Memahami Ucapan Yang
Sulit Dalam Perjanjian Baru, Dosa yang Mendatangkan Maut.
Oleh
Matius Soboliem, S. Th.
1 Yohanes 5:13-21 Pengetahuan akan hidup yang kekal 5:13
Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak
Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal. 5:14 Dan inilah keberanian
percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita
meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya. 5:15 Dan jikalau kita tahu,
bahwa Ia mengabulkan apa saja yang kita minta, maka kita juga tahu, bahwa kita
telah memperoleh segala sesuatu yang telah kita minta kepada-Nya. 5:16 Kalau
ada seorang melihat saudaranya berbuat dosa, yaitu dosa yang tidak mendatangkan
maut, hendaklah ia berdoa kepada Allah dan Dia akan memberikan hidup kepadanya,
yaitu mereka, yang berbuat dosa yang tidak mendatangkan maut. Ada dosa yang
mendatangkan maut: tentang itu tidak kukatakan, bahwa ia harus berdoa. 5:17
Semua kejahatan adalah dosa, tetapi ada dosa yang tidak mendatangkan maut. 5:18
Kita tahu, bahwa setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa; tetapi
Dia yang lahir dari Allah melindunginya, dan si jahat tidak dapat menjamahnya.5:19
Kita tahu, bahwa kita berasal dari Allah dan seluruh dunia berada di bawah
kuasa si jahat. 5:20 Akan tetapi kita tahu, bahwa Anak Allah telah datang dan
telah mengaruniakan pengertian kepada kita, supaya kita mengenal Yang Benar;
dan kita ada di dalam Yang Benar, di dalam Anak-Nya Yesus Kristus. Dia adalah
Allah yang benar dan hidup yang kekal. 5:21 Anak-anakku, waspadalah terhadap
segala berhala.
Adakah dosa yang tidak
dapat diampuni? Jika kita membaca 1 Yohanes 5: 16-17, jelas tidak ada masalah
dalam memahami bahwa kita harus berdoa untuk saudara seiman yang berdosa. Sama
dengan Yohanes, orang Kristen mengakui bahwa "semua kejahatan adalah
dosa" dan dosa memisahkan rna nu sia dari Allah. Dengan demikian doa dan
bimbingan yang lemah lembut tampaknya harus dilakukan jika kita melihat seorang
saudara seiman berbuat dosa. Tetapi masalah yang ditimbulkan Yohanes adalah disebutkannya
"dosa yang mendatangkan maut." di mana doa tidak dilakukan (bukan
berarti doa itu salah, tetapi tidak ada gunanya). Dosa apakah itu? Dan kematian
apakah yang dimaksudkan-jasmani atau rohani? Karena kita sendiri kadang-kadang
jatuh ke dalam dosa, maka pertanyaan-pertanyaan di .uas memiliki arti praktis
bagi kita masing-masing. Ini bukanlah sckadar memecahkan masalah akademis dari
Kitab Suci.
Ketika menyelidiki
bacaan ini kita melihat, pertama, bahwa kalimat tersebut terdapat pada akhir
Kitab 1 Yohanes, tepat setelah anjuran untuk berdoa (5:13-15). Menurut Yohanes,
karena "kita tahu bahwa kita telah memperoleh segala sesuatu yang telah
kit a minta kepada-Nya" maka kita harus berdoa untuk "saudara-saudara
kita" yang berdosa. Yakobus menggunakan susunan yang serupa pada akhir
suratnya. Setelah berbicara tentang doa penyembuhan (Yakobus 5:13-16), ia
mencatat anjuran untuk berdoa yang diberikan oleh Elia (ayat 17-18 ), lalu
berbicara tentang mengembalikan orang berdosa dari jalannya yang salah dan dengan
demikian menyelamatkan orang itu dari maut (ayat 19-20). ltulah tujuan dari
kitab yang ditulisnya. Susunan surat yang menyatakan pengharapan akan kesehatan
ditambah dengan kalimat yang menyatakan tujuan pada penutup surat ini merupakan
ciri khas dari salah satu bentuk surat berbahasa Yunani. Dengan demikian kita
tidak merasa terkejut bahwa pada penutup suratnya Yohanes juga menuliskan suatu
pengharapan akan kesehatan sebelum sampai pada pernyataan tujuannya yang
terakhir (barangkali 5:20).
Tetapi kehidupan dan
kematian apakah yang sedang dibicarakan oleh Yohanes? Inilah pertanyaan kita
yang hidup di zaman modern; bukan pertanyaan salah seorang pembaca Yohanes,
karena kalimatnya yang singkat mengasumsikan bahwa mereka mengetahui apa yang
sedang dibicarakannya. Kita hams mengungkap hal ini dari surat-suratnya
selanjutnya. Kita lihat bahwa Kitab 1Yohanes menggunakan istilah
"hidup" tiga belas kali, tujuh di antaranya dalam pasal ini. Karena
yang dimaksudkannya adalah kehidupan rohani (kehidupan kekal) dalam setiap
penggunaan lainnya dari istilah tersebut, maka kita menduga bahwa pengertiannya
dalam teks ini juga sama. Seperti pada dua bacaan lainnya (keduanya dalam
Yohanes 3:14), Yohanes menggunakan kata "maut" untuk menunjukkan
ketaatan rohani, bukan kematian jasmani. jadi meskipun dalam Perjanjian Baru
dosa dapat mengakibatkan kematian jasmani (1 Korintus 11:30; bandingkan Kisah
Para Rasul 5:1-11; 1Korintus 5:5) dan penyakit jasmani (Yakobus 5:15-16),
tampaknya bukan itu pengertlannya dalam bacaan ini. Hal ini secara khusus benar
kareria dalam kitab Injil maupun surat-suratnya Yohanes menganggap kematian
jasmani sebagai sesuatu yang telah ditaklukkan oIeh orang percaya (Yohanes
8:51; 11:26; 1Yohanes 3:14).
Jika demikian, dosa
apakah (bukan perbuatan dosa tertentu melainkan kualitas dosa) yang
mengakibatkan kematian rohani? Dalam Perjanjian Lama beberapa dosa
mengakibatkan hukuman mati, sedang lainnya tidak (Bilangan 18:22; Ulangan
22:26). Secara khusus, pelanggaran perintah Allah secara disengajamengakibatkan
kematian, sedangkan dosa yang tidak disengaja tidak mengakibatkan kematian
(Imamat4:2, 13,22,27; 5:15; 17:18; Ulangan 15:27-31; Ulangan 17:12).
Dibedakannya kedua dosa iru Juga merupakan sesuatu yang umum pada literatur
Yahudi abad pertama. Meskipun semua referensi Perjanjian Lama ini menunjukkan
kematian jasmani dari orang yang melakukan dosa tersebut, tidaklah mengejutkan
jika Yohanes menafsirkan kembali konsep itu sebagai kehidupan dan kematian
rohani, karena itulah yang menjadi pusat perhatiannya.
Dalam hal ini Yohanes
melihat pada Yesus, yang menyebutkan dosa yang tidak dapa t diampum (Markus
3:28 dan bacaan-bacaan yang sebanding). Dosa apakah itu? Bagi Yesus dosa itu
adalah melihat pekerjaan Roh Kudus tetapi menyebutnya sebagai pekerjaan setan.
Secara serupa, Yohanes merasa prihatin akan sekelompok orang yang murtad,
mereka yang dulunya merupakan bagian dan masyarakat Kristen tetapi kemudian
meninggalkannya. Apa dosa mereka? Mereka terus hidup dalam dosa (dan dengan
dernikian membenarkan dosa tersebut), mereka saling membenci dan memisahkan
diri dari teman-teman Kristen lainnya (dengan dernikian mereka tidak
mempraktikkan perintah tentang kasih), mereka mengasihi dunia dan bahkan
menyangkal bahwa Yesus telah "menjadi manusia" (barangkali penyangkalan
bahwa Kristus benar-benar memiliki tubuh jasmani). Semua itu bukanlah kesalahan
yang terjadi secara kebetulan atau tergelincir ke dalam dosa tertentu,
melainkan sengaja menyimpang dari kobcnaran yang telah mereka alami dalam
masyarakat Kristen. Meskipun mereka mungkin masih menganggap diri Kristen,
Yohanes mengetahui bahwa nilai-nilai dan doktrin mereka bcrbeda dengan yang
terdapat dalam kelompoknya.
Jika dernikian, mengapa
Yohanes tidak mengatakan bahwa kita harus berdoa bagi mereka? Jawabannya adalah
karena doa semacam itu tidak ada gunanya. Masalahnya bukanlah doa itu salah.
Meskipun Yohanes jelas tidak menghendaki orang Kristen berdoa agar orang-orang
tersebut diampuni, ia memilih kata-katanya dengan hati-hati dan tidak melarang
orang Kristen untuk melakukannya. Masalahnya adalah orang-orang tersebut tidak
menyesal atau pun ingin bertobat. Seperti orang-orang yang digambarkan dalam
Ibrani 6, mereka telah mengenal kebenaran dan men galami sepenuhnya apa yang
menjadi milik Allah, tetapi mereka mengambil jalan yang menyimpang. Meskipun
Allah pasti akan mengampuni mereka. jika mereka bertobat, tidak satu hal pun
akan mengubah pikiran mereka. Mereka telah meninggalkan masyarakat Kristen yang
benar. Mereka "mengetahui" bahwa mereka benar dan Yohanes salah. Berdoa
agar mereka diampuni tak ada gunanya. Pengampunan diberikan kepada orang-orang
yang menyesali dosa mereka, bukan yang dengan sengaja tetap hidup dalam dosa.
Tetapi bukan itu yang menjadi perhatian utama
Yohanes. Inti pembicaraannya adalah orang Kristen luirus berdoa bagi jernaat
Kristen lainnya yang berdosa. Mengapa mereka harus melakukan hal ini? Pertama,
Allah tampaknya lebih suka memberikan pengampunan melalui pengakuan kepada
orang lain dan doa orang lain (seperti dalam Yakobus 5:15-16). Secara psikologis
hal ini membuat pertobatan menjadi jauh lebih nyata dan dengan dernikian lebih
bertahan lama. Kedua, dosa har.us dianggap sebagai hal yang serius. Kesalahan
hari ini, jika kita biarkan, dapat berubah menjadi tipu muslihat, dan saudara
seiman kita akan semakin jauh dari Allah sehmgga akhirnya mereka terrnasuk
dalam kelompok yang murtad. Saat untuk turun tangan bukanlah ketika seseorang
telah menjadi keras hati dan menyimpang dari jalan Allah, tetapi ketika dosanya
pertama kali kita lihat. Jika ada yang mendoakannya pada saat itu, maka ia akan
hidup dan tidak akan semakin jauh dari Allah.
Dengan demikian Yohanes
menghendaki dua hal yang sering kali kurang dipraktikkan dalam gereja masa
kini. Yang pertama adalah mengambil tanggung jawab atas kesejahteraan rohani
dari ternan-teman Kristen; yaitu mengamati kesalahan (kita dapat
"melihat" dosa; dosa itu tampak), menegur orang berdosa (Galatia
6:1-2), dan berdoa agar mereka mendapatkan pengampunan. Yang kedua adalah
menganggap dosa sebagai hal yang serius, dan menyadari bahwa dosa itu
benar-benar dapat.[1]
menimbulkan konsekuensi yang serius jika kita tetap hidup di dalam-Nya. Dengan
demikian kita harus hidup dalarn rasa takut yang benar di hadapan Allah dan
memanggil orang lain untuk melakukan hal yang sama. Yohanes tidak ingin kita
hidup dalam ketakutan bahwa kita telah melakukan dosa "yang mendatangkan
maut," [2]karena
rasa takut yang benar merupakan petunjuk mengenai pertobatan kita, dan hal itu
berarti kita tidak melakukan dosa semacam itu. Yohanes ingin memanggil kita
untuk terbuka satu sama lain sehingga kita dapat memberikan dan menerima
tegman. Dengan demikian kita bukan saja akan saling menjaga dari pemberon takan
yang disengaja dan akibatnya, melainkan juga saling menolong untuk berjalan
dalam persekutuan yang erat dengan Allah yang adalah terang (1 Yohanes 1:5). [3]