Jumat, 05 Juni 2020

HARI PENDAMAIAN

HARI PENDAMAIAN 

Ev. Matius Sobolim, M. Th.

TB- Satu hari setahun di mana segala dosa rakyat dan imam diperdamaikan Tuhan yang dilambangkan dengan seekor kambing jantan yang setelah ditumpangi tangan dilepaskan ke padang belantara (Im 16:1-34; Im 23:27).

BIS- Inilah hari raya yang terutama bagi bangsa Yahudi. Hari raya ini diadakan satu tahun sekali. Pada hari itu imam agung mempersembahkan kurban untuk dosa-dosa umat Israel dan untuk dosanya sendiri (Im 16:29-34). Hari raya ini jatuh pada tanggal 10 bulan Tisyri, yaitu hari yang berdekatan dengan tanggal 1 Oktober.

Dalam bahasa (Ibrani yom hakkippurim). Hari ke- 10 bulan ke-7 (Tisyri, yaitu September/Oktober), bagi Israel merupakan hari suci paling khidmat. Dilarang melakukan segala jenis pekerjaan dan semua orang diperintahkan untuk benar-benar berpuasa.

I. Tujuan

Hari Pendamaian merupakan peringatan bahwa pengorbanan yg dilakukan di atas mezbah setiap hari, setiap minggu dan setiap bulan tidaklah cukup untuk meniadakan dosa. Pada saat pemuja mempersembahkan korban bakaran mereka harus berdiri jauh, tidak boleh mendekati kehadiran Allah yg suci, yg dinyatakan antara kerub di tempat mahasuci. Hanya pada hari ini saja dari setiap tahun, darah tebusan dibawa ke tempat mahasuci, ruang singgasana yg suci, oleh Imam Besar mewakili bangsanya.

Imam Besar 'mengadakan pendamaian ... karena segala kenajisan orang Israel dan karena segala pelanggaran mereka, apa pun juga dosa mereka' (Im 16:16). Pendamaian pertama-tama diadakan untuk para imam karena pengantara Tuhan dengan umat-Nya harus tahir. Tempat Suci pun ditahirkan, karena tempat itu pun dianggap telah dikotori oleh kehadiran dan pelayanan orang-orang berdosa.

II. Ibadah

Mempersiapkan korban pendamaian untuk hari itu, Imam Besar menanggalkan jubah resminya dan mengenakan pakaian putih yg sederhana. Kemudian ia mengorbankan seekor sapi jantan sebagai korban penghapus dosanya sendiri dan kaum imam. Setelah mengisi pedupaannya dengan bara api dari mezbah, Imam Besar memasuki tempat mahasuci, di mana ia menaruh dupa di atas bara itu. Dupa itu mengeluarkan gumpalan asap di atas tutup pendamaian yg berfungsi sebagai penutup tabut perjanjian Tuhan. Lalu Imam Besar mengambil sedikit darah dari sapi jantan itu dan memercikkannya di atas tutup pendamaian dan di atas tanah di depan tabut itu. Dengan cara demikian pendamaian diadakan untuk kaum imam.

Imam Besar selanjutnya mengorbankan seekor kambing jantan sebagai korban penghapus dosa bangsa Israel. Sebagian dari darah binatang itu dibawa ke dalam tempat mahasuci, dan dipercikkan di sana dengan cara yg sama seperti darah dipercikkan pada waktu diadakan korban penghapus dosa bagi para imam (Im 16:11-15).

Setelah mentahirkan tempat mahasuci dan mezbah korban bakaran dengan campuran darah dari sapi jantan dan kambing (Im 16:18-19) Imam Besar mengambil kambing kedua, meletakkan tangannya ke atas kepala kambing itu dan mengakui segala dosa orang Israel. Lalu kambing itu dilepaskan ke padang gurun, yg melambangkan segala dosa orang Israel telah diangkut. Bangkai-bangkai dari kedua korban itu dibawa ke luar perkemahan dan dibakar. Hari itu diakhiri dengan mempersembahkan korban tambahan lain.

III. Arti

Surat Ibr mengartikan upacara Hari Pendamaian sebagai lambang karya Kristus yg mengadakan pendamaian (Ibr 9:10). Yesus disebut 'Imam kita yg Maha Besar' dan darah yg tertumpah di bukit Golgota dilihat sebagai perlambang darah sapi-sapi dan kambing-kambing jantan. Berbeda dari keimaman dalam PL, Kristus yg tak berdosa tidak perlu mempersembahkan korban untuk dosa-Nya sendiri.

Sama seperti Imam Besar PL memasuki tempat mahasuci dengan darah korban yg dikorbankan, maka Yesus memasuki sorga untuk menghadap hadirat Allah demi kepentingan umat-Nya (Ibr 9:11-12). Imam Besar PL harus mempersembahkan korban penghapus dosa setiap tahun untuk dosanya sendiri dan dosa-dosa umatnya. Pengulangan persembahan korban demikian setiap tahun mengingatkan bahwa pendamaian yg sempurna dan utuh diberikan. Yesus, melalui darah-Nya sendiri menciptakan kelepasan yg kekal untuk umat-Nya (Ibr 9:12).

Ibr 9:13-14 mencatat bahwa persembahan korban yg dilakukan para imam hanya mencapai pentahiran tubuh. Dengan upacara mereka membersihkan lahiriah orang berdosa, tapi mereka tidak dapat melakukan pembersihan batiniah, yg merupakan prasyarat untuk bersekutu dengan Tuhan. Persembahan korban ini merupakan lambang dan nubuat tentang pekerjaan Yesus, yg melalui korban-Nya yg 'lebih baik' menyucikan hati nurani kita dari perbuatan dosa.

Kemah Suci PL dimaksudkan sebagian untuk mengajar Israel, bahwa dosa menutup jalan bagi manusia ke hadirat Tuhan. Hanya Imam Besar dan ia hanya sekali setahun, dapat memasuki tempat maha suci, dan harus membawa darah yg ia persembahkan sebagai pendamaian (Ibr 9:7). Tapi Yesus, melalui 'suatu cara yg baru dan hidup', memasuki sorga tempat maha suci yg benar, di mana Ia tinggal senantiasa sebagai Pengantara bagi umat-Nya. Orang percaya tidak perlu berdiri jauh, seperti halnya orang Israel pada zaman dulu. Kim melalui Kristus, mereka dapat langsung mendekati takhta kasih karunia Allah. Dan Ibr 13:11-12
mencatat bahwa tubuh binatang yg dikorbankan pada Hari Pendamaian dibakar di luar perkemahan Israel. Yesus juga telah menderita di luar pintu gerbang Yerusalem agar Ia dapat menyelamatkan umat-Nya dari dosa.

IV. Ibadah modern

Dalam kebiasaan Yahudi modern, Hari Pendamaian (Yom Kippur) adalah hari terakhir dari 'Sepuluh Hari Penyesalan' yg dimulai dengan Rosy Hasyanah, Hari Tahun Baru Yahudi. Masa 10 hari ini disediakan bagi latihan rohani untuk menyesal, berdoa, dan berpuasa sebagai persiapan menyambut hari paling khidmat sepanjang tahun, yakni Yom Kippur. Walaupun penyerahan korban persembahan sebagai bagian dari upacara Hari Pendamaian tidak diberlakukan lagi sejak Bait Suci dihancurkan, namun orang Yahudi masih menghormati hari itu dengan berpuasa dan tidak melakukan suatu pekerjaan apa pun.

Terompet tanduk biri-biri jantan ditiup untuk menghimbau orang beribadah di sinagoge pada malam Yom Kippur. Pada saat ini kebaktian Kol Nidre ('Sumpah-sumpah') yg mengesankan itu dikumandangkan. Jemaah menyesal dan memohon kepada Tuhan untuk mengampuni mereka, sebab mereka telah melanggar sumpah karena mereka tak sanggup memenuhinya. Kebaktian diadakan esok harinya, dimulai pagi-pagi sekali hingga matahari terbenam, lalu Hari Pendamaian diakhiri dengan bunyi tiupan terompet tunggal. Sesudah itu jemaat pulang ke rumah masing-masing.

sobolimmatius@gmail.com