Sabtu, 15 Juni 2013

Eksposisi Kitab Keluaran



Eksposisi Kitab Keluaran

Oleh: Matius Soboliem, S. Th.



KELUARAN 23:1-9
 

Ay 1-2:

1)   Ini merupakan penerapan / perluasan dari hukum ke 9 dari 10 hukum Tuhan, yaitu ‘janganlah engkau bersaksi dusta’ (Kel 20:16).

Kalau sampai saat ini saudara masih meremehkan dusta, maka perhatikan bahwa dalam Wah 21:8 pendusta termasuk dalam orang-orang yang masuk ke neraka! Disamping itu ingatlah bahwa sebagai orang kristen kita disebut ‘orang kudus’ atau ‘orang benar’ oleh Kitab Suci. Adalah suatu kontradiksi kalau kita yang disebut ‘orang kudus / benar’ itu terus berdusta, karena dusta jelas merupakan ketidakbenaran!
 

2)   Kata-kata ‘saksi’ (ay 1), ‘kesaksian’, ‘perkara’, dan ‘hukum’ (ay 2) menunjukkan bahwa bagian ini ditekankan khususnya untuk pengadilan. Jadi, kalau kita menjadi saksi dalam pengadilan, kita harus menjadi saksi yang jujur, yang tidak memutarbalikkan kebenaran.

Tetapi tentu saja bagian ini juga berlaku di luar pengadilan. Jadi, dimanapun kita berada, kita tidak boleh memutarbalikkan kebenaran.
 

3)   ’Jangan engkau menyebarkan kabar bohong’ (ay 1).

Kata Ibrani yang diterjemahkan ‘menyebarkan’ itu juga bisa diterje­mahkan ‘menerima’. Jadi, kita tidak boleh menjadi sumber, ataupun penerima / penerus kabar bohong itu. Karena itu, setiap kali saudara mendengar suatu berita yang menjelekkan seseorang, janganlah saudara cepat-cepat percaya (bdk. 1Tim 5:19).
 

4)   ’Janganlah engkau membantu orang yang bersalah dengan menjadi saksi yang tidak benar’ (ay 1b).

Kita harus menyalahkan orang yang salah, dan membenarkan orang yang benar. Kita tidak boleh menyalahkan orang yang benar, ataupun membe­narkan orang yang salah!

Kalaupun yang dipersoalkan adalah orang yang baik, tetapi kalau dalam persoalan itu ia memang salah, saudara harus menyalahkan dia. Sebaliknya, kalaupun yang dipersoalkan adalah orang yang brengsek, tetapi kalau dalam persoalan itu ia memang benar, saudara harus membe­narkan dia!

Ini menunjukkan bahwa sikap / motto ‘right or wrong my son / friend / church’ (= benar atau salah anak / teman / gereja saya) harus dibuang jauh-jauh! Jangan bersikap solider / setia kawan dengan orang yang salah!
 

Penerapan:

·        kalau anak-anak saudara bertengkar, apakah saudara selalu membela anak kesayangan saudara tanpa peduli ia salah atau benar?

·        kalau ada orang kafir yang menuduhkan suatu kesalahan dari seorang kristen / suatu gereja, apakah saudara selalu membela orang kristen / gereja itu tanpa mempedulikan salah benarnya?

·        kalau boss saudara bertikai dengan seseorang, apakah saudara selalu membe­narkan boss saudara, tanpa mempedulikan salah benarnya?
 

5)   ’Janganlah engkau turut-turut kebanyakan orang ...’ (ay 2a,2b).

Banyak orang tidak mempunyai pendirian sehingga mudah sekali mengikuti orang banyak:

·        dalam berbuat baik. Misalnya: Mat 21:8-9.

Tetapi, perbuatan baik yang dilakukan sekedar karena ikut-ikutan tentu tidak bisa disebut baik!

·        dalam berbuat jahat. Misalnya: Kis 19:32  Mat 27:18-19,23-26  Mark 15:15 Luk 23:14-25.
 

Kalau saudara termasuk orang yang mudah sekali mengikuti orang banyak, maka ingatlah bahwa kebenaran bukanlah demokrasi, dalam arti, yang banyak belum tentu benar! Karena itu, kalau saudara melihat banyak orang melakukan sesuatu, pikir­kan lebih dulu apakah sesuatu itu benar atau salah! Kalau benar, ikutilah orang banyak itu. Tetapi kalau sesuatu itu salah, jangan ikuti mereka dalam berbuat yang salah! (bdk. Ro 12:2).
 

Penerapan:

¨      apakah sebagai pelajar saudara sering / pernah ikut-ikutan teman-teman saudara untuk membolos bersama-sama?

¨      apakah dalam bekerja, saudara sering / pernah mogok bersama-sama semua pekerja yang lain? bdk. 1Pet 2:18!

¨      apakah dalam mengemudikan kendaraan, saudara sering ikut-ikutan orang banyak untuk menerjang lampu merah, mengambil jalur yang salah dan melakukan pelanggaran lalu lintas yang lain?

¨      dalam banyak gereja / persekutuan, banyak orang asal meniru suatu praktek tertentu, tanpa memikirkan lebih dulu apakah praktek itu sesuai Kitab Suci atau tidak! Misalnya: berdoa diiringi alat musik.

Padahal hal itu jelas merupakan hal yang salah karena:

*        Kitab Suci tidak pernah mengajar untuk berdoa dengan iringan alat musik.

*        Kitab Suci mengajarkan bahwa berdoa sedapat mungkin harus dilaku­kan dalam kesunyian (bdk. Mark 1:35), jelas untuk memudahkan kon­sentrasi. Ingat bahwa kita semua adalah orang yang condong pada dosa, sehingga dalam kesunyianpun kita sering melamun dalam doa, apalagi kalau diberi iringan musik! Dan kalaupun saudara tetap bisa berkonsentrasi sekalipun diberi iringan alat musik, ingat bahwa ada banyak orang yang tidak bisa berkonsentrasi dalam doa yang diiringi musik!

*        Orang yang memainkan alat musik itu sendiri pasti tidak ikut berdoa!


*        Apa gunanya musik itu? Untuk didengar atau tidak? Kalau didengar, berarti saudara tidak berdoa dengan konsentrasi penuh. Kalau tidak didengar, lalu untuk apa dimainkan?
Ay 3,6:
1)   Kita memang harus mengasihi orang miskin, berbelas kasihan kepada orang miskin, menolong orang miskin, dsb (bdk. 22:25-27), tetapi kita tetap tidak boleh memihak / membenarkan orang miskin yang bersalah (ay 3 bdk. Im 19:15a).
Tetapi kenyataan menunjukkan bahwa pembenaran orang miskin yang bersalah ini sering terjadi, seperti:
·        pemberian pesangon untuk penghuni bangunan liar yang digusur. Secara tidak langsung, ini membenarkan tindakan mereka untuk men­dirikan bangunan liar, dan bahkan merangsang mereka dan orang-orang lain untuk mendirikan bangunan liar di tempat yang lain!
·        kalau mobil tabrakan dengan becak / sepeda, selalu pengemudi mobil yang disalahkan!
·        serikat buruh seringkali membela buruh yang dipecat, tanpa peduli buruh itu salah atau benar. 
 
2)   Tindakan membenarkan orang miskin yang bersalah ini bisa disebabkan karena:
a)   Belas kasihan yang berlebihan / extrim.
Ada orang-orang yang secara alamiah mudah tersentuh oleh penderi­taan orang lain. Sekalipun sebetulnya ini adalah sesuatu yang baik, tetapi karena manusia memang condong pada dosa, maka sifat ini dengan mudah lalu diextrimkan sehingga menjadi sesuatu yang tidak baik, dimana kita lalu membenarkan orang miskin yang salah. Karena itu, kalau saudara adalah orang yang seperti ini, berhati-hatilah supaya jangan belas kasihan itu saudara wujudkan secara kelewat batas! Belas kasihan itu baik, tetapi tidak pernah boleh menginjak-injak kebenaran / keadilan! Bandingkan dengan 1Kor 13:6!
b)   Suatu pemikiran / anggapan bahwa orang kaya itu jahat, sehingga pasti selalu salah. Ini jelas merupakan pemikiran yang salah! Orang kaya tidak selalu jahat, dan orang miskin tidak selalu baik / benar!
3)   Ajaran dalam ay 3 ini bisa diterapkan bukan pada orang miskin saja, tetapi juga pada orang-orang yang menderita dalam hal yang lain. Jadi, penderitaan apapun yang dialami seseorang, tidak boleh menyebabkan kita membenarkan dia pada waktu ia bersalah.
Misalnya:
·        kalau saudara mempunyai seorang anak yang tidak secantik / tidak sepan­dai anak-anak saudara yang lain, maka mungkin sekali saudara justru menga­sihi anak itu lebih dari yang lain, sehingga kalau anak itu berteng­kar dengan anak yang lain, saudara cenderung membenarkan anak itu seka­lipun sebetulnya ia yang bersalah. Ini adalah sikap yang salah!
·        pada saat memberi counseling (= nasihat) pada orang yang sangat menderita sekalipun, kita tetap tak boleh membenarkan dia kalau ia bersalah!
4)   Ay 6 kontras dengan ay 3! Kalau ay 3 melarang kita untuk memihak pada orang miskin tanpa mempedulikan kebenaran, maka ay 6 melarang kita untuk menentang orang miskin tanpa mempedulikan kebenaran.
Dengan demikian jelaslah bahwa kita tak boleh memihak pada si kaya ataupun si miskin, tetapi kita harus selalu memihak pada kebenaran dan keadilan!
 
Ay 4-5:
Bagian ini tidak mempersoalkan belas kasihan pada binatang, karena yang dipersoalkan di sini bukanlah binatang itu sendiri tetapi pemilik­nya. Jadi bagian ini mengajarkan:
 
1)   Kasih kepada musuh.
Memang dalam Perjanjian Lama sudah ada ajaran untuk mengasihi musuh (bdk. Amsal 24:17 25:21-22). Karena itu kata-kata ‘bencilah musuhmu’ dalam Mat 5:43 jelas bukan merupakan ajaran Perjanjian Lama (Catatan: kata ‘firman’ dalam Mat 5:43 seharusnya tidak ada!), tetapi merupakan penafsiran orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat tentang Perjanjian Lama (mungkin mereka mendapatkan ajaran ini dari perintah Tuhan untuk membasmi orang Kanaan).
 
2)   Kita harus melakukan apa yang benar tanpa dipengaruhi oleh perasaan pribadi, seperti benci, cinta dsb.
Pada saat saudara melihat seekor keledai / lembu yang sesat, maka tindakan yang benar adalah mengembalikan binatang itu kepada pemilik­nya. Dan pada saat saudara melihat seekor keledai rebah karena beban yang terlalu berat, maka tindakan yang benar adalah menolong keledai itu. Dan sekalipun binatang itu adalah binatang milik seorang yang men­jengkelkan saudara, saudara tetap harus melakukan hal yang benar itu!
Demikian juga kalau ada 2 orang bertengkar, saudara seharusnya membenar­kan orang yang benar. Sekalipun saudara mengasihi A, tetapi kalau ia salah, saudara harus tetap mempersalahkan dia. Sebaliknya, sekalipun saudara membenci B, tetapi kalau ia benar, saudara tetap harus membenarkan dia!
 
Ay 7-8:
1)   Kalau ay 1-2 di atas melarang untuk berdusta / memutarbaikkan kebe­naran karena ikut-ikutan orang banyak, maka ay 7-8 ini melarang dusta / memutarbalikkan kebenaran karena uang / suap.
2)   Saya berpendapat suap tidak dilarang secara mutlak, karena saya berpendapat bahwa suap bisa dibagi menjadi 2 golongan:
a)   Menyuap seseorang supaya ia melakukan sesuatu yang salah.
Misal­nya: kita mempunyai seorang anak yang belum berusia 16 tahun, tetapi kita mau menguruskan SIM untuknya, sehingga kita lalu menyuap polisi untuk mau mengubah tanggal kelahiran anak itu. Suap yang seperti ini jelas adalah dosa, dan tidak boleh dilakukan dalam keadaan apapun. Kalau ada orang yang membenarkan suap semacam ini dengan alasan ‘keadaan memaksa’, maka perlu dipertanyakan kepada dia: bagaimana ia menafsirkan begitu banyak ayat-ayat Kitab Suci yang menentang suap? Kapan ayat-ayat itu harus diberlakukan? Seberapa tinggi otoritas Firman Tuhan di dalam hidupnya?
 
b)   Menyuap seseorang supaya ia melakukan tugasnya / sesuatu yang benar / apa yang seharusnya ia lakukan.
Misalnya: kalau kita mau mengurus SIM, dan kita memenuhi semua persyaratan untuk mendapat SIM, tetapi petugas tidak mau memberi SIM kalau tidak diberi uang. Maka dalam hal ini, kita sama saja seperti ‘ditodong’. Dalam hal ini, tidak salah untuk memberikan uang yang ia minta, karena pemberian uang itu dimaksudkan supaya ia melakukan apa yang benar, atau apa yang menjadi tugasnya, atau apa yang seharusnya ia laku­kan.
 
Alasan saya sehingga mempunyai pandangan seperti itu adalah:
·        Kitab Suci sendiri pada umumnya mengecam suap karena suap itu berhubungan dengan suatu kejahatan tertentu.
 
Contoh: ay 7-8 ini sendiri mengecam suap karena suap bisa menye­babkan orang menjadi buta, memutarbaikkan kebenaran, membunuh orang yang tak bersalah dsb.
Contoh lain: Ul 16:19  Ul 27:25  Hak 16:5  1Sam 8:3  Neh 6:10-13  Ayub 15:34-35  Maz 26:9-10  Amsal 17:8,23  Amsal 18:16  Yes 1:23  Yes 5:23  Yeh 13:19  Yeh 22:12-13  Amos 2:6  Amos 5:12  Mikha 3:9-11  Mikha 7:3  Mat 26:15  Mat 28:12-15.
·        Yesus sendiri memerintahkan: ‘Berilah kepada orang yang meminta kepadamu’ (Mat 5:42). Ayat ini terletak dalam kontex yang menekan­kan kasih kepada musuh, sehingga jelas bahwa ayat itu tidak mengajarkan supaya kita memberi kepada orang yang layak mendapat­kan apa yang ia minta, tetapi supaya kita memberi kepada orang yang tidak layak untuk mendapatkan apa yang ia minta! Dan saya berpendapat ini mencakup permintaan suap!
 
Kalau saudara keberatan dengan pandangan ini dengan alasan bahwa pandangan ini melestarikan suap, maka saya menjawab sebagai berikut:
¨      Kalau saudara ditodong oleh perampok, dan saudara lalu memberikan uang saudara; bisakah itu disebut sebagai melestarikan perampokan?
¨      Di banyak tempat saudara tidak akan bisa hidup tanpa melakukan suap golongan b) di atas. Memang kita harus berusaha sampai batas-batas kemampuan kita supaya orang sekitar kita berhenti berbuat dosa. Tetapi tentu kita tidak bertanggung jawab atas hal-hal yang ada diluar kemampuan kita.
¨      Kalaupun saudara secara mutlak tidak mau menyuap, ada jutaan orang yang tetap melakukannya sehingga saudara tetap tak akan berhasil memberantas suap dengan cara itu.
¨      Memang harus diakui bahwa keadaan yang ideal adalah dimana sama sekali tidak ada suap. Tetapi jelas bahwa kita tidak hidup di dunia yang ideal, tetapi di dunia yang penuh dengan dosa! Dan jelas bahwa di banyak negara, keadaan yang ideal itu tidak bisa tercapai! Dalam keadaan itu, kita harus memilih apa yang dalam bahasa Inggris disebut sebagai ‘the lesser of two evils’ (= yang lebih baik dari dua hal yang tidak / kurang baik). Kita harus memilih antara ‘tidak menyuap sehingga tidak bisa hidup’ dan ‘menyuap’, dan saya berpen­dapat bahwa kita seharusnya memilih untuk menyuap (menyuap gol b).
Ay 9:
Ayat ini melarang untuk bersikap tidak adil kepada orang asing / orang dari bangsa yang berbeda dengan kita. Jadi, kita harus membuang diskriminasi ras!
 
Penerapan:
Apakah dalam gereja saudara masih membedakan antara orang yang sebangsa dan yang tidak sebangsa dengan saudara? Apakah saudara segan bergaul dengan orang yang tidak sebangsa dengan saudara? Ingat bahwa dalam Yesus Kristus tidak boleh ada tembok pemisah (Gal 3:28). Kalau dalam gereja saja masih ada diskriminasi ras, bagaimana mungkin saudara tidak melakukan diskriminasi ras di luar gereja?
 
Kesimpulan:
Seluruh bacaan / text hari ini mengajarkan bahwa keadilan dan kebenaran harus ditegakkan tanpa dipengaruhi oleh:
·        banyaknya orang yang menghendaki ketidakadilan (ay 1-2).
·        kaya / miskinnya seseorang (ay 3,6).
·        perasaan pribadi / kebencian (ay 4-5).
·        uang / suap (ay 7-8).
·        kebangsaan (ay 9).
Dengan kata lain, orang kristen harus hidup betul-betul lurus, menjun­jung tinggi keadilan dan kebenaran!  


Eksposisi Kitab Kejadian



Eksposisi Kitab Kejadian


oleh: Matius Soboliem, S. Th.

 
KEJADIAN 3:1-24
I) Serangan setan.
1)   Setan memakai ular (ay 1).
a)   Ada dua hal yang sering diperdebatkan yaitu :
·        Ular disebut binatang yang paling cerdik (ay 1).
Ini kelihatannya bertentangan dengan fakta karena kita melihat binatang-binatang lain yang rasanya lebih pandai dari ular seperti anjing, kera, lumba-lumba, dsb. Menghadapi persoalan ini perlu kita ingat bahwa dalam ay 14 ular dikutuk oleh Tuhan. Jadi, bisa saja setelah itu ular kehilangan kecerdikannya. Dalam Mat 10:16 pada waktu Yesus berkata bahwa orang kristen harus ‘cerdik seperti ular’, mungkin Yesus menunjuk pada saat sebelum ular kehilangan kecerdikannya. 

·        Ular bisa bicara.
Ini dianggap sebagai dongeng. Tetapi sebetulnya tidak ada sesuatu yang aneh dalam bagian ini. Tuhan bisa membuat keledai Bileam bicara. Setan bisa membuat ular bicara. Dalam kekristenan ada bahasa lidah / Roh. Dalam agama-agama lain dan occultisme, bahkan dalam kalangan kristen, juga ada bahasa lidah / roh yang datang dari setan. Kalau setan bisa memberi bahasa lidah / roh kepada manusia, mengapa ia tidak bisa memberi pada ular? 

b)   Yang disebutkan adalah ular, bukan setan. 
Hal yang menarik dalam Kej 3 ini adalah bahwa setan sendiri tidak pernah disebutkan! Tetapi, sebetulnya inilah pengalaman kita sehari-hari! Setan sendiri tidak menampakkan diri; hanya agen-agennya / alat-alatnya yang kelihatan. Karena itu setiap kali ada ajakan, perintah, bujuk rayu untuk membuat dosa, sekalipun saudara tidak melihat setan dengan mata jasmani saudara, ingatlah bahwa setan ada dibalik orang yang mengajak saudara berbuat dosa itu.
 
2)   Setan menyerang Hawa (ay 1).
a)   Setan menyerang Hawa waktu Hawa sedang sendirian.
Kata-kata ‘yang bersama-sama dengan dia’ dalam ay 6b tidak berarti bahwa Adam sudah bersama-sama dengan Hawa sejak ay 1.
Ay 17a dan 1Tim 2:14 menunjukkan bahwa Adam tidak mendengar bujukan setan, tetapi mendengarnya dari Hawa. Jadi, waktu setan menyerang, Hawa sedang sendirian. Setan selalu menyerang pada saat yang tepat.
b)   Hawa adalah titik lemah.
Hawa adalah titik yang lebih lemah dibanding dengan Adam karena Hawa tidak mendengan larangan makan buah secara langsung. Kej 2:16-17 dikatakan oleh Allah hanya kepada Adam karena pada saat itu Hawa belum diciptakan. Hawa lalu mendengar larangan itu dari Adam. Karena itu Hawa merupakan titik lemah. Setan selalu menyerang titik lemah! Karena itu sadarilah apa kelemahan saudara dan berdoalah selalu supaya Tuhan menguatkan saudara di titik lemah itu. 

3)   Setan menyerang Firman Tuhan.
a)   Setan menyerang supaya Hawa meragukan Firman Tuhan (ay 1b).
Dalam ay 1b ini Alkitab Indonesia kurang tepat terjemahannya.
NIV : “Did God really say ...” (= Benarkah Allah berkata ...).
b)   Setan mengubah Firman Tuhan (ay 1- semua tak boleh dimakan). 

Reaksi Hawa:
a.     Hawa mengurangi Firman Tuhan.
      Bandingkan kata-kata Hawa dalam ay 2 dan larangan asli dari Tuhan dalam Kej 2:16-17. Kata ‘semua’ ditiadakan. Sepintas lalu penghapusan kata ‘semua’ ini tidak ada artinya. Tetapi sebetulnya ada! Kalau ada kata ‘semua’ maka penekanannya ada pada kasih Allah (Allah mengijinkan memakan semua, kecuali satu). Tetapi dengan tidak adanya kata ‘semua’, maka penekanan Hawa adalah pada larangan Allah. 

b.   Hawa menambahi Firman Tuhan (ay 3- ‘raba’).
Dari reaksi Hawa ini jelaslah bahwa Hawa kurang kuat berpegang pada Firman Tuhan! Ini menyebabkan setan makin berani menyerang. Dalam ay 4 setan secara terang-terangan menentang Firman Tuhan!
Melalui ay 4 ini setan ingin supaya Hawa:
·        tidak percaya kepada Allah.
·        menganggap Firman Tuhan tak benar.
·        menganggap hukuman tidak ada.
Setan selalu menyerang Firman Tuhan. Karena itu kita harus belajar Firman Tuhan baik-baik. 

4)   Setan menyerang dengan dusta (ay 5 bdk. Yoh 8:44).
Dalam ay 5 ini jelas setan menawarkan sesuatu sebagi imbalan (bdk. Mat 4:9). Imbalan yang ditawarkan oleh setan ialah ‘menjadi seperti Allah’. Ini tentu dusta!
Penerapan:
Setan selalu mengajak kita melanggar Firman Tuhan dengan ‘imbalan’ tertentu. Misalnya:
·        Mendorong kita untuk membolos dari kebaktian dengan imbalan piknik / kesenangan dunia yang lain.
·        Mendorong kita pergi ke dukuin / menggunakan magic dengan imbalan kesehatan, kesembuhan, atau kekayaan / sukses. 

II) Kejatuhan Adam dan Hawa.
Hawa ‘melihat’ (ay 6). Banyak dosa terjadi karena penggunaan mata yang salah (bdk. 2Sam 11:2). Lalu dalam diri Hawa timbul keinginan untuk makan (ay 6), ia mengambil buah itu dan makan. Ia juga memberikannya kepada Adam dan Adam ikut makan. Adam dan Hawa jatuh dalam dosa! Mungkin mereka sudah puluhan kali lewat pohon itu dan tidak jatuh, tetapi kali itu mereka jatuh! Ini memberikan pelajaran kepada kita: kita tidak pernah bisa kebal terhadap dosa apapun juga!
Dosa Adam dan Hawa tidak ringan:
·        mereka tidak perduli dan tidak percaya pada Firman Tuhan.
·        mereka berambisi menjadi Allah (ini kebalikan dari sikap Yesus. Bdk. Fil 2:5-7). Mereka diciptakan sebagai peta dan teladan Allah, tetapi mereka ingin menjadi seperti Allah! Ini adalah pemberontakan.
Disamping itu ada hal-hal yang memperberat dosa mereka:
¨      dusta (ay 10 - ia takut bukan karena telanjang).
¨      tidak mau mengaku dosa, tetapi bahkan menyalahkan orang lain dan Allah sendiri (ay 12-13). 

III) Akibat / hukuman dosa.
1)   Rasa malu dan rasa takut.
Ay 7 mereka malu (bdk. Kej 2:25 - tidak malu).
Ay 8-10 mereka takut sehingga bersembunyi.
2)   Penderitaan.
Ini berlaku untuk perempuan (ay 16) maupun laki-laki (ay 17-19a).
3)   Kematian jasmani (ay 19b).
Adam dan Hawa tidak mengalami kematian jasmani saat itu. Apakah itu berarti Kej 2:16-17 adalah salah? Tidak! Kej 2:16-17 terjadi saat itu. Saat itu juga Adam dan Hawa mengalami kematian rohani. Artinya mereka putus hubungan dengan Allah. Ini akan disusul oleh kematian jasmani (ay 19b).
Apa arti ay 20? Ada beberapa penafsiran:
a)   Adam melakukan ay 20 sebagai wujud imannya terhadap kata-kata Tuhan dalam ay 15.
b)   Karena kematian jasmani tidak terjadi saat itu, maka Adam melakukan ay 20.
c)   Ay 20 harus diterjemahkan ke dalam bentuk past perfect.
‘Adam had named his wife Eve...’.
Jadi, Musa sebagai penulis kitab Kejadian ini, mengatakan bahwa tadinya (sebelum jatuh ke dalam dosa), Adam memberi nama Hawa (artinya hidup / kehidupan), tapi ternyata melalui Hawa ia justru jatuh ke dalam dosa dan harus mati. 

4)   Diusir dari taman Eden (ay 22-24).
a)   Ay 22a tidak boleh diartikan secara hurufiah. Itu adalah irony (= ejekan). Tuhan mengatakan itu karena Adam / Hawa percaya pada kata-kata setan dalam ay 5.
b)   Ay 22b-24: Adam dan Hawa diusir dari taman Eden.
Ada yang menafsirkan ini sebagai tindakan kasih Allah. Allah tidak ingin mereka hidup menderita selama-lamanya dan karena itu mereka dihalangi untuk makan buah pohon kehidupan. Dengan dihalangi, mereka akan mati dan terbebas dari penderitaan. Ini tafsiran yang salah!
Allah menghalangi mereka makan buah pohon kehidupan karena Allah tidak ingin FirmanNya dalam ay 19b (bahwa manusia harus mati) lalu tidak terlaksana. Kalau mereka makan buah pohon kehi-dupan, maka mereka tidak akan mati dan ay 19b tidak terjadi. Karena itu Allah menghalangi mereka makan buah pohon kehidupan. 

IV) Kasih Allah.
Ditengah-tengah hukuman yang diberikan oleh Allah, kita masih bisa melihat kasih Allah kepada manusia!
1)   Ay 14: hukuman kepada ular:
a)     Terkutuk.
b)     Menjalar dengan perut.
Ini menyebabkan ada penafsir yang beranggapan bahwa dulu ular berjalan tegak atau punya kaki.
c)      Makan debu tanah.
Tetapi kenyataannya ular tidak makan debu. Bagaimana penyelesaiannya?
Jawab: Makan debu tanah bisa diartikan secara:
·        Hurufiah:
*        karena menjalar dengan perut, maka pasti ada debu yang masuk ke mulutnya.
*        ini berlaku untuk ular itu saja, bukan untuk ular lain.
·        Kiasan.
Artinya: ular direndahkan (bdk. Mikha 7:17; Yes 49:23; Maz 72:9).
Satu hal yang perlu dipertanyakan: Ular adalah binatang yang tidak bermoral. Lalu mengapa ia dihukum?
1.      Binatang yang tidak bersalahpun ikut jadi korban dosa manusia.
Contoh: banjir Nuh.
2.      Kej 9:5 & Kel 21:28 menunjukkan bahwa binatang yang salah memang dihukum. Binatang diciptakan untuk manusia. Kalau ia menghancurkan manusia, maka ia harus dihancurkan.
3.      Seorang yang bernama Chrysostom berkata: 

“God destroys the instrument that brought His creature to fall, just as a loving father, when punishing the murderer of his son, might snap in two the sword or dagger with which the murder had been committed” (= Allah menghancurkan alat yang menyebabkan ciptaanNya jatuh, sama seperti seorang bapa yang mengasihi, ketika menghukum pembunuh anaknya, bisa mematahkan pedang atau pisau dengan mana pembunuhan itu telah dilakukan).
 
Jadi, Allah menghukum ular saking jengkelnya melihat manusia yang Dia cintai telah jatuh ke dalam dosa. Jadi, dari hukuman ular ini, kita melihat kasih Allah kepada manusia.
2)   Ay 15 terutama ditujukan kepada setan.
Ini sering disebut PROTO EVANGELIUM (Injil yang pertama).
Sekalipun kata-kata ini ditujukan kepada ular / setan, tetapi artinya penting sekali untuk manusia, karena ini adalah janji Allah bahwa dari keturunan Hawa akan ada seorang yang akan mengalahkan setan. Nubuat ini telah digenapi dengan kedatangan, kematian, dan kebangkitan Yesus yang sudah mengalahkan setan. 

Penutup:
Dari bagian ini kita bisa melihat kebencian Allah kepada dosa dan juga keadilan Allah yang menyebabkan Ia menghukum dosa. Ini mengajar kita untuk tidak meremehkan dosa.
Tapi tetap kita juga bisa melihat kasih Allah. Ia memberikan pengharapan untuk manusia yang berdosa untuk bisa diselamatkan. Betapapun besarnya / banyaknya dosa saudara, jangan putus asa. Masih ada harapan! Allah mengasihi saudara dan ingin menyelamatkan saudara. Yesus sudah menggenapi Kej 3:15 sehingga sekarang setan sudah dikalahkan. Kalau saudara percaya kepada Yesus, saudara akan diampuni dan diselamatkan.
-AMIN-

KALAU YESUS ADALAH ALLAH, BAGAIMANA DIA BERDOA KEPADA ALLAH DAN APAKAH YESUS BERDOA KEPADA DIRINYA SENDIRI ?

  KALAU YESUS ADALAH ALLAH, BAGAIMANA DIA BERDOA KEPADA ALLAH DAN APAKAH YESUS BERDOA KEPADA DIRINYA SENDIRI ? Ev. Matius Sobolim, M. Th. ...