Paulus
Menurut surat Integritas dan Strategi Penginjilan Galatia
Oleh
Matius Sobolim, S. Th
- Pendahuluan
Matius Sobolim, 2010 |
Penginjilan tidak bisa lepas dari kehidupan
orang percaya. Hal ini dinyatakan jelas dalam Amanat Agung Tuhan Yesus dalam Matius 28:19-20. Tuhan Yesus sendiri memberi perintah kepada setiap orang
percaya untuk memberitakan Injil, tanpa kecuali. Memberitakan Injil tidaklah mudah. Seorang penginjil masa kini harus mempunyai strategi-strategi khusus agar penginjilan itu menjadi efektif. Selain itu, sikap hidup seorang penginjil harus sesuai dengan Injil yang diberitakannya, sehingga keteladanannya mencerminkan Kristus sendiri.
Oleh sebab itu, integritas dan strategi
penginjilan haruslah dimiliki oleh seorang penginjil. Paulus adalah seorang penginjil hebat yang memiliki integritas, serta mempunyai strategi dalam penginjilan penginjilan yang dilakukannya. Melalui paper ini, penulis ingin memaparkan tentang integritas dan strategi penginjilan Paulus yang dapat diteladani penginjil-penginji masa kini.
- Pengertian
Penginjilan secara umum
Penginjilan adalah berita tentang pengampunan
dosa dari Allah. Penginjilan. 1Penginjilan adalah "memberitakan Kabar Baik
tentang Kristus". Penginjilan itu lebih daripada sekadar metode;
penginjilan adalah sebuah berita. Berita tentang kasih Allah, tentang dosa
manusia, tentang kematian Kristus, tentang penguburan-Nya, dan kebangkitan-Nyaadalah berita yang menuntut suatu tanggapan menerima Injil itu
dengan iman, lalu menjadi murid Yesus. Istilah n"penginjilan"
mencakup segala usaha untuk memberitakan Kabar Baik tentang Yesus Kristus. Tujuannya
ialah supaya orang-orang mengerti bahwa Allah menawarkan keselamatan dan supaya
mereka menerima keselamatan itu dengan iman, lalu hidup sebagai murid Yesus. Seperti
yang ditetapkan dalam Perjanjian Lausanne, "Menginjili ialah memberitakan
Kabar Baik bahwa Yesus Kristus mati bagi dosa-dosa kita, dan Ia sudah
dibangkitkan dari antara orang mati, menurut Kitab Suci.
2YesusKristus adalah Tuhan yang memerintah, Ia
sekarang menawarkan pengampunan dosa dan mengaruniakan Roh Kudus kepada semua
orang yang bertobat dan yang percaya.
Penginjilan itu sendiri
ialah pemberitaan bahwa Kristus yang dikenal dalam sejarah dan dari Kitab Suci
adalah Juru Selamat dan Tuhan. Adapun tujuan pemberitaan itu ialah supaya orang-orang
mau datang kepada-Nya secara pribadi dan dengan demikian mereka diperdamaikan
dengan Allah. Waktu kita mengundang agar orang mau menerima Kristus, kita tidak
boleh menyembunyikan hal-hal yang seharusnya dilakukan oleh seorang murid
Yesus. Hasil dari penginjilan mencakup hidup patuh kepada Kristus,
menggabungkan diri dengan gereja-Nya, dan melayani Tuhan dengan penuh tanggung
jawab di dunia ini." Butir ke-4, dalam Perjanjian Lausanne, (c)1974 World
Wide Publication, Minneapolis, Minnesota. 3GeorgeE.
Sweazey mengatakan bahwa, Evangelism is very possible way of reaching
outside the Church to bring people to faith in Christ and membership in His
church. Penginjilan adalah setiap jalan yang sangat mungkin untuk menjangkau yang berada di luar gereja untuk membawa orang untuk
beriman di dalam Kristus serta keanggotaan di dalam gereja-Nya. 4TheWorld
Council of Churches at Amsterdam menyatakan bahwa, Evangelism is
so making Christ known to men that each is confronted with the necessity of a
personal decision, Yes or No. Penginjilan adalah membuat Kristus diketahui
atau dikenal manusia yang masing-masing diperhadapkan dengan keperluan untuk mengambil keputusan pribadi, “ya” atau “tidak”. 5TheMadras
Foreign Missions Council menyatakan Evangelism is so to present Jesus
Chris to the world in the power of the Holly Spiri that men shall come to put
their trust in God through Him, accept Him as their Savior and serve Him as their Lord in the fellowship of His Church. Penginjilan
adalah memperkenalkan Yesus Kristus kepada dunia di dalam kekuatan dari Roh
Kudus yang mana manusia dapat dating dan menaruh iman di dalam Allah melalui-Nya,
menerima-Nya sebagai Juruselamat dan melayani-Nya sebagai Tuhan mereka di dalam persekutuan dari gereja-Nya. 6ToyohikoKagawa
mengatakan bahwa Evangelism means the conversion of people
from worldliness to Christlike godliness. Penginjilan berarti perubahan orang dari keduniawian kepada kesalehan seperti Kristus. 7Samuel
Boon-Itt of Siam mengatakan Evangelism means living, doing, talking for Christ. Penginjilan berarti hidup, melakukan, dan
mengatakan tentang Kristus (bersaksi).
Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa, penginjilan harus berpusatkan pada Kristus. Pekerjaan
menginjil tetap tidak berubah. Kebutuhan rohani umat manusia tetap tidak
berubah. Berita penginjilan tetap tidak berubah. Dan karunia Allah kepada
gereja-Nya termasuk karunia seorang penginjil tetap tidak berubah. Seperti yang
dikatakan oleh Samuel Boon, bahwa penginjilan bukan hanya sekedar memberitakan
tentang Kristus, tetapi tindakan/ hidup penginjil juga menceritakan Injil itu
sendiri. Penginjilan harus mencakup dua aspek baik secara verbal maupun tindakan.
- Integritas
dan Strategi Penginjilan Paulus
Integritas adalah modal
utama seorang pemimpin, yang sekaligus menjadi modal
yang paling jarang dimiliki oleh seorang pemimpin. Sayangnya, integritas juga
merupakan kualitas yang paling langka, bahkan hamper punah. Skandal Pendeta
Jesse Jackson memperkuat premis ini. Pada 18 Januari 2001, Pendeta Jesse
Jackson mengaku di depan publik bahwa ia memiliki anak di luar nikah berusia
dua puluh bulan. Pengakuan ini menggegerkan publik. Siapa yang tak kaget
mendengar seorang barometer spiritual masyarakat Amerika ternyata berselingkuh sejak tahun 1998? Skandal
ini lebih dahsyat daripada skandal Bill Clinton dan Monica Lewinsky. Mengapa?
Karena Jesse Jackson adalah seorang tokoh spiritual yang selain menjadi pendeta,
juga memainkan peran penting sebagai seorang politikus dan pejuang hak asasi
manusia. Bahkan, saat
sedang terlibat dalam perselingkuhan, dia tetap menjadi konselor.
Clinton
dalam kasus Monica Lewinsky. 9Integritas
dimengerti sebagai "completeness, wholeness, unified, dan entirety",
semuanya merujuk pada keutuhan. Keutuhan yang dimaksud adalah keutuhan dari seluruh
aspek kehidupan, terutama antara perkataan dan perbuatan. Yakobus
mendefinisikan integritas sebagai "sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu
apa pun" (Yakobus 1:4). Iman dan perbuatan adalah satu. Bahkan dari perbuatannya,
orang lain dapat melihat imannya (Yakobus 2:8). 10Integritas
tidaklah sama dengan citra diri (image). "Image" adalah persepsi
orang mengenai diri kita, sedangkan integritas adalah siapa diri kita
sesungguhnya. Bila kita memusatkan seluruh daya upaya, pikiran, dan waktu untuk
memperlihatkan sebuah "image" palsu kepada orang lain, kita berisiko
kehilangan integritas. Konsistensi antara perkataan dan perbuatan, sama seperti
istilah TI yang disebut WYSIWYG (what you see is what you get). Jika orang lain
mendapati inkonsistensi dalam perkataan dan perbuatan kita, mereka melihat kita
sebagai orang yang munafik. 11Seringkali,
istilah etika, moralitas, dan integritas digunakan secara bergantian untuk
menunjukkan maksud yang sama. Padahal ketiganya memiliki perbedaan. Etika
adalah standar tentang mana yang baik dan jahat, benar dan salah. Sedangkan moralitas
adalah tindakan actual tentang hal yang baik dan jahat, benar dan salah. Secara
sederhana, etika adalah teoretikanya, sedang moralitas adalah praktikanya. Integritas
adalah integrasi antara etika dan moralitas. Semakin keduanya terintegrasi,
semakin tinggi integritas yang ada. Sebagai seorang penginjil, intergritas
merupakan sesuatu yang mutlak harus ada, karena jika tidak, akan menjadi batu
sandungan bagi berita Injil itu sendiri. Paulus adalah salah seorang penginjil
yang
mempunyai integritas yang tinggi.
Dalam Galatia 2:11-14,
Paulus bertentangan dengan Petrus di Antiokia.12Yangmenjadi
masalah adalah sikap munafik dari pihak Petrus. Pada mulanya
Petrus makan sehidangan dengan saudara-saudara yang tidak bersunat (ayat 12).
Hal itu berubah setelah beberapa dari kalangan Yakobus datang. Karena Petrus
takut pada mereka, ia menarik diri dari persekutuan dengan saudara-saudara dari
latar belakang non-Yahudi. Oleh karena sikap Petrus itu orang-orang Kristen Yahudi
yang lain pun ikut terseret oleh kemunafikan Petrus, termasuk Barnabas. 13Dalamsituasi
seperti itu Paulus masuk dan menegur Petrus di hadapan seluruh jemaat. Arti
teguran Paulus dalam ayat 14b, ialah sebagai berikut: “Jika engkau, Kefas,
seorang Yahudi, bisa makan dan minum bersama-sama dengan orang Kristen dari
latar belakang non-Yahudi tanpa merasa diri terikat oleh adat istiadat nenek
moyang kita, bagaimana mungkin engkau sekarang mau mengharuskan saudara-saudara
kita dari latar belakang non-Yahudi untuk melakukan adat istiadat itu. Karena,
kalau engkau menarik diri dari persekuatuan di sekitar meja makan dengan
mereka, sebenarnya engkau berkata kepada mereka: ‘Jika kalian mau bersekutu dengan kami, orang-orang Kristen dari bangsa Yahudi,
maka kamu harus mengikuti adat istiadat nenek moyang kami. Itu sikap seorang
yang munafik, Kefas, karena engkau sendiri sudah makan dengan mereka sebelum
para penghasut yang mengklaim otoritas dari Yakobus datang. Denga sikapmu itu
engkau juga menolak
kebenaran Injil yang sudah kita setujui bersama, yaitu bahwa semua orang
diterima dalam persekutuan dengan Allah dengan syarat yang sama. Kalau Allah
telah menerima mereka, mengapa kita menolak? sudahkah engkau lupa pada pengelihatanmu
sendiri pada waktu Allah berbicara kepadamu bahwa apa yang dinyatakan halal
oleh Allah, tidak
boleh engkau nyatakan haram?
Paulus di sini berekasi
ketika kebenaran Injil terancam. Ketidakkonsistenan Petrus ini dapat menjadi
batu sandungan bagi Injil. Karena apa yang telah diberitakannya mengenai tidak
ada perbedaan antara orang Yahudi dan non-Yahudi, seolah-olah di sangkal oleh
tindakannya sendiri. Petrus takut sehingga ia kehilangan integritas. Ia takut
pada pengikut Yakobus yang pada saat itu masih mengharuskan sunat terhadap
orang-orang yang ingin mengikut Kristus. Dan bagaimana mungkin Petrus mengharuskan
orang non-Yahudi untuk mengikuti adat istiadat Yahudi untuk disunat, sedangkan
ia sendiri telah menjadi pelanggar hukum Taurat dengan makan semeja dengan orang
yang belum disunat?
Hal inilah yang membuat
Paulus menegor Petrus di depan umum, karena Barnabas dan orang Kristen lainya
pun turut terseret dengan kemunafikannya. Petrus dan Barnabas adalah seorang
pemimpin jemaat, apabila tidak ada keselarasan antara perkataan dengan
perbuatan mereka, siapa yang harus diteladani dan diutus untuk memberitakan Injil?
Karena seoleh-olah ajaran yang benar berasal dari kelompok sunat. n14ApakahAnthiokia
akan tetap menjadi gereja pengabar Injil yang besar yang mengutus Paulus dan Barnabas? Ataukah sebaliknya mereka akan mengutus para
pengabar Injil dari kelompok sunat, untuk memberitakan Injil palsu (injil plus
sunat) dan dengan demikian, merusak kebenaran Injil serta memecah belah
jemaat-jemaat yang telah dibangun oleh Paulus? Tentu Paulus harus segera
bertindak dan menegur Petrus.
Dari peristiwa ini,
Paulus sesungguhnya menekankan Petrus dan Barnabas agar memiliki integritas. Ia
sangat menekankan konsistensi antara pemberitaan dan praktek hidup dari apa
yang diberitakan. Tetapi Paulus bukan hanya menegur, tapi ia sendiri memang
yang teruji integritasnya. Paulus adalah orang yang memegang teguh apa yang diajarkannya dan ia juga melakukannya. Hal ini dapat dilihat pada peristiwa
Titus yang tidak disunatkan (Gal. 2:3-6). 15Sesungguhnya,saat
di mana kita merasa bahwa orang lain tidak akan mengetahui pikiran, perasaan,
dan perbuatan kita adalah saat di mana levelintegritas kita diuji. Sering kali, faktor yang menentukan integritas kita
adalah peluang tindakan itu diketahui oleh orang lain. Seharusnya kita sadar
bahwa Tuhan itu maha tahu. Ia melihat segala perbuatan kita. Siapa pun yang
berusaha menutupi dosanya, Allah pasti
akan membukakannya (Amsal 10:9).
Untuk melakukan hal-hal
yang baik Paulus tidak menunggu dilihat orang. Sikapnya sangat berbeda dengan
orang-orang farisi yang munafik. Ia tidak mencari pujian manusia (Gal.1:10). Bahkan
ketika orang lain menentangnya dan meragukan kerasulannya, ia tidak takut.
Karena bagi Paulus, yang paling penting adalah memperkenankan hati Tuhan dan
kebenaran Injil tetap dipertahankan (Gal.2:5-6). Ia sendiri tahu, bahwa panggilannya
sebagai rasul tidak perlu disahkan oleh seorang manusia, tetapi oleh Allah. Ia
hanya memandang kepada Allah. Dan ketika ia diutus oleh Tuhan untuk memberitakan
Injil kepada bangsa-bangsa non-Yahudi, ia tidak meminta pertimbangan manusia
tetapi langsung berangkat ke tanah Arab (Gal.1:16). Dalam praktek hidupnya, Paulus taat bukan ketika dilihat orang, tetapi
dia juga taat ketika tidak dilihat orang lain, karena ia tahu, Allah
melihatnya.
Orang yang berintegritas
tidak memiliki sesuatu yang ditutup-tutupi atau disembunyikan. Semakin luas
pengaruh seseorang, semakin besar transparansi dan akuntabilitas yang ia tunjukkan. 16Paulus
berbicara tentang kegagalan-kegagalan dan keberhasilannya denganketerusterangan.
Paulus tidak pernah menutupi masa lalunya yangbegitu kelam sebagai seorang penganiaya
jemaat Allah. Bahkan ia mengakui kelemahannya, dan menganggap kelemahannya
adalah suatu keuntungan (2 Kor.12:7-10). Dan Paulus sendiri menyadari bahwa ia belum
sempurna (Flp. 3:12-13).
Terhadap Timotius murid
yang ia kasihi, Paulus berkata, supaya Timotius mengikuti ajarannya, cara hidupnya,
pendiriannya, imannya, kesabarannya, kasihnya dan ketekunannya (2.Tim.3: 10).
Dan bagaimana mungkin seorang Paulus menyuruh Timotius untuk meneladani
dirinya, jika integritasnya tidak teruji. Karena pastilah Timotius tidak akan mendengarkannya,
kalau ia bukan orang yang berintegritas. Ia juga menekankan Timotius untuk menjadi teladan meski ia muda, baik dalam perkataan, tingkah
laku, kasih, dan kesucian.
- Strategi
Paulus
Strategi penginjilan
adalah berbagai metode penyampaian Injil supaya memudahkan penginjil
menyampaikan berita Injil, sehingga penginjilan menjadi lebih efektif. Strategi
yang cocok disuatu tempat, belum tentu cocok di tempat lain. Dengan demikian tidak ada satu metode pun yang dapat dimutlakan penggunaannya. Dan
yang perlu diingat, sebaik apapun strategi yang digunakan, tidak mampu membuat
seseorang datang kepada Allah kecuali dengan pertolongan Roh Kudus. Namun demikian,
bukan berarti startegi penginjilan tidak perlu. Penginjilan tanpa strategi
seperti seorang
yang pergi berperang tanpa perencanaan. Baik strategi maupun pengandalan diri
pada kuasa Roh Kudus, keduanya dibutuhkan dalam menginjili.Paulus selalu serius
dengan pemberitaan Injilnya. Ia tahu bahwa ada banyak tantangan yang harus
dihadapi ketika ia memberitakan Injil. Oleh sebab itu, Paulus mempunyai
strategi dalam memberitakan Injil. Ada beberapa strategi yang dilakukannya
dalam menginjili, yang dapat dijadikan model penginjilian yang efektif yaitu:
Ia mendirikan gereja kota. Ia mendirikan jemaat Kristus di
kota-kota
besar yang startegis seperti Filipi, Efesus, dsb. Tujuannya agar
sebanyak mungkin orang mendengar berita Injil. Setelah jemaat kuat
dijadikan pusat pemberitaan Injil, dan kemudian jemaat itu mengutus
Paulus dan mendukung pelayanannya ke tempat yang baru. Paulus
menginjili ke tempat yang memungkinkan adanya hubungan yang lebih
jauh dengannya, supaya ada komunikasi. Paulus menulis surat kepada
jemaat-jemaat yang ia dirikan.
Tempat yang digunakan untuk memberitakan Injil tempat-tempat umum
yang
sangat strategis, yaitu di sinagoge, dipasar-pasar, dirumah-rumah,
dan ditempat belajar (Tiranus, Kis. 19:9).
Di manapun keberadaannya tidak menghalangi Paulus untuk
memberitakan
Injil. Misalnya : di penjara. 17RasuoPaulus
mengabarkan Injil di dalam rumah yang mereka kunjungi atau
singgahi (Kis. 20:20; 20:31).
Paulusmelakukan penginjilan lintas budaya. Untuk menghindari
terjadinya
miss communication (kesalahpahaman) akibat perbedaan
worldview, seperti peristiwa di Listra (Kis. 14:8-18). Oleh sebab
itu dalam kesempatan penginjilan yang lainnya Paulus masuk melalui
worldview daerah setempat.
Worldview
adalah pandang semesta/ dunia, atau asumsi apa yang mendasari, atau tindakan
yang mendasari sebuah kebudayaan. Sebagai contohnya ialah dalam Kis.17 dalam
peristiwa di. Athena. Langkah pertama yang dilakukannya ialah menyelidiki
worldview orang-orang Athena. Hal ini ditunjukan dalam ayat 17 yaitu dengan cara
bertukar pikiran dengan orang-orang Yahudi, orang-orang yang
takut akan Tuhan, serta orang-orang dipasar yang dijumpainya. Selain
itu dalam ayat yang ke 23 dikatakan bahwa ia berjalan-jalan di kota
itu dan melihat-lihat barang pujaan orang Athena. Dan ia menemukan
worldview yang mendasari tindakan ibadah orang-orang Athena yatiu
tulisa pada mezbah persembahan mereka yang berbunyi, “ Kepada Allah
yang tidak dikenal.”
Daribunyi tulisan ini Paulus menemukan cara untuk masuk kepada
penginjilan. Ia berkata kepada orang Athena bahwa Allah yang tidak mereka kenal
itu adalah Allah yang ia beritakan. Allah yang menciptakan segala sesuatu dan
memberi hidup kepada semua orang (ayat 24-25). Ini menunjukan bahwa Allah yang
Paulus beritakan adalah Allah yang menciptakan orang Athena juga. Kemudian
sampai kepada inti Injil yaitu Yesus yang mati dan bangkit (ayat 31).
Dalam
Kis.17:28 Paulus bertolak dari prinsip-prinsip Stoa serta mengutip
penyair-penyair Yunani. Paulus disini tidak hanya mengundang perhatian dan
simpati, tetapi perhatian untuk kesamaan antara pandangan dunia filsafat
popular dan agama Kristen juga membantu membuka Injil kepada orang yang tidak
terbiasa dengan Alkitab Yahudi. Sementara ia menggunakan bahasa Stoa,
pantheisme Stoa yang impersonal sudah di alihkan menjadi monotheisme
yang personal.
Paulus
berlaku sebagai orang Yahudi ketika menginjili orang Yahudi (1 Kor.9:19-20).
Ini berarti, Paulus hidup mengikuti budaya orang Yahudi. Tujuannya adalah untuk
memenangkan orang Yahudi. Tetapi dalam hal ini Paulus tidak kehilangan
integritas dan tidak mengikuti hal-hal yang bertentangan dengan firman Tuhan.
Dengan berlaku seperti orang Yahudi, ia berharap dapat diterima atau dapat
masuk dalam lingkup orang Yahudi, dan ddengan demikian ia dapat leluasa
memberitakan Injil Kristus.
- Aplikasi integritas dan strategi penginjilan Paulus bagipenginjil masa kini
Dengan mempelajari
integritas dan strategi penginjilan Paulus, penginjil masa kini dapat
meneladani integritas maupun strateginya. Ternyata baik integritas maupun
strategi Paulus tidak dapat dipisahkan. Integritas sangat penting untuk
menegaskan
berita Injil yang disampaikan. Bukan hanya sekadar kata-kata, dan berita tanpa
kenyataanya, tapi berita itu menjadi sungguh nyata. Selain itu, tanpa
integritas seorang pengijil, Injil dapat menjadi cemoohan orang, karena berita
dan kenyataan hidup pemberita sangat berbeda. Oleh sebab itu Paulus telah
memberi teladan bagi para
penginjil masa kini untuk hidup berintegritas.
Penginjil masa kini
dapat meneladani model penginjilan Paulus. Strategi yang digunakan oleh Paulus
sesuai dengan konteks pada zaman itu, dan sangat berbeda dengan keadaan zaman sekarang.
Oleh sebab itu metode Paulus tidak bisa dimutlakan. Tetapi
dari strateginya dapat ditarik beberapa yang bisa digunakan pada masa
kini, yaitu:
1.
Gereja-gereja yang telah kuat pada zaman sekarang dapat menjadi
pusat pemberitaan Injil yang mengutus penginjil-penginjil ke daerah lain yang
belum
mendengar berita Injil. Tempat-tempat yang telah dijangkau,
dijadikan pusat pemberitaan Injil juga, dan demikian seterusnya.
Diusahakan ada follow up terhadap yang di injili
2.
Memberitakan Injil ditempat
umum dan strategis seperti di pasar, rumah sakit,
dsb. Dengan menjalin hubungan dengan orang-orang yang dijumpai
ditempat tersebut, kemudian lama-kelamaan mulai masuk untuk
memberitakan Injil sedikit demi sedikit.
3.
Memberitakan Injil di mana saja, tentu saja dengan pimpinan Roh
Kudus. Termasuk memberitakan Injil di penjara.
4.
Mencari, memahami worldview
dari budaya setempat yang diinjili, terutama
tentang kepercayaan mereka. Kemudian dapat memasukan pesan Injil
dari worldview itu.
5.
Memakai sesuatu yang familiar di tempat yang di Injili, untuk
memudahkan
mereka mengerti Injil.
6.
Hidupditengah penduduk setempat yang diinjili. Mengikuti peraturan
dan
budaya setempat agar dapat diterima penduduk setempat, sehingga beroleh
kesempatan untuk memberitakan Injil. Tetapi ketika meyesuaikan diri dengan
mereka, penginjil tidak boleh kehilangan integritas sehingga melanggar Firman
Tuhan.
- Kesimpulan
Menginjili adalah tugas semua orang percaya
tanpa kecuali. Penginjilan bukanlah hal yang mudah, oleh sebab itu diperlukan
strategi untuk mencapai sasaran, dn integritas agar diri pemberita tidak
menjadi batu sandungan. Dengan belajar strategi dan
integritas dari Paulus, diharapkan setiap orang percaya dapat dibekali untuk
lebih efektif dan maksimal dalam pemberitaan Injil Tuhan.
Daftar Pustaka,
Eliss, D. W., Metode
Penginjilan. Jakarta: Yayasan Bina Kasih/ OMF.
Sweazey, E.George,
Effective Evangelism, USA: Harper
and Row, Publisher, 1953.
Graham, Billy,
Beritakan Injil standar Alkitabiah bagi Penginjil. Bandung:
Lembaga
Literatur Babtis , 1955.
Tulluan, Ola,
Eksposisi Surat Galatia. Batu Malang: I-3, 1994, hlm. 26.
Sanders J.Oswald,
Kepemimpinan rohani. Batam: Gospel Press, 2002.
Sendjaya,
Kepemimpinan Kristen. Yogyakarta: Kairos, 2004, hlm. 62-70.
Wiersbe,
Warren W., Merdeka di Dalam Kristus. Bandung: Yayasan Kalam
Hidup, 1995.
1 Billy Graham, Beritakan Injil standar
Alkitabiah bagi Penginjil,
(Bandung:Lembaga Literatur Babtis , 1955), hlm. 7-20