Tampilkan postingan dengan label DOSA. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label DOSA. Tampilkan semua postingan

Kamis, 08 Januari 2015

Dosa Asal


DOSA ASAL 
                 Ev. Matius Sobolim
     A. Dosa Asal  

 Istilah “dosa asal” berhubungan dengan dosa ketidaktaatan Adam dalam memakan dari Pohon Pengetahuan Baik dan Jahat dan efeknya terhadap umat manusia. Dosa asal bisa dijelaskan sebagai “dosa dan kesalahan yang kita semua miliki di mata Allah sebagai akibat secara langsung dari dosa Adam di Taman Eden.” Doktrindosa asal khususnya berpusat pada efek-efeknya terhadap natur kita dan keberadaan kita di hadapan Allah, bahkan sebelum kita cukup dewasa untuk melakukan dosa. Ada tiga pandangan utama yang membahas efek itu. 
            Pelagianisme: Pandangan ini mengatakan bahwa dosa Adam tidak mempunyai efek atas jiwa-jiwa keturuannnya drlsin daripada contoh dosanya yang mempengaruhi mereka yang yang mengikuti dia dan berdosa juga. Menurut pandangan ini, manusia memiliki kemampuan untuk berhenti berbuat dosa jika is memilih itu. Ajaran ini bertolakbelakang dengan sejumlah ayat Alkitab yang memberi indikasi bahwa manusia diperbudak oleh dosa-dosanya dengan tanpa harapan (terlepas dari campur tangan Tuhan) dan bahwa pekerjaannya yang baik adalah “mati” atau tidak bernilai apa-apa di mata Allah (Efesus 2:1-2; Matius 15:18-19; Roma 7:23; Ibrani 6:1; 9:14).

 Arminianisme:Orang-orang Armenia percaya dosa Adam telah mengakibatkan seluruh manusia mewarisi kecenderungan untuk berdosa, biasanya menunjuk kepada memiliki “natur dosa.” Natur dosa ini menyebabkan kita berdosa sebagaimana halnya natur seekor kucing yang menyebabkannya mengeong – terjadi secara alamiah. Menurut pandangan ini, manusia tidak dapat berhenti berdosa dengan kemampuannya sendiri; itulah sebabnya Allh memberi suatu anugerah umum kepada semua orang yang memampukan kita untuk berhenti. Dalam Arminianisme, anugerah ini disebut anugerah asal. Menurut pandangan ini, kita tidak bertanggung jawab atas dosa Adam, hanya dosa kita sendiri. Ajaran ini berlawanan dengan kenyataan bahwa semua orang menanggung hukuman atas dosa, walaupun tidak semua orang berbuat dosa dengan cara yang sama seperti Adam (1 Korintus 15:22; Roma 5:12-18). Tidak ada ajaran tentang anugerah asal yang ditemukan dalam Alkitab.

Calvinisme: Doktrin Calvin menyatakan bahwa dosa Adam mengakibatkan bukan hanya dalam hal kita memiliki dosa natur, tetapi juga dalam hal kesalahan kita di hadapan Allah yang mana kita patut dihukum. Dikandung dalam dosa asal di atas kita (Mazmur 51:7) mengakibatkan kita mewarisi dosa natur yang sangat jahat di mana Yeremia 17:9 menggambarkan hati manusia sebagai “lebih licik dari pada segala sesuatu.” Bukan saja Adam ditemukan bersalah karena dia telah berdosa, tetapi kesalahannya dan hukumannya (maut) menjadi milik kita juga (Roma 5:12, 19).

Ada dua pandangan tentang mengapa kesalahan Adam harus dilihat Allah sebagai dosa kita juga. Pandangan pertama menyatakan bahwa suku-suku bangsa adalah di dalam Adam dalam bentuk bibit; dengan demikian ketika Adam berdosa, kita berdosa di dalam dia. Ini sama dengan ajaran alkitabiah bahwa Lewi (keturunan Abraham) membayar persepuluhan kepada Melkisedek di dalam Abraham (Kejadian 14:20; Ibrani 7:4-9), walaupun Lewi baru lahir beratus-ratus tahun kemudian. Pandangan utama yang lain adalah bahwa Adam adalah sebagai wakil kita dan karena itu, ketika dia berdosa, kita juga dinyatakan bersalah.
Pandangan Calvin menyatakan seseorang tidak mampu menanggung dosanya jika terpisah dari kuasa Roh Kudus, suatu kuasa yang dimiliki hanya ketika orang itu bersandar kepada Kristus dan korban tebusan dosa-Nya di atas salib. Pandangan Calvin tentang dosa asal adalah yang paling konsisten dalam ajaran alkitabiah. Akan tetapi, bagaimana Allah dapat meminta kita bertanggung jawab untuk dosa yang kita tidak lakukan secara pribadi? Ada sebuah penjelasan yang dapat diterima yaitu bahwa kita menjadi bertanggung jawab untuk dosa asal ketika kita memilih untuk menerima, dan bertindak menurut natur kita yang berdosa. 

Ada satu titik dalam hidup kita ketika kita menjadi sadar akan keberdosaan kita sendiri. Pada saat itu kita harus menolak natur dosa dan bertobat dari itu. Sebaliknya, kita semua “menyetujui” natur berdosa, pada dasarnya mengatakan bahwa itu adalah baik adanya. Dalam menyetujui keberdosaan kita, kita menyatakan persetujuan dengan perbuatan Adam dan Hawa di Taman Eden. Karena itu kita bersalah atas dosa itu tanpa benar-benar melakukannya.[1]



B.     Dosa Asal Menurut doktrin Theologi Kristen

Dosa asal menurut doktrin teologi Kristen adalah kondisi pertama kali manusia berbuat dosa saat di Taman Eden. Walau Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang sering membicarakan penuhnya dosa dalam diri manusia tidak memiliki kata-kata "dosa asal" dan "dosa leluhur", doktrin yang menggunakan kata-kata ini disebutkan berdasarkan pada ajaran Rasul Paulus dalam Roma 5:12-21 dan 1 Korintus 15:22. Setelah melihat doktrin ini, yang tidak ditemukan di teologi Yahudi, termuat secara terselubung di kalimat-kalimat Perjanjian Lama seperti di dalam Mazmur 51:5 dan Mazmur 58:3.


ASAL MULA DOSA BAGIAN II



ASAL MULA DOSA BAGIAN II

Matius Soboliem, S. Th.
Dosa sudah ada di alam semesta sebelum Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa. Ini terbukti dengan hadirnya penggoda itu di Taman Eden dengan kata-kata godaannya. Tapi Alkitab tidak memberikan keterangan tentang kejatuhan Iblis dan malaikat-malaikatnya ke dalam dosa, kecuali asal-mula dosa dalam kaitannya dengan manusia (Kej. 3:1-13).

            Kejadian 3 menceritakan terjadinya peristiwa pencobaan, dan 1 Timotius 2:14 mengulas tentang pencobaan itu (bandingkan dengan Yakobus 1:13-14) : Lagipula bukan Adam yang tergoda, melainkan perempuan itulah yang tergoda dan jatuh ke dalam dosa1 Timotius 2:14; Yakobus 1:13-14; 1:13 Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata: "Pencobaan ini datang dari Allah!" Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapa pun. Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya1:14 .


            Serangan iblis ditujukan kepada keutuhan dan kebenaran Allah (bandingkan dengan Kejadian 3:4). Dan silat katanya yang meyakinkan Hawa ialah, bahwa Hawa bersama suaminya akan menjadi sama seperti Allah, yakni akan mengenal yang baik dan yang Jahat (bandingkan dengan Kejadian 3:5). Kepada keinginan durhaka inilah perhatian Hawa dipusatkan, dan secara khusus dalam tanggapannya terungkap bisikan 'pohon itu menarik hati karena memberi pengertian', yang justru adalah tahapan menuju aib dan kemurtadan dalam hati dan pikira Hawa. Reaksi Hawa menunjukkan bahwa Iblis berhasil menjerat kepercayaan Hawa, dan bahwa Hawa membenarkan dakwahan Iblis terhadap kebenaran Allah. Reaksi itu juga menunjukkan bahwa Hawa ingin menjadi sama seperti Allah – tahu yang baik dan yang jahat.

            Jenis keinginan atau hawa nafsu itulah yang disoroti untuk melacak asal mula dosa. Hawa memebrikan tempat kepada Iblis, yang seharusnya hanya boleh diduduki Allah saja. Hawa menyetujui serangan Iblis yang bersifat paling menghujat atas kedaulatan Allah. Hawa menginginkan bagi dirinya hak-hak khusus Allah. Dalam kesediaannya berbincang-bincang dengan penggoda, dalam ketiadaan niatnya menolak saran-saran penggoda yang demikian kasar dan lacung, dan dalam persetujuan hatinya secara diam-diam terletak tahapan langkah-langkahnya yang mendahului tindakannya ememkan buah terlarang itu.

            Disitulah letak asal mula dosa dan sifatnya yang sesungguhnya. Dosa tidak bermula pada tindakan yang terang-terangan; dosa timbul dari hati dan pikiran (Markus 7:21-23).  Kebusukan hati terungkap sendiri dalam perbuatan melanggar perintah Allah; Adam dan Hawa mula-mula sesat dari Allah, barulah kemudian mereka melakukan pelanggaran-pelanggaran nyata. Mereka diahanyutkan oleh ahwa nafsu sendiri dan tergoda. Bagaimana ini dapat terjadi dalam hal mereka?; itulah rahasia asal mula dosa.

            Bobot kejahatan dosa yang pertama itu tampak dalam kenyataan, bahwa dosa itu memperkosa kedaulatan Allah dan perintah-Nya dalam hal kekuasaan, kebaikan, hikmat, keadilan, kesetiaan dan kasih-karuniaNya. Pelanggaran berarti membuang kekuasaan Allah, meragukan kebaikan hatiNya, mengingkari hikmahNya, menolak keadilanNya, memutar baikkan kebenaranNya, dan menghinakan kasih karuniaNya. Lawan dari segenap kemaha-sempurnaan Allah ialah dosa. Dan melawan itu tetap watak dosa.

Sabtu, 15 Juni 2013

Memahami Ucapan Yang Sulit Dalam Perjanjian Baru, Dosa yang Mendatangkan Maut.



Memahami Ucapan Yang Sulit Dalam Perjanjian Baru, Dosa yang Mendatangkan Maut. 



Oleh
Matius Soboliem, S. Th.

1 Yohanes 5:13-21 Pengetahuan akan hidup yang kekal 5:13 Semuanya itu kutuliskan kepada kamu, supaya kamu yang percaya kepada nama Anak Allah, tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal. 5:14 Dan inilah keberanian percaya kita kepada-Nya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepada-Nya menurut kehendak-Nya. 5:15 Dan jikalau kita tahu, bahwa Ia mengabulkan apa saja yang kita minta, maka kita juga tahu, bahwa kita telah memperoleh segala sesuatu yang telah kita minta kepada-Nya. 5:16 Kalau ada seorang melihat saudaranya berbuat dosa, yaitu dosa yang tidak mendatangkan maut, hendaklah ia berdoa kepada Allah dan Dia akan memberikan hidup kepadanya, yaitu mereka, yang berbuat dosa yang tidak mendatangkan maut. Ada dosa yang mendatangkan maut: tentang itu tidak kukatakan, bahwa ia harus berdoa. 5:17 Semua kejahatan adalah dosa, tetapi ada dosa yang tidak mendatangkan maut. 5:18 Kita tahu, bahwa setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa; tetapi Dia yang lahir dari Allah melindunginya, dan si jahat tidak dapat menjamahnya.5:19 Kita tahu, bahwa kita berasal dari Allah dan seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat. 5:20 Akan tetapi kita tahu, bahwa Anak Allah telah datang dan telah mengaruniakan pengertian kepada kita, supaya kita mengenal Yang Benar; dan kita ada di dalam Yang Benar, di dalam Anak-Nya Yesus Kristus. Dia adalah Allah yang benar dan hidup yang kekal. 5:21 Anak-anakku, waspadalah terhadap segala berhala. 

Adakah dosa yang tidak dapat diampuni? Jika kita membaca 1 Yohanes 5: 16-17, jelas tidak ada masalah dalam memahami bahwa kita harus berdoa untuk saudara seiman yang berdosa. Sama dengan Yohanes, orang Kristen mengakui bahwa "semua kejahatan adalah dosa" dan dosa memisahkan rna nu sia dari Allah. Dengan demikian doa dan bimbingan yang lemah lembut tampaknya harus dilakukan jika kita melihat seorang saudara seiman berbuat dosa. Tetapi masalah yang ditimbulkan Yohanes adalah disebutkannya "dosa yang mendatangkan maut." di mana doa tidak dilakukan (bukan berarti doa itu salah, tetapi tidak ada gunanya). Dosa apakah itu? Dan kematian apakah yang dimaksudkan-jasmani atau rohani? Karena kita sendiri kadang-kadang jatuh ke dalam dosa, maka pertanyaan-pertanyaan di .uas memiliki arti praktis bagi kita masing-masing. Ini bukanlah sckadar memecahkan masalah akademis dari Kitab Suci. 

Ketika menyelidiki bacaan ini kita melihat, pertama, bahwa kalimat tersebut terdapat pada akhir Kitab 1 Yohanes, tepat setelah anjuran untuk berdoa (5:13-15). Menurut Yohanes, karena "kita tahu bahwa kita telah memperoleh segala sesuatu yang telah kit a minta kepada-Nya" maka kita harus berdoa untuk "saudara-saudara kita" yang berdosa. Yakobus menggunakan susunan yang serupa pada akhir suratnya. Setelah berbicara tentang doa penyembuhan (Yakobus 5:13-16), ia mencatat anjuran untuk berdoa yang diberikan oleh Elia (ayat 17-18 ), lalu berbicara tentang mengembalikan orang berdosa dari jalannya yang salah dan dengan demikian menyelamatkan orang itu dari maut (ayat 19-20). ltulah tujuan dari kitab yang ditulisnya. Susunan surat yang menyatakan pengharapan akan kesehatan ditambah dengan kalimat yang menyatakan tujuan pada penutup surat ini merupakan ciri khas dari salah satu bentuk surat berbahasa Yunani. Dengan demikian kita tidak merasa terkejut bahwa pada penutup suratnya Yohanes juga menuliskan suatu pengharapan akan kesehatan sebelum sampai pada pernyataan tujuannya yang terakhir (barangkali 5:20).   
 
Tetapi kehidupan dan kematian apakah yang sedang dibicarakan oleh Yohanes? Inilah pertanyaan kita yang hidup di zaman modern; bukan pertanyaan salah seorang pembaca Yohanes, karena kalimatnya yang singkat mengasumsikan bahwa mereka mengetahui apa yang sedang dibicarakannya. Kita hams mengungkap hal ini dari surat-suratnya selanjutnya. Kita lihat bahwa Kitab 1Yohanes menggunakan istilah "hidup" tiga belas kali, tujuh di antaranya dalam pasal ini. Karena yang dimaksudkannya adalah kehidupan rohani (kehidupan kekal) dalam setiap penggunaan lainnya dari istilah tersebut, maka kita menduga bahwa pengertiannya dalam teks ini juga sama. Seperti pada dua bacaan lainnya (keduanya dalam Yohanes 3:14), Yohanes menggunakan kata "maut" untuk menunjukkan ketaatan rohani, bukan kematian jasmani. jadi meskipun dalam Perjanjian Baru dosa dapat mengakibatkan kematian jasmani (1 Korintus 11:30; bandingkan Kisah Para Rasul 5:1-11; 1Korintus 5:5) dan penyakit jasmani (Yakobus 5:15-16), tampaknya bukan itu pengertlannya dalam bacaan ini. Hal ini secara khusus benar kareria dalam kitab Injil maupun surat-suratnya Yohanes menganggap kematian jasmani sebagai sesuatu yang telah ditaklukkan oIeh orang percaya (Yohanes 8:51; 11:26; 1Yohanes 3:14). 

Jika demikian, dosa apakah (bukan perbuatan dosa tertentu melainkan kualitas dosa) yang mengakibatkan kematian rohani? Dalam Perjanjian Lama beberapa dosa mengakibatkan hukuman mati, sedang lainnya tidak (Bilangan 18:22; Ulangan 22:26). Secara khusus, pelanggaran perintah Allah secara disengajamengakibatkan kematian, sedangkan dosa yang tidak disengaja tidak mengakibatkan kematian (Imamat4:2, 13,22,27; 5:15; 17:18; Ulangan 15:27-31; Ulangan 17:12). Dibedakannya kedua dosa iru Juga merupakan sesuatu yang umum pada literatur Yahudi abad pertama. Meskipun semua referensi Perjanjian Lama ini menunjukkan kematian jasmani dari orang yang melakukan dosa tersebut, tidaklah mengejutkan jika Yohanes menafsirkan kembali konsep itu sebagai kehidupan dan kematian rohani, karena itulah yang menjadi pusat perhatiannya. 

Dalam hal ini Yohanes melihat pada Yesus, yang menyebutkan dosa yang tidak dapa t diampum (Markus 3:28 dan bacaan-bacaan yang sebanding). Dosa apakah itu? Bagi Yesus dosa itu adalah melihat pekerjaan Roh Kudus tetapi menyebutnya sebagai pekerjaan setan. Secara serupa, Yohanes merasa prihatin akan sekelompok orang yang murtad, mereka yang dulunya merupakan bagian dan masyarakat Kristen tetapi kemudian meninggalkannya. Apa dosa mereka? Mereka terus hidup dalam dosa (dan dengan dernikian membenarkan dosa tersebut), mereka saling membenci dan memisahkan diri dari teman-teman Kristen lainnya (dengan dernikian mereka tidak mempraktikkan perintah tentang kasih), mereka mengasihi dunia dan bahkan menyangkal bahwa Yesus telah "menjadi manusia" (barangkali penyangkalan bahwa Kristus benar-benar memiliki tubuh jasmani). Semua itu bukanlah kesalahan yang terjadi secara kebetulan atau tergelincir ke dalam dosa tertentu, melainkan sengaja menyimpang dari kobcnaran yang telah mereka alami dalam masyarakat Kristen. Meskipun mereka mungkin masih menganggap diri Kristen, Yohanes mengetahui bahwa nilai-nilai dan doktrin mereka bcrbeda dengan yang terdapat dalam kelompoknya. 

Jika dernikian, mengapa Yohanes tidak mengatakan bahwa kita harus berdoa bagi mereka? Jawabannya adalah karena doa semacam itu tidak ada gunanya. Masalahnya bukanlah doa itu salah. Meskipun Yohanes jelas tidak menghendaki orang Kristen berdoa agar orang-orang tersebut diampuni, ia memilih kata-katanya dengan hati-hati dan tidak melarang orang Kristen untuk melakukannya. Masalahnya adalah orang-orang tersebut tidak menyesal atau pun ingin bertobat. Seperti orang-orang yang digambarkan dalam Ibrani 6, mereka telah mengenal kebenaran dan men galami sepenuhnya apa yang menjadi milik Allah, tetapi mereka mengambil jalan yang menyimpang. Meskipun Allah pasti akan mengampuni mereka. jika mereka bertobat, tidak satu hal pun akan mengubah pikiran mereka. Mereka telah meninggalkan masyarakat Kristen yang benar. Mereka "mengetahui" bahwa mereka benar dan Yohanes salah. Berdoa agar mereka diampuni tak ada gunanya. Pengampunan diberikan kepada orang-orang yang menyesali dosa mereka, bukan yang dengan sengaja tetap hidup dalam dosa.

Tetapi bukan itu yang menjadi perhatian utama Yohanes. Inti pembicaraannya adalah orang Kristen luirus berdoa bagi jernaat Kristen lainnya yang berdosa. Mengapa mereka harus melakukan hal ini? Pertama, Allah tampaknya lebih suka memberikan pengampunan melalui pengakuan kepada orang lain dan doa orang lain (seperti dalam Yakobus 5:15-16). Secara psikologis hal ini membuat pertobatan menjadi jauh lebih nyata dan dengan dernikian lebih bertahan lama. Kedua, dosa har.us dianggap sebagai hal yang serius. Kesalahan hari ini, jika kita biarkan, dapat berubah menjadi tipu muslihat, dan saudara seiman kita akan semakin jauh dari Allah sehmgga akhirnya mereka terrnasuk dalam kelompok yang murtad. Saat untuk turun tangan bukanlah ketika seseorang telah menjadi keras hati dan menyimpang dari jalan Allah, tetapi ketika dosanya pertama kali kita lihat. Jika ada yang mendoakannya pada saat itu, maka ia akan hidup dan tidak akan semakin jauh dari Allah. 

Dengan demikian Yohanes menghendaki dua hal yang sering kali kurang dipraktikkan dalam gereja masa kini. Yang pertama adalah mengambil tanggung jawab atas kesejahteraan rohani dari ternan-teman Kristen; yaitu mengamati kesalahan (kita dapat "melihat" dosa; dosa itu tampak), menegur orang berdosa (Galatia 6:1-2), dan berdoa agar mereka mendapatkan pengampunan. Yang kedua adalah menganggap dosa sebagai hal yang serius, dan menyadari bahwa dosa itu benar-benar dapat.[1] menimbulkan konsekuensi yang serius jika kita tetap hidup di dalam-Nya. Dengan demikian kita harus hidup dalarn rasa takut yang benar di hadapan Allah dan memanggil orang lain untuk melakukan hal yang sama. Yohanes tidak ingin kita hidup dalam ketakutan bahwa kita telah melakukan dosa "yang mendatangkan maut," [2]karena rasa takut yang benar merupakan petunjuk mengenai pertobatan kita, dan hal itu berarti kita tidak melakukan dosa semacam itu. Yohanes ingin memanggil kita untuk terbuka satu sama lain sehingga kita dapat memberikan dan menerima tegman. Dengan demikian kita bukan saja akan saling menjaga dari pemberon takan yang disengaja dan akibatnya, melainkan juga saling menolong untuk berjalan dalam persekutuan yang erat dengan Allah yang adalah terang (1 Yohanes 1:5).  [3]






                [1] Peter H Davids, Ucapan yang Sulit Dalam Perjanjian Baru, SAAT Malang, p. 272 .
                [2] Artikel Terkait : DOSA YANG TIDAK MENDATANGKAN MAUT, di http://www.sarapanpagi.org/dosa-yang-ti ... .html#p2287.
                [3] Peter H Davids, Ucapan yang Sulit Dalam Perjanjian Baru, SAAT Malang, p. 272  Artikel Terkait : DOSA YANG TIDAK MENDATANGKAN MAUT, di http://www.sarapanpagi.org/dosa-yang-ti ... .html#p2287.


Dosa Terhadap Roh Kudus


Dosa Terhadap Roh Kudus
Oleh : Matius Soboliem, S. Th. 




Markus 3:22-29
3:22 Dan ahli-ahli Taurat yang datang dari Yerusalem berkata: "Ia kerasukan Beelzebul," dan: "Dengan penghulu setan Ia mengusir setan." 3:23 Yesus memanggil mereka, lalu berkata kepada mereka dalam perumpamaan: "Bagaimana Iblis dapat mengusir Iblis? 3:24 Kalau suatu kerajaan terpecah-pecah, kerajaan itu tidak dapat bertahan, 3:25 dan jika suatu rumah tangga terpecah-pecah, rumah tangga itu tidak dapat bertahan. 3:26 Demikianlah juga kalau Iblis berontak melawan dirinya sendiri dan kalau ia terbagi-bagi, ia tidak dapat bertahan, melainkan sudahlah tiba kesudahannya. 3:27 Tetapi tidak seorang pun dapat memasuki rumah seorang yang kuat untuk merampas harta bendanya apabila tidak diikatnya dahulu orang kuat itu. Sesudah itu barulah dapat ia merampok rumah itu. 3:28 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya semua dosa dan hujat anak-anak manusia akan diampuni, ya, semua hujat yang mereka ucapkan. 3:29 Tetapi apabila seorang menghujat Roh Kudus, ia tidak mendapat ampun selama-lamanya, melainkan bersalah karena berbuat dosa kekal." 3:30 Ia berkata demikian karena mereka katakan bahwa Ia kerasukan roh jahat.

Markus mencatat para ahli Taurat atau ahli dalam hukum Yahudi datang dari Yerusalem ke Galilea untuk menilai pekerjaan yang dilakukan Tuhan Yesus disana, seperti apa yang mereka dengar, terutama pelayananNya dalam mengusir setan. Namun para ahli Taurat membuat kesimpulan aneh : "Ia kerasukan Beelzebul," dan: "Dengan penghulu setan Ia mengusir setan." (Markus 3:22). (Beelzebul adalah nama dewa orang Kanaan yang berarti "Tuhan dari tempat yang tinggi", tapi disini digunakan orang-orang Yahudi untuk menunjukkan penguasa neraka, tempat kediaman setan-setan). Ketika Tuhan Yesus mengetahui hal itu, Ia mengungkapkan kemustahilan anggapan bahwa kuasa setan dapat diusir dengan pertolongan setan pula. Seanjutnya Yesus mengatakan bahwa orang yang menyimpulkan hal itu sebagai menghujat Roh Kudus. Mengapa? Karena dengan sengaja mereka menganggap kegiatan Roh Kudus berasal dari setan. 

Setiap macam dosa, setiap bentuk hujat atau umpat secara tersirat dinyatakan dapat diampuni bila dosa-dosa itu disesali. Tapi bagaimana jika seseorang harus menyesali hujatannya terhadap Roh Kudus? Apakah tidak ada pengampunan bagi mereka yang menyesali dosa itu? 


Jawabannya, sifat dasar dari dosa ini, yaitu orang yang melakukannya tidak tahu bahwa mereka berbuat dosa. Markus menceritakan pada para pembacanya mengapa Tuhan Yesus mengatakan bahwa para ahli Taurat itu menghujat Roh Kudus; karena mereka telah mengatakan "Ia kerasukan roh jahat" (Markus 3:30). Jadi, pada waktu Yesus memperingatakan tentang dosa yang tidak dapat diampuni, konteksnya adalah "tuduhan padaNya yang bekerjasama dengan Setan". Peringatan-Nya itu merupakan peringatan yang serius dan sangat menakutkan. 

Yesus ketika itu sedang menyatakan Hukum Kerajaan Allah, dan kesembuhan bagi yang sakit, yang dikuasai roh jahat dan ini merupakan tanda bahw hukum Kerajaan Allah hadir dan aktif dalam pelayananNya. "Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Roh Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu." (Matius 12:28, lihat juga di Lukas 11:20).

Bila ada orang yang memandang kesembuhan yang Dia lakukan terhadap tubuh dan jiwa manusia, tapi tetap bertahan pada pendirian bahwa Ia melakukan semua itu dengan bantuan setan, maka mata mereka tertutup erat-erat terhadap terang; bagi mereka terang telah berubah menjadi kegelapan dan yang baik telah menjadi jahat. Terrang tersedia bagi mereka yang mau menerimanya, namun bila ada yang menolak terang itu, dari mana lagi mereka dapat berharap memperoleh penerangan? 

Apakah Paulus berdosa melawan Roh Kudus pada waktu ia menganiaya orag-orang Kristen dan bahkan (menurut Kisah 26:11) memaksa mereka menyangkal imannya? Jelas tidak, karena sebagaimana dalam 1 Timotius 1:13 ia menulis "... karena semuanya itu telah kulakukan tanpa pengetahuan yaitu di luar iman". Ia melakukannya "tanpa pengetahuan", karena itu Paulus telah mendapat belas kasihan. Namun bila ia telah melihat terang dalam perjalanannya ke Damsyik dan telah mendengar panggilan Tuhan yang telah bangkit, ia tetap menutup mata dan telinga serta tetap melakukan penganiayaan, maka itu merupakan "dosa kekal". 

Dan contoh lain bisa kita lihat bahwa ketika Tuhan Yesus diatas kayu salib, Ia berdoa mohon pengampunan untuk orang-orang yang telah menghujat-Nya atas dasar ketidaktahuan mereka: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat" (Lukas 23:34). 

Maka pengertiannya : Pada saat seseorang telah diterangi oleh Roh Kudus sampai tahap dia dapat mengetahui bahwa Yesus sebagai benar-benar Kristus, dan kemudian orang itu menuduh Kristus berasal dari Setan, maka orang itu telah melakukan dosa yang tidak dapat diampuni.
Orang Kristen yang tulus dan merasa takut telah melakukan dosa yang semacam itu, menunjukkan bahwa dia sebenarnya tidak melakukan dosa itu. Orang yang telah melakukan dosa yang semacam itu, hatinya sangat keras dan tetap tinggal dalam dosa mereka dan tidak merasa bersalah pada waktu melakukannya.

Sebenarnya, di dalam kebudayaan dimana orang-orang tidak mau mengakui kedaulatan Allah di dalam hidup, orang-orang tetap enggan untuk terlalu jauh atau keterlaluan pada waktu mereka menghujat Allah dan Kristus. Meskipun Nama Kristus telah dipakai seenaknya dan injil dilecehkan dengan humor-humor dan komentar-komentar yang tidak pantas, orang-orang tetap tidak berani untuk mengaitkan Yesus dengan Setan. Meskipun okultisme dan setanisme memberikan kemungkinan yang berbahaya bagi seseorang untuk melakukan dosa yang tidak dapat diampuni itu, pada kasus seseorang menghujat Roh Kudus oleh karena ketidaktahuannya dan dia belum diterangi oleh Roh Kudus, maka dosa itu masih dapat diampuni.



Artikel terkait :
- DOSA-DOSA YANG MELAWAN ROH KUDUS, di http://www.sarapanpagi.org/dosa-dosa-me ... 9.html#p208
- DOSA YANG TIDAK DAPAT DIAMPUNI, di http://www.sarapanpagi.org/dosa-dosa-me ... 9.html#p209
Sumber :
- FF Bruce, Ucapan Yesus yang Sulit, SAAT Malang, p 88.
- R.C. SPROUL, Kebenaran-kebenaran DASAR IMAN KRISTEN Bab 54 p. 203-205