapai oleh orang-orang suci yang paling agung yang tidak sanggup dikerjakan-Nya di dalam diri setiap kita pada akhirnya.”[1]

Bukankah ini juga yang dialami Rasul Paulus, dimana dia mengetahui hukum Allah, dia tahu yang baik, namun ia selalu menemukan dirinya melanggar apa yang ia ketahui tentang yang baik. Dan bukankah ini juga pada diri kita, kita semua tahu apa itu yang baik, tetapi pertanyaannya, apakah kita sudah melakukannya. Ini menunjukkan usaha kita tidak akan mampu untuk menjadikan kita berubah, hanya Dia yang menciptakan kita yang mengerti bagaimana kita berubah. Tetapi bukan berarti kita pasif, kita bisa, karena Allah memampukan kita untuk bisa melakukannya. Itu intinya. Kita berjuang untuk hidup sesuai kehendak-Nya karena kita yakin ada Allah yang tolong kita untuk dapat terus berjuang. Augustinus: saya bedoa karena Tuhan buat saya bisa berdoa. Itu perinsipnya. Setelah kita melakukan apa yang Tuhan kehendaki, maka kita sedang mencerminkan Allah kepada manusia disekitar kita. Seperti kita bercermin, di cermin itu bukanlah kita, tetapi pantulan dari diri kita. Demikian juga, kita tidak pernah menjadi Allah, tetapi orang lain dapat melihat pantulan diri Allah melalui diri kita.

3. Mewakili Allah
Allah berkuasa atas alam semesta, namun Allah telah menciptakan manusia serupa dengan Allah, maka manusia pun memiliki kuasa terhadap alam ini. Manusia adalah duta yang mempunyai kuasa dari Allah sebagai pemilik gambar Allah untuk mengatur alam ini, namun harus sesuai dengan kehendak Allah. Ex, duta besar yang dikirim Indonesia, maka duta besar itu punya kuasa dari pemerintahan Indonesia di Negara dimana ia dikirim, namun dia harus tetap mengikuti setiap keputusan dari pemerintahan Indonesia untuk dilaksanakan di Negara dimana ia diutus. Demikian juga dengan kita, kita punya kuasa dari Allah, tetapi untuk memuliakan Allah. Bukan untuk kepentingan diri sendiri. Allah memberikan otak, tujuannya supaya kita bisa berkuasa atas alam dengan otak kita untuk kita kembalikan kepada kemuliaan Allah. Tetapi nyatanya, banyak orang dengan otaknya berfikir untuk mencari keuntungan sebanyak-banyaknya untuk memperoleh keuntungan pribadi, walaupun akibatnya, Lumpur sidoarjo, longsor d jawa barat, banjir yang henti-hentinya saat musim hujan di Jakarta, banyak lagi. Manusia merusak bumi dengan kekuasaan yang diberikan Allah padanya, pada hal Allah memberi perintah kepada manusia untuk mengusahakan dan memelihara bumi ini (Kej. 2:15). Dari hal kecil dahulu, kita memelihara bumi ini, yaitu kita mau buang sampah pada tempatnya.

Mungkin orang-orang disekitar kita suka membuang sampah sembarangan, maka kita jangan seperti dia, karena kita adalah gambar Allah yang seeprti Allah yang merawat dan memelihara bumi ini. Keadaan bumi ini rusak, karena manusianya rusak. Bumi ini tidak pernah dirusak oleh segerombolan gajah yang besar2, bumi ini tidak rusak karena segerombolan tikus, tetapi bumi ini rusak karena segerombolan manusia yang egois, yang hanya memikirkan dirinya sendiri, sehingga perusakan alam ada di mana-mana. Dan bukan itu saja, karena segerombolan manusia yang egois ini menyebabkan manusia yang lain ikut menderita. Dan keegoisan ini juga menjadikan kesenjangan antar manusia (ada yang miskin sekali dan ada yang kaya sekali) dan menyebabkan persaingan (saling menjatuhkan), iri hati, sampai akhirnya peperangan. Bumi hancur karena manusia rusak. Kita yang sudah tahu, mari kita menjadi wakil Allah di bumi. Kita berusaha untuk mewujudkan nilai2 Allah di mana kita berada.

Seperti apa yang dituliskan oleh C.S. Lewis: beberapa orang Kristen – orang-orang yang ternyata memiliki talenta-telenta yang tepat – harusnya menjadi para ekonom dan para politikus, dan semua ekonom dan politikus harus menjadi orang-orang Kristen, dan bahwa seluruh jerih payah mereka dalam bidang politik dan ekonomi harus diarahkan untuk memperaktekkan prinsip ‘perbuatlah kepada orang lain apa yang apa yang kau inginkan untuk diperbuat orang lain kepadamu.’ Jika itu terjadi, dan jika kita benar-benar siap melaksanakannya, maka kita akan cepat sekali menemukan solusi Kristen untuk masalah-masalah sosial kita.”[2]  “Saya bisa saja mengulangi ‘perbuatlah kepada orang lain apa yang kau inginkan untuk diperbuat orang lain kepadamu’ sampai wajah saya menghitam, tetapi saya tidak bisa benar-benar menjalankannya sebelum saya mengasihi sesama saya seperti diri sendiri: dan saya tidak bisa belajar untuk mengasihi sesama saya seperti diri sendiri sebelum saya belajar untuk mengasihi Allah: dan saya tidak bisa belajar mengasihi Allah kecuali dengan belajar menaati-Nya.”

Kita sedang mewakili Allah, mari kita terapkan prinsip2 atau nilai2 kristiani di mana pun kita berada, supaya bumi ini yang sudah rusak dapat melihat ada yang belum rusak, yaitu diri kita. Dan kita dapat menunda kerusakan bumi ini yang sedang menuju kepada kehancuran. Seperti garam yang dapat menunda kebusukan, dan terang yang dapat menerangi kegelapan, demikianlah kita dapat menunda kehancuran bumi ini dan menerangi bumi ini jika kita mau menerapakan nilai-nilai Allah di mana kita berada. Untuk menutup kotbah ini, saya akan menceritakan hasil wawancara Lee Strobel dengan William Neal Moore (seorang yang divonis hukuman mati oleh pengadilan). Bulan mei 1984. Pada waktu itu, Moore sedang dipenjara dalam sebuah sel, menantikan eksekusi hukuman mati dalam Penjara Negara Bagian Georgia. Selnya hanya berbatasan lorong dengan kursi listrik, di mana hidupnya sudah dijadwalkan akan dicabut dalam kurun waktu kurang dari tujuh puluh dua jam.

Kasusnya bukan kasuh seorang yang tidak besalah, yang diperlakukan secara tidak adil oleh sebuh system peradilan. Tak perlu dipertanyakan lagi, Moore adalah seorang pembunuh. Dia sendiri sudah mengakuinya. Sesudah melewatkan masa kecil yang diwarnai dengan kemiskinan dan kejahatan-kejahatan kecil, dia bergabung dengan Angkatan Darat dan kemudian menderita depresi karena kesulitan-kesulitan pernikahan dan keuangan yang menderanya. Suatu malam dia mabuk dan mendobrak masuk rumah Fredger Stapleton yang berusia 70 tahun. Stapleton diketahui oleh orang-orang di sekitarnya suka menyimpan banyak uang tunai di dalam kamar tidurnya.

Dari balik pintu kamarnya, Stapleton menembak dengan sebuah senapan, dan Moor membalas dengan menembak pistolnya. Stapleton tewas seketika, dan dalam hitungan menit Moore melarikan diri dengan membawa uang sejumlah $ 5.600. Seorang informan memberitahukan kepada polisi dan keeokan pagi dia ditangkap dalam trailernya di luar kota. Tertangkap dengan bukti di tangan, Moore mengakui kesalahanya dan dijatuhi hukuman mati. Dia sudah menyia-nyiakan hidupnya memasuki hidup penuh kekerasan, dan sekarang dia sendiri menghadapi akhir hidup melalui kekerasan.

Namun, Willian Neal Moore yang sedang menghitung jam-jam terakhir sebelum jadwal esekusinya, bukan orang sama yang pernah membunuh  Fredger Stapleton. Sewaktu dipenjara, dua pimpinan gereja mengunjungi Moore atas permintaan ibunya. Mereka menceritakan kepadanya tentang belas kasihan dan pengharapan yang ditawarkan oelh Yesus Kristus. “Tidak seorang pun pernah bercerita kepadaku bahwa Yesus mencintai aku dan mati bagi ku,” Jawab Moore menjelaskan pada saat saya (Lee Strobel) mengunjunginya di Georgia. “Itulah cinta yang dapat kurasakan. Itulah cinta yang kuinginkan. Itulah cinta yang kubutuhkan” Pada hari itu, Moore menjawab ‘ya’ terhadap tawaran pengampunan dan kehidupan kekal gratis dari Yesus Kristus, dan segera dia dibaptiskan dalam sebuah bak mandi kecil yang digunakan oleh orang-orang percaya di dalam penjara itu. Dan Moore yang sekarang tidak pernah menjadi Moore yang dahulu lagi.

Selama enam belas tahun masa penantian pelaksanaan hukuman mati, Moore berperan seperti seorang penginjil di antara penghuni penjara yang lain. Dia memimpin pemahaman Alkitab dan mengadakan persekutaun doa. Dia menyediakan jasa konseling bagi para penghuni dan memperkenalkan banyak di antara mereka untuk beriman kepada Yesus. Beberapa gereja bahkan mengirimkan orang lain yang sedang menantikan pelaksanaan hukuman mati untuk konseling dengan dia. Dia mengikuti lusinan kursus Alkitab tertulis. Dia berhasil memperoleh pengampunan dari keluarga korbannya. Kemudian dia dikenal dengan nama “Si Pendamai (The Peacemaker)”, karena blok selnya yang dihuni sebagian besar oleh terpidana yang sudah menjadi Kristen melalui pengaruhnya, selalu merupakan blok sel yang paling aman, paling tenang dan paling teratur.

Sementara itu, saat eksekusi bagi Moore semakin mendekat. Secara legal, kasusnya memang sudah tidak mungkin ditolong lagi. Karena dia sudah mengaku bersalah, pada dasarnya tidak ada lagi isu-isu legal yang dapat memenangkan pembebasannya. Berulang kali, pengadilan memperkuat vonis matinya. Begitu mendalamnya trasformasi yang terjadi dalam diri Moore, tetapi orang-orang banyak pun mulai memperhatikannya. Ibu Teresa dan orang lain mulai berkampanye untuk menyelamatkan nyawanya. “Billy bukan lagi Billy yang dahulu lagi”, kata seorang terpidanan yang pernah bertemu dengan Moore dalam penjara: “Kalau Anda menghukum mati dia hari ini, Anda hanya membunuh sosok tubuh, tetapi sosok tubuh yang memiliki pikiran yang berbeda. Jadi, itu akan seperti mengesekusi orang keliru”

Sebuah editorial dalam harian Atlanta Journal and Constitution memuji dia, bukan hanya sebagai orang yang sudah diubahkan, melainkan juga sebagai “seorang agen perubahan bagi orang lain.” Editorial  tersebut memuat pernyataan: “Di mata banyak orang, dia adalah sosok orang suci.” Hanya beberapa jam sebelum Moore diikat pada kursi listrik, tak lama sebelum kepala Moore dicukur gundul supaya kabel-kabel elektroda itu dapat dikenakan ke atas kepalanya, pengadilan mengejutkan semua orang dengan mengeluarkan keputusan penundaan eksekusi.

Bahkan yang lebih mengherankan lagi, The Georgia Board of Pardon and Parole (Dewan Pengampunan dan Pengurangan Hukuman untuk Negara bagian Georgia) kemudian mengadakan pemungutan suara tertutup untuk menyelamatkan nyawanya, dengan mengubah hukumannya menjadi hukuman seumur hidup. Tetapi benar-benar menakjubkan – bahkan belum pernah terjadi dalam sejarah Georgia modern – adalah karena Dewan Pengampunan dan Pengurangan Hukuaman itu memutuskan bahwa Moore, seorang mantan pembunuh bersenjata yang mengakui kesalahannya, mengusulkan pembebesannya. Pada tanggal 8 November 1991, dia dibebaskan.

Saat saya (Lee Strobel) duduk bersama Moore di rumahnya yang menghadap kearah padang yang ditumbuhi oleh pohon-pohon cemara yang subur, saya bertanya kepadanya tentang sumber dari metamorfosanya (Moore) yang menakjubkan itu. “Tentunya system rehabilitas dalam penjara itu yang mengubah Anda bukan?” Tanya saya (Lee Strobel). Moore menjawab: “Bukan, bukan itu” jawabnya. “kalau begitu pasti program menolong diri sendiri, atau menolong diri sendiri ke sikap mental positif,” kata saya menebak.

Dengan tegas di menggelengkan kepalanya, “bukan, bukan itu juga.” “Prozac (merek obat penenang)? Transcendental Meditation? Konseling psikologis?” “Ayolah, Lee,” katanya, “Anda tahu bukan semua yang Anda sebut itu.” Dia benar. Saya tahu alasan sebenarnya. Saya hanya ingin mendengar dia mengatakan sendiri, “kalau begitu apa dong yang menyebabkan transformasi luar biasa yang terjadi dalam diri Billy Moore” Tanya saya (Lee Strobel). “Langsung dan sederhana saja, Yesus Kristus yang mengubah saya.” Katanya dengan bangga. “Dia mengubahku dengan cara-cara yang tidak mungkin kulakukan sendiri. Dia memberiku tujuan hidup. Dia menolongku melakukan hal yang benar. Dia memberiku hati dan perasaan terhadap sesamaku. Dia penyelamat jiwaku”

Kisah di atas menunjukkan bagaimana Tuhan dapat mengubah manusia kembali kepada citra diri mereka, yaitu gambar Allah, sehingga citra diri manusia sebagai gambar Allah dapat terlihat jelas kembali. Saya akan mengutip tulisannya Lee Strobel setelah ia selesai mewawancarai Moore. “itulah kuasa iman yang mengubah kehidupan manusia. Karena itu, tulis rasul Paulus, ‘siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang!’ Billy Moore yang orang Kristen itu sendiri tidak sama dengan Billy Moore si pembunuh, Allah sudah mengintervensi dengan pengampunan-Nya, dengan belas kasihan-Nya, dengan kuasa-Nya, dengan kehadiran Roh Kudus-Nya. Kasih karunia yang mengubahkan telah diberikan kepada Moore itu juga tersedia bagi setiap orang yang bertindak atas bukti nyata bagi Yesus Kristus dengan membuat keputusan untuk menerima-Nya sebagai pengampunan dan pimpinan-Nya. Tawaran itu menanti semua orang yang menjawab ya kepada Tuhan dan ajaran-ajaran-Nya.”

Marilah kita terima Tuhan Yesus dalam hati kita sebagai Tuhan dan Juruselamat kita, maka kita akan diubahkan Tuhan/dipulihkan citra diri kita dan akan dijadikan Tuhan sebagai pengubah orang lain menjadi seperti semula, yaitu serupa segambar dengan Allah. Amin.

Bibliography

[1] Clive Staples Lewis. Mere Cristianity (Kekristenan Asali), (Bandung: Pioner Jaya, 2006), 279
[2] Ibid, 125
[3] Ibid, 130
[4] Lee Strobel, Pembuktian Atas Kebenaran Iman Kristiani, (Batam: Gospel Press, 2005), 321-324
[5] Bill Montgomery, “U.S. Supreme Court Halts Execution: Even Victim’s Family Pleaded For Mercy,” The Atlanta Journal and Constitution,  August 21, 1990 (Lee Strobeel, Pembuktian Atas Kebenaran Iman Kristiani…) 323
[6] “When Mercy Becomes Mandatory,” The Atlanta Journal and Constitution, August 16, 1990. (Lee Strobel,…) 323
[7] Lee Strobel,… hal 324







By Admin sobolimmatius@gmail.com

KALAU YESUS ADALAH ALLAH, BAGAIMANA DIA BERDOA KEPADA ALLAH DAN APAKAH YESUS BERDOA KEPADA DIRINYA SENDIRI ?

  KALAU YESUS ADALAH ALLAH, BAGAIMANA DIA BERDOA KEPADA ALLAH DAN APAKAH YESUS BERDOA KEPADA DIRINYA SENDIRI ? Ev. Matius Sobolim, M. Th. ...