Selasa, 03 November 2020

PNEUMATOLOGI

PNEUMATOLOGI
Ev. Matius Sobolim, M. Th.

Kata Ibrani ruah dan kata Yunani pneuma berarti 'napas' atau 'angin', dan diterjemahkan dengan 'roh', yang menunjukkan kuasa pemberi kehidupan yang tak terlihat. Jika digabungkan dengan 'kudus', maka kuasa itu dikatakan sebagai yang ilahi, meskipun kombinasi dua kata tersebut hanya tampak tiga kali dalam PL (Yes. 63:10, 11Mzm. 51:11).Roh dalam Kej. 1:2 adalah kuasa Allah, yang dengan-Nya Allah menciptakan alam semesta. Itu adalah roh yang menyemarakkan persekutuan dengan  pengharapan masa depan (Yeh. 11:14-21) dan yang menghembuskan kehidupan ke dalam tulang-tulang kering di lembah dalam *penglihatan Yehezkiel (Yeh. 37:1-10). Dinubuatkan bahwa era mesianik di masa depan akan ditandai dengan --> karunia Roh Allah ke atas semua bangsa, tanpa memandang umur atau jenis kelamin (Yl. 2:28).Pembicaraan mengenai Roh Kudus dalam Injil-injil Sinoptik hanya sedikit, kecuali pada saat --> kelahiran Yesus (Mat, 1:18Luk. 1:35) dan *pembaptisan-Nya (Mrk. 1:8). Dikatakan bahwa Roh bekerja dalam  pelayanan Yesus melawan kuasa-kuasa  jahat (Mat. 12:28). Sedikitnya petunjuk tentang Roh Kudus mungkin karena adanya keyakinan bahwa karya Roh Kudus baru terlihat setelah kebangkitan Yesus (Yoh. 7:39).Dikatakan bahwa setelah kebangkitan, Roh Kudus akan menjadi penopang semangat misioner jemaat (Kis. 1:8), sebagaimana dijanjikan Yesus (Luk. 24:49). 50 hari setelah  Paskah (Kis. 2:1), atau pada malam Paskah (Yoh. 20:22) Roh Kudus turun, Dia adalah Roh Kristus (Rm. 8:42Kor. 3:18). Paulus tidak menyamakan Yesus dengan Roh Kudus. Juga tidak dalam 2Kor. 3:17, di sana terdapat kesamaan fungsi dalam karya penebusan. Roh bekerja melalui Gereja, dan Kisah Para Rasul merupakan cerita panjang lebar mengenai pimpinan Roh atas para rasul dan para pemberita Injil. Dalam Injil Yohanes lima kali Roh itu disebut sebagai 'paraklete', yang berarti 'pembela'. Ia hadir untuk memperdalam pengertian para murid mengenai kebenaran Kristus. Sebagaimana Roh memenuhi jemaat (Ef. 4:4), Ia juga adalah kuasa yang membimbing orang beriman secara individual dan mengaruniakan berbagai karunia kepada mereka untuk melayani seluruh persekutuan (1Kor. 12:7), jangan dikacaukan dengan roh-roh jahat (Rm. 8:5) yang menimbulkan perselisihan (1Tim. 4:1). Karena itu, roh' dipertentangkan dengan 'daging', yang berturut-turut merupakan sifat kehidupan zaman baru dan kehidupan lama.Dalam teologi Kristen kemudian hari, Roh Kudus adalah pribadi ketiga Trinitas -- dalam PB bukanlah doktrin yang dapat dilihat secara eksplisit. Namun, dipertahankan bahwa para penulis PB memberi jalan bagi apa yang pada waktunya didefinisikan oleh Bapa-bapa Gereja, yang hidup dalam iklim filsafat Yunani. Mereka menggunakan terminologi zamannya untuk menarik implikasi-implikasi metafisik dari data PB.

Alkitab menyebut Roh Kudus juga Roh Allah, Roh Kebenaran, Roh Tuhan, Roh Yesus, Roh Penghibur. Roh Kudus juga dilambangkan dengan nafas, angin, merpati, jari Allah, api. Kepelbagaian itu membantu untuk menerangkan identitas dan kerja Roh.

Ada yg berpendapat bahwa ajaran PL dan ajaran PB mengenal pokok ini tak dapat dipersatukan, tapi pendapat itu tidak benar. PL dan PB tidak bertentangan tentang pemeliharaan Allah dan anugerah-Nya, atau tentang tindakan Logos dalam penciptaan dan pekerjaan penyelamatan oleh Anak Allah, atau mengenal Roh Kudus. Bapak dan Anak aktif dalam kedua Kitab Perjanjian itu, dan Roh Kudus bekerja sepanjang zaman. Memang benar, hanya dalam PB terdapat gambaran rinci mengenal aktivitas-Nya. Tapi ajaran Tuhan Yesus dan para rasul sama sekali tidak bertentangan dengan apa yang kita pelajari dari penulis PL.

Karena Allah itu Roh adanya (Yoh 4:24), pemikiran tentang Trinitas berasaskan 'Roh', mengaburkan perbedaan antara Roh, Bapak, dan Anak. Berbicara mengenal Roh sebagai tali kasih antara Bapak dan Anak, atau mendefinisikan Roh sebagai 'tindakan hidup Allah di dunia', memang menekankan kebenaran berharga namun cenderung mengurangi kepribadian Roh, sehingga Ia menjadi tidak lebih dari pengaruh atau kekuatan yang bersifat baik.

Berita PL tentang aktivitas Roh memang lebih mudah diterangkan sebagai aktivitas dari sesuatu yang impersonal -- tidak berpribadi -- daripada berita PB. Tapi Allah hadir secara pribadi dan berkuasa melalui Roh-Nya, demikian PL dan PB. Dalam PL dan PB ada gerakan dalam pekerjaan Roh Kudus dari yang eksternal ke yang internal -- dari yang lahiriah ke yang batiniah, dan dari penerapan atas 'keadaan' ke penerapan atas 'watak'. Ihwal yang ragawi dan amoral menuju ke yang rohani dan moral.

I. PL

Dalam PL dapat dilihat lima segi pekerjaan Roh.

a. Pekerjaan Roh dalam penciptaan

Roh melayang-layang di atas permukaan air (Kej 1:2), membentuk manusia (Kej 2:7), mencerahkan langit (Ayb 26:13), memelihara kehidupan binatang, dan membaharui permukaan bumi (Mzm 104:30). Roh itulah ruakh ('nafas', 'angin') Allah, tenaga dan kekuatan Allah, asas dari kehidupan manusia dalam segala seginya. Manusia -- roh, jiwa dan tubuh -- terbuka bagi kuasa Roh Allah, belajar mencerminkan Allah. Roh manusia adalah 'pelita Tuhan' (Ams 20:27) bila berada dalam Roh Tuhan. Bila roh manusia mempunyai hubungan yg benar dengan Roh Allah, maka ia memenuhi kehendak Tuhan atas dirinya. (Dlm PL manusia mempunyai roh atau roh adalah sinonim dari ia mempunyai 'hati' atau ia adalah pribadi.) Sayang, karena dosa, manusia membuat dirinya menjadi pusat hidupnya. Dalam keadaan ini ia merusak kepribadiannya sendiri, tidak menghormati Allah dan menghinakan RohNya. Tapi bila kepribadiannya berpusat pada Roh Allah maka ia mempermuliakan Allah.

b. Pekerjaan Roh dalam melengkapi manusia bagi pelayanan

Roh datang pada orang yang dipilih Allah untuk tugas tertentu dan menganugerahkan kecakapan untuk mengemban tugas itu, mis keahlian (Kel 31:3), kepemimpinan (Hak 3:10), kekuatan badani (Hak 14:6). Hal itu dibuat-Nya tanpa harus mengubah moral orang itu.

c. Pekerjaan Roh dalam mengilhami para nabi

Ada kalanya mereka yang fanatik mengatakan dini digerakkan oleh Roh Kudus melakukan hal-hal yg bagi orang-orang lain adalah berlebih-lebihan. Orang-orang lain itu sangat berhati-hati dan lebih mengerti perihal rohani. Akibatnya orang-orang lain itu cenderung memisahkan dini dari kelompok fanatik itu, dan tidak begitu gamblang menyebut diri didiami oleh Roh Kudus (Am 7:14Yer 31:33Hos 9:7). Sementara itu ada pula nabi yang sungguh-sungguh menyadari peranan dan pengaruh Roh Kudus. Karya Roh Kudus dipandang tinggi bobotnya dalam wujud moral, sedangkan kemungkinan bergerak secara spontan dalam hal-hal rohani dan kebebasan melampaui kebiasaan diakui.

Pada prinsipnya pandangan ini diulangi oleh Yesaya dan Yehezkiel, yang terus terang dan tegas menyamakan Roh Kudus dengan Allah (Yes 63:10, 11) dan memberikan dua dari ketiga contoh dalam PL dimana istilah 'Roh Kudus' digunakan.

d. Pekerjaan Roh Kudus dalam menghasilkan kehidupan bermoral

Bagi pemazmur kehadiran Roh Kudus berarti kehancuran roh manusia dan penyesalan, hati yang bersih, setia dan bahagia. Dalam Mzm 139:7 Roh Allah disamakan dengan kehadiran-Nya dan keduanya tak dapat dihindari. Pendekatan dan kuasa Allah membuat pemazmur menaikkan permohonan supaya hati nuraninya diselidiki dan ia dipimpin di jalan kekal (ayat 23, 24).

e. Pekerjaan Roh menubuatkan Mesias

Pemazmur mencatat kehadiran Roh pada zamannya dan beberapa penafsir menganggap itu puncak penyataan Roh dalam PL. Tapi nabi juga merujuk pada pekerjaan Roh pada masa datang, dan tentang itu ada dua acuan. Pertama, nubuat bahwa Roh akan mendiami tokoh mesianis (Yes 11:2; 42:1-4; 61:1, 2; bnd Luk 4:18). Kedua, nubuat tentang kegiatan Roh dalam umat perjanjian Allah umumnya (Yeh 36:26, 27Yl 2:28 dab).

Kurun waktu antar perjanjian (inter-testamental) kurang mengalami kehadiran Roh. Menurut dugaan, dengan penuh kerinduan orang zaman itu menoleh ke belakang, atau dengan sangat berharap memandang ke depan, tapi tidak mengalami sukacita sebagai dampak pekerjaan Roh. Namun beberapa penafsir Gulungan Laut Mati berkata, kuasa Roh Kudus dialami oleh orang Esen dan mungkin juga oleh sekte lain sebelum kedatangan Kristus.

II. PB

PB penuh rujukan pada Roh (Yunani pneuma). Ia disebut dalam tiap kitab kecuali 2 dan 3 Yoh. Dalam Injil Sinoptik banyak acuan kepada Roh berkaitan dengan peristiwa akbar dalam hidup Yesus, kontras dengan kurangnya ucapan Yesus sendiri mengenai pekerjaan Roh. Ucapan Yesus yang berkaitan dengan Roh hanya lima, dan beberapa sarjana mengatakan hanya satu dari antaranya sebagai asli (Mrk 3:29 = Mat 12:31 = Luk 12:10), yang lainnya dicurigai dengan berbagai alasan. Ini bukanlah tempat untuk membicarakan keberatan itu secara rinci. Cukup mengatakan bahwa seandainya ucapan Kristus tentang Roh ditiadakan, maka tindakan itu sama sekali tidak dapat diterapkan atas rincian kehidupan-Nya yang dicatat penulis Sinoptik. Roh itu berperan serta dalam peristiwa sebelum kelahiran Yesus (Luk 1:15, 35, 41), pada kelahiran dan peristiwa lain yang segera menyusul (Luk 2:25-27), baptisan (Mat 3:13-17), pencobaan (Mat 4:1-11), permulaan pelayanan (Luk 4:14), ucapan pengantar pada awal pelayanan Yesus (Luk 4:18 dab), pengusiran roh jahat dan pemberian kuasa kepada rasul-Nya untuk membaptis dalam nama Tritunggal termasuk Roh Kudus (Mat 28:19). Hal ini bersama pertimbangan lain, cukup untuk membantah pendapat bahwa dalam 'agama Yesus' peranan Roh lebih sempit dari peranan-Nya dalam 'kepercayaan gereja perdana', dan pendapat bahwa Yesus takut terhadap pengertian yang berlebih-lebihan perihal Roh pada saat itu, sehingga lebih menyukai persekutuan akrab dengan BapakNya.

Yoh 14-16 yang penuh uraian tentang Roh, menerangkan mengapa Yesus kurang menyebut Roh pada permulaan pelayanan-Nya. Roh tak berperan sepenuhnya dalam dini orang percaya dan atas dunia sampai Anak kembali kepada Bapak melalui salib, kebangkitan dan kenaikan. Memang Yesus memiliki Roh dan Roh tersedia bagi Dia (Yoh 3:34), tapi Roh hanya dapat mendiami murid Yesus (Yoh 14:17). Dan karena Roh -- pada hakikatnya -- adalah 'diri Kristus', maka peranan langsung Roh tidak terlalu mendesak bagi sedikit orang yg sedang menikmati kehadiran Kristus. Kristus sendiri adalah Penasihat, Pembela, Penghibur dan Sumber kekuatan, sehingga selama kehadiran-Nya sepanjang kurun waktu inkarnasi-Nya di bumi ini, peranan penghibur (Parakletos) belum begitu mendesak hingga Kristus kembali ke sorga. Selama Kristus sendiri dapat langsung menjelaskan diriNya sendiri, bersaksi dan menyampaikan ajaran-Nya kepada murid-murid-Nya, maka tidak diperlukan Yang lain untuk memberikan pencerahan, bersaksi dan membuat Firman diingat. Tapi bila Yesus meninggalkan mereka, maka penting Bapak mengutus Roh untuk mengambil alih tugas-tugas tersebut terhadap orang-orang percaya, dan juga tugas-tugas selanjutnya yakni menginsafkan dunia akan dosa karena tidak percaya kepada Kristus; akan kebenaran karena Kristus, penjelmaan kebenaran, telah naik kepada Bapak; akan penghakiman karena penguasa dunia dihukum dalam kematian Kristus (Yoh 16:7-11). Dengan jelas Kristus menyatakan bahwa Roh tidak akan meniadakan karya dan pribadi-Nya, tapi akan menyampaikan dan menata kekayaan anugerah dan karya Kristus (lih Kis 1:1, berarti Yesus melanjutkan pekerjaan dan ajaran-Nya melalui RohNya Yang Kudus).

Dengan demikian tak dapat dikatakan bahwa Yesus menurut Alkitab sengaja mengabaikan atau tidak mengakui pentingnya peranan Roh; atau bahwa bila Ia dicatat menyebut Roh, maka hal itu adalah melulu pengaruh gereja perdana yang memasukkan pengalaman Pentakosta dan post Pentakosta ke dalam Injil.

Pernah dikatakan bahwa pada ps-ps permulaan Injil Yoh, Yesus menarik perhatian pada Roh yang ada sekarang (Yoh 3:5-8), tapi dalam bagian terakhir Yesus berbicara mengenai Roh yg akan datang. Dalam hal ini harus diterima keduanya, bukan mempertentangkan yang satu terhadap yang lain. Nubuat Yohanes Pembaptis bahwa Kristus akan membaptis orang dengan Roh dan api, digenapi sebagian dalam hidup-Nya, namun hal ini baru mendapat penggenapan sepenuhnya pada hari Pentakosta.

Kis menceritakan 'pencurahan' Roh dan pekerjaan ganda-Nya. Kadang-kadang penekanan terletak pada kekuatan Roh seakan-akan Ia bertindak secara impersonal ('turun ke atas', 'memenuhi'; lih Kis 2:1 dab). Kadang-kadang Ia bertindak dengan penampilan berpribadi personal, ump Kis 5:1 dab, di mana Ia dapat dibohongi dan dalam ayat lain Ia membimbing, memilih dan menghibur. Dalam Kis, Kristus dan Roh terang dibedakan. Perhatikanlah 8:16 dan 19:1-6, di mana karunia Roh diberikan menyusuli kelahiran baru dan nampaknya dapat dilihat dan didengar. Tapi tidak ada landasan untuk menyimpulkan bahwa kuasa karunia Roh dapat dialami tanpa Kristus. Roh datang kepada orang yang percaya akan janji yang dibuat bagi dan oleh Kristus (bnd acuan PL yang mengacu pada Kis 2:39 yakni Yes 54:13; 57:19Yl 2:28-32), dan menantikan penggenapannya -- bahwa Roh Kudus datang. Tujuan kedatangan Roh disebut sebagai memperlengkapi saksi-saksi perihal karya akbar Allah dalam Kristus ketika Ia mengerjakan keselamatan di Sion. Janganlah kita mensyukuri Roh demi Roh itu sendiri, tapi demi Kristus. Rasul-rasul dipenuhi oleh Roh, berkhotbah dan melakukan pekerjaan kasih yang ajaib dalam nama Yesus dari Nazaret (Kis 3:6); Roh menjaga kehormatan Anak dan menolak hormat bagi diriNya dan bagi manusia (Yoh 16:14).

Ajaran paling rinci perihal Roh terdapat dalam surat rasuli yang bicara tentang pengalaman jemaat yang dipenuhi oleh Roh. Beberapa sarjana melihat perkembangan kronologis dalam ajaran Paulus mengenai Roh. Menurut mereka dalam Surat Paulus yang paling pertama (2 dan 2 Tes), ia sependapat dengan gereja perdana, terutama dalam pengakuan yang kurang kritis mengenai karunia lahiriah dari Roh (karunia lidah, nubuat, 1 Tes 5:19, 20) disamping sifat moral batiniah, kekuatan-kekuatan moral yang dikerjakan oleh Roh (1 Tes 1:5, 6). Tapi dalam Surat Rm, Kor dan Gal Paulus prihatin demikian para sarjana itu  perihal tuntutan berlebih-lebihan akan Roh dari orang-orang yang menyalahgunakan karunia Roh sehingga merusak keharmonisan gereja. Ia tetap mengklaim dan sadar akan pengalamannya sendiri dan rekannya tentang 'karunia lahiriah' itu, tapi menomorduakannya dibanding agape Kristen kasih Kristus yang dicurahkan dalam hati oleh Roh dan disebut kasih Roh (Rm 15:30). Penekanan lebih terletak pada buah moral spontan yang memancar nyata dalam hidup atau perilaku orang percaya karena Roh, ketimbang pada 'karunia' Roh. Karunia itu dinilai berdasarkan bobot buah-buah Roh itu (Gal 5:22, 23).

Pada tahap ini terdapat ajaran Paulus mengenai Roh yang sangat berharga, yaitu hubungan Roh yang sangat dekat dengan Kristus yang hampir tak dapat dipisahkan. Paulus bicara tentang 'Roh Kristus', 'Roh Allah' 'Roh Kudus' dan 'Roh' tanpa perbedaan sampai ungkapan yg sangat sulit 'Tuhan yang adalah Roh' (2 Kor 3:18).

Kumpulan Surat-surat terakhir ditulis (menurut tradisi) saat masa Paulus di penjara (Flp, Ef, Kol, dan Surat-surat Penggembalaan) menekankan secara bersama-sama pekerjaan Roh yang menciptakan dan memelihara kesatuan gereja (Ef 4:3, 4).

Dalam tulisan baik yang paling pertama maupun yang terkemudian (1 Kor 2 dan 2 Tim 3 -- bila theopneustos menunjuk pada Nafas Roh Allah), Paulus memperlihatkan hubungan antara Roh dan pengetahuan spiritual, pengertian dan kebijaksanaan. Roh-lah yang mengetahui pikiran Allah dan yang sanggup mengajarkan perihal Allah dengan meresapkannya ke dalam pikiran (roh) manusia (1 Kor 2:4Rm 8:26, 27). Karya Roh dalam penyataan bersifat menebus. Ia tidak hanya memberitakan berita menarik tentang Allah, tapi juga bekerjasama dengan Allah dalam aktivitas yang dibarengi kekuatan (1 Kor 2:4). Paulus tidak menulis langsung mengenai karya Roh yang menuntun orang pada pertobatan, atau mengenai kelahiran baru. Tapi karya Roh pada saat kelahiran baru atau sesudahnya sering disebut. Roh-lah yang mengangkat manusia menjadi anak Allah, dan bersaksi dengan roh manusia tentang hal itu (Rm 8:15, 16Gal 4:6). Roh Perjanjian yang memeteraikan orang percaya (Ef 1:13). Roh yang satu yang oleh-Nya tersedia jalan masuk dalam Kristus kepada Bapak. Jalan masuk meliputi perdamaian dan persekutuan, terutama dalam doa. Sama seperti Anak yg berdoa di sebelah kanan Bapak, Roh juga berdoa untuk kita (Ef 2:18Rm 8:26).

Roh Kudus -- dengan memberi diriNya menjadi kehidupan rohani orang percaya, memungkinkan orang percaya itu mengalami kehidupan Kristus yang bangkit dalam dirinya. Roh adalah Pencipta, Sumber dan Penata kekuatan sepanjang hidup dalam proses pertumbuhan spiritual, dan hanya dengan Roh maka orang percaya dapat memperoleh kemenangan melawan dosa. Roh melepaskan orang kudus dari belenggu ketergantungan mutlak pada hukum secara harfiah; Roh adalah Roh Kristus Pembebas, dan Yang mengubah orang berdosa, yang menyesuaikannya dengan citra Kristus (2 Kor 3:17, 18). Roh Kudus ialah Roh Kerajaan Allah yang mengutamakan kebenaran, damai sejahtera dan sukacita di atas makanan dan minuman (Rm 14:17). Di atas segala-galanya, Roh-lah sumber kebenaran, sumber kasih kudus yang mengungguli imam dan pengharapan, yang paling pertama dan utama dalam daftar buah Roh hasil spontan dari pekerjaan-Nya (Gal 5:22, 23). Dalam rangka itu maka karunia-Nya kepada gereja harus dihargai dan digunakan (1 Kor 12, 13). Roh-lah yang mempersatukan, dan apabila Ia membagikan karunia yang berbeda Ia berusaha memelihara kesatuan dalam ikatan damai sejahtera (Ef 4:3). Janganlah memadamkan Roh karena tidak bersandar pada-Nya, dan janganlah mendukakan-Nya dengan mengandalkan-Nya secara salah (1 Tes 5:19Ef 4:30).

Di luar Surat-surat rasul Paulus acuan pada Roh Kudus sedikit dan tidak menambah kejelasan mengenai sifat atau tabiat-Nya. Alkitab adalah ucapan dan karya-Nya (Ibr 3:72 Ptr 1:21). Hubungan-Nya dengan Kristus dinyatakan (Ibr 9:141 Ptr 1:1, 21 Yoh 4:3). Dalam Why Kristus yang ditinggikan berbicara kepada jemaat melalui Roh yang transenden; Roh memperlengkapi penulis Wahyu dengan wahyu eskatologis dan melihat drama universal yang mencapai puncaknya pada saat Roh dan Pengantin Perempuan bersama-sama memberi hormat kepada Kristus Tuhan pada kedatangan-Nya yang kedua kalinya kelak.

Data-data alkitabiah mengenai Roh Kudus menyatakan bahwa Roh Kudus tidak diciptakan, tapi adalah daya kreatif dari Allah pengasih yang kudus, transendental namun sebagai yang berpribadi hadir dalam roh manusia. Kadang-kadang Roh Kudus nampak sebagai daya imanen, atau asas hidup, yg menopang alam semesta dan isinya. Pengakuan akan kuasa Roh pada tingkat ini pun sudah sangat bermanfaat bagi manusia, yang setiap waktu dan yang senantiasa makin tergantung pada energi alam, tapi cenderung menyalahgunakan energi itu untuk menimbulkan kekacauan dan bencana. PL bicara tentang Roh memampukan para tukang, mengilhami para pemimpin umat, dan menobatkan orang-orang saleh sehingga haus akan kekudusan. Semua peri 'kecakapan' itu digenapi dalam PB pada Dia yg melalui nafas Allah tidak terhalang mengucapkan Firman Allah, dan yg pada diriNya sendiri adalah Logos -- Firman Allah. Dosa yang menjadi kendala dalam diri manusia dipikul oleh Dia yang melalui Roh yg kekal mempersembahkan diriNya yang tanpa cacat kepada Allah, yang oleh Roh kekudusan dibangkitkan dari antara orang mati (Ibr 9:14Rm 1:4). Sejak pengalaman itu Allah yg menjadi manusia bersama kita, menjadi pengalaman Allah Roh berdiam dalam kita. Kehidupan, terang, kemerdekaan dan kasih Kristus diambil oleh Roh dan diterapkan pada roh manusia, sehingga manusia diinsyafkan akan kematian, kegelapan, perhambaan, dan kebencian akan Allah dan segala kebaikan, ia diperbaharui oleh kekuatan yang menuju pada kebenaran, yaitu Roh kemuliaan.

Pengikut Kristus wajib sadar akan tindakan Roh yg berperang demi dia dan dengan dia, meyakinkannya, mengubah, mendesak, mengawal dengan peringatan lembut, supaya tidak memadamkan atau mendukakan Roh dan teristimewa supaya tidak menghujat Roh. Dampak moral dan spiritual dalam kepribadian manusia tidak dapat terjadi oleh dan karena sesuatu yang tidak berpribadi. Dan peningkatan kepribadian yg benar terjadi hanya bila manusia dipertemukan dengan Roh, dalam Siapa Allah Yahweh -- AKU ADALAH YANG AKU ADA -- menjumpai manusia. Pada perjumpaan itu manusia tahu pasti, bahwa tidak ada yg lain kecuali Allah sendiri yang memanggilnya. Waktu bersekutu dengan Allah dalam persekutuan Roh penyucian, manusia tahu bahwa sekarang dirinya berada dalam persekutuan yang baru dengan sesamanya di dalam Kristus, memasuki dan sekaligus menghayati sarana dan tanggung jawab dalam kerajaan Roh. Manusia baru dapat tercipta hanya bila Roh Kudus mempersatukan manusia ragawi yang memiliki roh itu dengan Makhluk Baru Yang Kudus. Dikelilingi oleh dosa, ketidakbenaran, pencemaran hidup dan ancaman kematian, manusia wajib berseru kepada Roh Kudus yang dapat menghidupkan dan yang dapat memberikan realitas pada ibadatnya, pekerjaannya dan kesaksiannya. Hanya dengan mengambil bagian dalam Roh Kudus dan menghormati anugerahNya, manusia dapat senantiasa dan untuk selamanya berada dalam citra baru dan menikmati persekutuan dengan Roh Kudus.

KEPUSTAKAAN. H Berkhof, The Doctrine of the Holy Spirit, 1965; F. D Bruner, A Theology of the Holy Spirit, 1970; J. D. G Dunn, Baptism in the Holy Spirit, 1970; Jesus and the Spirit, 1975; 'Spirit, Holy Spirit', NIDNTT 3, hlm 689-709; M Green, I Believe in the Holy Spirit, 1975; G. S Hendry, The Holy Spirit in Christian Theology, 1965; J. H. E Hull, The Spirit in the Acts of the Apostles, 1967; M. E Isaacs, The Concept of Spirit, 1976; G. W. H Lampe, Holy Spirit, 1DB 2, hlm 626-638; K McDonnell (red.) The Holy Spirit and Power, 1975; G. T Montague, The Holy Spirit: Growth of a Biblical Tradition, 1976; D Moody, Spirit of the Living God, 1968; E Schweizer dll, TDNT 6, hlm 332-451; T. S Smail, Reflected Glory, The Spirit in Christ and Christians, 1975; A. M Stibbs dan J. I Packer, The Spirit within You, 1967; L. J Suenens, A New Pentecost?, 1975; J. V Taylor, The Go-Between God, 1972. Tentang roh manusia: H. W Robinson, The Christian Doctrine of Man, 1926; W. D Stacey, The Pauline View of Man, 1956. GW/IMP/HAO

IMAN DAN KEPERCAYAAN

IMAN Dan KEPERCAYAAN 

Ev. Matius, M. Th

I. Iman dan Kepercayaan Dalam PL

Walaupun kata 'iman' (Ibrani 'emun) sering muncul dalam PB bh Indonesia, dalam PL hanya dua kali yakni Ul 32:20 (TBI menerjemahkan 'kesetiaan') dan Hab 2:4 (TBI menerjemahkan 'percayanya'). Tapi ini tidak berarti bahwa gagasan iman tidak penting, banyak istilah lain, misalnya Ibrani batakh, yang dalam TBI biasanya diterjemahkan 'percaya'.

Kita dapat mulai dengan Mzm 26:1 dan ay-ayat yang serupa, Aku telah hidup dalam ketulusan; kepada Yahweh aku percaya dengan tidak ragu-ragu'. Sering orang berkata bahwa menurut PL orang diselamatkan berdasarkan pada perbuatannya, tapi ayat tadi menempatkan soal itu dalam letaknya yang sebenarnya. Memang pemazmur menyebut 'ketulusan hatinya', tapi hal ini tidak berarti bahwa ia percaya kepada dirinya atau perbuatan-perbuatannya. Yang dia percayai ialah Allah. Ketulusan hatinya adalah bukti kepercayaannya ke pada Allah.

PL adalah Kitab yang besar, yang menyatakan kebenaran tentang keselamatan dengan berbagai cara. Para penulis tidak selalu membuat pembedaan yang mungkin kita inginkan bila membaca PB. Tapi jika teliti disimak maka akan nyata bahwa dalam PL seperti juga dalam PB, yang dituntut ialah sikap yang benar terhadap Allah, artinya iman atau kepercayaan. Bnd Mzm 37:3 dab, 'Percayalah kepada Tuhan dan lakukanlah yg baik... dan bergembiralah karena Tuhan; maka Ia akan memberikan kepadamu apa yang diinginkan hatimu. Serahkanlah hidupmu kepada Tuhan dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak'. Di sini jelas bahwa pemazmur berusaha supaya hidupnya benar, dan jelas juga bahwa pada dasarnya ia mengajak orang supaya berharap kepada Allah, dan ini hanya cara lain mengajak orang hidup dari iman. Kadang-kadang orang didesak supaya mempercayai Firman Allah (Mzm 119:42), tapi yang lebih biasa dicari ialah supaya mereka percaya kepada Allah sendiri. 'Percayalah kepada Tuhan dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar pada pengertianmu sendiri' (Ams 3:5).

Bagian akhir dari ay ini tidak memberi tempat bagi percaya kepada kekuatan sendiri: 'Siapa percaya kepada hatinya sendiri adalah orang bebal' (Ams 28:26), dan pikiran ini sering muncul. Manusia tidak boleh mengandalkan kebenarannya sendiri (Yeh 33:13). Efraim dihajar karena 'mengandalkan diri pada keretamu, pada banyaknya pahlawan-mu'. Mengandalkan berhala dicela keras (Yes 42:17Hab 2:18). Yeremia memperingatkan supaya jangan percaya kepada apa pun yang dari manusia, 'Terkutuklah orang yang mengandalkan manusia, yang mengandalkan kekuatannya sendiri, dan yg hatinya'menjauh dari Tuhan' (Yer 17:5).

Daftar hal-hal yang tidak boleh diandalkan masih bisa ditambah, tapi daftar ay-ayat yang mendesak orang supaya mengandalkan Tuhan masih lebih, panjang dan mengesankan. Jelas bahwa masyarakat PL menganggap Tuhan satu-satunya yang 'layak menjadi andalan. Mereka tidak mengandalkan sesuatu apa pun yg mereka lakukan, atau yang dilakukan oleh orang lain, atau yang dilakukan oleh ilah-ilah lain. Andalan atau yg diharapkan oleh mereka hanya Tuhan. Kadang-kadang hal ini diungkapkan dengan kiasan, 'Dia-lah bukit batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku; Allah-ku, gunung batuku, kubu pertahananku dan penyelamatku; Allah-ku, gunung batuku, tempat aku berlindung, perisaiku, tanduk keselamatanku, kota bentengku' (Mzm 18:2-3). Memang iman dapat dipautkan dengan pasti pada Allah yg seperti itu.

Di sini Abraham harus disebut secara khusus. Seluruh hidupnya membuktikan, bahwa ia sungguh-sungguh percaya kepada Allah, dengan iman yang mendalam. Mengenai dia tertulis, 'Percayalah ia kepada Tuhan, maka Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya sebagai kebenaran' (Kej 15:6). Ayat ini diambil oleh penulis-penulis PB dan kebenaran dasar di dalamnya dikembangkan lebih lengkap.

II. Iman dan Kepercayaan Dalam PB

a. Pemakaian umum

Dalam PB kata benda pistis dan kata kerja pisteuo keduanya muncul lebih 240 kali, dan kata sifat pistos 67 kali. Tekanan yg diberikan kepada iman harus dilihat dengan latar belakang karya penyelamatan Allah dalam Kristus. Yang menjadi inti PB ialah gagasan Allah mengutus AnakNya menjadi Juruselamat dunia. Kristus beroleh penyelamatan manusia dengan mengalami kematian yang mendamaikan manusia dengan Allah di salib-Nya.

Iman ialah sikap yang di dalamnya seseorang melepaskan andalan pada segala usahanya sendiri untuk mendapat keselamatan, entah itu kebajikan, kebaikan susila atau apa saja, kemudian sepenuhnya mengandalkan Yesus Kristus, dan mengharap hanya dari Dia segala sesuatu yg dimaksud oleh 'keselamatan'. Sewaktu kepala penjara di Filipi bertanya, 'Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat supaya aku selamat?' Dijawab oleh Paulus dan Silas tanpa ragu-ragu, 'Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat' (Kis 16:30 dab). Setiap orang yg percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh 3:16). Iman ialah satu-satunya jalan, melalui mana manusia beroleh keselamatan.

Kata kerja pisteuo kerap kali diikuti oleh 'bahwa', yang menandakan bahwa obyek iman ialah realita-realita tertentu. Hal ini penting, seperti Yesus jelaskan kepada orang Yahudi, 'Sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Aku-lah Dia, kamu akan mati dalam dosamu' (Yoh 8:24). Tapi Yakobus menyatakan bahwa setan-setan pun percaya hanya ada satu Allah, namun 'iman' ini tidak menguntungkan mereka (Yak 2:19). Pisteuo bisa disusuli keadaan ketiga (dativum), jika maksudnya ialah mempercayai atau menerima sebagai hal yang benar apa yang dikatakan seseorang. Maka Yesus mengingatkan orang Yahudi bahwa 'Yohanes datang untuk menunjukkan jalan kebenaran kepadamu, dan kamu tidak percaya kepadanya' (Mat 21:32). Di sini kata 'percaya' tidaklah mengandung arti 'mengandalkan diri' kepada Yohanes: orang Yahudi tidak percaya apa yang dikatakannya.

Hal itu bisa juga kena kepada Yesus, seperti dalam Yoh 8:45, 'Kamu tidak percaya kepada-Ku', atau ayat berikutnya, 'Aku mengatakan kebenaran, mengapa kamu tidak percaya kepada-Ku?' Tapi tidak boleh kita lupakan bahwa kepercayaan mempunyai isi kognitif. Karena itu susunan kalimat ini kadang-kadang mengacu kepada iman yang menyelamatkan seperti dalam Yoh 5:24, 'Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal'. Orang yg sungguh percaya kepada Allah, tentu akan bertindak selaras dengan iman itu, Dengan perkataan lain, kepercayaan yg sungguh bahwa apa yang dinyatakan Allah memang benar, akan nampak dalam iman yang benar pula.

Susunan tata bahasa khas untuk iman yg menyelamatkan, ialah kata kerja pisteuo disusuli kata eis. Arti harfiahnya ialah percaya 'ke dalam'. Maksudnya ialah iman yang mengeluarkan seseorang dari dirinya sendiri, dan menaruh dirinya di dalam Kristus (bnd ungkapan yang sering dipakai Paulus mengenai orang Kristen yaitu'di dalam Kristus'). Pengalaman ini dapat juga disebut 'kesatuan dengan Kristus melalui iman'. Maksudnya bukan melulu iman dalam arti persetujuan intelektualis, tapi iman yg melaluinya orang percaya berpaut pada Juruselamat-nya dengan segenap hatinya. Orang percaya dalam pengertian ini tinggal di dalam Kristus dan Kristus di dalam dia (Yoh 15:4). Iman tidak berarti menerima hal-hal tertentu sebagai benar, tapi menyerahkan diri (mengandalkan diri) kepada suatu diri, yaitu diri Kristus.

Kadang-kadang pisteuo disusuli epi, 'di atas'. Iman mempunyai dasar yg kuat dan teguh. Susunan tata bahasa ini didapati dalam Kis 9:42. Di situ, sesudah tersiar kebangkitan Tabita, 'banyak orang menjadi percaya kepada Tuhan' (epi ton kurion). Orang-orang sudah menyaksikan sendiri apa yg dapat dilakukan oleh Kristus, maka mereka mengalaskan iman mereka 'di atas' Dia. Kadang-kadang iman dialaskan kepada Allah Bapak, misalnya Rm 4:24, 'Kita percaya kepada (epi) Dia yang telah membangkitkan Yesus Tuhan kita dari antara orang mati'.

Yang sangat khas PB ialah pemakaian mutlak kata kerja itu. Sewaktu Yesus berada di daerah Samaria, banyak orang 'menjadi percaya' karena perkataan-Nya (Yoh 4:41). Tidak perlu ada tambahan pada apa yang mereka percayai, atau kepada siapa mereka percaya. Iman begitu khas dalam Kekristenan sehingga orang Kristen dapat disebut pendek saja 'orang percaya'. Pemakaian ini luas di seluruh PB dan tidak terbatas hanya pada seorang penulis saja. Kita dapat menyimpulkan bahwa iman merupakan dasar Kekristenan.

Ihwal waktu dari kata kerja pisteuo mengandung acuan. Waktu aoristus mengacu kepada tindakan yg terjadi pada waktu lalu. Dan bila dipakai demikian akan menandakan sifat yang menentukan dari iman. Jika seseorang menjadi percaya ia menyerahkan dirinya secara menentukan kepada Kristus. Waktu presens mengandung gagasan 'berjalan terus' atau berulang-ulang. Ini menandakan bahwa iman bukanlah sesuatu yg berlalu, tapi berlangsung terus-menerus. Waktu perfektum mengandung kedua gagasan di atas dan membicarakan tentang tindakan masa kini yang merupakan kesinambungan tindakan pada waktu lalu. Tentang iman, ini menandakan bahwa orang yang menjadi percaya memasuki suatu keadaan yang menetap. Perlu diperhatikan bahwa kata benda pistis kadang-kadang dilengkapi dengan kata sandang, maksudnya, keseluruhan batang tubuh ajaran Kristen, seperti waktu Paulus menghimbau orang Kolose 'hendaklah kamu bertambah teguh dalam iman yang telah diajarkan kepadamu' (Kol 2:7).

b. Pemakaian khusus

(i) Dalam Injil-injil Sinoptik iman sering dihubungkan dengan penyembuhan. Yesus berkata kepada perempuan yang menjamah jubah-Nya di tengah-tengah orang banyak, 'Teguhkanlah hatimu, hai anak-Ku, imanmu telah menyelamatkan engkau' (Mat 9:20). Tapi iman dalam arti yang lebih luas dilukiskan juga dalam Injil-injil ini. Markus mencatat perkataan Yesus, 'Tidak ada yg mustahil bagi orang yg percaya!' (Mrk 9:23). Begitu juga Dia berkata bahwa seseorang akan melakukan pekerjaan besar, sekiranya mempunyai iman kendati hanya sebesar biji sesawi (Mat 17:20Luk 17:6). Jelas, Yesus menuntut iman tertuju kepada diriNya sendiri. Tuntutan khas Kristen bahwa orang harus beriman kepada Yesus gamblang didasarkan pada tuntutanNya sendiri.

(ii) Dalam Injil Yoh iman menduduki tempat sangat mencolok, terlihat dari munculnya kata kerja pisteuo sampai 98 kali. Memang ganjil, kata benda pistis tidak pernah dipakainya. Mungkin sebabnya ialah kata pistis dipakai di kalangan sejenis Gnostik. Ada tanda bahwa Yohanes memperhitungkan lawan-lawan seperti itu, dan bisa saja ia menghindari untuk memakai istilah yang sangat mereka gemari. Atau mungkin dia lebih menyukai arti yang lebih dinamis yang diberikan oleh kata kerja itu. Apa pun alasannya, ia lebih sering memakai kata kerja pisteuo (dibandingkan penulis PB lainnya, sampai 3 kali lebih banyak dari ketiga temannya penulis Injil Sinoptik itu). Susunan katanya yg khas ialah penggunaan kata depan eis, 'percaya kepada'.

Hal terpenting ialah hubungan orang percaya dengan Kristus. Justru Yohanes berulang-ulang berbicara tentang percaya kepada-Nya atau percaya dalam nama Kristus (mis Yoh 3:18). Bagi orang zaman itu'nama' mengungkapkan seluruh kedirian seseorang, keberadaan orang itu seutuhnya. Maka 'percaya dalam nama Kristus' berarti mutlak percaya kepada diri Yesus seutuhnya. Yoh 3:18 berkata, 'Barangsiapa percaya kepada-Nya, ia tidak akan dihukum; barangsiapa tidak percaya, ia telah berada di bawah hukuman'. Ajaran khas Yohanes ialah, bahwa ihwal kekekalan ditentukan kini dan di sini. Iman tidak melulu menjamin hidup yang kekal pada suatu masa depan yang tidak diterangkan, tapi juga memberi hidup yg kekal sekarang ini. 'Barangsiapa percaya kepada Anak, ia beroleh (ekhei, waktu presens, jadi sekarang sudah) hidup yang kekal' (Yoh 3:36; bnd 5:24).

(iii) Dalam Kis, yang melaporkan upaya penginjilan yang maju pesat, ungkapan khas yang dipakai ialah (waktu) aoristus dari pisteuo, yang mengacu kepada tindakan keputusan. Lukas menceritakan beberapa peristiwa yang mendampakkan orang-orang menaruh kepercayaan kepada Kristus. Susunan pengalimatan yang lain ada juga, dan baik iman yang terus menerus maupun buahnya yang menetap disebut, tapi keputusan itulah yang paling khas.

(iv) Bagi Paulus, iman adalah sikap khas Kristen. Tidak seperti Yohanes, Paulus memakai kata benda pistis lebih dua kali lipat dari kata kerja pisteuo. Kata pistis dikaitkan dengan beberapa gagasannya utama. Jadi dalam Rm 1:16 ia berkata bahwa Injil 'adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya'. Bahwa agama Kristen lebih dari sekedar pola nasihat yang baik sangat berarti bagi Paulus. Injil tidak hanya mengatakan kepada manusia apa yg wajib mereka lakukan, tapi juga memberi kekuatan kepada mereka untuk melakukannya. Beberapa kali Paulus mempertentangkan kata-kata belaka dengan kekuatan, umumnya guna menekankan bahwa kekuatan Roh Kudus harus diperlihatkan dalam hidup orang Kristen. Dan kekuatan ini dapat berperan dalam hidup seseorang hanya jika ia percaya. Tidak ada yang bisa mengganti iman.

Banyak perselisihan Paulus berkisar pada silang nalar dengan pengikut Yudaisme. Kelompok ini mempertahankan bahwa tidak cukup bagi orang Kristen hanya dibaptis -- mereka harus disunat, dan bila mereka diterima masuk agama Yahudi dengan jalan sunat itu, mereka harus menggenapi seluruh hukum Taurat Musa. Kelompok Yudais ini membuat ketaatan kepada Taurat prasyarat yang harus dipenuhi sebelum memperoleh keselamatan, paling tidak dalam arti keselamatan secara utuh.

Paulus menentangnya. Ia menandaskan bahwa manusia tidak dapat berbuat apa pun juga untuk mendatangkan keselamatan dirinya. Segala sesuatu telah genap seutuhnya dilakukan oleh Kristus, justru tidak seorang pun dapat menambahkan apa-apa untuk menyempurnakan pekerjaan Kristus yang sudah tuntas itu. Demikianlah Paulus menekankan bahwa manusia dibenarkan oleh iman (Rm 5:1). Doktrin pembenaran oleh iman adalah pusat pemberitaan Paulus. Apakah dengan memakai istilah ini atau tidak, gagasan itu selalu dia kemukakan. Dengan penuh semangat ia menentang setiap pemikiran yang mengajarkan dan mengandalkan perbuatan baik. 'Kamu tahu, bahwa tidak seorang pun yang dibenarkan karena melakukan hukum Taurat, tapi hanya oleh iman dalam Kristus Yesus. Sebab itu kami pun telah percaya kepada Kristus Yesus, supaya kami dibenarkan karena iman dalam Kristus dan bukan karena melakukan hukum Taurat'. Sebab 'tidak ada seorang pun yang dibenarkan karena melakukan hukum Taurat' (Gal 2:16). Jelas bagi Paulus iman berarti melepaskan segala kepercayaan yang mengandalkan kemampuan diri untuk mendapat keselamatan sebagai imbalan dari jasa atau amal bakti. Beroleh keselamatan hanyalah dengan percaya sepenuhnya menerima karunia Allah di dalam Kristus, mengandalkan Kristus dan hanya Dia, untuk memperoleh segenap arti keselamatan.

Ciri khas lain dalam teologi Paulus ialah peranan Roh Kudus yang begitu luas dan mencolok. Paulus berpendapat bahwa semua orang Kristen didiami oleh Roh Kudus (Rm 8:9, 14) dan hal ini dia hubungkan juga dengan iman. Karena itu tentang Yesus, dia tulis kepada orang Efesus, 'Di dalam Dia kamu juga -- karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu -- di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu. Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita...' (Ef 1:13 dab). Meterai melambangkan hak pemilikan, suatu kiasan yg dimengerti pada suatu zaman, tatkala banyak orang buta aksara. Roh Kudus yang diam dalam diri orang percaya menandakan hak milik Allah, dan tanda ini dibubuhkan kepada seseorang hanya sesudah dia percaya. Ayat yang dikutip di atas berkata mengenai Roh Kudus sebagai jaminan bagian kita'. Di sini Paulus memakai suatu kata yang pada abad pertama berarti panjar, yang sekaligus adalah jaminan bahwa sisa harga akan dilunasi kemudian. Jadi, jika seseorang menjadi percaya, ia menerima Roh Kudus sebagai bagian dari kehidupan di 'dunia yang akan datang', juga jaminan bahwa sisanya pasti menyusul.

(v) Penulis Surat Ibr melihat bahwa iman selalu merupakan ciri khas umat Allah. Dalam ps 11, yaitu gedung lukisannya yg indah, penulis mengenang orang-orang terhormat pada masa lampau, sambil menunjukkan bagaimana masing-masing mengemukakan tema luhurnya bahwa 'tanpa iman, tak mungkin orang berkenan kepada Allah' (Ibr 11:6). Penulis secara khusus tertarik pada pertentangan iman dengan penglihatan. Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang diharapkan dan bukti dari segala yang tidak kita lihat (Ibr 11:1). Ia menekankan bahwa orang yg tidak mempunyai apa pun secara lahiriah yang bisa menopangnya dalam perjalanannya, toh tetap berpegang teguh kepada janji janji Allah. Dengan perkataan lain, mereka hidup dan berjalan di dalam iman; bukan dalam penglihatan.

(vi) Di antara penulis PB, baiklah kita memberi perhatian kepada Yakobus. Ada pendapat bahwa dalam hal iman dia bertentangan dengan Paulus. Apabila Paulus mempertahankan bahwa orang dibenarkan karena iman, bukan karena perbuatan, Yakobus mempertahankan 'bahwa manusia dibenarkan karena perbuatan-perbuatannya, bukan hanya karena imannya' (Yak 2:24). Tapi ini hanyalah selisih verbalisasi saja. Jenis 'iman' yang ditentang oleh Yakobus bukanlah kepercayaan pribadi yang membara kepada Juruselamat yg hidup seperti dibicarakan oleh Paulus. Yang dibicarakan Yakobus ialah iman, yang diterangkan Yakobus sendiri, 'Engkau percaya, bahwa hanya ada satu Allah saja? Itu baik! Tetapi setan-setan pun juga percaya akan hal itu dan gemetar' (2:19). Maksud Yakobus ialah ihwal akal budi menyetujui kebenaran-kebenaran tertentu, tapi tidak. mendukung pendapat bahwa hidup selaras dengan kebenaran-kebenaran itu akan mendampakkan keselamatan (2:15 dab). Betapa jauhnya Yakobus dari menentang iman dalam arti seutuhnya, sehingga di mana saja dia mempradalilkannya. Pada awal suratnya secara wajar ia berbicara tentang 'ujian terhadap imanmu' (1:3), dan dia menasihati pembacanya supaya 'sebagai orang yg beriman kepada Yesus Kristus, Tuhan kita yang mulia itu, janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka' (2:1). Ia mengecam iman yang salah, tapi menganggap bahwa tiap orang akan mengakui perlunya iman yang benar.

Lagipula arti 'perbuatan' bagi Yakobus tidaklah sama dengan arti seperti dimaksudkan Paulus. Paulus memikirkan ketaatan kepada tuntutan perintah Taurat yang dipandang sebagai sistem, yang olehnya seseorang dapat meraih keselamatan karena jasa. Bagi Yakobus Taurat ialah 'Taurat yang memerdekakan' (2:12). Yg dia sebut 'perbuatan' adalah sama dengan 'buah-buah Roh' yg dibicarakan oleh Paulus. Perbuatan-perbuatan kasih timbul sebagai dampak dari sikap yang benar terhadap Allah. Perbuatan itu adalah buah iman. Yakobus keberatan terhadap pernyataan bahwa iman ada kendati tanpa buah yang membuktikannya.

Iman jelas merupakan salah satu konsepsi penting dalam seluruh PB. Di mana-mana iman dituntut dan keutamaannya ditekankan. Iman membuang segala kepercayaan pada sumber-sumber kekuatan sendiri. Iman berarti pasrah menyerahkan diri sendiri tanpa syarat kepada rahmat Allah. Iman berarti memegang teguh janji Allah di dalam Kristus dengan memautkan seluruh kepercayaan kepada karya Kristus yang genap seutuhnya demi keselamatan, dan kepada kekuasaan Roh Kudus demi kekuatan sehari-hari. Iman mencakup kepercayaan yang utuh dan ketaatan mutlak kepada Allah.

KEPUSTAKAAN. D. M Baillie, Faith in God, 1964; W. F Howard, Christianity according to St. John, 1943; 13.13 Warfield in HDB; W. A Whitehouse dalam RTWB; J. G Machen, What is Faith?, 1925; G. C Berkouwer, Faith and Justification, 1954; J Hick, Faith and Knowledge', 1966; NIDNTT, hlm 587-606; TDNT 6, hlm 1-11; TDNT 6, hlm 174-228. LM/MHS

Jumat, 05 Juni 2020

DIMANA KEADILAN

DIMANA KEADILAN, BAGAIMANA DAN KAPAN PENERAPAN KEADILAN, KEJURAN ITU KAMI RASAKAN? 
Ev. Matius Sobolim, M. Th. 
💥💥💥💥💥💥💥💥💥💥💥

Alasan Hukum. Mengapa Advokat/Pengacara Masih Membela Orang yang Salah. Pertanyaan Kenapa orang jadi tersangka/terdakwa dibela sama pengacara? Padahal kan dia sudah salah? Kenapa lagi dibela?
 
Oleh : Dhani Nawipa,SH Pengacara LBH Surabaya.

Ulasan Lengkap
 
Hak Tersangka/Terdakwa Didampingi Advokat
Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (“KUHAP”), tersangka dan terdakwa didefinisikan sebagai:
Tersangka adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya, berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana;
Terdakwa adalah seorang tersangka yang dituntut, diperiksa dan diadili di sidang pengadilan;
 
KUHAP pada dasarnya telah menjamin hak tersangka/terdakwa untuk didampingi penasihat hukum/advokat dalam setiap tingkat pemeriksaan. Hal ini antara lain telah diatur dalam beberapa pasal berikut:
 
Pasal 54 KUHAP
 
Guna kepentingan pembelaan, tersangka atau terdakwa berhak mendapat bantuan hukum dari seorang atau lebih penasihat hukum selama dalam waktu dan pada setiap tingkat pemeriksaan, menurut tata cara yang ditentukan dalam undang-undang ini.
 
Pasal 55 KUHAP
 
Untuk mendapatkan penasihat hukum tersebut dalam Pasal 54, tersangka atau terdakwa berhak memilih sendiri penasihat hukumnya.
 
Pasal 57 ayat (1) KUHAP yang berbunyi:
 
Tersangka atau terdakwa yang dikenakan penahanan berhak menghubungi penasihat hukumnya sesuai dengan ketentuan undang-undang ini.
 
Khusus bagi tersangka/terdakwa yang melakukan tindak pidana yang diancam hukuman mati atau pidana penjara 15 tahun atau lebih, atau bagi tersangka/terdakwa yang diancam pidana penjara 5 tahun atau lebih tapi tidak mampu mempunyai penasihat hukum sendiri, maka pejabat yang bersangkutan wajib menunjuk penasihat hukum bagi mereka sebagaimana diatur dalam Pasal 114 jo. Pasal 56 ayat (1) KUHP yang selengkapnya berbunyi:   
                                                               

KRITIK DAN MENGHUJAT DI ERA KEBEBASAN BERPENDAPAT DITINJAU DARI SUDUT PANDANG ALKITAB

KRITIK DAN MENGHUJAT DI ERA KEBEBASAN BERPENDAPAT DITINJAU DARI SUDUT PANDANG ALKITAB 
        EV. Matius Soboliem 

A. Latar Belakang
Di era kebebasan berpendapat seperti sekarang ini setiap orang bebas mengutarakan isi pikirannya terhadap berbagai hal. Mulai dari isu sosial, politik, ekonomi, hingga hiburan semuanya dapat dikomentari. Apalagi dengan tersedianya kolom komentar di berbagai website dan media sosial, semakin mempermudah orang mengutarakan isi pikiran. Tinggal mengetik kalimat yang ada di pikiran pada kolom tersebut maka pendapat kita pun dapat dibaca oleh banyak orang.

Tapi sayangnya, kini tidak sedikit orang sulit membedakan mana yang disebut kritik dan menghujat. Akibatnya ada banyak kalimat kasar bertebaran di berbagai kolom komentar yang diklaim sebagai 'kritik' justru berbau hujatan. Kritik berisi kalimat koreksi yang memberi masukkan perbaikan.

 Sementara hujatan cenderung hanya berisi hinaan dan ejekan.Hujatan akan berisi kalimat negatif yang tidak menghiraukan etika dalam komentar. Kritik tetap memedulikan pentingnya tata karma dalam berpendapat.Kritik akan fokus pada kekurangan hasil kerja, bukan pada orang yang menyelesaikan pekerjaan tersebut.Pemberi kritik akan berkomentar didasarkan alasan yang logis. Penghujat lebih senang berpendapat karena rasa tak suka.Memberi inspirasi adalah tujuan utama kritik. Hal ini tidak akan ditemukan dalam hujatan. Bagaimana dalam padangan Alkitab tentang Kritik dan Menghujat?

I. Dalam PL
Menurut Alkitab dalam PL mengenai Arti akar kata ini di sini adalah perbuatan kurang ajar oleh manusia yang menghina kehormatan Allah. Obyek kata ini adalah nama Allah, yang dikutuk atau dicemarkan dan tidak dihormati (bnd ungkapan alkitabiah para rabi, 'Dihormatilah Engkau, ya Tuhan'). Hukuman atas penghujatan adalah dilempari dengan batu sampai mati (Im 24:10-23; 1 Raj 21:9 dab; Kis 6:11; 7:58).

Dalam Im 24 ada seorang Israel peranakan yang berbuat dosa demikian, dan pada umumnya penghujatan dilakukan oleh orang kafir (2 Raj 19:6,22 = Yes 37:6, 23; Mzm 44:16; Mzm 74:10,18; Yes 52:5) kadang-kadang disebabkan
contoh jelek dan penyelewengan-
penyelewengan moral dari umat Tuhan. Kalau umat Allah jatuh kepada penyembahan berhala, maka mereka dianggap melakukan penghujatan seperti orang kafir (Yeh 20:27; Yes 65:7). Menguduskan nama Yahweh adalah tugas khusus bangsa Israel (lih G. F Moore, Judaism, 2, 1927-1930, hlm 103), tapi bangsa yang tidak setia dan tidak taat mencemarkan-Nya.

II. Dalam PB
Di sini artinya diperluas. Allah juga kena hujat secara terwakili dalam diri para utusan-Nya. Demikianlah kata ini diterapkan terhadap Musa (Kis 6:11); Paulus (Rm 3:8; 1 Kor 4:12; 10:30); dan secara khusus terhadap Tuhan Yesus dalam pelayanan pengampunan-Nya (Mrk 2:7 dan ay-ay sejajar), pada waktu Ia diadili (Mrk 14:61-64, YESUS, PENGADILAN), dan di Golgota (Mat 27:39; Luk 23:39). Karena para utusan atau wakil ini adalah jelmaan kebenaran Allah sendiri (dan Tuhan Yesus secara istimewa), maka penghinaan terhadap mereka dan ajaran mereka sebenarnya adalah ditujukan kepada Allah, yg atas nama-Nya mereka berbicara (demikian Mat 10:40; Luk 10:16). 

Saulus dari Tarsus mengamuk terhadap pengikut-pengikut Yesus dan berusaha memaksa mereka untuk menghujat, yakni untuk mengutuki Nama yg menyelamatkan (Kis 26:11), dan dengan demikian mengingkari janji waktu mereka dibaptis, yaitu 'Yesus adalah Tuhan' (bnd 1 Kor 12:3; Yak 2:7). Tapi tekadnya yg keliru arahnya, bukan hanya terhadap gereja melainkan terhadap Tuhan sendiri (1 Tim 1:13, bnd Kis 9:4).

Ada dua ayat yang merupakan masalah. 2 Ptr 2:10,11 mengatakan 'menghujat kemuliaan'. Mungkin ini berarti Allah sendiri, tapi kata 'kemuliaan' ini bentuknya jamak dalam bh Yunani dan ada yang mengartikannya kuasa jahat malaikat yang oleh pengajar-pengajar sesat dihina (bnd Yud 8).

Tentang hujatan terhadap Roh Kudus (Mat 12:32; Mrk 3:29) disebut dalam pernyataan yang hebat, bahwa pelakunya 'bersalah karena berbuat dosa yang kekal' yang tidak dapat diampuni. Ayat ini mengingatkan dengan khidmat kepada penolakan yang terus menerus dan dengan sengaja akan panggilan Roh untuk menerima keselamatan dalam Kristus. Ketidakpekaan manusia pasti membawa ketidakpekaan moral dan kepada kekacauan hal-hal moral, yaitu yang jahat dianggap baik (' Kejahatan, jadilah kebaikanku; Yes 5:18-20; Yoh 3:19); 31, 32. 

Segala dosa dan hujat manusia akan diampuni. Prinsip umum. Pendamaian oleh Kristus di kayu salib cukup untuk menghapuskan kesalahan semua dosa, bahkan bentuk hujat yang paling menyakitkan hati terhadap Allah sekalipun. Tetapi, ada satu dosa yang dinyatakan tidak dapat diampuni: jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni. Mengingat prinsip yang telah dinyatakan Yesus sebelumnya, hal tidak dapat diampuni ini bukan disebabkan karena dengan pendamaian semata belumlah cukup, juga kita tidak dapat berkesimpulan bahwa Oknum Ketiga dari Tritunggal itu memiliki suatu kesucian khusus. Banyak penafsir menjelaskan dosa ini sebagai tindakan mengaitkan berbagai karya mukjizat Roh itu dengan kuasa Iblis (bdg. Mrk. 3:29-30), dan mereka menganggap dosa tersebut tidak mungkin dilakukan pada saat ini (demikian Chafer, Broadus, Gaebelein). 

Tetapi. penafsir lain menganggap tuduhan orang Farisi itu sebagai gejala dan bukan dosa itu sendiri. Ayat-ayat selanjutnya menunjuk kepada pati yang tercemar sebagai penyebab dosa. Tugas khusus Roh ialah menginsafkan orang dan membuat orang bertobat, serta menjadikan orang bersedia menerima undangan Kristus. Karena itu hati yang membenci Allah dan menghujat Kristus (I Tim. 1:13) masih dapat diinsafkan dan dituntun kepada pertobatan oleh Roh.

Tetapi orang yang menolak setiap tawaran Roh sama dengan menjauhkan dirinya dari satu-satunya kekuatan yang dapat menuntunnya kepada pengampunan dosa (Yoh. 3:36). Bahwa keadaan pasti tidak dapat diampuni itu dapat dicapai dalam hidup ini jelas tersirat dalam ayat ini. Perjanjian Lama melukiskan keadaan ini sebagai berbuat dosa "dengan sengaja" (Bil. 15:30); karena bagi mereka tidak mungkin ada pendamaian lagi. 

Orang tidak dapat memahami hati orang lain, dan karena itu tidak dapat menentukan apakah seseorang telah mencapai keadaan semacam itu. Kemungkinan terjadinya dosa ini tidak memperlemah undangan Injil, "Barangsiapa yang mau," karena pada dasarnya orang-orang tersebut tidak akan mau lagi menerima. Mengenai orang Farisi yang mendengar Yesus, tidak disebutkan apakah mereka sudah melakukan dosa ini sepenuhnya atau tidak, tetapi peringatan itu jelas. Pengetahuan mereka yang banyak menjadikan tanggung jawab mereka besar; dan permusuhan mereka selama ini menunjukkan bahwa mereka berketetapan untuk tidak mau percaya. 

Konfrontasi orang Farisi dengan Yesus masih berlanjut. Kali ini peristiwa pengusiran setan dipakai oleh orang Farisi sebagai senjata. 

Orang yang dikuasai setan itu bisu dan buta. Yesus menyembuhkan dia sehingga ia dapat melihat dan berbicara kembali. Takjubnya orang banyak terhadap Yesus dipatahkan orang Farisi dengan mengatakan bahwa Yesus memakai kuasa Beelzebul, pemimpin setan, untuk mengusir setan (ayat 24). Mereka berasumsi, jika setan tunduk pada perintah Yesus untuk pergi dari orang yang dirasuknya, bukankah itu berarti Yesus memiliki kuasa pemimpin setan, yaitu Beelzebul. 

Tuduhan ini jelas berbahaya karena bagi orang Yahudi, mempraktekkan kuasa setan diancam hukuman rajam (dilempari batu). Namun logiskah pernyataan mereka? Jika setan ingin berkua-sa di dunia ini, mungkinkah ia mengusir sekutunya dari orang yang sedang dia kuasai? Ini tidak masuk akal. Argumen Yesus jelas: kerajaan atau kota yang terpecah belah pasti akan jatuh. Ini juga berlaku untuk kerajaan setan. Jika Yesus meng-usir setan, bukankah berarti Ia tidak bersekutu dengan setan? Sebaliknya jika bukan karena setan, tentu mudah dipahami bahwa yang dapat melakukannya hanyalah kuasa yang lebih besar daripada kuasa setan. Lalu kuasa siapakah yang lebih besar dari kuasa setan? Jelas kuasa Allah! 

Respons orang Farisi terhadap mukjizat yang Yesus lakukan sesungguhnya berbicara tentang hati yang tidak percaya bahwa Yesus adalah Mesias, Anak Allah. Ketidakpercayaan itu diekspresikan melalui perkataan mereka (ayat 30-32). Ini adalah penghujatan! Jika orang menolak Yesus, bisa saja karena orang itu tidak kenal Yesus dengan baik. Namun jika Roh Kudus telah memberi pencerahan, tetapi orang itu masih juga menolak Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat, maka ia tidak akan diampuni (ayat 37). Sebab itu mari kita mendoakan orang-orang yang kita layani untuk menerima Injil. Doakan agar Roh Kudus melembutkan setiap hati yang keras agar terbuka pada kebenaran bahwa Kristus adalah Anak Allah. 

B. KESIMPULAN

Dalam PL penghujatan lebih menunjukkan sikap dan moral umat'Allah yang jatubdalam penyembahan berhala. Kemudian menyebut nama Allah tidak boleh di sembarangan tempat, apalagi untuk kepentingan pribadi, ini berbahaya dan digategorikan sebagai penghujat. 

Sedangkan dalam PB penghujatan itu lebih menunjukkan pada penghujatan terhadap Perbuatan Roh Kudus. Barang siapa Menghujat Roh Kudus dosanya tidak akan diampuni di dunia ini maupun, didunua yang akan datang.

Orang yang sedang menghujat orang lain, dan apalagi orang yang dimaksud tidak hadir dan tidak mendengarkan hujatan itu, maka sebenarnya yang menghujat itulah yang akan merasakan penderitaan sendiri. Sementara itu, mereka yang dihujat oleh karena tidak mengetahuinya, maka tidak akan merasakan apa-apa. Sebaliknya, mereka yang menghujat setidaknya akan capek, dan bahwa yang jelas, hati yang bersangkutan dengan sendirinya akan merasa sakit.

Sedangkan penghujatan terhadap sesama manusia lebih menekankan pada Orang-orang yang sedang menghujat orang lain, dan apalagi orang yang dimaksud tidak hadir dan tidak mendengarkan hujatan itu, maka sebenarnya yang menghujat itulah yang akan merasakan penderitaan sendiri. Sementara itu, mereka yang dihujat oleh karena tidak mengetahuinya, maka tidak akan merasakan apa-apa. Sebaliknya, mereka yang menghujat setidaknya akan capek, dan bahwa yang jelas, hati yang bersangkutan dengan sendirinya akan merasa sakit.

sobolimmatius@gmail.com

BAIK DAN KEBAIKAN

BAIK dan KEBAIKAN

Ev. Matius Soboliem, M. Th.


LATAR BELAKANG

Kata "Baik" diungkapkan dalam konteks memuji, perbuatan baik dari seseorang,terhadap ketentuan yang telah ditetapkan melalui kesepakatan bersama, kemudian hasilnya terlaksana dengan baik, maka diberikan kesimpulan pada Kata "baik". Kata baik menunjukkan pada arti negatif maupun,positif. Kata baik menjukkan pada kualits kerja nyata. Kemudian, kata baik menunjukkan sikap atau perilaku seseorang terhadap suatu metafora. Lakalu bagaimana kata baik dilihat dari segi etimologi dan dalam pandangan Alkitab? Kita melihatnya bersama-sama. 

SEGI ETIMOLOGI

Dalam bahasa Ibrani tov ('menyenangkan', 'menggembirakan', 'ramah'), terutama menandakan sesuatu yg memberi kebahagiaan atau kepuasan yg mendampakkan kepuasan estetika atau moral. LXX menerjemahkan tov dengan agathos, kata Yunani biasa untuk menerangkan gagasan yg 'baik' sebagai kualitas jasmani atau moral, dan kadang-kadang menerjemahkannya dengan kalos (harfiah 'cantik'; jadi baik dlm bh Yunani klasik maupun dlm Alkitab: 'mulia', 'yg terhormat', 'mengagumkan', 'patut').

KATA "BAIK" DALAM PB

PB mengembangkan pemakaian kata ini dengan menggunakan kedua kata sifat di atas secara bergantian (Rom 7:12-21). Paulus, mengikuti LXX, menggunakan kata benda agathosyne untuk menggambarkan kebaikan Kris-ten, dengan penekanan utama pada kemurahan hati (Rom 15:14; Gal 5:22; Ef 5:9; 2 Tes 1:11; mengenai terjemahannya, lih tafsiran kitab-kitab ini). la juga memakai kata chrestotes ('kebaikan', 'kemurahan') untuk kemurahan hati Allah yg mengasihani (Rom 2:4; 11:22).

Unsur yang lazim dalam pengertian kata baik pada setiap bahasa ialah 'berkenan', baik mengenai 'nilai yang dikandung oleh sesuatu', atau 'dampaknya' atau kedua-duanya. Tidak ada pengertian khusus dalam hal-hal non-moral apabila Alkitab menggunakan 'baik' bertalian dengan benda-benda (mis 'berguna', seperti garam, Mat 5:13; Luk 14:34; 'bermutu tinggi', seperti emas, Kej 2:12; ternak, Kej 41:26; 'produktif', seperti pohon, Mat 7:17; tanah, Luk 8:8). Tapi pengertian Alkitab tentang kebaikan moral dan spiritual adalah benar-benar teologis, dan sangat bertentangan dengan pandangan yang berpusat pada manusia (antroposentris) tentang kebaikan yang dikembangkan oleh orang Yunani dan para ahli pikir tradisi mereka yang kemudian. Pengertian Alkitab dapat diuraikan sebagai berikut.

a. Allah adalah baik: karena secara moral Dia adalah sempurna, dan maha agung dalam kemurahan hati.

Pengakuan bahwa Allah baik, adalah alas dasar dari semua pemikiran alkitabiah tentang kebaikan moral. 'Baik' dalam Alkitab bukanlah kualitas abstrak, juga bukan cita-cita manusia sekuler; 'baik' pertama-tama dan terutama berarti apa Allah itu ('Ia adalah baik', Mzm 100:5), kemudian apa yg la buat, ciptakan, perintahkan, dan berikan, dan akhirnya apa yang la terima sebagai baik dalam kehidupan makhluk-makhluk-Nya. Para penulis Alkitab menilai Allah dalam rangka dan pengertian 'baik' berdasarkan penalaran atas kesempurnaan kemuliaan Allah yang Mahatinggi. Mereka memberikan kepada-Nya kata yg biasa dipakai untuk menyatakan bahwa sesuatu mempunyai nilai. Dengan berbuat demikian, mereka memberikan kepada kata 'baik' kedalaman arti yang baru. Mereka menilai 'baik' menurut Allah; bukan sebaliknya. Jadi, pendirian Alkitab ialah bahwa Allah, dan Allah sendiri yg adalah baik tanpa keterangan lain (Mrk 10:18). Ia adalah Penilai dan Hakim, sebab Ia adalah ukuran dan standar, dari kebaikan segala makhluk. Manusia adalah baik, dan benda-benda adalah baik, hanya jika dan selama mereka sesuai dengan kehendak Allah. Karena itu celakalah mereka yang menyebut kejahatan adalah baik dan kebaikan adalah jahat (Yes 5:20).

KATA "BAIK" DALAM PL

Dalam PL kebaikan Allah sering diserukan sebagai tema puji-pujian dan alasan permohonan dalam doa (bnd 2 Taw 30:18; Mzm 86:5). Kebaikan-Nya nampak dalam perbuatan-perbuatan baik yg Ia buat (Mzm 119:68), tindakan kemurahan hati dari Roh-Nya yg baik (Neh 9:20; Mzm 143:10), dalam banyaknya segi-segi kemurahan-Nya terhadap seluruh bumi (Mzm 145:9); khususnya kebaikan-Nya kepada fakir miskin dan kesetiaan-Nya terhadap perjanjian-Nya (Mzm 25:8; 73:1; Rat 3:25; Nah 1:7). Desakan pemazmur yang dinyatakannya berulang-ulang untuk memuji Allah dan mengucap syukur kepada-Nya, 'sebab Ia baik: karena untuk selama-lamanya kasih setia-Nya' (Mzm 106:1; 107:1; 118 1; 136:1; bnd ay 4 juga, 1 Taw 16:34; 2 Taw 5:13; 7:3) dikutip oleh Yeremia sebagai semboyan utama yg khas dari ibadah Israel (Yet 33:11).

b. Perbuatan-perbuatan Allah adalah baik: karena perbuatan-perbuatan-Nya itu menyatakan sifat-sifat kebijaksanaan dan kuasa-Nya (lih Mzm 104:24-31), dan adalah berkenan pada Dia sendiri.

Ketika perbuatan penciptaan selesai, 'Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik' (Kej 1:31; bnd ay 4, 10, 12, 18, 21, 25). Seluruh alam semesta yang adalah hasil karya Allah, adalah baik (1 Tim 4:4; bnd Rom 14:14). Dalam Alkitab tidak ada tempat bagi pandang dualisme aliran Manicheisme.

c. Pemberian-pemberian Allah adalah baik: karena pemberian-pemberian itu mengungkapkan kemurahan hati Nya, dan diuntukkan bagi kesejahteraan dan keselamatan si penerima.

'Bermanfaat', 'berguna', 'menguntungkan', adalah beberapa di antara pengertian sekuler tentang 'baik' sebagai kata sifat, sedangkan 'kemakmuran', 'kesejahteraan' adalah kata bendanya. Alkitab menggabungkan keduanya dalam teologianya dengan mengajarkan, bahwa bukan saja segala pemberian Allah adalah baik dalam tujuan maupun dampak-dampaknya, tapi juga bahwa segala yang baik pada hakikatnya adalah pemberian Allah (Yak 1:17; bnd Mzm 4:6). Sudah menjadi ciri khas Allah berbuat baik bagi masyarakat miskin, demikian juga Yesus, yg Ia urapi (Mrk 3:4; Kis 10:38). Allah berbuat baik bagi semua orang yg berada dalam pemeliharaan-Nya, mencurahkan kepada mereka berkat berkat alami (Mzm 145:9; Luk 6:35; Kis 14:17); dan sebagai Bapak yg sempurna, Ia tahu bagaimana memberikan pemberian-pemberian yang baik kepada mereka yang adalah anak anak-Nya melalui Kristus (Mat 7:11).

Janji Allah untuk 'berbuat baik' kepada umat-Nya adalah janji berupa berkat-berkat yg berlipat ganda (Yer 32:40; bnd 24:6 dab). Hal itu seperti permohonan kepada Allah supaya la mau 'berbuat baik' kepada mereka -- adalah doa menyeluruh (Mzm 51:18; 125:4). Dalam ayat-ayat tersebut 'hal baik' yang dimintakan adalah berkat perjanjian yang dijanjikan; yang dimaksudkan sebenarnya ialah 'keselamatan' (bnd Yes 52:7). 'Kebaikan' pada tingkat bendawi adalah berkat perjanjian lama yang dijanjikan ('kecelakaan', artinya keadaan perjanjian itu ditarik, adalah alternatifnya, Ul 30:15), dan 'kebaikan' pada tingkat kesenangan rohani, yang tidak dinikmati di bawah perjanjian lama itu, adalah pemberian perjanjian baru (Ibr 9:11; 10:1). Kedua perjanjian itu mensahkan umat-Nya yang setia untuk tetap percaya bahwa pada waktu yang telah ditetapkan Allah, segala sesuatu yang benar benar 'baik' bagi mereka akan menjadi milik mereka (Mzm 84:11; 34:10; bnd Mzm 85:12; Rm 8:32; Ef 1:3).

'Baik' sebagai kata sifat, dipakai dalam berbagai pengertian berkaitan dengan tindakan-tindakan anugerah Allah dalam melakukan hal yang 'baik' bagi manusia. Kata itu dipakai untuk firman Allah yang memberitahukan berkat, untuk tangan dan perbuatan Allah yang melakukannya, untuk segala tindakan yg membawa kegembiraan berkat itu, dan untuk hari-hari pada waktu mana kesukaan tersebut dialami (lih 1 Raj 8:36,56; Mzm 73:28; Yes 39:8; Yer 6:16; 29:10; Ezr 7:9; 8:18; Flp 1:6; Ibr 6:5; 1 Ptr 3:10; bnd Mzm 34:12).

Bahkan sekalipun Allah menarik kembali kemakmuran lahiriah dari umat-Nya dan memberikan kepada mereka 'yang buruk' (kesukaran) sebagai gantinya (Ayb 2:10), toh dalamnya masih tersirat pengertian bahwa la berbuat baik kepada mereka. 'Adalah baik' bagi seseorang dirundung penderitaan seperti itu; karena dengan demikian ia menerima perbaikan, guna kepentingan dan kebaikan selanjutnya (bnd Ibr 12:10), ia dilatih dan dikuatkan dalam iman, kesabaran, dan ketaatan (Mzm 119:67, 71; bnd Rat 3:26).

Apa pun yg menarik manusia datang lebih dekat kepada Allah adalah untuk kebaikan manusia itu sendiri, dan segala kesukaran yg dialami orang Kristen sekarang ini, di bawah kuasa Allah, mengerjakan bagi dia kemuliaan kekal yg melebihi segala-galanya (2 Kor 4:17). Karena itu Paulus menegaskan bahwa 'segala sesuatu' (termasuk kesukaran, penderitaan) bekerja bersama-sama untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Allah (Rm 8:28).

Orang Kristen harus melihat segala keadaan yang dialaminya, betapa pun tidak diinginkannya, sebagai termasuk dalam pemberian-pemberian baik dari Allah bagi dia, sebagai pernyataan dari maksud-Nya yang penuh kemurahan dan, jika diindahkan dengan benar, sesuatu yang pasti akan mendatangkan keuntungan baginya.

d. Perintah-perintah Allah adalah baik: karena perintah-perintah itu mengungkapkan kesempurnaan moral dari sifat-Nya dan, dengan menunjukkan kepada kita bagaimana melakukan hal-hal yang berkenan kepada-Nya, perintah-perintah itu menuntun kita kepada jalan anugerah (Mzm 119: 39; Rm 7:12; 12:2).

Cita-cita moral dan tuntutan-tuntutan moral dalam Alkitab adalah untuk melakukan kehendak Allah, seperti dinyatakan dalam hukum-Nya. Ketika orang muda yg kaya bertanya kepada Kristus, perbuatan baik apakah yang harus ia perbuat untuk memperoleh hidup yang kekal, Kristus segera mengarahkan dia kepada perintah Allah dalam Kesepuluh Hukum (Mat 19:17). Dalam dunia yg tanpa hukum dan tanpa kasih, orang Kristen harus melawan pencobaan untuk membalas. Dan dalam menghadapi kejahatan, mereka harus mencari dengan sikap dan tindakannya tetap berpegang teguh pada 'kebaikan' itu, seperti ditetapkan dalam hukum Taurat (Rom 12:9, 21; 1 Tes 5:15, 21).

e. Ketaatan kepada perintah-perintah Allah adalah baik: karena Allah berkenan dan menerima hal itu (1 Tim 2:3), dan mereka yang melakukan ketaatan itu akan memperoleh keuntungan daripadanya (Tit 3:8).

Orang-orang yang tidak diselamatkan dari dosa-dosanya tidak dan tidak akan kunjung dapat menaati hukum-hukum Allah, karena mereka berada di dalam belenggu 'di bawah kuasa dosa' (Rom. 3:9; 8:7 dab). Pohon yang tidak baik (manusia dlm Adam) harus dijadikan baik sebelum ia dapat menghasilkan buah yang baik (Mati 12:33-35). Tapi mereka yang berada dalam Kristus telah dibebaskan dari belenggu dosa, justru supaya mereka dapat menerapkan kebenaran yang ditetapkan oleh hukum (Rom 6:12-22). Ungkapan khas PB untuk kewajiban orang Kristen melakukan ketaatan ialah 'pekerjaan yang baik'.

Melakukan pekerjaan-pekerjaan yang baik haruslah menjadi tugas wajib orang Kristen sepanjang hidupnya; karena untuk itulah Allah telah menyelamatkan dia (Mat 5:14-16; 2 Kor 9:8; Ef 2:10; Kol 1:10; Tit 2:14). Orang Kristen dipanggil untuk siap sedia mengerjakan setiap pekerjaan yang baik yang dapat ia lakukan (2 Tim 2:21; Tit 3:1), sehingga celakalah orang yang mengaku dirinya Kristen tapi 'tidak sanggup berbuat sesuatu yang baik' (Tit 1:6; bnd Yak 2:14-26). Pekerjaan-pekerjaan yang baik adalah perhiasan atau dandanan orang Kristen (1 Tim 2:10 TL). Allah berkenan atas perbuatan-perbuatan tersebut, dan mereka akan menerima pengindahannya dari Tuhan (Ef 6:8).

Pekerjaan-pekerjaan yang baik adalah baik dilihat dari tiga sudut: perbuatan-perbuatan itu dilakukan: (i) menurut patokan yang benar (hukum yang tertera dlm Alkitab; 2 Tim 3:16); (ii) berdasarkan alasan (motif) yang benar (kasih dan ucapan syukur atas keselamatan yang diterima: 1 Tes 1:3; Ibr 6:10; bnd Rm 12:1 dst); (iii) dengan tujuan yang benar (bagi kemuliaan Allah; 1 Kor 10:31; bnd Mat 5:6; 1 Kor 6:20; 1 Ptr 2:12). Pekerjaan-pekerjaan itu berupa perbuatan-perbuatan kasih terhadap Allah dan sesama manusia, karena 'kasih adalah kegenapan hukum Taurat' (Rm 13:8-10; bnd Mat 22:36-40).

Tentu ini tidak berarti bahwa tidak ada lagi yang diminta dari orang Kristen selain daripada alasan (motif) yang benar; yang dimaksudkan ialah, bahwa tindakan-tindakan khusus yang ditetapkan dalam hukum Taurat harus dimengerti sebagai sekian banyak pernyataan kasih, sehingga tanpa hati yg penuh kasih segala perintah yang tertera dalam hukum Taurat tersebut tidak dapat dipenuhi. Bukan berarti bahwa suatu sikap yang benar mengizinkan peniadaan salah satu perintah yang tertera dalam hukum Taurat, tapi melaksanakan segala perintahnya tanpa memiliki kasih berarti belum memenuhi hukum Taurat itu. Orang yang sungguh-sungguh baik adalah orang benar; sebab sebagaimana orang yang benar itu melaksanakan makna yang tersirat dari apa yang tersurat dalam perintah-perintah hukum Taurat (Mat 5:18-20), demikian juga orang yg baik itu melaksanakan yang tersurat bukan hanya 'mengasihi'.

Dalam Roma 5:7 Paulus menempatkan orang yang baik di atas orang yang benar dalam nilai. Di sini ia berbicara secara umum dan bukan dari segi teologis. Dunia berpikir tentang kebenaran sebagai tingkah laku moral tapi negatif. dan tentang kebaikan dan kemurahan hati yg mencirikan seorang yang baik sebagai sesuatu yang lebih dari kebenaran; tapi teologi Alkitab menyamakan kebenaran dengan kebaikan, dan kebaikan dengan kebenaran, dengan menegaskan bahwa apa yg dituntut oleh hukum Taurat sebenarnya adalah kasih.

Jadi, pekerjaan, pekerjaan yang baik adalah pekerjaan-pekerjaan kasih, dan sifat dari kasih ialah memberi kepada orang yang dikasihi. Kasih kepada Allah dinyatakan dalam pemberian pribadi secara sukarela, betapa mahalpun harganya (bnd'perbuatan baik' Maria, Mrk 14:3-6). Kasih kepada sesama manusia dinyatakan dengan berbuat 'baik' kepada mereka, dengan memberikan pendapatan kita untuk meringankan beban mereka, dan mengusahakan kesejahteraan mereka dengan cara yang paling memungkinkan (Gal 6:9; Ef 4:29; bnd Mzm 34:14; 37:3,27).

Sistem yang digunakan oleh Gereja Yerusalem untuk membantu orang miskin (Kis 2:44; 4:34 ), dan pengumpulan dana untuk orang-orang kudus yang dilakukan Paulus (bnd 2 Kor 7:9), menjelaskan tentang hal ini. 'Baik hati', 'murah hati', adalah di antara pengertian-pengertian sekuler yang biasa digunakan untuk 'baik' sebagai penggambaran seseorang (1 Sam 25:15; 1 Ptr 2:18). Alkitab memahami kata-kata ini dalam iman Kristen, dengan menjadikan kasih Allah dan Kristus teladan dan patokan bagi kebaikan hati dan kemurahan hati orang Kristen (bnd Yoh 13:14, 34; Ef 5:1).

Jadi orang percaya yang berupaya memenuhi hukum Taurat mempunyai 'hati nurani yang murni' (Kis 23:1; 1 Tim 1:5, 19; Ibrani 13:18; 1 Ptr 3:16, 21) -bukan karena ia menganggap dirinya sempurna tanpa dosa, tapi karena ia tahu bahwa hubungan pribadinya dengan Allah adalah benar, didasarkan pada iman dan pertobatan yang benar. Orang Kristen demikian akan dilihat oleh sesamanya sebagai 'orang yang "baik" (Kis 11:24).

KESIMPULAN 

Kata "Baik" menunjukkan pada mutu atau kualitas pekerjaan atau kualitas perbuatan baik dari seseorang terhadap ketentuan yang telah ditetapkan melalui kesepakatan bersama atau Perbuatan dari seseorang terhadap sesuatu yang ia kerjakan. Dalam Kitab Kejadian 1:31 (TB)  Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik. Jadilah petang dan jadilah pagi, itulah hari keenam. Jai, Kata Baik itu merupakan Kualitas.

DAMAI

DAMAI




Ev. Matius Sobolim, M. Th.

Arti Damai

Syalom dalam bahasa Ibrani, digunakan sebagai ucapan salam antara sahabat (Ezr. 5:7). Juga suatu sebutan untuk keadaan tanpa permusuhan antara bangsa-bangsa (1Raj. 5:12). Damai adalah --> karunia Allah (Yes. 54:10). Apabila nabi-nabi berteriak: 'damai-damai', padahal tidak ada damai, mereka menipu dan mereka akan dihukum (Yer. 6:14-15). Damai sempurna adalah damai masa mesianik (Yes. 9:6).Dalam PB damai tidak hanya berarti hubungan rukun antara bangsa-bangsa (Luk. 14:32), tetapi juga keadaan yang harus ada dalam jemaat-jemaat Kristen (Rm. 14:19) dan dalam berhubungan dengan orang di luar jemaat (Ibr. 12:14). Kematian Kristus menciptakan damai antara Allah dan umat manusia (Kol. 1:20) dan di antara orang Yahudi dan orang-orang bukan Yahudi (Ef. 2:14). Namun, sebelum kenyataan damai sempurna itu terwujud sepenuhnya, akibat langsung dari pemberitaan Yesus dapat merupakan pertentangan: keluarga seorang murid dapat terpisah dan dapat juga keterasingan itu menjadi harga keterikatan pada Yesus (Mat. 10:34-39).

DAMAI SEJAHTERA 

Pengertian dasar dari kata Ibrani syalom adalah sehat walafiat, utuh, keadaan baik. Kata Yunani eirene pertama-tama berarti negatif dalam tulisan klasik. Tapi melalui LXX (yg memakai kata itu untuk menerjemahkan syalom), maka kata itu dalam PB mempunyai makna syalom, dan hampir selalu mempunyai anti rohani. Bahwa kata itu mempunyai anti yg sangat luas, nampak dari banyaknya terjemahannya:

selamat: Kej 43:27; Kel 4:13; Mrk 5:34; Luk 7:50. persahabatan: Yos 9:15. janganlah kita kuatir: Hak 19:20. Damai: 1 Raj 5:12; Ibr 12:14. Kesejahteraan: Mzm 122:7; Yer 28:7. Kemujuran: Mzm 73:3. Tenteram: Mzm 4:8. Keselamatan: Mzm 85:10. Damai sejahtera: Yes 48:18; 57:19; Luk 1:79; 2:14; 10:5; Yoh 14:27; 20:19; Kis 10:36. 

Karena dunia sudah kacau akibat dosa manusia, dan karena kesejahteraan datang hanya sebagai karunia Allah, maka pengharapan akan datangnya Mesias membawa zaman kedamaian atau kesejahteraan (Yes 2:2-4; 11:1-9; Hag 2:7-9), dan merupakan kedatangan Raja Damai (Yes 9:5 dab; bnd Yer 33:15dab; Yeh 34:23 dab; Mi 5:5; Za 9:9 dab). PB menunjukkan penggenapan dari pengharapan ini. Dalam Kristus damai sejahtera sudah datang (Luk 1:79; 2:14, 29 dab). Dia-lah yg mengaruniakannya (Mrk 5:34; Luk 7:50; Yoh 20:19, 21, 26), dan murid-murid-Nya menjadi pembawanya (Luk 10:5 dab; Kis 10:36).

Kebutuhan paling utama dan yg pertama dari manusia berdosa ialah harus ada damai sejahtera dengan Allah. Artinya, permusuhan yg ditimbulkan oleh dosa dijauhkan dulu melalui kematian Kristus (Rm 5:1; Kol 1:20). Barulah. kemudian menyusul kesejahteraan batin (Flp 4:7), yg tidak akan dapat dirongrong oleh kemelut dunia (Yoh 14:27; 16:33). Damai sejahtera antara manusia dengan manusia adalah sebagian dari tujuan kematian Kristus (Ef 2) dan tujuan dari pekerjaan Rob Kudus (Gal 5:22); tapi manusia harus aktif untuk mengembangkannya (Ef 4:3; Ibr 12:14), tidak melulu hanya dalam arti menjauhkan perselisihan atau pertentangan, tapi juga dalam arti keselarasan dan peranan yg sungguh dari tubuh Kristus (Rm 14:19; 1 Kor 14:33).

HARI PENDAMAIAN

HARI PENDAMAIAN 

Ev. Matius Sobolim, M. Th.

TB- Satu hari setahun di mana segala dosa rakyat dan imam diperdamaikan Tuhan yang dilambangkan dengan seekor kambing jantan yang setelah ditumpangi tangan dilepaskan ke padang belantara (Im 16:1-34; Im 23:27).

BIS- Inilah hari raya yang terutama bagi bangsa Yahudi. Hari raya ini diadakan satu tahun sekali. Pada hari itu imam agung mempersembahkan kurban untuk dosa-dosa umat Israel dan untuk dosanya sendiri (Im 16:29-34). Hari raya ini jatuh pada tanggal 10 bulan Tisyri, yaitu hari yang berdekatan dengan tanggal 1 Oktober.

Dalam bahasa (Ibrani yom hakkippurim). Hari ke- 10 bulan ke-7 (Tisyri, yaitu September/Oktober), bagi Israel merupakan hari suci paling khidmat. Dilarang melakukan segala jenis pekerjaan dan semua orang diperintahkan untuk benar-benar berpuasa.

I. Tujuan

Hari Pendamaian merupakan peringatan bahwa pengorbanan yg dilakukan di atas mezbah setiap hari, setiap minggu dan setiap bulan tidaklah cukup untuk meniadakan dosa. Pada saat pemuja mempersembahkan korban bakaran mereka harus berdiri jauh, tidak boleh mendekati kehadiran Allah yg suci, yg dinyatakan antara kerub di tempat mahasuci. Hanya pada hari ini saja dari setiap tahun, darah tebusan dibawa ke tempat mahasuci, ruang singgasana yg suci, oleh Imam Besar mewakili bangsanya.

Imam Besar 'mengadakan pendamaian ... karena segala kenajisan orang Israel dan karena segala pelanggaran mereka, apa pun juga dosa mereka' (Im 16:16). Pendamaian pertama-tama diadakan untuk para imam karena pengantara Tuhan dengan umat-Nya harus tahir. Tempat Suci pun ditahirkan, karena tempat itu pun dianggap telah dikotori oleh kehadiran dan pelayanan orang-orang berdosa.

II. Ibadah

Mempersiapkan korban pendamaian untuk hari itu, Imam Besar menanggalkan jubah resminya dan mengenakan pakaian putih yg sederhana. Kemudian ia mengorbankan seekor sapi jantan sebagai korban penghapus dosanya sendiri dan kaum imam. Setelah mengisi pedupaannya dengan bara api dari mezbah, Imam Besar memasuki tempat mahasuci, di mana ia menaruh dupa di atas bara itu. Dupa itu mengeluarkan gumpalan asap di atas tutup pendamaian yg berfungsi sebagai penutup tabut perjanjian Tuhan. Lalu Imam Besar mengambil sedikit darah dari sapi jantan itu dan memercikkannya di atas tutup pendamaian dan di atas tanah di depan tabut itu. Dengan cara demikian pendamaian diadakan untuk kaum imam.

Imam Besar selanjutnya mengorbankan seekor kambing jantan sebagai korban penghapus dosa bangsa Israel. Sebagian dari darah binatang itu dibawa ke dalam tempat mahasuci, dan dipercikkan di sana dengan cara yg sama seperti darah dipercikkan pada waktu diadakan korban penghapus dosa bagi para imam (Im 16:11-15).

Setelah mentahirkan tempat mahasuci dan mezbah korban bakaran dengan campuran darah dari sapi jantan dan kambing (Im 16:18-19) Imam Besar mengambil kambing kedua, meletakkan tangannya ke atas kepala kambing itu dan mengakui segala dosa orang Israel. Lalu kambing itu dilepaskan ke padang gurun, yg melambangkan segala dosa orang Israel telah diangkut. Bangkai-bangkai dari kedua korban itu dibawa ke luar perkemahan dan dibakar. Hari itu diakhiri dengan mempersembahkan korban tambahan lain.

III. Arti

Surat Ibr mengartikan upacara Hari Pendamaian sebagai lambang karya Kristus yg mengadakan pendamaian (Ibr 9:10). Yesus disebut 'Imam kita yg Maha Besar' dan darah yg tertumpah di bukit Golgota dilihat sebagai perlambang darah sapi-sapi dan kambing-kambing jantan. Berbeda dari keimaman dalam PL, Kristus yg tak berdosa tidak perlu mempersembahkan korban untuk dosa-Nya sendiri.

Sama seperti Imam Besar PL memasuki tempat mahasuci dengan darah korban yg dikorbankan, maka Yesus memasuki sorga untuk menghadap hadirat Allah demi kepentingan umat-Nya (Ibr 9:11-12). Imam Besar PL harus mempersembahkan korban penghapus dosa setiap tahun untuk dosanya sendiri dan dosa-dosa umatnya. Pengulangan persembahan korban demikian setiap tahun mengingatkan bahwa pendamaian yg sempurna dan utuh diberikan. Yesus, melalui darah-Nya sendiri menciptakan kelepasan yg kekal untuk umat-Nya (Ibr 9:12).

Ibr 9:13-14 mencatat bahwa persembahan korban yg dilakukan para imam hanya mencapai pentahiran tubuh. Dengan upacara mereka membersihkan lahiriah orang berdosa, tapi mereka tidak dapat melakukan pembersihan batiniah, yg merupakan prasyarat untuk bersekutu dengan Tuhan. Persembahan korban ini merupakan lambang dan nubuat tentang pekerjaan Yesus, yg melalui korban-Nya yg 'lebih baik' menyucikan hati nurani kita dari perbuatan dosa.

Kemah Suci PL dimaksudkan sebagian untuk mengajar Israel, bahwa dosa menutup jalan bagi manusia ke hadirat Tuhan. Hanya Imam Besar dan ia hanya sekali setahun, dapat memasuki tempat maha suci, dan harus membawa darah yg ia persembahkan sebagai pendamaian (Ibr 9:7). Tapi Yesus, melalui 'suatu cara yg baru dan hidup', memasuki sorga tempat maha suci yg benar, di mana Ia tinggal senantiasa sebagai Pengantara bagi umat-Nya. Orang percaya tidak perlu berdiri jauh, seperti halnya orang Israel pada zaman dulu. Kim melalui Kristus, mereka dapat langsung mendekati takhta kasih karunia Allah. Dan Ibr 13:11-12
mencatat bahwa tubuh binatang yg dikorbankan pada Hari Pendamaian dibakar di luar perkemahan Israel. Yesus juga telah menderita di luar pintu gerbang Yerusalem agar Ia dapat menyelamatkan umat-Nya dari dosa.

IV. Ibadah modern

Dalam kebiasaan Yahudi modern, Hari Pendamaian (Yom Kippur) adalah hari terakhir dari 'Sepuluh Hari Penyesalan' yg dimulai dengan Rosy Hasyanah, Hari Tahun Baru Yahudi. Masa 10 hari ini disediakan bagi latihan rohani untuk menyesal, berdoa, dan berpuasa sebagai persiapan menyambut hari paling khidmat sepanjang tahun, yakni Yom Kippur. Walaupun penyerahan korban persembahan sebagai bagian dari upacara Hari Pendamaian tidak diberlakukan lagi sejak Bait Suci dihancurkan, namun orang Yahudi masih menghormati hari itu dengan berpuasa dan tidak melakukan suatu pekerjaan apa pun.

Terompet tanduk biri-biri jantan ditiup untuk menghimbau orang beribadah di sinagoge pada malam Yom Kippur. Pada saat ini kebaktian Kol Nidre ('Sumpah-sumpah') yg mengesankan itu dikumandangkan. Jemaah menyesal dan memohon kepada Tuhan untuk mengampuni mereka, sebab mereka telah melanggar sumpah karena mereka tak sanggup memenuhinya. Kebaktian diadakan esok harinya, dimulai pagi-pagi sekali hingga matahari terbenam, lalu Hari Pendamaian diakhiri dengan bunyi tiupan terompet tunggal. Sesudah itu jemaat pulang ke rumah masing-masing.

sobolimmatius@gmail.com