Kamis, 06 Juni 2013

INERRANCY ALKITAB


INERRANCY ALKITAB

Oleh
Matius Sobolim, S. Th.
           
Inerasi Alkitab

Definisi : Sebuah pemahaman bahwa segala hal yang di tulis di dalam Alkitab adalah benar. Makna : Ineransi merupakan sebuah ajaran yang menekankan bahwa isi Alkitab itu adlah firman Allah karena yang menjadi pedoman adalah Allah dan Allah tidak pernah salah, yang berubah adalah pandangan atau tafsiran manusia terhadap ayat-ayat dalam Alkitab itu, tetapi isi Alkitab itu sendiri tidak berubah karena mereka pun menganggap bahwa Alkitab sendiri diilhami oleh roh kudus sehingga kemungkinan untuk salah itu sanagt sedikit bahkan tidak mungkin salah.

Ineransi itu sendiri tidak hanya berlaku pada Alkitab tetapi juga pada semua bidang pengetahuan dan bahkan di semua aspek kehidupan.
Hal ini karena manusia dengan segala pengetahuannya adalah ciptaan Tuhan. Menurut ajaran ini, Tuhan tidak salah jadi semua yang Ia ciptakan juga tidak salah.
Pemahaman ini kemudian menjadi salah jika manusia menutup-nutupi atau mambenarkan kesalahan sesamanya karena anggapan tersebut kembali lagi kepada Allah benar, maka semua ciptaan-Nya benar.
atas perhatiannya sampaikan terimakasi... wawawawa....

Rabu, 05 Juni 2013

NELSON MANDELA “PERCAKAPAN DENGAN DIRI SENDIRI” TETAPI SEKARANG NELSON MANDELA BERBICARA KEPADA DUNIA


NELSON MANDELA
“PERCAKAPAN DENGAN DIRI SENDIRI” TETAPI SEKARANG NELSON MEMNDELA BERBICARA KEPADA DUNIA 

oleh 
Matius Sobolim


Nelson Mandela



Kata-Kata Mutiara Nelson Mandela, 

Yang bisa kita pertimbangkan sebagai pegangan hidup. Kata-kata ini dimuat di halaman paling awal dari buku tsb, sbb:

“Lagipula sel penjara merupakan tempat yang ideal untuk belajar mengenal diri sendiri, untuk menelusuri/memeriksa benar-benar dan secara teratur proses dari fikiran dan perasaan sendiri. Ketika melakukan penyimpulan atas kemajuan kita sebagai individu, kita cenderung, untuk memusatkan pada hal-hal yang diluar, misalnya posisi sosial seseorang, pengaruh dan popularitas, kekayaan dan taraf pedidikannya. Itu semua tentu penting dalam menentukan kesuksesan seseorang dalam masalah material dan sangat difahami bila banyak orang terutama memusatkan usaha untuk mencapainya.
“Tetapi faktor-faktor intern adalah lebih penting bagi perkembangan seseorang sebagai manusia. Kejujuran, keikhlasan, sederhana, rendah hati, luhur tanpa maksud tersembunyi, tidak congkak, selalu siap berbuat untuk orang lain – kwalitas yang bagi setiap orang bisa dengan mudah untuk dimiliki sendiri – merupakan fundamen dari kehidupan jiwa seseorang. Perkembangan jiwa seseorang tak mungkin terjadi tanpa melakukan introspeksi yang serius, tanpa mengenal diri sendiri, tanpa mengenal kelemahan dan kekeliruan sendiri.

“Sel penjara paling sedikit memberikan kesempatan untuk setiap hari memberikan penilaian terhadap kelakuan sendiri, untuk mengalahkan yang buruk dan mengembangkan yang baik di dalam diri sendiri, tak peduli apa itu. Secara teratur baik-baik memikirkan tentang diri sendiri, katakanlah selama 15 menit setiap hari sebelum tidur. Cara ini bisa membawa hasil yang bagus. Pada permulaan mungkin terasa sulit untuk menyebut point-point negatif mengenai diri sendiri, tetapi pada usaha yang kesepuluh kalinya dapat membawa hasil. Jangan sekali-kali lupa bahwa orang suci itu pernah berbuat dosa, yang terus saja berusaha (berbuat sesuatu yang baik).”


Bukankah kata-kata Mandela tsb merupakan butir-butir mutiara yang bisa dijadikan pedoman hidup?
Buku terbaru Mandela “Pecakapan Dengan Diri Sendiri”, membuka pintu masuk bagi pembaca ke kehidupan seseorang yang unik. Di sini ditunjukkan kehidupan pribadi Mandela. Dari surat-suratnya selama saat-saat yang paling sulit dari hidupnya ketika dipenjarakan dalam waktu yang begitu lama.
Dalam buku ini Mandela bukan ikon, juga bukn orang suci. Di sini ia seorang biasa yang terdiri dari darah dan daging. “Percakapan Dengan Diri Sendiri” adalah laporan pribadi, sejak ia sadar politik sampai ke kemegahannya di panggung dunia. Jarang sekali ada kesempatan untuk berhubungan langsung dengan Mandela, mendengar suaranya sendiri: langsung, jelas dan mesra.

Peter Godwin menulis di s.k. The Observer, 17 Oktober 2010:
Buku ini adalah suatu lensa berharga untuk melihat bagaimana Mandela mengambil keputusan-keputusan historis – bagaimana fikirannya tentang komunisme, tentang kepercayaan Kristianinya, perjuangan bersenjata …. Buku ini menceriterakan bahwa Mandela lebih memilih Nehru ketimbang Gandhi. Mandela juga menjelaskan bahwa ia hanya percaya pada non-violence (tanpa kekerasan) sebagai taktik dan tidak sebagai prinsip. Ia sepenuhnya percaya bahwa ia akan dihukum mati.
Buku ini merupakan suatu pengkoreksian berguna terhadap kecenderungan memandang sejarah melalui retrospektakel, beranggapan bahwa apa yang telah terjadi itu, betapapun merupakan hal yang tak bisa dicegah.

Mandela juga mengingatkan kembali bahwa tahanan nomor 466/64 (nomor itu adalah Mandela yang oleh penguasa dicatat hanya nomor administratifnya saja, I.I) mungkin bisa dibebaskan puluhan tahun sebelumnya, andaikata ia setuju dibebaskan di wilayah “black homelands”, yang diciptakan oleh penguasa, dan bila ia setuju untuk menolak perjuangan bersenjata melawan apartheid. Tetapi ia menolak kehendak yang memenjarakannya. Demikian antara lain Peter Godwin.
Betapapun penilalaian orang, Nelson Mandela di dunia dewasa ini dipandang sebagai lambang perjuangan demi keadilan dan paling memberikan isnpirasi.
* * *
Dalam kata pengantarnya Barack Obama menulis a.l.: Beliau (Nelson Mandela), adalah lambang perjuangan demi keadilan, persamaan dan harga-diri di Afrika Selatan dan di seluruh dunia. Ia telah memberikan pengorbanan yang begitu besar, sehingga menginspirasi orang dimana saja untuk melakukan apa saja demi kemajuan umat manusia.

Suri teladan yang diberikan Mandela menyadarkan saya mengenai apa yang berlangsung selanjutnya di dunia ini. Serta tugas-tugas kita untuk sesuatu yang benar. Dengan pilihan yang dibuatnya, Mandela menunjukkan bahwa kita tidak harus menerima saja dunia itu sebagaimana adanya. Tetapi bahwa adalah tugas kita untuk berusaha membuat dunia sebagaimana seharusnya.
Buku Mandela, “Percakapan Dengan Diri Sendiri”, berjasa pada dunia. Ia telah memberikan gambaran mengenai Mandela sebagai manusia. . . . Dengan bukunya itu Mandela mengingatkan bahwa ia bukan manusia sempurna. Seperti kita semua, Mandela juga telah melakukan kesalahan. Tetapi kesalahan-kesalahannya itu justu memberikan inspirasi pada kita.
Buku ini adalah suatu cerita mengenai seorang yang telah mempertaruhkan hidupnya untuk cita-cita yang diyakininya dan yang melakukan usaha keras demi suatu hidup yang membikin dunia ini lebih baik.

Aku belum selesai membaca buku terbaru Mandela ini. Entah kapan akan selesai membacanya, siapa tahu. Oleh karena itu kubuatlah tulisan ini. Paling tidak memperkenalkan kepada pembaca mengenai terbitnya buku terbaru Nelson Mandela:[1]

PERCAKAPAN DENGAN DIRI SENDIRI!

[1] Ibrahim Isa – Berbagi Cerita Jumat, 31 Desember 2010
-----------------------------------------

VISI KRISTEN


VISI KRISTEN
Visi adalah suatu gambaran jelas yang dilihat oleh seorang pemimpin tentang masa depan bagi orang-orang dan organisasi yang ia pimpin. Visi artinya Allah membawa setiap orang dari satu tempat ke tempat lain demi maksud-maksud-nya bukan demi maksud-maksud kita sendiri. Di sini visi menjelaskan bahwa Allahlah yang membawa kita kepada suatu tujuan yang
Matius Sobolim
dikehendaki-Nya. Di sisi lain, visi bukanlah tentang manusia saja. Visi adalah tentang Allah. Allah itulah pencipta visi. Visi adalah menurut jadwal Allah, bukan jadwal kita atau jadwal pemimpin. Jadi, saya mendorong para pembaca untuk bertahan dalam jangka panjang sebab Allah tahu apa yang sedang Dia kerjakan. Dialah yang bijaksana, bukan kita. Demikianlah Allah melakukannya menurut cara dan waktu-Nya sendiri. Percayalah kepada Allah bahwa Dia akan memimpin dan mengarahkan kita kepada visi-Nya yang akan dicapai melalui hidup dan pelayanan kita.
Visi menurut Wibisono. Visi merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan cita-cita atau impian sebuah organisasi atau perusahaan yang ingin dicapai di masa depan. Atau dapat dikatakan bahwa visi merupakan pernyataan want to be dari organisasi atau perusahaan. Visi juga merupakan hal yang sangat krusial bagi perusahaan untuk menjamin kelestarian dan kesuksesan jangka panjang. Dalam visi suatu organisasi terdapat juga nilai-nilai, aspirasi serta kebutuhan organisasi di masa depan seperti yang diungkapkan oleh Kotler yang dikutip oleh Nawawi (2000:122), Visi adalah pernyataan tentang tujuan organisasi yang diekspresikan dalam produk dan pelayanan yang ditawarkan, kebutuhan yang dapat ditanggulangi, kelompok masyarakat yang dilayani, nilai-nilai yang diperoleh serta aspirasi dan cita-cita masa depan. Visi yang efektif antara lain harus memiliki karakteristik seperti :
1.       Imagible (dapat di bayangkan).
2.       Desirable (menarik).
3.       Feasible (realities dan dapat dicapai).
4.        Focused (jelas).
5.        Flexible (aspiratif dan responsif terhadap perubahan lingkungan).
6.        Communicable (mudah dipahami).
Visi bagi organisasi atau perusahaan dapat digunakan sebagai:
1. Penyatuan tujuan, arah dan sasaran perusahaan
2. Dasar untuk pemanfaatan dan alokasi sumber daya serta pengendaliannya
3. Pembentuk dan pembangun
budaya perusahaan (corporate culture).
  1.  karena diimpartasi oleh TUHAN.
  2. Inkulturasi keluarga dan masyarakat. Tatkala seseorang individu berada di dalam rahim ibunya, ia dapat saja dipengaruhi oleh faktor “psikologi ibu” melalui prenatal influnces yang diimpartasi sang ibu. dapat dikatakan bahwa dari sisi psikologi ibu ini, nilai bawaan dasar pribadi ditanamkan, namun secara kultural, sasng bayi belumlah menjadi manusia budaya. Setelah sang bayi lahir, ia mulai memasuki proses budaya dengan dibudayakan dan berbudaya, sehingga ia menjadi manusia budaya dari suatu kelompok masyarakat. Pada tatanan ini, mulailah terlihat adanya pengaruh kebudayaan terhadap pembentukkan diri individu yang disebut inkulturasi atau enkulturasi.  Yang dimulai dari pengaruh orang tua dan lingkungan keluarga. dalam kaitan ini, dapatlah dikatakan bahwa salah satu faktor dominan yang mempengaruhi kepribadian seseorang adalah keluarga dan masyarakat yang diwujudkan melalui inkulturasi ini. Pendidikan umum, yang mewarnai kecakapan berpikir. Di samping faktor inkulturasi, faktor pendidikan umum juga sangat mewarnai dasar, khasana, kemampuan dan cara berpikir setiap orang. Dengan demikian dapatlah dilihat bahwa pendidikan umum yang ditekuni seseorang sampai pada level apa pun dengan cara apa pun akan mewarnai serta mempengaruhi kepribadiannya secara umum pula. Dari sinilah akan terlihat bahwa kecenderunga berpikir, bersikap, berkata dan berbuat akan memperlihatkan keterpengaruhan pendidikan formal ini.
  3. Pergaulan yang mewarnai hubungan-hubungan sosial. Faktor sosial dasar yang juga berpengaruh atas kepribadian seseorang dan setiap orang adalah pergaulan dengan teman sepermainan atau peer. Di samping faktor sosial yang diwariskan dari pengaruh kehidupan keluarga, pergaulan dengan peer juga memiliki kontribusi dalam pembentukan kepribadian individu. Karena itu, pengaruh atas kepribadian seseorang dapat ditelusuri balik kepada pergaulan dengan peer dalam lingkungan masyarakat di mana ia hidup dan berada pada awalnya.
Dalam hubungan dengan uraian di atas ini, dapatlah dikatakan bahwa kebiasaan pribadi yang menunjuk kepada bagaimana seseorang berpikir, bersifat, bersikap atau berkehendak, berperasaan, berkata dan bertindak, dapat ditelusuri balik kepada pengaruh-pengaruh yang melingkupi dirinya terutama pada masa kanak-kanak, dari usia bayi, sampai masa remaja dan pemuda. Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa kadar keluhuran budi seseorang akan ditentukan oleh pengaruh nilai iman, keluarga, pendidikan umum, pergaulan dan hubungan-hubungan di mana ia hidup dan di besarkan. Dari sisi lain dapatlah dikatakan bahwa pengaruh-pengaruh di atas inilah yang membentuk dan mengubah kepribbadian seseorang sehingga ia menjadi apa adanya pada saat ini dengan ekpresi dirinya yang unik dan khas.

1.    PEMIMPIN BERKARAKTER LUHUR
Firman Allah menegaskan bahwa “ orang yang berbudi luhur merancang hal-hal yang luhur, dan ia selalu bertindak demikian” (Yesaya 32:8). Kebenaran dalam nubuatan Nabi Yesaya ini berbicara tentang pribadi yang berbudi luhur, yang berpikir luhur, bersikap luhur dan bertindak luhur yang akan terwujud dengan sendirinya secara konsisten. Penekanan  ini menerangkan tentang seseorang pribadi, yang apabila ia berbudi luhur, ia akan membuktikannya dengan sifat, sikap, kata serta tindakan yang luhur yang akan selalu menyatakan keluhurannya sebagai karakteristik dirinya. Pada sisi lain, dalam kaitan ini dapat dilihat bahwa seorang individu sesungguhnya memiliki kepribadian utuh yang ditandakan dengan karakter.  yang menjelaskan tentang karakteristik kepripadian individu dimaksud. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kepribadian diekspresikan melalui karakter dan karakter yang dibangun di atas sejumlah faktor menunjukkan kadar nilai dari kepribadian. Jadi dapatlah dikatakan bahwa apabila pemimpin memiliki karakter yang disebut “berbudi luhur” maka pada tahap pertama, ia telah membangun kepribadiannya di atas nilai yang luhur, dan dari nilai luhur ini, ia mengekspresikan karakternya yang berkarakteristik “berbudi luhur” dimaksud dalam keseharian melalui pikiran, sikap, sifat, kata serta perbuatannya. Dalam upaya menjelaskan hubungan yang integral antara pemimpin dan karakternya, maka tulisan ini akan membahas beberapa pokok penting, yaitu antara lain., Satu, Fondasi karakter individu yang luhur; Kedua, Dinamika mengembangkan karakter yang luhur; yang diakhiri dengan suatu rangkuman.

2.      Sifat dasar yang luhur  
Telah disinggung sebelumnya, bahwa karakter sangat erat hubungannya dengan kepribadian setiap individu. Substansi kepribadian setiap orang memiliki ego (diri, hakikat diri), yang dibangun di attas temperamen yang merupakan bawaan lahir. Ego memiliki (dimiliki) tubuh, jiwa, roh yang menjadikan manusia sebagai manusia (yang hidup, yang bukan binatang), dengan kesatuan psiko-somatik (jiwa/roh/tubuh) utuh tidak terpisahkan. Ego yang dimotori oleh temperamen mempengaruhi kepribadian yang melibatkan pikiran (intelek/ kognisi), perasaan (emosi) dan kehendak (volisi) yang beroperasi secara mekanis dan integral. Di sini jelas terlihat bahwa secara substatif, manusia disebut manusia karena ia memiliki ego yang ada menyatu pada tubuh/jiwa/roh, yang olehnya manusia adalah seorang pribadi dengan kepribadian utuh. Ego diwarnai oleh temperamen.  yang merupakan bawaan lahir, yang memberi pengaruh dasar awal terhadap sifat, sikap, pikiran, perasaan dan kehendak serta tindakan setiap individu.  Kenyataan manusia seperi inilah yang menjadikannya manusia berpribadi, dengan kepribadian sepesifik, khas serta unik. Pada  tataran selanjutnya, perlu disadari bahwa “Kepribadian seseorang sangat dipengaruhi oleh faktor genetika yang nampak pada temperamen atau bawaan lahir, lingkungan, dan pengalaman hidup individu.” Di sini terlihat bahwa ada faktor kepribadian dan pengaruh terhadap kepribadian setiap orang yang tidak dapat diubah atau dipengaruhi, karena merupakan destini.  Faktor-faktor dimaksud secara dominan mempengaruhi kepribadian, tanpa dapat diubah, karena sifatnya yang tetap, namun hanya dapat disikapi.

Menghubungkan kepribadian dengan karakter, perlu diawali dengan menegaskan bahwa ego (ke-AKU-an) yang membentuk seseorang sebagai manusia pribadi adalah bagian dari genetika dan bawaan lahir setiap orang yang menjadikan kepribadian dengan temperamen yang permanen dan tidak berubah. Tatkala seorang individu mengekspresikan dirinya, maka ia sedang menyatakan “karakteristik kepribadiannya” yang dari padanya dapat terlihat karakter khusus yang dimilikinya. Dari sisi ini terlihat faktor pengaruh terhadap kepribadian setiap individu yang dialami, diperoleh dan dijalani dalam lingkungan kehidupan di mana setiap orang berada dan dibesarkan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa kepribadian yang permanen itu ditandakan dengan karakter khas yang dipengaruhi sejumlah faktor. Kepribadian yang didominasi oleh karakter inilah yang menyebabkan karakter memiliki sifat “dapat berubah.”  Dengan adanya sifat ini pada karakter, maka karakter setiap orang dapat dikembangkan menjadi lebih baik dari apa yang ada padanya, karena karakter adalah ekspresi dari kepribadian.  Dalam upaya mengembangkan karakter menjadi lebih baik, maka landasan yang kuat yang harus dipahami adalah otoritas nilai.  Yang menjadi anutan setiap orang. Otoritas bagi nilai ini adalah antara lain, TUHAN, keluarga, guru, pemimpin atau atasan, sahabat baik, dan sebagainya, yang menjelaskan bahwa “sesuatu yang dominan baik positif atau pun negatif” akan mempengaruhi karakter individu.  Nilai-nilai agung yang dapat dijadilakan landasan dan tolok ukur bagi “pribadi yang berbudi luhur” dapat diidentifikasi pada aspek berikut di bawah ini.

Kebenaran yang berperan sebagai dasar bagi kepercayaan (iman atau kredo), serta landasan etika dan moral (sikap hati sebagai penggrak  perbuatan atau agenda). Landasan utama bagi nilai individu mau pun masyarakat yang berakar dari adalah kepercayaan atau apa yang dipercayai, ini sangat berhubungan dengan kebenaran sebagai dasar bagi iman. Dalam kaitan ini, kebenaran macam apa pun yang dipercayaai akan sangat mempengaruhi kadar kepercayaan atau iman yang berujung pada terwujudnya integritas  diri. Mencermati dari perspektif Kristen, kebenaran yang adalah dasar kepercayaan dapat diuraikan sebagai berikut. Pertama, Kebenaran azali adalah milik TUHAN (YHWH) Allah (Elohim) dan yang hanya ada pada Allah. Kebenaran azali milik Allah ini adalah “kudus” (Imamat 11:44-45; I Petrus 1:15-16). Kebenaran azali TUHAN Allah ini adalah bagian dari hakikat (essence), sifat khas (attributes) dan tindakan TUHAN Allah. Kebenaran azali ini hanya ada pada manusia

KALAU YESUS ADALAH ALLAH, BAGAIMANA DIA BERDOA KEPADA ALLAH DAN APAKAH YESUS BERDOA KEPADA DIRINYA SENDIRI ?

  KALAU YESUS ADALAH ALLAH, BAGAIMANA DIA BERDOA KEPADA ALLAH DAN APAKAH YESUS BERDOA KEPADA DIRINYA SENDIRI ? Ev. Matius Sobolim, M. Th. ...