INTEGRITAS,
DAPATKAH DIUKUR DAN DIRAMALKAN?
Sangat menarik untuk membahas apakah integritas dapat diukur dan diramalkan. Di bawah ini adabeberapa panduan untuk mengukur “integrity in action“, yang lebih bersifat konkrit operasional, yang mudah diikuti sebagai panduan wawancara. Masalahnya, sampai seberapa jauh indikator tersebut dapat
diterapkan, terutama pada posisi di bawah upper middle management. Karena, indikator di bawah ini bisa berjalan, jika memang banyak past experiences dari calon yang dinilai, banyak critical incidents dalam pengalaman hidupnya yang terkait dengan aspek tersebut. Misal, pernah mengalami peristiwa yang mengundang conflict of interest, pernah menjalani suatu tanggung jawab yang sulit, pernah harus mengambil keputusan yang tidak populer. Kalau sample nya terbatas, otomatis agak “sulit’ melakukan penilaian berkaitan dengan hal ini. Mengukur integrity, banyak terkait dengan moralitas seseorang. Namun demikian, banyak sekali perusahaan yang mencantumkan integrity sebagai aspek yang harus dimiliki oleh calon karyawan dan pimpinannya.
1. Definisi integritas menurut kamus kompetensiIntegritas kerja adalah bertindak konsisten sesuai dengan kebijakan dan kode etik lembaga Memiliki pemahaman dan keinginan untuk menyesuaikan diri dengan kebijakan dan etika tersebut, dan bertindak secara konsisten walaupun sulit untuk melakukannya.
2. Bagaimana menilai integritas bawahan/calon pimpinan?a.
Apakah kode etik telah dilaksanakan?
Setiap profesi mempunyai kode etik
profesional yang harus dipatuhi. Etika ini harus tercantum dalam peraturan
perusahaan dan dapat diobservasi dalam penilaian perilaku. Sebagai contoh: Pada
salah satu perusahaan, tingkat kedalaman perilaku integritas bertingkat, dari 1
sampai 3 , disesuaikan dengan dimensi tingkat risiko yang harus dihadapi karena
bertindak konsisten sesuai kode etik dan kebijakan. Seseorang bisa saja pandai
berkomunikasi dan menunjukkan bahwa integritasnya tinggi, namun dapat diuji dan
dilakukan probing, aspek apa yang paling dijunjung tinggi dalam kode
etiknya. Misalkan dengan menanyakan, apakah pernah mengalami kasus seputar
etika, dan seberapa jauh keterlibatannya dalam kasus tersebut? Apabila tak
terkait, bagaimana cara menyelesaikan kasus tersebut, jika yang terlibat adalah
anak buahnya? b.
Bagaimana
mengatasi conflict of interest Setiap orang perlu menyesuaikan
perilakunya dilapangan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pada situasi ini,
seorang individu ada kemungkinan berhadapan dengan conflict of interest,
bagaimana cara memecahkan masalahnya, yang dalam pemecahannya akan terkandung
kadar integritasnya. Bagaimana dia menggunakan wewenangnya dalam menyelesaikan
persoalan, sebaik apakah wewenang tersebut dimanfaatkan? Integritas pimpinan
dapat diukur, bagaimana pimpinan memanfaatkan wewenangnya, dan mengambil risiko
melakukan putusan dari yang populer maupun yang sama sekali tak populer. c.
Apakah
seseorang bersifat sebagai risk taker atau risk avoider? Apakah seorang akan lari dari
tanggung jawab? Atau berani pasang badan untuk mempertanggung jawabkan ? Untuk level operasional/first
level management, kriteria kedisiplinan dan cooperative behaviour
(yang bisa diterjemahkan sebagai ketaatan pada peraturan dan kesediaan
bekerjasama untuk memenuhi tuntutan organisasi) sudah cukup mewakili perilaku
kerja yang diinginkan melalui apa yang dinamakan “integrity” itu. Untuk level upper middle
management memang perlu ada interview yang mendalam, untuk melihat
seberapa jauh kecenderungan seseorang untuk berperilaku yang merugikan
organisasi dan masyarakat luas, terutama untuk wewenang besar yang mereka
miliki. Yang terkadang sulit diukur adalah keberanian mengambil risiko (dalam pengertian
positif), yang terkadang dekat sekali artinya dengan mengambil keputusan diluar
prosedur yang ada. Sebaliknya, pimpinan yang terlalu prosedural (cenderung cari
aman dan berlindung dibalik prosedur) juga tidak akan efektif mendorong
kemajuan organisasi. d.
Komitmen
terhadap organisasi
Sejauh mana seorang pimpinan akan
melakukan perubahan, mengembangkan anak buahnya untuk memajukan perusahaan?
Bagaimana komitmennya terhadap organisasi, apakah seseorang berani melakukan
hal sulit untuk kemajuan organisasi? Seorang pimpinan yang baik juga akan
menjadi mentor bagi bawahannya, serta menyiapkan kaderisasi sebagai
penggantinya kelak. e.
Perhatian
terhadap sesame
Dalam menilai pendekatan ke manusia,
diperlukan suatu data dan fakta, untuk mengetahui gambaran integritas
seseorang. Hal ini memerlukan kepekaan dan kemampuan penilai/pewawancara, untuk
melihat konteks dan framework seputar fakta yang dibicarakan dalam tanya
jawab intensif.
3. Apakah mungkin dilakukan training untuk meningkatkan integrity?
Melakukan observasi perilaku seperti bahasan di atas akan lebih mudah bila orang tersebut belum bergabung dengan perusahaan. Namun bagaimana apabila yang dinilai adalah seseorang yang akan mendapat kesempatan untuk menjadi pimpinan yang lebih tinggi? Pada umumnya penilaian dilakukan dengan metoda tertentu, dan melalui assessment center. Permasalahan yang sering muncul, adalah kekurangan orang sesuai yang dibutuhkan, ataupun kalau ada masih terdapat “gap” yang harus diperbaiki. Persoalan yang muncul adalah, bagaimana cara training yang tepat untuk menutup gap tersebut? Di satu sisi, integritas merupakan kunci kemajuan perusahaan, karena maju mundurnya perusahaan ditentukan oleh SDM nya, yang diharapkan menjunjung integritas tinggi. Disadari, bahwa perusahaan lebih mudah membuat orang pandai dengan meningkatkan skill nya, tetapi yang sulit adalah meningkatkan soft kompetensinya.
Jika
training untuk soft kompetensi begitu sulit, perlu dipikirkan membuat
sistem manajemen dan budaya organisasi sedemikian rupa, sehingga tidak ada
peluang bagi anggotanya untuk berperilaku “menyimpang”. Sistem yang terbuka, record
yang lengkap, pertanggung jawaban yang jelas, reward dan sanksi yang
tegas untuk perilaku kerja tertentu, akan dapat membantu terbentuknya “integrity
in action” tersebut. Tumbuhnya sense of belonging dan komitmen yang tinggi
terhadap organisasi juga kondusif dampaknya untuk mengurangi perilaku yang
menyimpang. Kalau seseorang sudah merasakan bahwa organisasi tempat dia bekerja
adalah bagian penting dari dirinya sendiri, maka dia tidak akan berperilaku
merugikan bagi perusahaannya, karena berarti akan merugikan diri sendiri. Jadi
situasi kerja demikian yang harus dibentuk, untuk meningkatkan integrity
di tempat kerja, dibanding dengan pendidikan khusus tentang hal ini.Sumber
data:
Sangat menarik untuk membahas apakah integritas dapat diukur dan diramalkan. Di bawah ini adabeberapa panduan untuk mengukur “integrity in action“, yang lebih bersifat konkrit operasional, yang mudah diikuti sebagai panduan wawancara. Masalahnya, sampai seberapa jauh indikator tersebut dapat
diterapkan, terutama pada posisi di bawah upper middle management. Karena, indikator di bawah ini bisa berjalan, jika memang banyak past experiences dari calon yang dinilai, banyak critical incidents dalam pengalaman hidupnya yang terkait dengan aspek tersebut. Misal, pernah mengalami peristiwa yang mengundang conflict of interest, pernah menjalani suatu tanggung jawab yang sulit, pernah harus mengambil keputusan yang tidak populer. Kalau sample nya terbatas, otomatis agak “sulit’ melakukan penilaian berkaitan dengan hal ini. Mengukur integrity, banyak terkait dengan moralitas seseorang. Namun demikian, banyak sekali perusahaan yang mencantumkan integrity sebagai aspek yang harus dimiliki oleh calon karyawan dan pimpinannya.
1. Definisi integritas menurut kamus kompetensiIntegritas kerja adalah bertindak konsisten sesuai dengan kebijakan dan kode etik lembaga Memiliki pemahaman dan keinginan untuk menyesuaikan diri dengan kebijakan dan etika tersebut, dan bertindak secara konsisten walaupun sulit untuk melakukannya.
2. Bagaimana menilai integritas bawahan/calon pimpinan?a.
Apakah kode etik telah dilaksanakan?
3. Apakah mungkin dilakukan training untuk meningkatkan integrity?
Melakukan observasi perilaku seperti bahasan di atas akan lebih mudah bila orang tersebut belum bergabung dengan perusahaan. Namun bagaimana apabila yang dinilai adalah seseorang yang akan mendapat kesempatan untuk menjadi pimpinan yang lebih tinggi? Pada umumnya penilaian dilakukan dengan metoda tertentu, dan melalui assessment center. Permasalahan yang sering muncul, adalah kekurangan orang sesuai yang dibutuhkan, ataupun kalau ada masih terdapat “gap” yang harus diperbaiki. Persoalan yang muncul adalah, bagaimana cara training yang tepat untuk menutup gap tersebut? Di satu sisi, integritas merupakan kunci kemajuan perusahaan, karena maju mundurnya perusahaan ditentukan oleh SDM nya, yang diharapkan menjunjung integritas tinggi. Disadari, bahwa perusahaan lebih mudah membuat orang pandai dengan meningkatkan skill nya, tetapi yang sulit adalah meningkatkan soft kompetensinya.
- Eileen Rachman. Meraba integritas, bisakah? Kompas. Experd, Jakarta, 2006
- Rayini, University of Queensland. Brisbane, 2006