Rabu, 23 April 2014

KEKEJIAN YANG MEMBINASAKAN


Apa itu kekejian yang membinasakan?

ANNIMATIUS 


Frasa “kekejian yang membinasakan” merujuk pada Matius 24:15: “"Jadi apabila kamu melihat Pembinasa keji berdiri di tempat kudus, menurut firman yang disampaikan oleh nabi Daniel—para pembaca hendaklah memperhatikannya.” Ayat Alkitab ini merujuk pada Daniel 9:27, “Raja itu akan membuat perjanjian itu menjadi berat bagi banyak orang selama satu kali tujuh masa. Pada pertengahan tujuh masa itu ia akan menghentikan korban sembelihan dan korban santapan; dan di atas sayap kekejian akan datang yang membinasakan, sampai pemusnahan yang telah ditetapkan menimpa yang membinasakan itu." Pada tahun 167 S.M. seorang penguasa Yunani bernama Antiokhus Epiphanes mendirikan mezbah Zeus di atas mezbah korban bakaran di Bait Allah orang Yahudi di Yerusalem. Dia juga mempersembahkan babi di mezbah Bait Allah di Yerusalem. Kejadian ini dikenal sebagai “kekejian yang membinasakan.”

            Dalam Matius 24:15 Yesus berbicara kurang lebih 200 tahun setelah kekejian yang membinasakan yang dibicarakan di atas terjadi. Jadi pastilah Yesus sementara menubuatkan bahwa suatu ketika di masa yang akan datang kekejian yang membinasakan yang lain akan terjadi di Bait Allah orang Yahudi di Yerusalem. Kebanyakan penafsir Alkitab percaya bahwa Yesus merujuk pada Anti Kristus yang akan melakukan sesuatu yang sangat serupa dengan apa yang dilakukan oleh Antiokhus Epiphanes. Hal ini dikonfirmasikan dengan fakta bahwa beberapa dari apa yang dinubuatkan Daniel dalam Daniel 9:27 tidak terjadi pada tahun 167 S.M. pada zaman Antiokhus Epiphanes. Antiokhus tidak membuat perjanjian dengan Israel untuk tujuh tahun. Adalah Anti Kristus yang pada zaman akhir akan membuat perjanjian dengan Israel untuk tujuh tahun dan kemudian melanggarnya dengan melakukan sesuatu yang serupa dengan kekejian yang membinasakan di Bait Allah orang Yahudi di Yerusalem.

            Apapun kekejian yang membinasakan di masa yang akan datang, tidak diragukan dalam benak siapapun bahwa orang yang melakukannya adalah orang yang dikenal sebagai Anti Kristus. Wahyu 13:14 menggambarkan orang itu membuat semacam patung yang kemudian semua orang dipaksa untuk tunduk dan menyembah. Mengubah Bait dari Allah yang hidup menjadi tempat penyembahan untuk diri sendiri adalah merupakan kekejian yang dahsyat di mata Allah. Mereka yang masih hidup dan tinggal pada masa Penganiayaan Besar harus berjaga-jaga dan mengenali bahwa kejadian ini adalah permulaan dari 3 ½ tahun masa Penganiayaan Besar yang paling mengerikan dan bahwa kembalinya Yesus Kristus sudah dekat. “Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia."” (Lukas 21:36).


SOBOLIMMATIUS




KEDATANGAN KRISTUS YANG KEDUA KALI


 Kedatangan Kristus yang Kedua Kalinya?
           
Kedatangan Kristus yang Kedua Kalinya adalah pengharapan dari orang-orang percaya bahwa Tuhan mengontrol segala sesuatunya dan setia pada janji-janji dan nubuatan dalam FirmanNya. Pada kedatanganNya yang pertama, Yesus Kristus datang ke dunia ini sebagai seorang bayi di palungan di Betlehem, sebagaimana dinubuatkan. Yesus memenuhi banyak nubuat mengenai Mesias dalam kelahiran, hidup, pelayanan, kematian dan kebangkitanNya. Namun ada beberapa nubuat mengenai Mesias yang Yesus belum genapi. Kedatangan Kristus Kedua Kali akan merupakan kembalinya Kristus untuk memenuhi semua nubuat yang masih tersisa ini. Pada kedatanganNya yang pertama kali, Yesus datang dalam keadaan yang sangat sederhana. Pada kedatanganNya yang kedua kalinya, Yesus akan datang dengan bala tentara Surga mengiringi Dia.

            Para nabi Perjanjian Lama tidak membedakan kedua kedatangan ini. Hal ini dapat dilihat pada ayat-ayat seperti Yesaya 7:14; 9:6-7 dan Zakharia 14:4. Akibat dari nubuat yang sepertinya berbicara mengenai dua individu banyak sarjana Yahudi yang percaya bahwa akan ada Mesias yang menderita dan Mesias yang menang. Apa yang mereka tidak pahami adalah bahwa Mesias yang sama akan memenuhi kedua peranan ini. Yesus menggenapi peran dari hamba yang menderita (Yesaya 53) pada kedatanganNya yang pertama. Yesus akan menggenapi peran sebagai Pembebas dan Raja Israel pada kedatanganNya yang kedua. Zakharia 12:10 dan Wahyu 1:7 menggambarkan Kedatangan yang Kedua Kali, mengenang kembali saat Yesus ditikam. Israel, dan seluruh dunia, akan meratap karena tidak menerima Mesias saat Dia datang untuk pertama kalinya.

            Setelah Yesus naik ke Surga, para malaikat memberitahukan para rasul, "Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga." (Kisah 1:11). Zakharia 14:4 mengidentifikasikan tempat Kedatangan yang Kedua Kalinya sebagai Bukit Zaitun. Matius 24:30 menyatakan, “Pada waktu itu akan tampak tanda Anak Manusia di langit dan semua bangsa di bumi akan meratap dan mereka akan melihat Anak Manusia itu datang di atas awan-awan di langit dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya.” Titus 2:13 menggambarkan Kedatangan yang Kedua Kalinya sebagai “pernyataan kemuliaan.”

            Kedatangan yang Kedua Kali dibicarakan dengan terperinci dalam Wahyu 19:11-16, “ Lalu aku melihat sorga terbuka: sesungguhnya, ada seekor kuda putih; dan Ia yang menungganginya bernama: "Yang Setia dan Yang Benar", Ia menghakimi dan berperang dengan adil. Dan mata-Nya bagaikan nyala api dan di atas kepala-Nya terdapat banyak mahkota dan pada-Nya ada tertulis suatu nama yang tidak diketahui seorangpun, kecuali Ia sendiri. Dan Ia memakai jubah yang telah dicelup dalam darah dan nama-Nya ialah: "Firman Allah." Dan semua pasukan yang di sorga mengikuti Dia; mereka menunggang kuda putih dan memakai lenan halus yang putih bersih. Dan dari mulut-Nya keluarlah sebilah pedang tajam yang akan memukul segala bangsa. Dan Ia akan menggembalakan mereka dengan gada besi dan Ia akan memeras anggur dalam kilangan anggur, yaitu kegeraman murka Allah, Yang Mahakuasa. Dan pada jubah-Nya dan paha-Nya tertulis suatu nama, yaitu: "RAJA SEGALA RAJA DAN TUAN DI ATAS SEGALA TUAN"” (Wahyu 19:11-16).

Hari Tuhan


Hari Tuhan

Frasa “hari Tuhan” biasanya menunjuk pada peristiwa-peristiwa yang terjadi pada akhir dari sejarah (Yesaya 7:18-25) dan sering diasosiasikan secara dekat dengan frasa “hari itu.” Salah satu kunci untuk memahami frasa ini adalah dengan memperhatikan bahwa frasa-frasa ini selalu berbicara mengenai suatu masa di mana Allah secara pribadi campur tangan dalam sejarah, baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk menggenapi aspek tertentu dari rencanaNya. 

            Kebanyakan orang mengasosiasikan “hari Tuhan” dengan masa tertentu atau hari tertentu yang akan terjadi pada zaman akhir ketika rencana Allah dan maksudnya bagi dunia milikNya dan bagi umat manusia akan digenapi. Beberapa sarjana percaya bahwa “hari Tuhan” akan merupakan masa yang lebih panjang, dan bukannya satu hari saja – suatu periode waktu di mana Kristus akan memerintah di seluruh dunia sebelum Dia membersihkan langit dan bumi untuk mempersiapkan kekekalan bagi seluruh umat manusia. Namun para sarjana lain percaya bahwa hari Tuhan akan merupakan peristiwa yang cepat yang terjadi ketika Kristus kembali ke dunia untuk menebus orang-orang percaya yang setia dan untuk mengirim orang-orang yang tidak percaya kepada hukuman kekal.


            Frasa “hari Tuhan” digunakan sembilan belas kali dalam Perjanjian Lama (Yesaya 2:12; 13:6, 9; Yehezkiel 13:5; 30:3; Yoel 1:15, 2:1,11, 31; 3:14; Amos 5:18, 20; Obaja 15, Zefanya 1:7-14; Zakharia 14:1; Maleakhi 4:5) dan empat kali dalam Perjanjian Baru (Kisah 2:20; 2 Tesalonika 2:2; 2 Petrus 3:10). Hal ini juga disinggung dalam bagian-bagian lainnya (Wahyu 6:17; 16:14).
            Bagian-bagian Perjanjian Lama yang berhubungan dengan hari Tuhan sering kali mengandung makna kesegeraan, hampir dan pengharapan: “Merataplah, sebab hari TUHAN sudah dekat!” (Yesaya 13:6); “Hari itu sudah dekat, hari TUHAN sudah dekat” (Yehezkiel 30:3); “Sungguh, hari TUHAN sudah dekat,” (Yoel 1:15); “Biarlah gemetar seluruh penduduk negeri, sebab hari TUHAN datang, sebab hari itu sudah dekat;” (Yoel 2:1); “Banyak orang, banyak orang di lembah penentuan! Ya, sudah dekat hari TUHAN di lembah penentuan!” (Yoel 3:14); “Sebab telah dekat hari TUHAN menimpa segala bangsa” (Obaja 1:15); “Berdiam dirilah di hadapan Tuhan ALLAH! Sebab hari TUHAN sudah dekat” (Zefanya 1:7); “Sudah dekat hari TUHAN yang hebat itu, sudah dekat dan datang dengan cepat sekali!” (Zefanya 1:14). Hal ini dikarenakan “hari Tuhan” dalam Perjanjian Lama sering berbicara mengenai penggenapan yang dekat dan jauh, sama halnya dengan nubuatan Perjanjian Lama. Ada kalanya dalam Perjanjian Lama di mana “hari Tuhan” digunakan untuk menggambarkan penghakiman bersejarah yang terlah digenapi dalam pengertian tertentu (Yesaya 13:6-22; Yehezkiel 30:2-19; Yoel 1:15; 3:14; Amos 5:18-20; Zefanya 1:14-18), sementara pada waktu lainnya istilah ini merujuk pada penghakiman illahi yang akan terjadi menjelang berakhirnya zaman (Yoel 2:30-32; Zakharia 14:1; Maleakhi 4:1, 5).



            Perjanjian Baru menyebutnya sebagai hari “murka,” hari “perlawatan,” dan hari Allah Yang Mahakuasa (Wahyu 1:14) dan merujuk pada penggenapan di masa depan ketika murka Allah dicurahkan kepada bangsa Israel yang tidak mau percaya (Yesaya 22; Yeremia 30:1-17; Yoel 1-2; Amoz 5; Zefanya 1) dan dunia yang tidak percaya (Yehezkiel 38-39; Zakharia 14). Kitab Suci menunjukkan bahwa “hari Tuhan” akan datang dengan cepat, seperti pencuri di malam hari (Zefanya 1:14-15; 2 Tesalonika 2:2), dan karena itu kita sebagai orang-orang Kristen harus berjaga-jaga dan siap untuk datangnya Kristus setiap saat.



            Selain merupakan saat penghakiman, itu juga akan merupakan saat penyelamatan ketika Allah membebaskan sisa-sisa Israel, menggenapi janjiNya bahwa “seluruh Israel akan diselamatkan” (Roma 11:26), mengampuni dosa mereka dan memulihkan orang-orang pilihanNya ke tanah yang dijanjikannya kepada Abraham (Yesaya 10:27; Yeremia 30:19-31, 40; Mikah 4; Zakharia 13). Hasil terakhir dari hari Tuhan adalah “Manusia yang sombong akan ditundukkan dan orang yang angkuh akan direndahkan; hanya TUHAN sajalah yang maha tinggi pada hari itu” (Yesaya 2:17). Penggenapan utama atau yang paling akhir dari nubuat-nubuat mengenai “hari Tuhan” akan terjadi pada akhir dari sejarah ketika dengan kuasa yang ajaib Allah akan menghukum kejahatan dan menggenapi semua janjiNya. [1]




Apa beda antara Pengangkatan Orang Percaya dan Kedatangan Kedua Kali


Apa beda antara Pengangkatan Orang Percaya dan Kedatangan Kedua Kali?

Pengangkatan Orang Percaya dan Kedatangan Kristus yang Kedua Kalinya sering dicampur adukkan. Kadang-kadang sulit untuk menentukan apakah Kitab Suci berbicara mengenai Pengangkatan Orang Percaya atau Kedatangan Kedua Kali. Namun demikian, dalam mempelajari nubuat-nubuat Alkitab mengenai zaman akhir, adalah penting untuk membedakan antara keduanya.

            Pengangkatan Orang Percaya adalah saat ketika Yesus Kristus datang kembali untuk memindahkan gereja (semua orang yang percaya dalam Kristus) dari bumi ini. Pengangkatan Orang Percaya digambarkan dalam 1 Tesalonika 4:13-18 dan 1 Korintus 15:50-54. Orang-orang percaya yang sudah meninggal dunia akan mengalami kebangkitan tubuh, dan bersama-sama dengan orang-orang percaya yang masih hidup akan bertemu dengan Tuhan di angkasa. Hal ini akan terjadi dalam sekejap mata. Kedatangan Kedua Kali adalah saat di mana Kristus datang kembali untuk mengalahkan anti Kristus, menghancurkan kejahatan dan menegakkan Kerajaan Seribu Tahun. Kedatangan Kedua Kali digambarkan dalam Wahyu 19:11-16.

Perbedaan penting antara Pengangkatan Orang Percaya dan Kedatangan Kedua Kali adalah sbb:
1.      Pada saat Pengangkatan Orang Percaya, orang-orang percaya akan bertemu dengan Tuhan di angkasa (1 Tesalonika 4:17). Pada Kedatangan Kedua Kali orang-orang percaya kembali ke dunia bersama dengan Kristus (Wahyu 19:14).

2.      Kedatangan Kedua Kali terjadi setelah Kesengsaraan Besar yang mengerikan (Wahyu pasal 6-19). Pengangkatan Orang Percaya terjadi sebelum Kesengsaraan Besar (1 Tesalonika 5:9; Wahyu 3:10).


3.      Pengangkatan Orang Percaya adalah orang-orang percaya dipindahkan dari bumi sebagai tindakan pembebasan (1 Tesalonika 4:13-17; 5:9). Kedatangan Kedua Kali termasuk disingkirkannya mereka yang tidak percaya sebagai tindakan penghakiman (Matius 24:40-41).
4.      Pengangkatan Orang Percaya bersifat “rahasia” dan dalam sekejap mata (1 Korintus 15:50-54). Kedatangan Kedua Kali akan kelihatan kepada semua orang (Wahyu 1:7; Matius 24:29-30).

5.      Kedatangan Kristus yang Kedua Kali tidak akan terjadi sampai beberapa kejadian akhir zaman terjadi (2 Tesalonika 2:4; Matius 24:15-30; Wahyu pasal 6-18). Pengangkatan Orang Percaya sudah dekat, dapat terjadi kapan saja (Titus 2:13; 1 Tesalonika 4:13-18; 1 Korintus 15:50-54).

Mengapa penting untuk membedakan Pengangkatan Orang Percaya dan Kedatangan Kedua Kali?

1)     Kalau Pengangkatan Orang Percaya dan Kedatangan Kedua Kali adalah peristiwa yang sama, orang-orang percaya harus melalui masa Kesengsaraan Besar (1 Tesalonika 5:9; Wahyu 3:10).
2)     Kalau Pengangkatan Orang Percaya dan Kedatangan Kedua Kali adalah peristiwa yang sama, kembalinya Kristus tidak akan terjadi dalam waktu dekat … ada banyak hal yang harus terjadi sebelum Dia datang kembali (Matius 24:4-30).
3)     Dalam menggambarkan masa Kesengsaraan Besar, Wahyu 6-9 tidak pernah menyebut gereja. Selama masa Kesengsaraan Besar – juga disebut sebagai “masa kesusahan Yakub” (Yeremia 30:7) – Allah akan kembali memberi perhatian utama kepada Israel (Roma 11:17-31).

            Pengangkatan Orang Percaya dan Kedatangan Kedua Kali sama namun merupakan kejadian yang berbeda. Keduanya adalah peristiwa akhir zaman. Namun demikian, ada penting untuk mengenali perbedaannya. Secara ringkas, Pengangkatan Orang Percaya adalah kembalinya Kristus di awan-awan untuk memindahkan semua orang percaya dari bumi sebelum masa kemurkaan Allah. Kedatangan Kedua Kali adalah kembalinya Kristus ke bumi untuk mengakhiri Kesengsaraan Besar dan mengalahkan anti Kristus dan kerajaan dunianya yang jahat.

soboliemmatius

Selasa, 22 April 2014

SEKALI SELAMAT TETAP SELAMAT?


Sekali selamat tetap selamat?





Begitu seseorang diselamatkan, apakah keselamatannya tetap? Ketika orang datang kepada Kristus sebagai Juruselamatnya, mereka masuk ke dalam hubungan dengan Allah dan ini merupakan jaminan bahwa keselamatan mereka terjamin untuk selamanya. Berbagai ayat Alkitab mengungkapkan hal ini.

     a)      Roma 8:30 mengatakan, “Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya” (Roma 8:30). Ayat ini memberitahukan kita bahwa dari sejak saat Allah memilih kita, kita seperti dipermuliakan di hadapanNya di surga. Tidak ada yang dapat mencegah orang percaya dipermuliakan karena Tuhan sudah terlebih dahulu merencanakannya. Sekali seseorang dibenarkan, keselamatannya terjamin, sama terjaminnya seperti dia sudah dipermuliakan di surga.

b)      Dalam Roma 8:33-34 Paulus menanyakan dua pertanyaan penting, “Siapakah yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Allah, yang membenarkan mereka? Siapakah yang akan menghukum mereka? Kristus Yesus, yang telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita?” (Roma 8:33-34). Siapa yang akan menggugat orang-orang pilihan Allah? Tidak ada seorangpun, karena Kristus adalah Pembela kita. Siapa yang akan menghukum? Tidak ada seorangpun, karena Kristus, Dia yang telah mati bagi kita, Dialah yang akan menghukum. Kita mempunyai Pembela dan Sang Hakim sebagai Juruselamat kita.

c)      Orang-orang percaya dilahirkan kembali ketika mereka percaya (Yohanes 3:3; Titus 3:5). Kalau orang Kristen kehilangan keselamatannya, itu sama seperti lahir kembalinya dibatalkan. Tidak ada bukti dalam Alkitab bahwa lahir baru dapat diambil kembali.

d)      Roh Kudus mendiami semua orang percaya (Yohanes 14:17; Roma 8:9) dan membaptiskan orang percaya ke dalam Tubuh Kristus (1 Korintus 12:13). Untuk seorang percaya kehilangan keselamatannya, itu berarti Roh Kudus harus dikeluarkan dan orang itu diputuskan dari Tubuh Kristus.

(e) Yohanes 3:15 menjelaskan bahwa barang siapa percaya dalam Kristus Yesus akan “memperoleh hidup kekal.” Jika Anda pecaya kepada Yesus hari ini dan mendapatkan hidup kekal, dan kemudian hilang di hari berikutnya, itu bukanlah hidup “kekal.” Karena itu kalau ada orang kehilangan keselamatannya, janji hidup kekal dalam Alkitab adalah suatu kesalahan.

e)      Argumen yang paling menentukan dikatakan oleh Alkitab sendiri, “Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Roma 8:38-39). Ingat bahwa Allah yang menyelamatkan engkau juga adalah Allah yang akan memelihara engkau. Sekali selamat tetap selamat. Keselamatan kita terjamin dalam kekekalan.

MENGAPA ALLAH MENUNTUT PERSEMBAHAN BINATANG DALAM PL


Mengapa Allah menuntut persembahan binatang dalam Perjanjian Lama?

BAPAK ENGGATI BERSAMA MATIUS  

Allah menuntut persembahan binatang supaya umat manusia dapat memperoleh pengampunan bagi dosa-dosa mereka (Imamat 4:35; 5:10). Persembahan binatang adalah thema penting dalam seluruh Kitab Suci. Ketika Adam dan Hawa berdosa, Allah mengorbankan binatang untuk menyediakan pakaian bagi mereka (Kejadian 3:21). Kain dan Habel membawa persembahan kepada Allah. Persembahan Kain tidak diterima karena dia mempersembahkan buah-buahan sedangkan persembahan Habel diterima karena dia mempersembahkan "anak sulung dari kambing dombanya" (Kejadian 4:4-5). Setelah banjir surut, Nuh mempersembahkan binatang kepada Allah. Persembahan Nuh ini merupakan bau harum yang menyenangkan Tuhan (Kejadian 8:20-21). Allah memerintahkan Abraham untuk mempersembahkan Ishak anaknya. Abraham taat kepada Allah, namun ketika Abraham siap mempersembahkan Ishak, Allah campur tangan dan menyediakan seekor domba jantan untuk mati menggantikan Ishak (Kejadian 22:10-13).

            Sistim persembahan mencapai puncaknya pada zaman bangsa Israel. Allah memerintahkan bangsa ini untuk menjalankan berbagai persembahan. Menurut Imamat 1:1-4 ada prosedur tertentu yang harus diikuti. Pertama-tama, binatang tsb. harus tak bercacat. Kemudian orang yang mempersembahkan harus mengidentifikasikan dirinya dengan binatang itu. Kemudian orang yang mempersembahkan harus membunuh binatang itu. Ketika dilakukan dengan iman, persembahan ini menyediakan pengampunan untuk dosa-dosa. Korban persembahan lainnya disebut Hari Pendamaian digambarkan dalam Imamat 16 melukiskan pengampunan dan penghapusan dosa. Imam Besar mengambil dua domba jantan untuk korban penghapus dosa. Salah satu dari domba tsb. dikorbankan sebagai korban penghapus dosa bagi seluruh umat Israel (Imamat 16:15) sementara domba satunya dilepaskan di padang gurun (Imamat 16:20-22). Korban penghapus dosa menyediakan pengampunan sementara domba yang lain itu menyediakan penghapusan dosa.

            Kalau begitu mengapa kita sekarang tidak mempersembahkan binatang? Persembahan binatang telah berakhir karena Yesus Kristus adalah persembahan yang paling utama. Yohanes Pembaptis mengenali hal ini ketika dia melihat Yesus untuk pertama kalinya. “Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: "Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia” (Yohanes 1:29). Anda mungkin bertanya kepada diri sendiri, mengapa binatang? Apa salah mereka? Itulah poinnya, binatang-binatang tsb. tidak bersalah, mereka mati untuk menggantikan orang yang memberi persembahan. Yesus Kristus juga tidak bersalah namun dengan sukarela menyerahkan diriNya untuk mati bagi dosa-dosa umat manusia (1 Timotius 2:6). Banyak orang yang menyebut mati untuk orang lain ini sebagai penggantian. Yesus Kristus menanggung dosa kita dan mati menggantikan kita. Sebagaimana dikatakan oleh 2 Korintus 5:21, “Dia [Yesus] yang tidak mengenal dosa telah dibuat-Nya [Allah] menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.” Melalui iman dalam apa yang telah dicapai oleh Yesus di atas salib orang dapat memperoleh pengampunan.

            Secara ringkas, persembahan binatang diperintahkan Allah supaya orang dapat memperoleh pengampunan dosa. Binatang menjadi pengganti – yaitu binatang mati untuk orang yang berdosa. Persembahan binatang sudah berhenti pada Yesus Kristus. Yesus Kristus adalah korban yang paling besar dan saat ini adalah satu-satunya pengantara antara Allah dan manusia (1 Timotius 2:5). Persembahan binatang melambangkan persembahan yang dilakukan Kristus bagi kita. Satu-satunya dasar di mana persembahan binatang dapat menyediakan pengampunan dosa adalah fakta bahwa Kristus bersedia mempersembahkan diriNya bagi dosa-dosa kita, mnyediakan kita pengampunan yang persembahan binatang hanya dapat lukiskan dan lambangkan.




Kalau keselamatan kita terjamin secara kekal, mengapa Alkitab begitu tegas memperingati kita tentang kemurtadan?


Kalau keselamatan kita terjamin secara kekal, mengapa Alkitab begitu tegas memperingati kita tentang kemurtadan?


MATIUS SOBOLIM 

Alkitab memperingati kita dengan begitu tegas soal kemurtadan karena pertobatan yang sejati diukur berdasarkan buah yang nyata. Ketika Yohanes Pembaptis membaptiskan orang-orang di Sungai Yordan, dia memperingatkan mereka yang menganggap bahwa mereka benar untuk “menghasilkan buah yang sesuai dengan pertobatan” (Matius 3:7). Yesus memperingati mereka yang mendengarkan Dia ketika Dia memberikan Khotbah Di Bukit bahwa pohon dikenal melalui buahnya (Matius 7:16), dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik akan ditebang dan dibuang ke dalam api (Matius 7:19).

Tujuan dari peringatan-peringatan ini adalah untuk mencegah apa yang beberapa orang sebut sebagai “gampang percaya.” Dengan kata lain, mengikuti Yesus lebih dari sekadar mengatakan bahwa Anda adalah seorang Kristen. Semua orang bisa saja mengklaim Kristus sebagai Juruselamat, namun mereka yang betul-betul percaya akan menghasilkan buah yang nyata. Orang mungkin akan bertanya, “Apa yang dimaksud dengan buah?” Contoh yang paling jelas mengenai buah Kristen dapat ditemukan dalam Galatia 5:22-23 di mana Paulus menjelaskan buah [Roh] Kudus: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan dan penguasaan diri. Ada jenis-jenis lain dari buah orang Kristen (seperti puji-pujian, memenangkan jiwa bagi Kristus), namun daftar ini memberi kita ringkasan yang baik mengenai sikap orang Kristen. Orang-orang percaya sejati akan makin menyatakan sikap-sikap ini dalam kehidupan mereka semakin mereka menjalani perjalanan keKristenan mereka (2 Petrus 1:5-8).

Para murid yang sejati dan menghasilkan buah inilah yang memiliki jaminan keselamatan kekal dan mereka akan terpelihara sampai akhirnya. Ada banyak ayat Alkitab yang menyatakan hal ini. Roma 8:29-30 memberi garis besar “Rantai Emas” keselamatan dengan menyatakan bahwa mereka yang telah dipilih dari semula, mereka ditentukan, dipanggil, dibenarkan dan dimuliakan - tidak ada yang hilang dalam perjalanan. Filipi 1:6 memberitahukan kita bahwa karya yang dimulai Allah dalam diri kita juga akan disempurnakanNya. Efesus 1:13-14 mengajarkan bahwa Allah telah memeteraikan kita dengan Roh Kudus sebagai jaminan dari warisan kita sampai pada saat kita memilikinya. Yohanes 10:29 menegaskan bahwa tidak ada seorangpun yang dapat merebut domba kepunyaan Allah dari tanganNya. Ada banyak ayat Alkitab lain yang mengatakan hal yang sama – keselamatan orang-orang percaya terjamin secara kekal.

            Ayat-ayat yang memperingati soal kemurtadan memiliki dua fungsi utama. Pertama, mereka menasihati orang-orang percaya untuk memastikan "panggilan dan pilihan" mereka. Paulus memberitahu kita dalam 2 Korintus 13:5 untuk memeriksa diri sendiri untuk mengetahui apakah kita tegak dalam iman. Kalau orang-orang percaya sejati adalah pengikut-pengikut Kristus yang menghasilkan buah, maka mereka seharusnya dapat melihat bukti keselamatan mereka. Orang-orang Kristen menghasilkan buah dengan tingkat yang berbeda bergantung pada tingkat ketaatan mereka dan karunia rohani mereka, namun semua orang Kristen menghasilkan buah; dan kita seharusnya melihat buktinya pada saat kita memeriksa diri.

Ada kalanya dalam kehidupan Kristen di mana tidak ada buah yang kelihatan. Ini adalah saat-saat berdosa dan tidak taat. Apa yang terjadi pada masa ketidaktaatan yang berkepanjangan ini adalah Allah menyingkirkan kepastian keselamatan dari kita. Perhatikan bahwa Allah tidak menyingkirkan keselamatan kita, namun kepastian keselamatan. Itu sebabnya dalam Mazmur 51 Daud berdoa supaya "sukacita keselamatan" dipulihkan kepadanya (Mazmur 51:12). Ketika kita hidup dalam dosa, kita kehilangan sukacita keselamatan kita. Itu sebabnya kita perlu memeriksa diri kita sendiri. Ketika orang Kristen sejati memeriksa dirinya dan tidak mendapatkan buah hal itu seharusnya menuntun kepada pertobatan yang serius dan berpaling kembali kepada Allah.

Alasan utama kedua untuk ayat-ayat yang berhubungan dengan kemurtadan adalah untuk menyatakan orang-orang yang murtad. Seorang yang murtad adalah seseorang yang menyangkali kepercayaan agamanya. Adalah jelas dari Alkitab bahwa orang-orang yang murtad adalah orang-orang yang mengaku iman kepada Yesus Kristus, namun tidak pernah benar-benar menerima Dia sebagai Juruselamat. Matius 13:1-9 (Perumpamaan Penabur) melukiskan poin ini dengan sempurna. Dalam perumpamaan ini seorang penabur menaburkan benih pada empat jenis tanah: tanah yang keras, berbatu-batu, tanah yang dipenuhi semak duri, dan tanah yang gembur. Tanah-tanah ini mewakili empat tanggapan yang berbeda terhadap Injil. Yang pertama adalah penolakan total, sedangkan tiga lainnya menggambarkan penerimaan dalam tingkatan yang berbeda-beda. Tanah yang berbatu-batu dan tanah yang penuh dengan semak duri menggambarkan orang-orang yang pada awalnya menanggapi Injil dengan baik, namun kemudian ketika penganiayaan datang (tanah yang berbatu-batu) atau tekanan dunia menghimpit mereka (tanah yang dipenuhi semak duri) orang itu berbalik. Yesus menjelaskan bahwa kedua macam tanggapan ini sekalipun pada awalnya mereka menerima, namun mereka tidak pernah menghasilkan buah apapun. Kembali, dalam Khotbah di Bukit, Yesus mengatakan, "Bukan setiap orang yang berseru, "Tuhan, Tuhan" akan masuk dalam kerajaan Allah" (Matius 7:21).

Nampaknya aneh bahwa Alkitab memberi peringatan mengenai kemurtadan, dan pada saat yang sama mengatakan bahwa orang Kristen sejati tidak akan pernah murtad. Namun inilah yang dikatakan Alkitab. 1 Yohanes 2:19 secara khusus mengatakan bahwa mereka yang murtad menyatakan bahwa mereka bukan orang-orang percaya sejati. Alkitab mengingatkan soal kemurtadan, karena itu haruslah menjadi peringatan bagi mereka "yang beriman" tanpa pernah betul-betul menerima iman itu. Ayat-ayat seperti Ibrani 6:4-6 dan Ibrani 10:26-29 adalah "peringatan" pada orang-orang percaya yang “berpura-pura” bahwa mereka perlu memeriksa diri dan menyadari bahwa kalau mereka masih mau murtad, mereka belum benar-benar diselamatkan. Matius 7:22-23 mengindikasikan bahwa “orang-orang percaya yang berpura-pura" yang ditolak oleh Allah ditolak bukan karena mereka kehilangan iman, namun karena Allah sebenarnya tidak pernah mengenal mereka.

Ada banyak orang yang bersedia mengidentifikasikan diri dengan Yesus. Siapa yang tidak menginginkan hidup kekal dan berkat? Namun Yesus mengingatkan kita untuk menghitung harga menjadi murid (Lukas 9:23-26, 14:25-33). Orang-orang percaya yang sejati telah memperhitungkan itu, mereka yang murtad tidak. Orang-orang yang murtad adalah mereka yang ketika meninggalkan iman mereka menunjukkan bahwa mereka sebetulnya belum pernah diselamatkan (1 Yohanes 2:19). Kemurtadan bukanlah kehilangan keselamatan, namun adalah bukti bahwa keselamatan belum pernah benar-benar dimiliki.

DAPATKAH ORANG KRISTEN KEHILANGAN KESELAMATAN?


Dapatkah orang Kristen kehilangan keselamatan? 

MATIUS SOBOLIM


Sebelum pertanyaan ini dijawab, istilah “Kristen” harus terlebih dahulu didefinisikan. Seorang “Kristen” bukanlah seorang yang mengucapkan doa, atau ke gereja, atau dibesarkan dalam keluarga Kristen. Walaupun setiap hal ini dapat menjadi bagian dari pengalaman Kristen, semua ini bukanlah yang “menjadikan” orang itu seorang Kristen. Seorang Kristen adalah seorang yang, dengan iman, telah menerima dan percaya pada Yesus Kristus sebagai satu-satunya Juruselamat (Yohanes 3:16; Kisah 16:31; Efesus 2:8-9).  

            Jadi dengan mengingat definisi ini, dapatkah seorang Kristen kehilangan keselamatan? Mungkin cara terbaik untuk menjawab pertanyaan yang penting ini adalah menganalisa apa yang menurut Alkitab terjadi pada saat keselamatan, dan mempelajari apa yang terjadi dalam hilangnya keselamatan. Berikut ini adalah beberapa contoh: 

 
            Seorang Kristen adalah ciptaan baru. “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang” (2 Korintus 5:17). Ayat ini berbicara mengenai seseorang yang menjadi ciptaan baru sebagai hasil dari berada “di dalam Kristus.” Untuk seorang Kristen kehilangan keselamatan, ciptaan baru ini harus dibatalkan.

            Seorang Kristen ditebus. “Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat” (1 Petrus 1:18-19). Kata “ditebus” merujuk pada pembelian yang dilakukan, harga yang dibayar. Untuk seorang Kristen kehilangan keselamatannya, Allah sendiri harus membatalkan pembelian yang telah dibayarnya dengan darah Kristus yang berharga.

            Seorang Kristen dibenarkan. “Sebab itu, kita yang dibenarkan karena iman, kita hidup dalam damai sejahtera dengan Allah oleh karena Tuhan kita, Yesus Kristus” (Roma 5:1). “Membenarkan” berarti “menyatakan sebagai tidak bersalah.” Semua yang menerima Yesus sebagai Juruselamat “dinyatakan benar” oleh Allah. Untuk seorang Kristen kehilangan keselamatan, Allah harus membatalkan kata-katanya dan membatalkan apa yang sebelumnya telah dinyatakanNya.

            Seorang Kristen dijanjikan hidup kekal. “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:16). Hidup kekal adalah janji untuk berada dalam kekekalan bersama dengan Allah di surga. Allah berjanji, “percayalah dan engkau akan beroleh hidup kekal.” Untuk seorang Kristen kehilangan keselamatan, hidup kekal harus diambil kembali. Jika seorang Kristen dijanjikan untuk hidup selama-lamanya, bagaimana mungkin Allah melanggar janjiNya dengan mengambil kembali hidup kekal itu?

            Seorang Kristen dijamin untuk dimuliakan. “Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.” (Roma 8:30). Sebagaimana kita pelajari dalam Roma 5:1, pembenaran dinyatakan pada saat percaya. Menurut Roma 8:30 pemuliaan dijamin bagi semua yang dibenarkan Allah. Pemuliaan adalah orang Kristen menerima tubuh kebangkitan yang sempurna di surga. Jika orang Kristen dapat kehilangan keselamatan, Roma 8:30 salah, karena Allah tidak dapat menjamin pemuliaan bagi semua yang ditentukanNya, dipanggil dan dibenarkan.

            Masih banyak ilustrasi mengenai apa yang terjadi pada saat keselamatan yang dapat diberikan. Namun beberapa yang telah diberikan sudah amat jelas bahwa tidak mungkin bagi orang Kristen untuk kehilangan keselamatan. Kebanyakan, kalau bukan semua, yang dikatakan Alkitab terjadi pada orang Kristen pada saat dia menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamat menjadi batal kalau keselamatan bisa hilang. Keselamatan tidak bisa dibatalkan. Seorang Kristen tidak bisa batal menjadi ciptaan baru. Penebusan tidak bisa dibatalkan. Hidup kekal tidak bisa hilang dan masih tetap bersifat kekal. Jika seorang Kristen kehilangan keselamatan, Allah harus memungkiri kata-kataNya dan mengubah pikiranNya, dua hal yang menurut Alkitab tidak pernah dilakukan Allah.

            Keberatan paling umum mengenai kepercayaan bahwa orang Kristen tidak dapat kehilangan keselamatan adalah: (1) bagaimana dengan orang-orang Kristen yang terus menerus hidup secara tidak bermoral? – dan – (2) bagaimana dengan orang-orang yang adalah Kristen namun dikemudian hari menolak iman mereka dan Kristus? Masalah dengan keberatan-keberatan ini adalah asumsi bahwa mereka “adalah Kristen.” (1) Alkitab menyatakan bahwa orang Kristen sejati tidak akan terus menerus hidup secara tidak bermoral (1 Yohanes 3:6). (2) Alkitab menyatakan bahwa seseorang yang meninggalkan iman berarti dia belum pernah betul-betul menjadi Kristen (1 Yohanes 2:19).

            Tidak, orang Kristen tidak dapat kehilangan keselamatannya. Tidak ada yang dapat memisahkan seorang Kristen dari kasih Allah (Roma 8:38-39). Tidak ada yang dapat memisahkan seorang Kristen dari tangan Allah (Yohanes 10:28-29). Allah bersedia dan mampu menjamin serta memelihara keselamatan yang telah diberikanNya kepada kita. Yudas 24-25. “Bagi Dia, yang berkuasa menjaga supaya jangan kamu tersandung dan yang membawa kamu dengan tak bernoda dan penuh kegembiraan di hadapan kemuliaan-Nya, Allah yang esa, Juruselamat kita oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, bagi Dia adalah kemuliaan, kebesaran, kekuatan dan kuasa sebelum segala abad dan sekarang dan sampai selama-lamanya. Amin.”



BAGAIMANA SAYA DAPAT MEMILIKI JAMINAN KESELAMATAN?


Bagaimana saya dapat memiliki jaminan keselamatan?

MATIUS; MATIAS AMBASSO

Bagaimana Anda dapat mengetahui dengan pasti bahwa Anda sudah diselamatkan? “Dan inilah kesaksian itu: Allah telah mengaruniakan hidup yang kekal kepada kita dan hidup itu ada di dalam Anak-Nya. Barangsiapa memiliki Anak, ia memiliki hidup; barangsiapa tidak memiliki Anak, ia tidak memiliki hidup. Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal.” (1 Yohanes 5:11-13). Siapakah orang-orang yang memiliki sang Anak? Mereka yang telah percaya kepadaNya dan menerima Dia (Yohanes 1:12). Jika Anda memiliki Yesus, Anda memiliki hidup. Hidup kekal. Bukan hidup yang sementara, tapi hidup kekal.

Allah ingin kita memiliki jaminan untuk keselamatan kita. Kita tidak dapat menghidupi hidup keKristenan kita dengan meragukan dan kuatir apakah kita sudah betul-betul diselamatkan atau tidak. Itu sebabnya Alkitab membuat rencana keselamatan begitu jelasnya. Percaya kepada Yesus Kristus dan engkau akan diselamatkan (Yohanes 3:16; Kisah Rasul 16:31). Apakah engkau percaya bahwa Yesus adalah sang Penyelamat, bahwa Dia telah mati untuk membayar hutang dosa kita (Roma 5:8; 2 Korintus 5:21)? Apakah engkau percaya hanya kepada Dia untuk keselamatanmu? Jikalau jawaban Anda ya, Anda sudah diselamatkan! Jaminan adalah untuk ”menghilangkan segala keraguan.” Dengan mempercayai Firman Tuhan, Anda dapat “menghilangkan segala keraguan” tentang fakta dan realita keselamatan Anda.

            Tentang orang-orang yang percaya kepadaNya, Yesus sendiri mengatakan, “Dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa.” (Yohanes 10:28-29) Sekali lagi di sini ditekankan kata “kekal.” Kekal adalah – kekal. Tidak seorangpun, termasuk diri Anda sendiri, yang dapat merebut dan mengambil karunia keselamatan yang diberikan oleh Allah di dalam Kristus dari Anda.

            Hafalkan ayat-ayat ini. Kita menyimpan Firman Tuhan dalam hati kita supaya kita jangan berdosa terhadap Dia (Mazmur 119:11), dan ini termasuk keragu-raguan. Terimalah sukacita melalui apa yang dikatakan Firman Tuhan kepada Anda, bahwa kita dapat hidup dengan penuh keyakinan sebagai ganti keragu-raguan! Kita dapat memperoleh jaminan dari kata-kata Kristus sendiri bahwa status keselamatan kita tidak akan pernah jadi masalah. Keyakinan kita didasarkan pada kasih Allah kepada kita melalui Yesus Kristus. Yudas 24-25, “Bagi Dia, yang berkuasa menjaga supaya jangan kamu tersandung dan yang membawa kamu dengan tak bernoda dan penuh kegembiraan di hadapan kemuliaan-Nya, Allah yang esa, Juruselamat kita oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, bagi Dia adalah kemuliaan, kebesaran, kekuatan dan kuasa sebelum segala abad dan sekarang dan sampai selama-lamanya. Amin!

BAGAIMANA KEHENDAK TUHAN DAN KEHENDAK BEBAS MANUSIA BEKERJA BERSAMA DALAM KESELAMATAN?


Bagaimana kedaulatan Tuhan dan kehendak bebas manusia bekerja bersama dalam keselamatan?

MATIUS; MATIAS AMBASSO



            Jelas di dalam Alkitab bahwa Tuhan tahu siapa yang akan diselamatkan (Roma 8:29; 1 Petrus 1:2). Efesus 1:4 memberitahu kita bahwa Allah telah memilih kita ”sebelum dunia dijadikan.” Alkitab berulang kali menggambarkan orang-orang percaya sebagai orang-orang pilihan Allah (Roma 8:33; 11:5; Efesus 1:11; Kolose 3:12; 1 Tesalonika 1:4; 1 Petrus 1:2; 2:9; Matius 24:22, 31, Markus 13:20, 27; Roma 11:7; 1 Timotius 5:21; 2 Timotius 2:10; Titus 1:1; 1 Petrus 1:1). Bahwa orang Kristen dipredestinasikan (Roma 8:29-30; Efesus 1:5, 11) dan dipilih (Roma 9:11; 11:28; 2 Petrus 1:10) untuk keselamatan adalah jelas.

            Alkitab juga mengatakan bahwa kita memiliki kehendak bebas untuk memilih – yang perlu kita lakukan hanyalah percaya pada Yesus Kristus dan kita akan diselamatkan (Yohanes 3:16; Roma 10:9-10). Tuhan tahu siapa yang akan diselamatkan, Tuhan memilih siapa yang akan diselamatkan, dan kita harus memilih Kristus supaya diselamatkan. Bagaimana ketiga hal ini bekerja sama adalah mustahil bagi pikiran yang terbatas untuk dapat mengerti (Roma 11:33-36). Tanggung jawab kita adalah membawa Injil ke seluruh dunia (Matius 28:18-20; Kisah Rasul 1:8). Soal apa yang Tuhan tahu sebelumnya, pilihan Tuhan dan predestinasi, semua itu tinggalkan sebagai urusan Tuhan, yang penting bagi kita adalah ketaatan dalam memberitakan Injil.

            Jelas di dalam Alkitab bahwa Tuhan tahu siapa yang akan diselamatkan (Roma 8:29; 1 Petrus 1:2). Efesus 1:4 memberitahu kita bahwa Allah telah memilih kita ”sebelum dunia dijadikan.” Alkitab berulang kali menggambarkan orang-orang percaya sebagai orang-orang pilihan Allah (Roma 8:33; 11:5; Efesus 1:11; Kolose 3:12; 1 Tesalonika 1:4; 1 Petrus 1:2; 2:9; Matius 24:22, 31, Markus 13:20, 27; Roma 11:7; 1 Timotius 5:21; 2 Timotius 2:10; Titus 1:1; 1 Petrus 1:1). Bahwa orang Kristen dipredestinasikan (Roma 8:29-30; Efesus 1:5, 11) dan dipilih (Roma 9:11; 11:28; 2 Petrus 1:10) untuk keselamatan adalah jelas.

            Alkitab juga mengatakan bahwa kita memiliki kehendak bebas untuk memilih – yang perlu kita lakukan hanyalah percaya pada Yesus Kristus dan kita akan diselamatkan (Yohanes 3:16; Roma 10:9-10). Tuhan tahu siapa yang akan diselamatkan, Tuhan memilih siapa yang akan diselamatkan, dan kita harus memilih Kristus supaya diselamatkan. Bagaimana ketiga hal ini bekerja sama adalah mustahil bagi pikiran yang terbatas untuk dapat mengerti (Roma 11:33-36). Tanggung jawab kita adalah membawa Injil ke seluruh dunia (Matius 28:18-20; Kisah Rasul 1:8). Soal apa yang Tuhan tahu sebelumnya, pilihan Tuhan dan predestinasi, semua itu tinggalkan sebagai urusan Tuhan, yang penting bagi kita adalah ketaatan dalam memberitakan Injil.

            Alkitab juga mengatakan bahwa kita memiliki kehendak bebas untuk memilih – yang perlu kita lakukan hanyalah percaya pada Yesus Kristus dan kita akan diselamatkan (Yohanes 3:16; Roma 10:9-10). Tuhan tahu siapa yang akan diselamatkan, Tuhan memilih siapa yang akan diselamatkan, dan kita harus memilih Kristus supaya diselamatkan. Bagaimana ketiga hal ini bekerja sama adalah mustahil bagi pikiran yang terbatas untuk dapat mengerti (Roma 11:33-36). Tanggung jawab kita adalah membawa Injil ke seluruh dunia (Matius 28:18-20; Kisah Rasul 1:8). Soal apa yang Tuhan tahu sebelumnya, pilihan Tuhan dan predestinasi, semua itu tinggalkan sebagai urusan Tuhan, yang penting bagi kita adalah ketaatan dalam memberitakan Injil.

Tidak mungkin bagi kita untuk memahami secara penuh relasi antara kedaulatan Tuhan dan kehendak bebas manusia. Hanya Tuhan yang tahu bagaimana keduanya bisa bekerja bersama.


KESELAMATAN HANYA OLEH IMAN ATAU IMAN TANPAH PERBUATAN


Apakah keselamatan hanya oleh iman, atau iman ditambah perbuatan?

MATIAS, AMBASS MATIUS


Ini mungkin adalah pertanyaan yang paling penting dalam teologia Kristen. Pertanyaan inilah yang menyebabkan Reformasi, perpecahan antara gereja Protestan dan Katolik. Pertanyaan ini adalah perbedaan utama keKristenan Alkitabiah dan kebanyakan ajaran-ajaran sesat. Apakah keselamatan hanya oleh iman saja atau iman ditambah perbuatan? Apakah saya diselamatkan dengan percaya kepada Yesus, atau saya harus percaya kepada Yesus dan melakukan hal-hal tertentu?



            Pertanyaan tentang hanya iman atau iman ditambah perbuatan menjadi makin sulit karena beberapa ayat Alkitab yang sulit untuk dicocokan. Bandingkan Roma 3:28, 5:1 dan Galatia 3:24 dengan Yakobus 2:24. Ada beberapa orang yang melihat adanya perbedaan antara Paulus (keselamatan hanya oleh iman saja) dan Yakobus (keselamatan oleh iman ditambah perbuatan). Dalam kenyataannya, Paulus dan Yakobus sama sekali tidak bertentangan. Satu-satunya perbedaan yang diklaim orang adalah mengenai relasi antara iman dan perbuatan. Paulus mengajarkan bahwa pembenaran adalah oleh iman semata-mata (Efesus 2:8-9) sementara Yakobus sepertinya mengatakan bahwa pembenaran adalah oleh iman ditambah perbuatan. Apa yang kelihatan seperti problem ini dapat dijawab dengan mengamati apa sebetulnya yang dikatakan oleh Yakobus. Yakobus sementara berusaha menolak kepercayaan bahwa seseorang dapat beriman tanpa menghasilkan perbuatan baik apapun (Yakobus 2:17-18). Yakobus menekankan bahwa iman yang sejati kepada Kristus akan menghasilkan perubahan hidup dan perbuatan-perbuatan baik (Yakobus 2:20-26). Yakobus tidak mengatakan bahwa pembenaran adalah oleh iman ditambah perbuatan, namun mengatakan bahwa seseorang yang sudah betul-betul dibenarkan melalui iman akan menghasilkan perbuatan baik dalam hidupnya. Jika seseorang mengaku sebagai orang percaya, namun tidak menyatakan perbuatan baik dalam hidupnya, maka kemungkinan dia tidak memiliki iman yang sejati kepada Kristus (Yakobus 2:14, 17, 20, 26).
            Paulus mengatakan hal yang sama dalam tulisan-tulisannya. Buah yang baik yang seharusnya dimiliki oleh orang-orang percaya dicatat dalam Galatia 5:22-23. Segera sesudah memberitahukan bahwa kita diselamatkan melalui iman dan bukan oleh perbuatan (Efesus 2:8-9), Paulus memberitahu kita bahwa kita diciptakan untuk melakukan perbuatan baik (Efesus 2:10). Sama seperti Yakobus, Paulus juga mengharapkan perubahan hidup. “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang” (2 Korintus 5:17)! Yakobus dan Paulus bukan berbeda pendapat dalam pengajaran mereka mengenai keselamatan. Mereka mendekati topik yang sama dari perspektif yang berbeda. Paulus menekankan bahwa pembenaran adalah hanya oleh iman, sementara Yakobus menekankan bahwa iman dalam Kristus menghasilkan perbuatan-perbuatan baik.




APAKAH JAMINAN KESELAMATAN BERSIFAT ALKITABIAH?


Apakah jaminan keselamatan bersifat Alkitabiah?

MATIUS SOBOLIM

Ketika orang mengenal Kristus sebagai Juruselamat mereka, mereka dibawa masuk ke dalam hubungan dengan Allah yang menjamin keselamatan mereka. Yudas 24 mengatakan “Bagi Dia, yang berkuasa menjaga supaya jangan kamu tersandung dan yang membawa kamu dengan tak bernoda dan penuh kegembiraan di hadapan kemuliaan-Nya.” Kuasa Tuhan mampu untuk menjaga orang percaya jangan sampai jatuh. Adalah tergantung pada Tuhan, bukan kita, untuk membawa kita ke hadapan kemuliaanNya. Jaminan keselamatan kita adalah hasil dari perlindungan Tuhan dan bukan dari usaha kita menjaga keselamatan kita.

Tuhan Yesus Kristus memproklamirkan, “Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih besar dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa” (Yohanes 10:28-29). Baik Yesus maupun Bapa memegang kita dalam tanganNya dengan teguh. Siapa yang dapat memisahkan kita dari genggaman Bapa dan Anak?

            Efesus 4:30 memberitahu kita bahwa orang-orang percaya dimeteraikan untuk “hari penyelamatan” (Efesus 4:30). Jikalau orang-orang percaya tidak memiliki jaminan keselamatan, pemeteraian itu tidak akan berlaku sampai hari penyelamatan, tetapi hanya sampai kepada hari berdosa, murtad atau tidak percaya. Yohanes 3:15-16 mengatakan bahwa barangsiapa percaya kepada Yesus Kristus akan “memiliki hidup kekal.” Jikalau seseorang dijanjikan hidup kekal namun diambil kembali, itu bukan sesuatu yang “kekal.” Jikalau jaminan keselamatan tidak benar, janji hidup kekal di dalam Alkitab adalah salah.

            Salah satu penjelasan paling kuat mengenai jaminan keselamatan adalah dalam Roma 8:38-39 “Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita” (Roma 8:38-39). Jaminan keselamatan kita adalah berdasarkan kasih Allah kepada mereka yang telah ditebusNya. Jaminan keselamatan kita telah dibayar lunas oleh Kristus, dijanjikan oleh Bapa dan dimeteraikan oleh Roh Kudus.





APAKAH JAMINAN KESELAMATAN ADALAH IZIN UNTUK BERDOSA?


Apakah jaminan keselamatan adalah ”izin” untuk berdosa?

SOBOLIMMATIUS

Keberatan yang paling umum terhadap doktrin jaminan keselamatan adalah bahwa doktrin ini katanya mempromosikan ide bahwa orang-orang Kristen boleh hidup semaunya dan tetap diselamatkan. Walaupun secara ”tehnis” hal ini mengandung kebenaran, ini bukan ”esensi” dari jaminan keselamatan. Seseorang yang telah benar-benar menerima Yesus Kristus sebagai Juruselamatnya ”dapat” hidup dalam dosa, namun dia tidak ”akan” berbuat demikian. Kita perlu menarik garis yang tegas antara bagaimana seorang Kristen hidup – dan apa yang dapat dilakukan orang untuk memperoleh keselamatan.

            Alkitab sangat jelas bahwa keselamatan adalah semata-mata karena anugrah melalui iman di dalam Yesus Kristus (Yohanes 3:16; Efesus 2:8-9; Yohanes 14:6). Seseorang diselamatkan melalui iman – hanya oleh iman. Pada saat seseorang percaya pada Yesus Kristus dengan sesungguhnya, dia diselamatkan dan keselamatannya terjamin. Keselamatan tidak diterima dengan iman dan kemudian dipertahankan dengan perbuatan. Rasul Paulus membicarakan isu ini dalam Galatia 3:3, “Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging?” Jika kita diselamatkan melalui iman, keselamatan kita juga dipelihara dan dijamin dengan iman. Kita tidak dapat menghasilkan keselamatan kita sendiri. Karena itu kita juga tidak dapat menghasilkan cara untuk memelihara keselamatan itu. Adalah Tuhan yang menjaga keselamatan kita (Yudas 24). Tangan Tuhan memegang kita dengan teguh dalam genggamanNya (Yohanes 10:28-29). Tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah (Roma 8:38-39).

             penolakan terhadap jaminan keselamatan pada dasarnya adalah kepercayaan bahwa kita perlu menjaga keselamatan kita melalui pekerjaan baik kita. Ini sama sekali bertolak belakang dengan keselamatan berdasarkan anugrah. Kita diselamatkan karena jasa-jasa Kristus, bukan diri kita (Roma 4:3-8). Mengatakan bahwa kita perlu menaati Firman Tuhan atau hidup suci demi untuk mempertahankan keselamatan kita adalah sama dengan mengatakan bahwa kematian Yesus tidak cukup untuk melunasi hutang dosa kita. Kematian Yesus sudah sungguh-sungguh cukup untuk melunasi semua hutang dosa kita – dulu, sekarang dan akan datang, sebelum dan sesudah diselamatkan (Roma 5:8; 1 Korintus 15:3; 2 Korintus 5:21).

            Setelah mengatakan semua ini, apakah ini berarti bahwa orang Kristen dapat hidup semaunya dan tetap diselamatkan? Ini pada dasarnya adalah pertanyaan yang bersifat mengandai-andai karena Alkitab jeals mengatakan bahwa orang Kristen yang sejati tidak akan hidup ”semau mereka.” Orang-orang Kristen adalah ciptaan yang baru (2 Korintus 5:17). Orang-orang Kristen menyatakan buah Roh (Galatia 5:22-23), bukan perbuatan daging (Galatia 5:19-21). 1 Yohanes 3:6-9 dengan jelas mengatakan bahwa orang Kristen yang sejati tidak akan terus menerus hidup dalam dosa. Menanggapi tuduhan bahwa kasih karunia mengajurkan dosa, Rasul Paulus mengatakan, “Jika demikian, apakah yang hendak kita katakan? Bolehkah kita bertekun dalam dosa, supaya semakin bertambah kasih karunia itu? Sekali-kali tidak! Bukankah kita telah mati bagi dosa, bagaimanakah kita masih dapat hidup di dalamnya?” (Roma 6:1-2).

            Jaminan keselamatan bukan “izin” untuk berdosa. Sebaliknya, itu adalah suatu ketenangan karena mengetahui bahwa kasih Tuhan kepada orang-orang yang percaya adalah terjamin. Mengetahui dan memahami hadiah keselamatan yang begitu besar tidak akan menghasilkan ”izin” untuk berdosa. Bagaimana mungkin seseorang yang tahu harga yang harus dibayar oleh Yesus Kristus untuk kita dapat terus hidup dalam dosa (Roma 6:15-23)? Bagaimana mungkin seorang yang memahami kasih Tuhan yang tanpa syarat dan terjamin bagi mereka yang percaya dapat mengambil kasih itu dan membuangnya ke wajah Tuhan? Orang yang seperti ini bukan membuktikan bahwa jaminan keselamatan memberi dia izin untuk berdosa, namun justru membuktikan bahwa dia belum betul-betul mengalami keselamatan dalam Yesus Kristus. “ Karena itu setiap orang yang tetap berada di dalam Dia, tidak berbuat dosa lagi; setiap orang yang tetap berbuat dosa, tidak melihat dan tidak mengenal Dia” (1 Yohanes 3:6).